Museum Tsunami Aceh
Aceh, tak hanya terkenal sebagai tanah rencong atau bumi Iskandar Muda. Namun juga masyur sebagai daerah konflik yang sukses membelenggu masyarakatnya di dalam lembah derita dan ketakutan tiada tara. Pertarungan antara kelompok separatis dan tentara Republik Indonesia, sukses pula menempatkan masyarakat Serambi Mekkah ini ke dalam kemelut dan rasa was-was tanpa batas, hingga menghambat langkah dalam mencari nafkah dan berkembang luas. Hingga kemudian, sebuah tragedi dasyat datang melanda, meluluhlantakkan seluruh tanah dan bangunan yang ada di atasnya, membinasakan manusia dan hewan ternak yang ada serta menutup kisah kehidupan ratusan ribu jiwa manusia dan menyempurnakan penderitaan masyarakat yang tersisa.
Aceh porak poranda, Indonesia dan dunia berduka dibalut lara! Namun, Allah SWT tidaklah menurunkan ujian tanpa jawaban, tidak pula mencoba tanpa melengkapi hamba-Nya dengan senjata pamungkas hadapi cobaan yang diberikan-Nya. Begitu juga dengan musibah dasyat yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 itu. Allah melengkapinya dengan senjata menakjubkan berupa ribuan bantuan yang mengalir spontan dan sigap baik dari lingkup nasional mau pun international. Membuka pintu gerbang Aceh yang sekian lama terisolir dan menaburkan kecambah perdamaian dan persahabatan yang tumbuh subur dan cepat, bantu Aceh bangkit dari keterpurukan.
Kini... berkunjung ke Aceh, sama sekali tak terlihat bekas-bekas jika tanah ini pernah dilanda gelombang dasyat mematikan beberapa tahun lalu itu. Aceh telah bangkit, bersolek dan cantik! Mulai dari jalanan, bangunan, gedung perkantoran, penginapan atau hotel di Aceh telah siap sedia menyambut siapa pun yang melangkah masuk ke bumi Iskandar Muda ini. Lalu kemanakah kita harus menelusuri jejak dan efek yang ditimbulkan oleh gelombang maut itu? Tenang, Sobs! Ada beberapa tempat special yang wajib Sobats kunjungi jika berkunjung ke Aceh [baca : Banda Aceh] dalam rangka napak tilas jejak tsunami. Salah satunya adalah Museum Tsunami Aceh!
Berdiri megah bak sebuah kapal dengan geladak raksasa [tampak depan dan samping] lengkap dengan cerobong asapnya, atau malah terlihat seperti gelombang tsunami yang meliuk [tampak atas], terletak di jalan Iskandar Muda - Banda Aceh dan dapat kita kunjungi setiap harinya [kecuali Jumat] dalam rentang waktu antara pukul 9.00 - 12.00 wib dan 14.00 - 17.00 wib.
Sang pemenang sayembara disain gedung megah ini, yaitu Pak Ridwan Kamil [RK], yang kini menjabat sebagai walikota Bandung, memang tak main-main dalam rancangannya. Berkonsep rumoh Aceh [rumah traditional Aceh berupa rumah panggung], diharapkan gedung eksotik ini akan dapat berfungsi sebagai escape building [bukit penyelamatan] disertai sebuah taman berbentuk bukit yang tentunya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif area penyelamat jika terjadi banjir mau pun tsunami di masa datang. Selain itu, RK tak lupa menyediakan space for 'the hill of light' dimana pengunjung bisa meletakkan karangan bunga.
Eksterior gedung juga tak kalah apik. Konten lokal yang menggambarkan keragaman budaya Aceh dan akrabnya hubungan habbumminannas terpatri rapi pada fasade dinding bangunan, berupa anyaman yang berbentuk seperti formasi tarian Saman yang terkenal itu lho!
Lalu bagaimana pula dengan interiornya? Nilai apa saja yang kita dapatkan dengan berkunjung ke gedung mewah nan eksotik ini? Yuk ikuti perjalananku napak tilas di dalam gedung ini, dan mari bersiap merasakan aneka aura dan sensasi magis yang aku rasakan saat memasuki dan menilik museum yang tiada duanya ini yuk!
Source |
Aceh porak poranda, Indonesia dan dunia berduka dibalut lara! Namun, Allah SWT tidaklah menurunkan ujian tanpa jawaban, tidak pula mencoba tanpa melengkapi hamba-Nya dengan senjata pamungkas hadapi cobaan yang diberikan-Nya. Begitu juga dengan musibah dasyat yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 itu. Allah melengkapinya dengan senjata menakjubkan berupa ribuan bantuan yang mengalir spontan dan sigap baik dari lingkup nasional mau pun international. Membuka pintu gerbang Aceh yang sekian lama terisolir dan menaburkan kecambah perdamaian dan persahabatan yang tumbuh subur dan cepat, bantu Aceh bangkit dari keterpurukan.
Kini... berkunjung ke Aceh, sama sekali tak terlihat bekas-bekas jika tanah ini pernah dilanda gelombang dasyat mematikan beberapa tahun lalu itu. Aceh telah bangkit, bersolek dan cantik! Mulai dari jalanan, bangunan, gedung perkantoran, penginapan atau hotel di Aceh telah siap sedia menyambut siapa pun yang melangkah masuk ke bumi Iskandar Muda ini. Lalu kemanakah kita harus menelusuri jejak dan efek yang ditimbulkan oleh gelombang maut itu? Tenang, Sobs! Ada beberapa tempat special yang wajib Sobats kunjungi jika berkunjung ke Aceh [baca : Banda Aceh] dalam rangka napak tilas jejak tsunami. Salah satunya adalah Museum Tsunami Aceh!
Berdiri megah bak sebuah kapal dengan geladak raksasa [tampak depan dan samping] lengkap dengan cerobong asapnya, atau malah terlihat seperti gelombang tsunami yang meliuk [tampak atas], terletak di jalan Iskandar Muda - Banda Aceh dan dapat kita kunjungi setiap harinya [kecuali Jumat] dalam rentang waktu antara pukul 9.00 - 12.00 wib dan 14.00 - 17.00 wib.
Sang pemenang sayembara disain gedung megah ini, yaitu Pak Ridwan Kamil [RK], yang kini menjabat sebagai walikota Bandung, memang tak main-main dalam rancangannya. Berkonsep rumoh Aceh [rumah traditional Aceh berupa rumah panggung], diharapkan gedung eksotik ini akan dapat berfungsi sebagai escape building [bukit penyelamatan] disertai sebuah taman berbentuk bukit yang tentunya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif area penyelamat jika terjadi banjir mau pun tsunami di masa datang. Selain itu, RK tak lupa menyediakan space for 'the hill of light' dimana pengunjung bisa meletakkan karangan bunga.
Eksterior gedung juga tak kalah apik. Konten lokal yang menggambarkan keragaman budaya Aceh dan akrabnya hubungan habbumminannas terpatri rapi pada fasade dinding bangunan, berupa anyaman yang berbentuk seperti formasi tarian Saman yang terkenal itu lho!
Lalu bagaimana pula dengan interiornya? Nilai apa saja yang kita dapatkan dengan berkunjung ke gedung mewah nan eksotik ini? Yuk ikuti perjalananku napak tilas di dalam gedung ini, dan mari bersiap merasakan aneka aura dan sensasi magis yang aku rasakan saat memasuki dan menilik museum yang tiada duanya ini yuk!
Yuk Masuk Ke Museum!
1. Tsunami Passage [Koridor Temaram nan sempit]
Rasanya tak habis-habisnya aku memuji ide kreatif dan ciamik dari RK, yang bisa-bisanya menghadirkan 'aneka nuansa' di dalam diri pengunjung museum tsunami ini. Bayangkan, Sobs! Kita disambut oleh sebuah lorong sempit nan lebih dari temaram, diiringi bunyi gemericik air yang perlahan berubah menjadi deru gelombang, sukses menghadirkan imaginasi di pikiran bahwa seperti inilah detik-detik mengerikan itu. Dimulai oleh suara air mengalir yang dalam hitungan menit menderu memecah pendengaran, ditambah percikan air yang menerpa wajah dan rambut/hijab, sukses menghadirkan rasa gentar dan putus asa, seolah menyedot kita ke masa di saat gelombang maut itu menerjang! Sayangnya, pengelola gedung tidak membenarkan adanya kilatan blitz pada kamera apa pun yang kita gunakan, sehingga jadinya hanya foto buram inilah yang berhasil dijepret oleh kamera BBku. :)
Lantai basah oleh percikan air yang mengalir di tepian dinding koridor. Deru suara air yang kadang perlahan kadang gemuruh, sukses mendirikan bulu roma. Gentar! |
Dalam temaram dan perasaan gentar, langkah kaki akan membawa kita ke tempat yang lebih bercahaya, bernama Memory Hall.
2. Memory Hall
Cahaya terlihat lebih memadai di ruang ini. Beberapa meja dilengkapi layar monitor berdiri tegak, menyajikan dokumentasi berupa slideshow peristiwa tsunami, 26 Dec 2014 itu, baik yang terjadi di Aceh maupun di Nias.
Source |
*Space of Hope [Ruang Harapan]
Nah, beranjak dari ruang slide show, langkah kaki akan menuju sebuah ruangan yang kembali membuat bulu kuduk merinding deh, Sobs! Sensasi 'luar biasa' akan hadir di dalam diri saat kita masuk ke ruang berbentuk silinder ini. Namanya adalah Sumur Doa.
Sumur Doa [Blessing Chamber]
Ruang ini berbentuk silinder yang tinggi menjulang. Suasana saat kami berkunjung kala itu sunyi sepi pula. Hanya aku dan seorang teman. Hiii, bulu kudung serasa berdiri, namun hati tersayat nyeri. Tanpa disadari air mata malah sudah membasahi pipi. Alunan ayat-ayat suci yang lirih berkumandang, disertai pemandangan di dalam silinder/ruangan itu, berupa tempelan nama para syuhada yang melekat erat pada dinding silinder, seolah berbicara 'inilah kami, para korban tsunami itu!'. Sediiih, miris!
Nama-nama itu seakan berbicara, seakan berusaha menyampaikan derita yang telah menimpanya. Sungguh, jangan buru-buru meninggalkan ruangan yang satu ini, karena sensasi yang kita rasakan di sini sungguh luar biasa. Aku sendiri, mampu merasakan sebuah sensasi yang gimana yaaa? Sulit diungkap, bercampur diantara ketakutan, kepasrahan dan sebuah harapan. Apalagi kala mata kita kemudian menengadah ke bagian paling atas dari ruangan silinder itu. Bersiaplah untuk menyebut asma Allah. SUBHANALLAH ya Allah. Sungguh piawai RK dalam menerapkan ide ini. Tataplah ke atas, Sobs! Dipadu oleh temaramnya cahaya di dalam sumur doa ini, maka cahaya bertuliskan ALLAH di puncak silinder ini akan terlihat seperti sebuah cahaya bulan harapan. Sungguh bikin kagum deh! Kok bisa RK nemu ide ini ya? :) Ckckck...
Menurutku, RK berusaha menciptakan alur/filosofi seperti ini; setelah berjuang di dalam seretan arus gelombang maut, maka para korban akan terhempas ke dalam sebuah lorong/sumur, di mana para korban masih berjuang keras untuk menyelamatkan diri [naik ke atas], yang kehilangan daya, akan tenggelam/terseret arus dan tertinggal di dalam 'sumur' sementara yang selamat akan naik ke atas [melalui mulut sumur yang bercahaya bertuliskan Allah itu]. Keren ya idenya Pak RK? Ckckck.
Atrium of Hope
Tak hanya sampai di situ, Sobs! Pak RK masih membawa kita napak tilas pada perjalanan selanjutnya. Yaitu ke atrium harapan. Para korban yang selamat [the survivor] kemudian akan berjalan berlahan atau dibantu oleh para relawan melalui lorong berliku yang panjang dan unik, namun memberi kesan menenangkan. Sebuah jembatan bernama jembatan harapan, juga sukses memberi kesan damai saat kita menjalaninya, menuju sebuah wilayah harapan, berupa ruangan yang luas, terang dan lapang. Lagi dan lagi, harus kuakui, RK piawai dalam menciptakan alur cerita, hingga pengunjung dibuat seolah sedang merasakan apa yang terjadi kala itu. Jangan lupa, Sobs! Perhatikan ikan warna warni yang berenang lincah di kolam berair jernih yang terletak di bawah jembatan harapan. Rasakan ketenangan dan kelegaan hati saat menatap mereka deh! :)
Perjalanan kita belum usai, Sobs! Masih ada bagian yang juga menakjubkan, yaitu pada langit-langit atrium harapan, yaitu berupa bendera-bendera negara donor, yang bersatu padu membantu Aceh dan Nias untuk bangkit kembali. Betapa perdamaian dan persahabatan begitu berarti dan terasa indah, rasakan saat kita menatap bendera2 yang disisip tulisan 'damai'/peace dalam bahasa mereka sendiri. Bahagia deh rasanya, Sobs!
Well, perjalanan langkah kaki kita selanjutnya adalah menuju ruang multimedia, dimana film peristiwa terjadinya tsunami diputar dan diputar kembali. Disinilah kita dapat memetik pembelajaran dan hikmah, yang tentu akan menuntun kita untuk bersikap arif menghargai kehidupan, dan menjaga alam serta bersiaga terhadap bencana. Ruangan lain yang tak kalah menarik adalah ruang pamer, yang menggelar saksi-saksi bisu yang telah digempur bencana, rekam jejak proses rehab rekon, rancangan bangunan tahan gempa, diorama, model diagram patahan bumi, dan lainnya. Juga ada sebuah perpustakaan yang menurutku nyaman banget untuk dijadikan tempat istirahat seraya melihat-lihat koleksi buku bersejarah.
Lelah oleh perjalanan panjang yang mengharu biru ini? Tenang, jika tak suka bersantai di perpus, masih ada kantin yang siap menyodorkan aneka makanan dan minuman pelepas dahaga. :) Atau malah ingin sekalian belanja souvenir? Ada! Tuh, masih di dalam gedung, jadi ga panas2an kan? Ayo diborong! Hehe.
Masih ingin lanjut dan nikmati keindahan eksterior gedung? Sok, langsung meluncur keluar melalui tangga turun, dan nikmati duduk-duduk santai di pelataran atau bagian tepi kolam, dan nikmati lincahnya para ikan menari kesana kemari. :) Eits, jangan lupa, foto narsis harus lho! Apalagi di gedung ini banyak banget spot menarik untuk diabadikan sebagai background tuh! Berfoto di atas jembatan harapan, kayaknya jangan sampai ketinggalan deh!
Lelah dan saatnya shalat? Langsung saja ke bagian mushola, dan setelah itu makan siang di kantin sebelahnya ya, Sobs! Hehe.
Oke deh, sekian dulu liputan ala Alaika Abdullah terkait museum tsunami Aceh yaaa. A recommended place you HAVE TO visit! Belum ke Banda Aceh kalo belum ke museum tsunami Aceh lho!
Artikel ini diikutsertakan dalam
Salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Banda Aceh,
Al, Bandung, 29 April 2014