Titik balik di Usia Cantik. Pasti sudah pada tau donk apa yang dimaksud dengan titik balik? Eits, belum tau? Titik balik adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peristiwa penting yang dapat mengubah kehidupannya, dari situasi terpuruk menjadi kembali bersemangat, dari situasi yang hanya berlindung di zona aman beralih ke dengan berani menghadapi tantangan guna menggapai harapan, dari situasi kalut berpindah ke berani menghadapi masalah dan mencari solusinya. Begitulah kira-kira definisi dari titik balik. Jadi udah pada ngeh, donk, sekarang, ya, Sobs?
Setiap orang tentu akan menemui yang namanya titik balik. Dan kali ini, aku pengen sharing tentang titik balik di mana aku kembali menemukan diriku. Eits, emang hilang kemana dirimu, Al? ☺ Yah, begitulah.
Once upon a time…,
Aku, yang masih berjiwa muda kala itu, pernah salah banget dalam mengambil keputusan. Sebuah keputusan untuk menentang orang tua tercinta, dan menikah dengan ayahnya Intan tanpa restu keduanya. Entah cinta macam apa saat itu yang melanda diri, pendek cerita, aku justru sepakat dengannya untuk kabur dari rumah, sehari selepas wisuda sarjanaku. Entah kemana logika dan rasa baktiku pada orang tua, yang telah mengasah, asih, dan asuh diriku serta berjuang dalam hal financial untuk menggenapkan pendidikanku hingga menjadi seorang sarjana. Entahlah, Sobs! Singkat cerita, pembangkanganku itu tentu berbuah petaka. Aku di-blacklist oleh kedua orang dua, dan akses silaturrahmi pun ditutup rapat hingga ke adik-adik. Sungguh, masa-masa pahit yang tak akan luput dari ingatan dan menjadi pembelajaran ke masa depan. Memang sih, bahagia bersuamikan ayah Intan tentu iya, namun di sudut lain sisi hati, ada ratapan pilu seorang anak yang merindukan belaian kasih ayah bundanya. Hiks…
Begitulah. Aku dan ayahnya Intan hidup di Medan, terkucilkan dari ayah dan ibu nun jauh di Aceh sana. Meninggalkan mereka selama 9 tahun tanpa ada kesempatan yang diberikan padaku untuk boleh kembali. Berbagai upaya aku lakukan agar ayah dan ibu membuka hati, namun tetap saja, pintu besi itu tertutup rapat dan malah kian meninggi. Sering gerimis basahi hati, kala Intan bertanya kapan kita mudik nengokin Abuchik dan Mami (panggilan untuk Oma dan Opa dalam bahasa Aceh). Yang hanya bisa kujawab, 'nanti donk, sayang, jika Aceh sudah aman dari konflik'. Miris, miris dan miris. Gerimis pasti menerpa jika tanya ini muncul dari bibir mungil putri tercinta. Namun mau gimana coba, Sobs? Hati keduanya begitu beku. Hanya keajaiban yang bisa menggoyahkannya.
Tsunami Melanda, Runtuhkan Tembok Amarah di jiwa.
Yup. Di sinilah titik balik itu, Sobs. Tsunami melanda, tepat di 26 Desember 2004. Sebuah momen penuh air mata dan derita yang justru terjadi di saat aku memasuki gerbang #UsiaCantik. Tiga puluh lima tahun usiaku, di saat pintu besi pembatas ampunan dari ayah ibu mulai terbuka. Tsunami, bencana dasyat yang ternyata juga membawa banyak hikmah dan pembelajaran bagi kita semua. Di balik kehilangan ratusan ribu jiwa dan materi yang tak terkira, justru ada anugerah di baliknya. Salah satunya untukku. Allah SWT menjabah doa-doaku untuk diterima kembali di pelukan ayah bunda, justru setelah gelombang dasyat itu menghumbalang tanah Aceh tercinta.
Restu Orang Tua berbanding lurus dengan Aliran Rezeki
Rumus itu telah berulang kali aku buktikan sendiri, lho, Sobs! Hidupku mulai berubah. Jika dulu aku larut dalam kesedihan, maka terbukanya pintu hati ini justru menjadi pemicu semangat juang yang meluap untuk berbuat lebih baik. Tak hanya itu, Sobs. Titik balik ini membuat pintu peluang mulai terbuka lebar. Kembali ke Aceh dalam rangka mencari orang tua yang terkena musibah tsunami, justru berbuntut jauh. Tak hanya mencari orang tua dan membantu keluarga tercinta bangkit dari keterpurukan. Namun aku justru mendapat kesempatan emas untuk membaktikan diri bagi masyarakat tanah kelahiran, dengan bergabung bersama sebuah international NGO, bernama Medical Teams International, untuk involved di dalam project trauma healing yang sedang dilakukan oleh NGO ini kala itu. Sebuah tujuan mulia yang menggetarkan hati, dan yang paling bikin bahagia adalah karena aku terlibat langsung di dalam proses ini, setelah tentu saja aku dibekali ilmu trauma healing terlebih dahulu oleh conselor kami.
Titik Balik dan Peluang di Usia Cantik.
Yah, terkadang dalam hidup ini, kita memang tak pernah merencanakan untuk mendapatkan ini dan itu. Semuanya mengalir begitu saja, namun secara nyata menuntun kita untuk berani mengambil sikap. Bagiku, ini adalah sebuah kesempatan emas yang Allah berikan bagiku justru di usia cantik. Di usia tiga puluh lima tahun, aku mulai dianugerahi kesempatan demi kesempatan untuk mulai bisa bekerja sesuai dengan passion dan kata hati. Alhamdulillah, ya Allah. Setelah penderitaan panjang, akhirnya titik balik itu menghampiri diri. Mulai dari medical NGO yang bantu para tsunami survivor healing their trauma, hingga ke project-project rehab-recon (rehabilitasi-rekonstruksi) Aceh paska tsunami di bawah berbagai bendera lembaga international yang bekerja di wilayah bencana ini. Sebuah peluang emas yang justru silih berganti terbuka lebar pada saat aku berada di rentang #UsiaCantik. Jika kebanyakan teman sering pesimis dan mulai kehilangan percaya diri, terutama dalam hal mendapatkan pekerjaan di usia ini, karena tersugesti bahwa tak banyak employer yang mau mempekerjakan karyawan baru di usia ini, namun aku justru mensugesti serta mengupayakan diri agar menjadi pribadi yang berkualitas secara skill maupun in attitude sehingga kita bisa menjadi pribadi yang bernilai jual tinggi. Yup, sugesti positif dan upaya untuk mewujudkannya, adalah kunci sukses dalam meraih kehidupan yang sukses dan bahagia. Menurutku, lho, ya 😊
Perjalanan Dinas ke berbagai Daerah
Sudah pasti, namanya juga menjadi pekerja kemanusiaan, yang bekerja di wilayah bencana. Traveling ke daerah yang penuh debu, gersang kerontang karena baru saja dilanda tsunami adalah hal yang sudah biasa. Lapar dahaga melanda tanpa daya untuk segera memuaskan diri dengan asupan makanan bergizi penuh nutrisi. Bisa bertemu dengan nasi dan satu dua jenis lauk saja sudah syukurnya luar biasa, deh, Sobs, kala itu. Namun semua itu, tak pernah mampu menutup rasa bahagia yang memancar sempurna dari hati, karena kami menyadari sepenuhnya bahwa pekerjaan yang satu ini justru memberi manfaat langsung bagi masyarakat di mana kami sedang bekerja. Bahagia di hati begitu nyata kala melihat senyum tulus terkembang sempurna di bibir para penerima manfaat dari program yang sedang kami jalankan kala itu. Alhamdulillah, I am happy with these all.
Ya, happy, walo seringkali akibat dari kunjungan ke daerah-daerah ini sering membuat kulit wajah kering kerontang, bahkan dihampiri noktah-noktah pencemar estetika, aku tetap tak pernah gentar untuk terus melakukannya.
Emang ga takut kulit wajah jadi jelek dan penuh noda-noda hitam dan keriput yang mulai hadir karena faktor usia?
Sumber Foto : Youtube |
I am ready to face the world.
Kalimat ini seringkali menjadi quote, yang sering aku tempel cantik secara offline mau pun online, sebagai pemacu semangat tempur menghadapi aneka warna dan badai kehidupan. Ga tau kenapa, bagiku kalimat ini memang ajaib. Setiap mengucapkannya, walo di dalam hati, langsung bagai mantera. Aku tersugesti untuk memang ready to face the world.
Seperti ketika Ayahanda tercinta ditegaskan oleh tim dokter untuk tak perlu lanjut ke tahapan bypass jantung, karena kinerja jantungnya yang sudah sangat lemah. KMaka, selain pasrah, aq nekad untuk keluar dari zona nyaman. Mengundurkam diri dari Kedubes Turki yang keren dan kece, untuk kembali ke Bandung. Mau kerja apa, Al, di Bandung?
Tinggal cari, dan jika hati sudah positif maka semesta tentu akan membantu. Tak pakai lama, Alhamdulillah, sebuah posisi apik dibukakan oleh Allah sebagai jalanku kembali ke Bandung untuk temani Ibu merawat Ayah yang sakit. Alhamdulillah ya, Rabb. See? Sugesti dan pemikiran positif, akan mengarahkan langkah kita untuk upgrade kualitas diri, agar layak untuk diminati. Di penghujung usia cantik dan memasuki usia bijak, peluang baru terbuka untuk alurku yang baru.
Moral of the story yang ingin kusemat sebenarnya ini, lho, Sobs!
'Pertambahan usia hanyalah soal waktu. Pertambahan kerut wajah, penurunan daya lihat dan lainnya, adalah niscaya. Mari sikapi dengan bijak, rawat dengan baik dan pupuk dari dalam dengan nutrisi penentram jiwa. Sehingga kecantikan luar dalam kan tetap mempesona. Bukankah the life is begin at forty? Lalu, kenapa harus risau? 😊
"Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L'Oreal Revitalift Dermalift."