Postingan sebelumnya ada disini
Kamis, 15 November 2012, sore menjelang malam.
Hari ini, perjalanan yang memakan waktu sekitar 12 jam pun di akhiri dengan berhentinya si badan besar berlogo Sinar Jaya di terminal Mendolo. Perjalanan yang menurut temanku sih termasuk lama [dari jam 6 pagi dari kota Bandung dan sampai di jam 6 malam]. Tak heran, karena sepanjang jalan, berbagai karnaval menyambut tahun baru Hijriah membuat jalanan semakin ramai. Deretan anak-anak dan para guru, berbaris membuat jalanan semakin berwarna. Asyik juga sih, namun ya itu tadi, efeknya adalah molornya jam ketibaan [halah, kayak bahasa negeri jiran aja deh] kami ke meeting point. Untungnya Ririe belum sampai. Jadi aku dan Una bisa menunggu sambil makan, sejak pagi kami berdua hanya makan cemilan yang kami bawa dari rumah.
Namun ternyata sobs, terminal yang satu ini tak seperti harapan dan jauh dari bayangan. Suasana sepinya saat kami menjejakkan kaki di atasnya, langsung memadamkan angan untuk bersantai ria sambil mencicipi aneka makanan [yang biasanya] tersedia di warung-warung terminal. Celingak celinguk aku dan Una mencari warung yang masih buka, namun tak satu pun yang sesuai harapan. Ada sih beberapa kios yang masih buka, tapi mereka hanya menjual minuman botol, aneka oleh-oleh atau penganan berkemasan. Bukan makanan pengisi perut [baca: nasi dan lauk pauk atau mie dan sejenisnya]. Ya sudahlah....
Mencari toilet adalah tujuan selanjutnya. Setelah melepas hajat, kami pun ber-sms dengan Ririe yang ternyata masih jauh. Maka berkelana lah kami menjelajah terminal, mencari warung/kios yang mungkin menyediakan mie instant. Dan Alhamdulillah, ada sebuah warung yang ditunggui oleh pemiliknya yang ramah. Si ibu segera menyiapkan pesanan yang kami minta. Dua gelas teh manis hangat dan sepiring mie instant rebus. Una masih memilih melihat dulu tampilan mie rebus pesananku, baru nanti akan bereaksi selanjutnya. :)
Terus terang, seumur-umur, aku baru kali ini mendapati sebuah terminal yang sepi seperti ini. Bagai tak ada tanda kehidupan. Di sudut sana, terlihat beberapa tukang ojek yang sedang duduk-duduk. Mie rebus yang terhidang, terkesan nikmat, dan tentu segera kulahap donk. Enak, lumayanlah, walau sebenarnya aku sedang diet mie instant. Apa boleh buat, dalam situasi no other option, pantangan bolehlah dilanggar. :)
Una ternyata juga berminat akan mie nya, tapi minta yang versi gorengnya. Dan terus terang juga menggelitik saraf lapar di dalam perutku menatap mie gorengnya itu. Oya, sambil menikmati mie kami, Una dan mas Stumon sempat chat. Makasih ya mas, telah menemani kami dalam masa penantian [Ririe]. Sayang banget dirimu ga ikut serta ya mas! #Jangan melotot iri gitu donk ah!
Selesai makan, saatnya warung di tutup dan kami dipersilahkan [atau diusir ya? hehe] untuk duduk menanti di luar warung saja.
Dan mulailah kami dikerubuti oleh para tukang ojek begitu kami duduk-duduk di bangku panjang ini. Sedikit memaksa agar kami menggunakan jasa mereka saja untuk diantar ke tempat tujuan. Namun bujukan itu terhenti dengan sendirinya saat kami katakan bahwa kami sedang menanti jemputan dari Barjarnegara.Oya, Idah Ceris yang tinggal di Banjarnegara, juga memutuskan untuk bergabung dalam perjalanan ini. Asyikkk! dan kami jadinya ngerental mobil tetangganya Idah. Makasih ya Dah... Jadi lah kami menanti Idah dan Ririe, di terminal yang sepi ini.
Sambil menanti, aku ingatkan Una untuk cek kembali penginapan Gunung Mas yang telah di booked Una kemarin. Olala, ternyata, karena kami belum sampai di mereka hingga sore hari, mereka telah lepaskan kamar yang telah kami pesan itu pada orang lainnya. Gile bener. Mau marah tapi ga ada gunanya. Menggunakan Laxy, kamipun browsing penginapan-penginapan lainnya. Semua penginapan yang ada di jalan utama telah penuh dan sungguh membuat kami kecewa. Masak ga jadi nginap di Dieng? Kan besok mau berburu sunrise?
Hingga akhirnya, seseorang dari penginapan yang kami dapati dari internet, menjanjikan akan mencoba cari penginapan/homestay yang agak jauh dari jalan utama. Tak apa, yang penting dapat! itu yang ada di pikiran kami saat itu, dan sungguh berharap si 'seseorang' itu dapat membantu. Hingga beberapa belas menit kemudian, si orang tersebut berhasil mendapatkan sebuah kamar di homestay bernama Mawar Putih. Review penginapan bisa di baca di postingannya Idah Ceris yang ini. Mungkin untuk pembelajaran juga bagi teman-teman yang akan ke Dieng, pastikan penginapan yang telah di book tidak dilepas ke orang lain, yaitu dengan menghubungi kembali si pemilik penginapan, menginformasikannya bahwa kita tetap akan menginap disana, hanya akan terlambat tiba karena sesuatu hal. Kesalahan kami adalah, bahwa kami tidak mengabarinya lagi setelah booking kemarin. :D
Dua jam berlalu, aku dan Una sudah lelah juga mandah sana mandah sini di terminal itu, hingga akhirnya Ririe telefon, menanyakan posisi kami. Dia telah sampai namun tidak melihat keberadaan kami. Bergegas kami menyamperinya, yang ternyata berada di pintu gerbang masuk terminal. Mobil travel yang ditumpanginya menurunkannya di pintu gerbang itu, sementara kami menunggu di warung dekat pintu gerbang keluar.
Berjalanlah aku dan Una ke pintu gerbang masuk, dan gembira rasanya mendapati si nona cantik ini telah berdiri disana. Peluk-peluk pun terjadi. Gembira rasanya berhasil mengubah pendiriannya. hehe.
Kemarin memang Ririe memutuskan untuk tidak jadi ikutan dalam misi ini, karena pekerjaan kantor yang seabrek sudah menantinya di Senin ini.... namun berkat rayuan dan negosiasi [yang kata Ririe maut banget], aku akhirnya berhasil mengubah keputusannya, dan membuatnya hadir disini. Walau untuk itu, Ririe harus menempuh perjalanan yang teramat panjang [mungkin nanti bisa dibaca di postingan Ririe tentang hal ini].
Tiga anggota pasukan telah hadir, tinggal menunggu anggota terakhir yang sebenarnya berjarak paling dekat dari daerah tujuan. Yup, nungguin Idah lah kami sambil bercengkerama di pinggiran taman, dekat pintu gerbang. Beberapa kali sang satpam terminal menawarkan gardunya untuk kami tempati, katanya lebih hangat dan ada kursinya. Namun kami dengan sopan menolaknya. Bukan apa-apa, rasanya lebih enak duduk di tempat terbuka, jadi nanti Idah akan gampang menemukan kami.
Akhirnya yang dinantipun tiba. Idah dan Xenia serta sopirnya. Aha. Saatnya melanjutkan perjalanan donk! Tapi Una masih minta diantarkan ke atm terlebih dahulu, dan kami memutuskan untuk belanja beberapa makanan cemilan saja daripada berhenti di warung yang juga susah didapati karena waktu yang telah larut. Ha? Jam delapan sudah larut? Kayaknya sih begitu sobs, soalnya ga ada lagi warung yang keliatan buka sih. Lagian mengingat jarak tempuh ke Dieng akan memakan waktu kurang lebih satu jam, maka kami putuskan untuk tidak makan malam dengan menu makanan utama deh.
Satu jam kemudian, kami pun tiba di Dieng, udara dinginnya sungguh mendamaikan. Dingin sih, tapi tidak terlalu. Tadinya aku membayangkan suatu suhu yang bikin menggigil. Tapi ternyata ga sampai segitunya sih. Haha....
udah ditunggu oleh si pemilik penginapan dan kami langsung diajak ke homestaynya. Pemiliknya memang sangat baik dan ramah. Sesuai dengan berita-berita yang ada di internet, bahwa masyarakat Dieng itu sangat ramah dan welcome terhadap para pelancong.
Kami mendapati sebuah kamar dengan dua bed. Ada sih beberapa kamar lainnya di kiri dan kanan kamar kami. Tapi kami memilih sekamar ber4 saja, biar selain lebih akrab, juga dingin-dingin begini kan enaknya rame-rame.
Jadilah kami berdua-duaan di satu bed. Aku dan Ririe sementara Una dan Idah. Pemilik homestay sudah memberitau jika ingin melihat sunrise, maka kami sudah harus meninggalkan homestay paling lambat jam 4 pagi. Dan kami sungguh tidak ingin kehilangan moment ini, maka alarm masing-masing pun di setel. Aku sendiri menyetel alarm di angka 3 pagi, karena paling tidak aku akan butuh waktu 1/2 jam untuk berkemas.
Eh Ririe malah menyetel lebih cepat lagi. 1/2 Jam lebih cepat. Dan jadilah aku sudah terbangun jam 1/2 tiga. Yang lainnya aku lihat masih tidur pulas. Aku sendiri udah ga bisa tidur, oleh suara alarm HPnya Ririe yang setiap beberapa menit sekali terus berbunyi. Yo wes, aku bangun lebih dulu, siap-siap, baru kemudian menggebrak mereka untuk segera bangun. hehe.
Agak sedikit panik saat kami sudah ready, sementara si mas supir tidak bisa dihubungi. HPnya off. Oh my God! Namun kita harus tenang donk... segera kita coba keluar rumah dan mencari mobil, mungkin parkir dimana gitu. Eh ternyata yang dicari tak jauh-jauh kok perginya. Si mas supir tidur lelap di dalam mobil yang diparkir di samping homestay. Dengan berat hati, terpaksa kita bangunkan si masnya. Dan meluncurlah Xenia hitam itu membawa kami hingga ke kaki bukit Sikunir, dimana sang sunrise akan menyapa dunia.
Perjalanan ke bukit sikunir ini memakan waktu sekitar 45 menit kurang lebih. Banyak sekali mobil dan motor yang telah parkir di sana. Ternyata keputusan kami untuk tidak menggunakan jasa si bapak pemilik homestay sebagai pemandu pendakian adalah tepat. Bisa menghemat biaya! Kita tidak memerlukan pemandu, karena memang rame sekali orang-orang dengan tujuan yang sama menuju pendakian.
Kami pun mengikuti arus [orang-orang yang mendaki] dengan penuh semangat. Tua muda, besar kecil tak terkecuali, semua dengan satu tujuan. Pendakian yang tadinya aku pikir akan berat, terasa ringan karena kebersamaan.
Well sobs, episode pendakian dan ada apa di atas bukit sikunir ini akan dilanjutkan pada postingan berikutnya yaaaa......
Saleum,
Al, Bandung, 19 November 2012
Kamis, 15 November 2012, sore menjelang malam.
Hari ini, perjalanan yang memakan waktu sekitar 12 jam pun di akhiri dengan berhentinya si badan besar berlogo Sinar Jaya di terminal Mendolo. Perjalanan yang menurut temanku sih termasuk lama [dari jam 6 pagi dari kota Bandung dan sampai di jam 6 malam]. Tak heran, karena sepanjang jalan, berbagai karnaval menyambut tahun baru Hijriah membuat jalanan semakin ramai. Deretan anak-anak dan para guru, berbaris membuat jalanan semakin berwarna. Asyik juga sih, namun ya itu tadi, efeknya adalah molornya jam ketibaan [halah, kayak bahasa negeri jiran aja deh] kami ke meeting point. Untungnya Ririe belum sampai. Jadi aku dan Una bisa menunggu sambil makan, sejak pagi kami berdua hanya makan cemilan yang kami bawa dari rumah.
Namun ternyata sobs, terminal yang satu ini tak seperti harapan dan jauh dari bayangan. Suasana sepinya saat kami menjejakkan kaki di atasnya, langsung memadamkan angan untuk bersantai ria sambil mencicipi aneka makanan [yang biasanya] tersedia di warung-warung terminal. Celingak celinguk aku dan Una mencari warung yang masih buka, namun tak satu pun yang sesuai harapan. Ada sih beberapa kios yang masih buka, tapi mereka hanya menjual minuman botol, aneka oleh-oleh atau penganan berkemasan. Bukan makanan pengisi perut [baca: nasi dan lauk pauk atau mie dan sejenisnya]. Ya sudahlah....
Mencari toilet adalah tujuan selanjutnya. Setelah melepas hajat, kami pun ber-sms dengan Ririe yang ternyata masih jauh. Maka berkelana lah kami menjelajah terminal, mencari warung/kios yang mungkin menyediakan mie instant. Dan Alhamdulillah, ada sebuah warung yang ditunggui oleh pemiliknya yang ramah. Si ibu segera menyiapkan pesanan yang kami minta. Dua gelas teh manis hangat dan sepiring mie instant rebus. Una masih memilih melihat dulu tampilan mie rebus pesananku, baru nanti akan bereaksi selanjutnya. :)
Terus terang, seumur-umur, aku baru kali ini mendapati sebuah terminal yang sepi seperti ini. Bagai tak ada tanda kehidupan. Di sudut sana, terlihat beberapa tukang ojek yang sedang duduk-duduk. Mie rebus yang terhidang, terkesan nikmat, dan tentu segera kulahap donk. Enak, lumayanlah, walau sebenarnya aku sedang diet mie instant. Apa boleh buat, dalam situasi no other option, pantangan bolehlah dilanggar. :)
Una ternyata juga berminat akan mie nya, tapi minta yang versi gorengnya. Dan terus terang juga menggelitik saraf lapar di dalam perutku menatap mie gorengnya itu. Oya, sambil menikmati mie kami, Una dan mas Stumon sempat chat. Makasih ya mas, telah menemani kami dalam masa penantian [Ririe]. Sayang banget dirimu ga ikut serta ya mas! #Jangan melotot iri gitu donk ah!
Selesai makan, saatnya warung di tutup dan kami dipersilahkan [atau diusir ya? hehe] untuk duduk menanti di luar warung saja.
Ini terminal apa apa ya? Sepinya ini lho! |
Sambil menanti, aku ingatkan Una untuk cek kembali penginapan Gunung Mas yang telah di booked Una kemarin. Olala, ternyata, karena kami belum sampai di mereka hingga sore hari, mereka telah lepaskan kamar yang telah kami pesan itu pada orang lainnya. Gile bener. Mau marah tapi ga ada gunanya. Menggunakan Laxy, kamipun browsing penginapan-penginapan lainnya. Semua penginapan yang ada di jalan utama telah penuh dan sungguh membuat kami kecewa. Masak ga jadi nginap di Dieng? Kan besok mau berburu sunrise?
Hingga akhirnya, seseorang dari penginapan yang kami dapati dari internet, menjanjikan akan mencoba cari penginapan/homestay yang agak jauh dari jalan utama. Tak apa, yang penting dapat! itu yang ada di pikiran kami saat itu, dan sungguh berharap si 'seseorang' itu dapat membantu. Hingga beberapa belas menit kemudian, si orang tersebut berhasil mendapatkan sebuah kamar di homestay bernama Mawar Putih. Review penginapan bisa di baca di postingannya Idah Ceris yang ini. Mungkin untuk pembelajaran juga bagi teman-teman yang akan ke Dieng, pastikan penginapan yang telah di book tidak dilepas ke orang lain, yaitu dengan menghubungi kembali si pemilik penginapan, menginformasikannya bahwa kita tetap akan menginap disana, hanya akan terlambat tiba karena sesuatu hal. Kesalahan kami adalah, bahwa kami tidak mengabarinya lagi setelah booking kemarin. :D
Dua jam berlalu, aku dan Una sudah lelah juga mandah sana mandah sini di terminal itu, hingga akhirnya Ririe telefon, menanyakan posisi kami. Dia telah sampai namun tidak melihat keberadaan kami. Bergegas kami menyamperinya, yang ternyata berada di pintu gerbang masuk terminal. Mobil travel yang ditumpanginya menurunkannya di pintu gerbang itu, sementara kami menunggu di warung dekat pintu gerbang keluar.
Berjalanlah aku dan Una ke pintu gerbang masuk, dan gembira rasanya mendapati si nona cantik ini telah berdiri disana. Peluk-peluk pun terjadi. Gembira rasanya berhasil mengubah pendiriannya. hehe.
Kemarin memang Ririe memutuskan untuk tidak jadi ikutan dalam misi ini, karena pekerjaan kantor yang seabrek sudah menantinya di Senin ini.... namun berkat rayuan dan negosiasi [yang kata Ririe maut banget], aku akhirnya berhasil mengubah keputusannya, dan membuatnya hadir disini. Walau untuk itu, Ririe harus menempuh perjalanan yang teramat panjang [mungkin nanti bisa dibaca di postingan Ririe tentang hal ini].
Tiga anggota pasukan telah hadir, tinggal menunggu anggota terakhir yang sebenarnya berjarak paling dekat dari daerah tujuan. Yup, nungguin Idah lah kami sambil bercengkerama di pinggiran taman, dekat pintu gerbang. Beberapa kali sang satpam terminal menawarkan gardunya untuk kami tempati, katanya lebih hangat dan ada kursinya. Namun kami dengan sopan menolaknya. Bukan apa-apa, rasanya lebih enak duduk di tempat terbuka, jadi nanti Idah akan gampang menemukan kami.
Akhirnya yang dinantipun tiba. Idah dan Xenia serta sopirnya. Aha. Saatnya melanjutkan perjalanan donk! Tapi Una masih minta diantarkan ke atm terlebih dahulu, dan kami memutuskan untuk belanja beberapa makanan cemilan saja daripada berhenti di warung yang juga susah didapati karena waktu yang telah larut. Ha? Jam delapan sudah larut? Kayaknya sih begitu sobs, soalnya ga ada lagi warung yang keliatan buka sih. Lagian mengingat jarak tempuh ke Dieng akan memakan waktu kurang lebih satu jam, maka kami putuskan untuk tidak makan malam dengan menu makanan utama deh.
Satu jam kemudian, kami pun tiba di Dieng, udara dinginnya sungguh mendamaikan. Dingin sih, tapi tidak terlalu. Tadinya aku membayangkan suatu suhu yang bikin menggigil. Tapi ternyata ga sampai segitunya sih. Haha....
udah ditunggu oleh si pemilik penginapan dan kami langsung diajak ke homestaynya. Pemiliknya memang sangat baik dan ramah. Sesuai dengan berita-berita yang ada di internet, bahwa masyarakat Dieng itu sangat ramah dan welcome terhadap para pelancong.
Kami mendapati sebuah kamar dengan dua bed. Ada sih beberapa kamar lainnya di kiri dan kanan kamar kami. Tapi kami memilih sekamar ber4 saja, biar selain lebih akrab, juga dingin-dingin begini kan enaknya rame-rame.
Jadilah kami berdua-duaan di satu bed. Aku dan Ririe sementara Una dan Idah. Pemilik homestay sudah memberitau jika ingin melihat sunrise, maka kami sudah harus meninggalkan homestay paling lambat jam 4 pagi. Dan kami sungguh tidak ingin kehilangan moment ini, maka alarm masing-masing pun di setel. Aku sendiri menyetel alarm di angka 3 pagi, karena paling tidak aku akan butuh waktu 1/2 jam untuk berkemas.
Eh Ririe malah menyetel lebih cepat lagi. 1/2 Jam lebih cepat. Dan jadilah aku sudah terbangun jam 1/2 tiga. Yang lainnya aku lihat masih tidur pulas. Aku sendiri udah ga bisa tidur, oleh suara alarm HPnya Ririe yang setiap beberapa menit sekali terus berbunyi. Yo wes, aku bangun lebih dulu, siap-siap, baru kemudian menggebrak mereka untuk segera bangun. hehe.
Agak sedikit panik saat kami sudah ready, sementara si mas supir tidak bisa dihubungi. HPnya off. Oh my God! Namun kita harus tenang donk... segera kita coba keluar rumah dan mencari mobil, mungkin parkir dimana gitu. Eh ternyata yang dicari tak jauh-jauh kok perginya. Si mas supir tidur lelap di dalam mobil yang diparkir di samping homestay. Dengan berat hati, terpaksa kita bangunkan si masnya. Dan meluncurlah Xenia hitam itu membawa kami hingga ke kaki bukit Sikunir, dimana sang sunrise akan menyapa dunia.
Perjalanan ke bukit sikunir ini memakan waktu sekitar 45 menit kurang lebih. Banyak sekali mobil dan motor yang telah parkir di sana. Ternyata keputusan kami untuk tidak menggunakan jasa si bapak pemilik homestay sebagai pemandu pendakian adalah tepat. Bisa menghemat biaya! Kita tidak memerlukan pemandu, karena memang rame sekali orang-orang dengan tujuan yang sama menuju pendakian.
Kami pun mengikuti arus [orang-orang yang mendaki] dengan penuh semangat. Tua muda, besar kecil tak terkecuali, semua dengan satu tujuan. Pendakian yang tadinya aku pikir akan berat, terasa ringan karena kebersamaan.
Well sobs, episode pendakian dan ada apa di atas bukit sikunir ini akan dilanjutkan pada postingan berikutnya yaaaa......
Saleum,
Al, Bandung, 19 November 2012
73 comments
mbak Al.. Idah bilangnya naik AVANZA lhoo.. kok jadi Xenia,,?? hihih
ReplyDeletepertamax nggak ea??
okey... aku baca postingan sebelumnya dulu ya... :)
itu mah bukan terminal, mbk.. meuni sepi pisan kituu.. .
tukang ojegnya ganteng nggak mbak?
#halah ngaco.. wlkwkwkk
Yg bener adalah Xenia....
DeleteYup, pertamax dirimu say....:)
Hadoooh, lupa pula merhatiin tukang ojeknya euy! Coba tanya Una.... he he...
Tenang tenang tenang. .
Deletemalah pertama mau naik AVP, tapi kata mamahku nanti goncang-gancing, kegedeab.
Sudah naik avanza, tapi sama mas sopirnya dituker xenia yang sedang dipakai temannya di daerah terminal sawangan.
Begonoo. . .:D
Kalau ada agenda ke lombok kabar2 ya, Mba Al. :D
Sip.... pasti dikabari.... :)
DeleteaYUUUKKK KE lOMBOKKKKK.....#eh
DeleteHayuuuuk....
Deletehahahhaaa,....#klo ke Lombok bakal hard permission neh kayaknya
DeleteAyo buktikan jika dirimu mampu mendapatkan ijinnya Rie.... enaknya sih kita2 aja, kalo bawa pasangan biaya pun jadi double toh? hihi
DeleteKata Mbak Rie masak next plan ke Jogja @.@
DeleteTau deh yang mau ke Jogja...
Hihihihi...
@Ririe Khayan : Kalo ke lombok aku ikuuuuuuuuuuuuuuuutttt....
Deletehuuuu ... Ribut ... ribut ... hahahahaha Piss :p
DeleteSaleum,
ReplyDeleteSerunya perjalananmu itu cutkak, walaupun capek tentu sangat puas bertemu teman2 blogger sambil menikmati panorama Alam.
Saleum cut bang,
DeleteIya, bener banget.... capek tapi puaaaaas sekaleee.... hehe
hehehheeh pengalaman yang menarik...
ReplyDeleteYup, menarik banget....
Deletehuaaa asyik bener mbak bisa ke dieng sama2 temen blog ya
ReplyDeleteHe eh mba.... asyik banget! :)
Deletehmmmm ... asiknya ... yuk mendaki lagi yuk ... :p #sumpahngiri
ReplyDeleteHayuuuk Mas! Kapan? :)
DeleteWEW...ngiri duang tapi ngabur mulu deh mas SM
DeleteDari trio macan di tambah Idah jadi the fantastic four...
ReplyDeleteHe he, mas Insan bisa aja nih...:)
Deletehahah, pantastic pour.
ReplyDeletenggak enak rasanya kalo nggak ngikut komeng2 :D
tante tante pada liburan keliling jawa, besok2 jangan lupa bawa tenda biar nggak bingung tidur dimana :p
Eh ada ponakan nih komeng dimari.... besok2 gimana kalo kamu yang handle urusan tendanya? Setuju kan ponakanku sayang? :D
DeleteTAnte Ririe setujuhhh....kita berangat bawa tas ransel duang
DeleteYup, biar nak Rivai yang sedia tendanya ya tante Rie.... wkwkwk
Deleteyoaaa....
DeleteSetujuuu, Mas Vai yang bawa tendaaa... ahahaha...
Deletecoba om stumon ikut gabung.....judulnya bkn fantastic four lagi...hihihi :D
ReplyDeleteJdnya apa donk mba? :D
Deleteluar bisa perjalananya.. kalau ada lagi ajak ajak dong.. kali kali bisa dirayu kayak Ririe juga hehehhe
ReplyDeleteHe he.... yup. Sungguh sebuah perjalanan yg begitu mengasyikkan lho....
DeleteSerius ingin ikutan? :)
hoaaaaeeemmmdg segenap jiwa da raga mencoba melek dan membaca dg seksama,,ga berhasil dan hanya cuup terpana dg foto nya aj, nunggu post selanjutnya aja deh :D
ReplyDeleteingin segera lanjut nih mi, tapi foto2 belum sampai ke aku nih... masih sama Una, Rie dan Idah...
Deleteweee....tungguin poto2 dariku ya mbak Al, soale reportaseku bakal lanuching after hiatus kayaknya
DeleteYo wes, hayuk atuh kirim foto2nya segera Rie, biar aku sortir dan kita posting kan disini....
Deleteaku juga pernah ke dieng. sempet foto sunrise, ih jariku beku gak bisa ngetik di keypad hape
ReplyDeleteMemang dingin banget mba, tapi sekarang ini ga terlalu lagi kok.... :)
Deletewaaa..., jadi kepengen ngikut, udah lama pwngen ke sana, belum kesampaian juga..
ReplyDeleteSaya orang mbanjar malah belum sampai sikunir mba...
ReplyDeletehehhe
wah, sayang banget kalo belum kesana, hayo kesana atuh, sebelum keindahan itu memudar lho!
DeleteMenanti kisah perjalanan ini dengan penasaran...
ReplyDeleteMudah2an suatu saat akan mengantongi ijin untuk petualang sejenis ini...
harap ditunggu dengan sabar ya mba, kurang lengkap rasanya kalo ga menampilkan foto2, sayangnya foto2 itu msh di kamera nya Una, Rie dan Idah tuh...
Deleteayo mba, usahakan memperoleh ijin... try your best! :)
Nunggu ceritanya langsung aja deh dari Mbak Al ...
ReplyDeleteSip teh! ntar diceritain yaaa... :D
Deleteseru banget 4 cewek bersatu, eeh itu mbak una kok kayak ora ilang toh di atas bangku panjang kayu gitu :p
ReplyDeleteemang seru banget lho Niar.... asyik!
DeleteHehe... bukan kayak orang ilang, tapi kayak anak ayam kehilangan induk kali? hihi
hahahahah kan ada ganti induknya toh mbak, itu ada mbak al :p
Deletepanorama dieng memang sungguh begitu indah, jd teringat 12 tahun lalu...
ReplyDeletesemoga ada waktu dan kesempatan kesana lagi...
Wah, kalo 12 tahun lalu, pasti dinginnya masih luar biasa ya mas?
Deleteseru banget perjalanan kalian berempat mbak Al.
ReplyDeleteapalagi aku pun sudah sangat ingin main ke Dieng
tapi masih sebatas rencana molooo
eh malah mbak Al tau2 udah ke sana hehehe
nunggu cerita selanjutnya deh yaaa
Hehe... aku sendiri juga ga nyangka lho mba jika tiba-tiba aja berangkat ke Dieng. Ini bisa mudah bagiku karena kan diriku anak kost. Coba kalo tinggalnya di rumah ibuku, pasti sulit ijinnya. Mendengar mau daki gunung, wah ibuku pasti akan siap siaga tuh menghalanginya... hihi.
DeleteKalo suami mah, ijinnya gampang dikantongi. Dia percaya penuh bhw istrinya mampu dan mandiri. Eh malah dia ngajak ke Dieng Desember nanti. Pergi ga yaaaa? hihi
Ok mba, nantikan cerita selanjutnya yaaa....
slmat siang mebk. knjngan perdana mmberi spot. knjng balik mbk'y
ReplyDeleteKemarin memang Ririe memutuskan untuk tidak jadi ikutan dalam misi ini, karena pekerjaan kantor yang seabrek sudah menantinya di Senin ini.... namun berkat rayuan dan negosiasi [yang kata Ririe maut banget],
ReplyDeletembak, aku tau rayuan siapa yg paling mauut, ehhm,
nice trip mbak, aku dipamerin mbak Ririe tuh di sepanjang hari senin....
yeeeee....awas ya kalau buka rahasia di sini...#diapain kira2 yaakk
Deletehaha, ancamannya buat siapa nih? Nurul apa Alaika nih Rie? hihi
Deletekeduanya deh biar adilll....#sama rata sama rasa
Deletenext trip ajak Nurul juga yuk...
DeleteNext trip mbak Al harus ke banyuwangi, Ijen, Baluran, pulau merah, and so on and so on,....
Deleteooo... aku kira bule dari mana, ternyata kak Una...
ReplyDeletekopdar lagi nih?
Yup, Kopdar untuk yang kesekian kalinya, sambil mbolang...
DeleteBule dari mana hayo???
Deletemasih untung terminal sunyi kayak gitu mbak. kalo malam di kota dekat kampung ini gelap gulita, paling banter cuman ada bebrapa lampu yang menyala. btw, asyik juga perjalanannya.
ReplyDeletebegitu ya bung?
DeleteHe eh, perjalanannya asyik banget lho!
Hahahhaa...mmg rayuan maut poouullll. Aku belum bikin postingan Mbak. Kayaknya bakal pending lumayan neh, gpp kan biar menikmati cerita versi Mbak AL, Una dan Idah dulu.
ReplyDeletePoto2nya segera dikirim kok...tungguin yahhh
Ok ga papa, ditunggu foto2nya yaaaa..... can't posting without foto nih.... :)
DeleteWiii eike di situ cakep banget...
ReplyDeleteMau pergi lagiiii...
Saya belum pernah ke DIeengg T_T,... ceritakan lagi pengalamannya kk :)
ReplyDeleteasyik banget tripnya kak :)
ReplyDeleteowh nooo mantep banget dah tuh trip
ReplyDeletekapan saya bisaaa owh tidakk
hmmm syukurlah akhirnya kalian pada berangkat...yang kucemaskan adalah Ririe...bisa ga ya dengan perjalanan jauhnya itu...hi hi hi akhirnya nongol juga tuh anak di pinggiran gapura terminal, salam buat mu ya Rie....
ReplyDeleteSaya belom kenalan sama Mba Idah dan Mba Ririe. lumayan juga kalo pas maen kesana ada temen ya Mba Al..
ReplyDeletefoto2 pas toko nya udh pada tutup, biar ga malu di liatin ya :P
ReplyDelete