Berangkat ke Turkey? Gratis pula! Siapa coba yang akan menolak? Ada lho, ibuku! Beliau enggan memenuhi undangan adikku untuk berkunjung ke sana, karena sedang ingin beribadah puasa dengan khusyuk di tanah air. Sehingga, anugerah itu pun dilimpahkan ke pangkuanku, yang serta merta membuatku bak keruntuhan rembulan! Hehe.
Ya iya lah, perjalanan ke Istanbul, lanjut ke Belarus dan Iran, jika harus bayar sendiri, tentu akan menghasilkan ceruk yang sangat dalam bagi dompetku yang memang sedang menurun income-nya. Makanya, saat mendapatkankehormatan kesempatan menggantikan ibu, aku langsung okeh donk! Didukung pula oleh Intan, jelas membuat hati mantap untuk melangkah. Aih, kapan lagi kan traveling ke luar negeri secara gratis tis tis! Ticket dan visa arrangement juga diurus langsung oleh adikku yang telah sekian tahun menetap di Istanbul. Asyik!
Dan, hari keberangkatan itu pun tiba, 21 Juli 2013, Ramadhan pertengahan dengan meeting point antara aku dan Ayah, di Kuala Lumpur. Aku berangkat dari Bandung menuju Kuala Lumpur, sementara Ayah berangkat dari Banda Aceh menuju Kuala Lumpur. Adalah aku yang tiba duluan di LCCT [airport khusus Air Asia], karena jam penerbanganku kala itu adalah sekitar pukul 08.00 pagi hari waktu Indonesia.
Menanti Ayah yang baru tiba di LCCT sekitar pukul 5 sore hari waktu Kuala Lumpur. Menanti sendirian di LCCT, bukanlah hal yang buruk. Apalagi bagiku yang penggila online world, hehe. Asyik-asyik aja, apalagi hotspot bisa diakses bebas, walau limited of time. Tapi dengan tiga perangkat yang aku miliki, cukuplah untuk tetap bisa akses ke free hotspot yang tersedia, secara berkesinambungan antara BB, tablet dan Macbook.Harus smart donk! Hingga tiba waktunya beranjak ke airport lainnya, yaitu KLIA guna melanjutkan penerbangan via Malaysia Airlines, yang akan terbang pada pukul 1 dini hari.
Baca juga: First Day in istanbul
Penantian panjang menanti pukul 1 dini hari, lagi-lagi bukanlah hal yang menjemukan, karena airport negeri jiran ini sungguh nyaman. Membuat aku dan ayah, betah-betah saja. Semua spot yang tersedia, sanggup bikin passanger betah deh. Coba kalo bandara-bandara di tanah air kita juga bisa seperti ini, pasti bahagia banget deh, Sobs! Ya Allah, semoga negeriku tercinta juga bisa membangun fasilitas-fasilitas keren seperti ini dengan bersungguh-sungguh, biar semakin bangga rakyatnya. Hiks..
Tak terasa, perjalanan sekitar 9 jam pun kini akan mencapai akhir. Bandara Attaturk telah di depan mata dan siap menerima roda pesawat MAS yang kami tumpangi untuk mendarat. Alhamdulillah. Hari telah pagi, dan aku yakin, adikku dan istrinya tentu telah menanti. Perjalanan panjang yang tak membuat lelah saking excitednya membuat hati berseri. Ingin segera bertualang di negeri indah bernama Turkey. :) Istanbul, here we come!
Subhanallah, sungguh, bandara Attaturk ini luas sekali. Aneka rupa manusiaberjejer mengular bentuk barisan untuk pengesahan passport memasuki negeri dua benua ini. Aku dan ayah mengikuti line, bersabar hingga mencapai counter passport check. Kuperhatikan sebagian orang tidak serta merta bergabung di dalam barisan, melainkan menuju ke bagian pengurusan visa [on arrival] terlebih dahulu, baru kemudian bergabung ke barisan pengesahan paspor.
Baca juga: Cara Mengurus Visa Turkey
Turkey, memang merupakan sebuah negara cantik yang sangat paham bahwa tourism adalah merupakan salah satu aset menghidupkan negeri. Terbukti dengan kemudahan yang diberikan negeri ini di dalam pengurusan visa. Tak hanya menyediakan visa on arrival bagi banyak negara, namun juga memastikan bahwa visa pun bisa dibeli secara online, seperti yang kami lakukan. Visa online, memang tidak bisa kita tempel di dalam passport, karena dia berupa selembar kertas yang dikirim online dan kita print untuk ditunjukkan ke petugas imigrasi negara tersebut. Tapi sungguh sebuah cara yang sangat membantu calon visitor dalam menghemat waktu. Keren deh pokoknya. :)
Ya iya lah, perjalanan ke Istanbul, lanjut ke Belarus dan Iran, jika harus bayar sendiri, tentu akan menghasilkan ceruk yang sangat dalam bagi dompetku yang memang sedang menurun income-nya. Makanya, saat mendapatkan
Dan, hari keberangkatan itu pun tiba, 21 Juli 2013, Ramadhan pertengahan dengan meeting point antara aku dan Ayah, di Kuala Lumpur. Aku berangkat dari Bandung menuju Kuala Lumpur, sementara Ayah berangkat dari Banda Aceh menuju Kuala Lumpur. Adalah aku yang tiba duluan di LCCT [airport khusus Air Asia], karena jam penerbanganku kala itu adalah sekitar pukul 08.00 pagi hari waktu Indonesia.
Menanti Ayah yang baru tiba di LCCT sekitar pukul 5 sore hari waktu Kuala Lumpur. Menanti sendirian di LCCT, bukanlah hal yang buruk. Apalagi bagiku yang penggila online world, hehe. Asyik-asyik aja, apalagi hotspot bisa diakses bebas, walau limited of time. Tapi dengan tiga perangkat yang aku miliki, cukuplah untuk tetap bisa akses ke free hotspot yang tersedia, secara berkesinambungan antara BB, tablet dan Macbook.
Baca juga: First Day in istanbul
Penantian panjang menanti pukul 1 dini hari, lagi-lagi bukanlah hal yang menjemukan, karena airport negeri jiran ini sungguh nyaman. Membuat aku dan ayah, betah-betah saja. Semua spot yang tersedia, sanggup bikin passanger betah deh. Coba kalo bandara-bandara di tanah air kita juga bisa seperti ini, pasti bahagia banget deh, Sobs! Ya Allah, semoga negeriku tercinta juga bisa membangun fasilitas-fasilitas keren seperti ini dengan bersungguh-sungguh, biar semakin bangga rakyatnya. Hiks..
Perjalanan tengah malam
Sesuai jadwal, kami pun terbang pada tengah malam. Dan ini adalah perjalanan pertamaku ke Eropa, pada tengah malam pula. Sungguh bikin exciting, deh, Sobs! Ditambah pula dengan pesawat yang begitu nyaman dan luas, plus penumpang multi ras yang tampan rupawan ahai, sungguh bikin hati adem. Hehe. Pramugara dan pramugarinya juga ramah pisan, sungguh membuat perjalanan kami menjadi asyik dan menyenangkan. Makanan yang disediakan di pesawat ini juga delicious dan disajikan beberapa kali. Asyik deh pokoknya, namun akhirnya, yang namanya kantuk berhasil mendominasi. Tertidurlah kami dalam lelap, hingga secercah cahaya indah membersit di ufuk Barat.
Cercah cahaya dari jendela pesawat. Foto koleksi pribadi. |
Visa Turkey/Istanbul
Subhanallah, sungguh, bandara Attaturk ini luas sekali. Aneka rupa manusia
Baca juga: Cara Mengurus Visa Turkey
Turkey, memang merupakan sebuah negara cantik yang sangat paham bahwa tourism adalah merupakan salah satu aset menghidupkan negeri. Terbukti dengan kemudahan yang diberikan negeri ini di dalam pengurusan visa. Tak hanya menyediakan visa on arrival bagi banyak negara, namun juga memastikan bahwa visa pun bisa dibeli secara online, seperti yang kami lakukan. Visa online, memang tidak bisa kita tempel di dalam passport, karena dia berupa selembar kertas yang dikirim online dan kita print untuk ditunjukkan ke petugas imigrasi negara tersebut. Tapi sungguh sebuah cara yang sangat membantu calon visitor dalam menghemat waktu. Keren deh pokoknya. :)
Istanbul, Here We are!
Akhirnya, selesai sudah urusan pengesahan passport, dan sebuah stempel berbahasa Turkey pun duduk manis di dalam lembaran passport-ku. Seneng banget rasanya. Bertambah lagi koleksi stempel berbagai negara yang duduk manis di dalam buku mungil bersampul hijau lumut ini. :)
Tak sabar kami melangkah menjauh dari counter passport control, ingin segera bertemu dengan adikku dan istrinya yang pasti telah menanti di luar ruangan. Dan benar saja, dari kejauhan mereka sudah berseru memanggil Ayah dan aku, dengan senyum sumringah bahagia.
Pelukan hangat keduanya, adalah sambutan bahagia menerima kedatangan kami, dan kuyakin, petualangan seru akan segera dimulai. Bulan Ramadhan, tentu tak akan menjadi penghalang. Istanbul, here I am! Istanbul, here We Are!
Menggunakan mobil dan sopir kantornya, adikku mengajak kami tidak langsung ke rumah, melainkan touring singkat ke suatu taman, yang begitu indah, di dekat istana Attaturk. Penasaran dengan touring singkat penyambut kedatangan kami? Nantikan reportase berikutnya pada next post ya, Sobs!
Next Post: First Day in Istanbul
Next Post: First Day in Istanbul
Rangkaian catatan perjalanan tiga negara,
Al, Bandung, 9 Juli 2014