Kisah ini baru saja dialami oleh adikku, Khai. Alhamdulillahnya Allah masih melindungi sehingga dirinya dan kami sekeluarga terhindar dari mara bahaya yang satu ini. Yup, gendam! Pastinya kita semua sudah sering mendengar atau bahkan mungkin pernah mengalaminya? Gendam atau hypnotist bukanlah rumor atau berita baru di kalangan masyarakat kita. Praktik ini sudah merajalela sedemikian rupa hingga dengan hanya mendengar kata 'gendam' atau 'hipnotis' saja, kita langsung paham kemana maksudnya atau apa artinya itu. Bukan begitu, Sobs?
Well, back to the case, yang baru saja terjadi pada Sabtu sore kemarin, 14 Juni 2014, di kediaman adikku, Andre, di salah satu komplek perumahan di Sawangan, Depok, cukup menggelikan sih sebenarnya, walo tentu saja bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Sore itu, Khai sedang asyik sendirian di tepi jalan depan rumah. Ruas jalan yang begitu teduh dan lapang, memang bisa dijadikan tempat untuk rileks atau sekedar berdiri santai sambil menelefonkekasih tercinta [mungkin?]. Sesaat setelah dirinya mengakhiri hubungan telefon, datanglah seorang lelaki muda [sebaya dengannya deh] mengendarai sepeda motor, menghampirinya.
Si lelaki muda; "Halo, Mas! Lagi apa? Kok sedih?"
Khai [dengan heran] : Halo juga, siapa yang sedih?
Lelaki muda : "Tuh, Mas sedih? Lagi putus cinta ya?" Dengan pede dia mengulurkan tangan kepada Khai. Khai malah curiga melihat gayanya yang over pede itu, bukannya menyambut uluran tangan si lelaki muda. Justru Khai membalasnya dengan menepuk pundak si pemuda. Mungkin Khai langsung ingat cara mengantisipasi aksi hipnotis atau gendam? Entahlah.
Khai: "Ah, ga juga! Ada yang bisa saya bantu, Mas?" Ucapnya tak kalah pede sembari menepuk pundak si pemuda.
Lelaki muda malah kaget, tapi langsung bisa menguasai diri, ; "Mas, sudah berkeluarga?"
Khai: "Belum. Kenapa, Mas?"
Lelaki muda; "Cari Cewek yuk, Mas. Saya punya banyak kenalan lho! Atau kita bakar ikan di tempat teman saya."
Khai makin curiga, "Ah, ga lah Mas, saya masih banyak kerjaan nih. Saya mau masuk dulu ya!"
Lelaki muda; "Eh, Mas, tunggu! Mas sama siapa aja tinggal di sini? Warga baru ya?"
Khai; "Ga juga, kami sudah setahun kok di sini, kebetulan lagi rame tuh, keluarga besar pada ngumpul di sini. Saya tinggal dulu ya!"
Dan Khai langsung pamit undur, takut si pemuda malah memanggil teman-temannya pula. Si pemuda masih belum beranjak walau Khai sudah masuk ke dalam rumah, dan bercerita pada ibu. Jelas ibu jadi ketakutan donk, karena rumah adikku hanya ditinggali oleh segelintir orang saja, yaitu adikku [Andre] dan istrinya [penghuni tetap], ibu dan Khai [untuk sementara waktu]. Akhirnya ibu menelefon satpam yang dalam sekejap sudah sampai di depan rumah. Bercerita ke Satpam, juga seraya mengabari Andre akan kejadian itu via telefon.
Pak Satpam berterima kasih atas laporannya dan segera menshare info ini ke koleganya yang lain untuk lebih waspada. Karena tanpa laporan dari warga, tentu security team tidak akan pernah tau kejadian-kejadian seperti ini. Karena tidak mungkin donk mereka menyetop setiap orang yang keluar masuk gate, apalagi jika si orang itu mengatakan bahwa dirinya adalah tamu atau mau berkunjung ke rumah ini, inu, atau itu. Nomor polisi sepeda motor si lelaki muda itu telah dicatat, namun tentu saja masalah atau mara bahaya yang mengintip belum bisa dijamin nihil, namun setidaknya, pembelajarannya adalah 'kewaspadaan dan kesigapan di dalam mengambil tindakan preventif harus ditingkatkan'. Jangan gampang terkecoh mulut manis atau tetamu yang pura-pura mampir, walau hanya untuk numpang tanya. Bukan tidak boleh berpraduga negatif sih, tapi waspada dan curigai setiap tindakan atau aksi yang berlebihan atau mencurigakan. Begitu mungkin lesson learned yang bisa kita petik dari kisah ini, ya, Sobs?
Well, back to the case, yang baru saja terjadi pada Sabtu sore kemarin, 14 Juni 2014, di kediaman adikku, Andre, di salah satu komplek perumahan di Sawangan, Depok, cukup menggelikan sih sebenarnya, walo tentu saja bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Sore itu, Khai sedang asyik sendirian di tepi jalan depan rumah. Ruas jalan yang begitu teduh dan lapang, memang bisa dijadikan tempat untuk rileks atau sekedar berdiri santai sambil menelefon
Si lelaki muda; "Halo, Mas! Lagi apa? Kok sedih?"
Khai [dengan heran] : Halo juga, siapa yang sedih?
Lelaki muda : "Tuh, Mas sedih? Lagi putus cinta ya?" Dengan pede dia mengulurkan tangan kepada Khai. Khai malah curiga melihat gayanya yang over pede itu, bukannya menyambut uluran tangan si lelaki muda. Justru Khai membalasnya dengan menepuk pundak si pemuda. Mungkin Khai langsung ingat cara mengantisipasi aksi hipnotis atau gendam? Entahlah.
Khai: "Ah, ga juga! Ada yang bisa saya bantu, Mas?" Ucapnya tak kalah pede sembari menepuk pundak si pemuda.
Lelaki muda malah kaget, tapi langsung bisa menguasai diri, ; "Mas, sudah berkeluarga?"
Khai: "Belum. Kenapa, Mas?"
Lelaki muda; "Cari Cewek yuk, Mas. Saya punya banyak kenalan lho! Atau kita bakar ikan di tempat teman saya."
Khai makin curiga, "Ah, ga lah Mas, saya masih banyak kerjaan nih. Saya mau masuk dulu ya!"
Lelaki muda; "Eh, Mas, tunggu! Mas sama siapa aja tinggal di sini? Warga baru ya?"
Khai; "Ga juga, kami sudah setahun kok di sini, kebetulan lagi rame tuh, keluarga besar pada ngumpul di sini. Saya tinggal dulu ya!"
Dan Khai langsung pamit undur, takut si pemuda malah memanggil teman-temannya pula. Si pemuda masih belum beranjak walau Khai sudah masuk ke dalam rumah, dan bercerita pada ibu. Jelas ibu jadi ketakutan donk, karena rumah adikku hanya ditinggali oleh segelintir orang saja, yaitu adikku [Andre] dan istrinya [penghuni tetap], ibu dan Khai [untuk sementara waktu]. Akhirnya ibu menelefon satpam yang dalam sekejap sudah sampai di depan rumah. Bercerita ke Satpam, juga seraya mengabari Andre akan kejadian itu via telefon.
Pak Satpam berterima kasih atas laporannya dan segera menshare info ini ke koleganya yang lain untuk lebih waspada. Karena tanpa laporan dari warga, tentu security team tidak akan pernah tau kejadian-kejadian seperti ini. Karena tidak mungkin donk mereka menyetop setiap orang yang keluar masuk gate, apalagi jika si orang itu mengatakan bahwa dirinya adalah tamu atau mau berkunjung ke rumah ini, inu, atau itu. Nomor polisi sepeda motor si lelaki muda itu telah dicatat, namun tentu saja masalah atau mara bahaya yang mengintip belum bisa dijamin nihil, namun setidaknya, pembelajarannya adalah 'kewaspadaan dan kesigapan di dalam mengambil tindakan preventif harus ditingkatkan'. Jangan gampang terkecoh mulut manis atau tetamu yang pura-pura mampir, walau hanya untuk numpang tanya. Bukan tidak boleh berpraduga negatif sih, tapi waspada dan curigai setiap tindakan atau aksi yang berlebihan atau mencurigakan. Begitu mungkin lesson learned yang bisa kita petik dari kisah ini, ya, Sobs?
sekedar sharing,
Al, Bandung, 17 Juni 2014