Indonesia adalah negeri yang kaya raya! Pasti pada sepakat donk dengan ungkapan ini? Karena memang beneran adanya kan? Terdiri dari ribuan pulau yang berjejer dari Barat hingga ke Timur, terbentang dari Laut China Selatan dan Samudera Pasifik di sebelah Utara, Samudera Hindia di Selatan, Samudera Pasifik di Timur, dan di bingkai oleh Samudera Hindia dari sebelah Baratnya.
Yup, dari gambar di atas, pasti kita takjub donk melihat kekayaan negeri tercinta ini? Lihat deh!
- Memiliki 17.508 buah pulau
- 1.91.440 km2 luas wilayah daratan
- 3.272.810 km2 luas wilayah lautan
- 1.331 etnis/suku bangsa
- 272 juta jiwa penduduknya (per 2021)
- 6 agama yang diakui oleh negara
- 245 aliran kepercayaan terhadap Tuhan YME
- 741 bahasa daerah
Dan bicara tentang bahasa nih, teman-teman, ternyata kita itu punya banyak banget bahasa daerah, ya? Padahal kalo bicara masalah provinsi, kita hanya memiliki 34 provinsi lho saat ini. Sementara bahasa daerahnya justru sampai 741 bahasa daerah. Wow!! Amazing, ya?
Bicara tentang bahasa, aku jadi ingat tentang acara yang digelar oleh PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) dalam program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) yang ditayangkan pada hari Sabtu, 27 November 2021 lalu, secara live di akun Instagram @merajut_indonesia dan akun Instagram @writingtradition.id, dipandu apik oleh Teh Evi Sri Rezeki, dengan menghadirkan narasumber, Kang Ridwan Maulana, dari Writing Tradition.
Perbincangan yang menurutku menarik banget, karena mengulas tentang sejarah kehadiran aksara-aksara, perkembangannya, penggunaannya, dan juga upaya untuk tetap melestarikannya di Nusantara tercinta ini.
Menurutku ini adalah topik unik sekaligus menarik karena jarang-jarang kan hari gini ada perbincangan related to this topic?
Kang Ridwan Maulana, selaku narasumber menjelaskan bahwa awalnya sih ketertarikannya mempelajari aksara-aksara ini adalah murni untuk ketertarikan/kepentingan pribadinya, namun kemudian justru berkembang menjadi sebuah buku dan juga website, di mana manfaatnya tentunya akan luas dan bisa diakses oleh mereka-mereka yang membutuhkannya.
Perbincangan yang terkesan santai penuh manfaat yang berlangsung hampir satu jam ini benar-benar membuka wawasan tentang asal muasal kehadiran aksara-aksara baik di dunia mau pun di tanah Nusantara. Aksara Nusantara adalah merupakan kekayaan intelektual bangsa kita, yang rasanya akan sayang banget jika generasi masa depan justru tidak pernah mendengar dan mengenalnya kan?
Ini juga yang mendorong Kang Ridwan untuk lebih mendalami pengetahuannya tentang aksara-aksara yang ada di Nusantara ketimbang melanjutkan ketertarikannya belajar tentang aksara-aksara yang ada di luar Indonesia.
Indonesia memiliki bermacam aksara tradisional, yang jika tidak dilestarikan tentu saja akan tenggelam seiring bergantinya jaman, apalagi dengan penggunaan aksara latin di dalam kehidupan kita sehari-hari, tentu saja akan membuat aksara-aksara nusantara ini tertinggal jauh di belakang.
Adalah PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) yang berinisiatif membentuk website "Merajut Indonesia (dot) Id", sebagai salah satu upaya pelestarian aksara nusantara, melalui program Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN), sehingga diharapkan masyarakat digital Indonesia nantinya akan dapat mengenali kembali aksara-aksara nusantara yang beragam ini. Tak hanya mengenali, namun juga tentu saja akan dapat menggunakannya secara digital. Wow, keren ya? Wow, I am so proud of that! Thank you, PANDI, untuk inisiasi dan tindaklanjutnya ini. Oya, Merajut Indonesia ini juga mendapat dukungan dari UNESCO loh! Yeayy!!
𝕄𝕀𝕄𝔻𝔸ℕ (𝕄𝕖𝕣𝕒𝕛𝕦𝕥 𝕀𝕟𝕕𝕠𝕟𝕖𝕤𝕚𝕒 𝕞𝕖𝕝𝕒𝕝𝕦𝕚 𝕡𝕣𝕠𝕘𝕣𝕒𝕞 𝔻𝕚𝕘𝕚𝕥𝕒𝕝𝕚𝕤𝕒𝕤𝕚 𝔸𝕜𝕤𝕒𝕣𝕒 ℕ𝕦𝕤𝕒𝕟𝕥𝕒𝕣𝕒)
Dan..., sebelum kita balik ke summary dari event yang tertera pada banner di atas, aku mau sekilas ngajakin temen-temen untuk mengingat kembali nih, bahwa Indonesia itu kaya raya dalam banyak hal! Lihat lagi deh banner yang aku pajang di atas, tuh. Bikin bangga deh!
Yup, dari segi aksaranya pun, kita memiliki banyak jenis aksara, dari berbagai daerah, yang kita kenal dengan istilah aksara nusantara. Dan menurut sejarahnay sih aksara tertua di Nusantara itu (umumnya Asia Tenggara) disebarluaskan seiring penyebaran agama Budha, teman-teman. Tujuan awalnya adalah untuk menuliskan bahan ajaran, mantra-mantra, juga teks, dan aksara yang dipakai kala itu adalah Sidhhamatrika, yang disingkat dengan sebutan Siddham, tapi ada juga yang menyebutnya dengan istilah Prenagari.
Aksara yang kemudian lebih populer di Nusantara adalah aksara dari dinasti Pallava (India Selatan) yang kemudian lebih popular dengan sebutan aksara Pallawa. Aksara ini cenderung tidak menyertakan unsur penanggalan, ditemui pada prasasti tujuh Yupa (tugu peringatan kurban) kerajaan Kutai (Kalimantan Timur) yang estimasinya ada di tahun 400 Masehi dan sejumlah prasasti dari kerajaan Tarumanagara (Jawa Barat) tahun 450 Masehi.
Uniknya tuh, teman-teman, kedua kerajaan ini letaknya berjauhan tapi sama-sama menggunakan aksara Pallawa Granta dan bahasa Sanskerta dengan gaya khas inovasinya. Bertuliskan pada batu alam yang berupa pahatan, beredar pada masa Kerajaan Tarumanegara. Khusus untuk prasasti Ciaruteun dan Muara Cianten (Kampung Muara), di tepi sungai Cisadane dan Cibungbulang (Bogor), Jawa Barat, disusun dan ditata dengan metrum (sloka) Sanskerta. Ada juga yang dipahat dengan motif pilih, umbi, dan sulur.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa pahatan berbentuk pilin, umbi, dan sulur ini sebagai bentuk aksara spesial yang disebut dengan istilah kru-letters, conch-shell-script atau aksara sangkha.
Wuih, menarik banget ya, teman-teman? Jadi makin kepo kan dengan sejarah aksara ini? Dan adanya upaya untuk mendigitalisasikan aksara ini menurutku sih merupakan terobosan yang patut didukung penuh nih, teman-teman. Bangga banget pastinya kan jika kita bisa memakainya di dalam tulisan-tulisan kita?
Penasaran ingin melihat jenis-jenisnya? Yuk, kita intip peta aksara yang terpampang jelas di website merajutindonesia.id berikut ini, yuk!
Sumber gambar: merajudindonesia.id |
Untuk keterangan aksara-aksaranya, teman-teman bisa langsung baca di merajutindonesia.id ya! Luangkan waktu untuk berkunjung ke sana, dan temukan banyak sekali info-info menarik di sana seputar aksara-aksara yang memperkaya khasanah budaya negeri tercinta kita ini. You will love it!
Banda Aceh, 2 Desember 2021
Alaika