Ehem! Akhirnya duduk manis menjawab tantangan dari adinda yang ganteng, Hijrah Saputra Yunus, sang Gamin [Agam admin] grup Gam Inong Blogger, tentang 30 fakta tentang diri sendiri. Inginnya sih menjawab tantangan ini sesegera mungkin alias ASAP [
as soon as possible], tapi apa daya, ternyata ASAP-nya baru sampai sekarang ini. Hihi.
Well, berbicara tentang fakta mengenai diri sendiri, sebenarnya bukan hanya 30 sih, tapi bisa lebih banyaaaaak. Tapi ya sudahlah, coba kita duduk manis dan memilih serta memilah, mana yang layak tampil yang kira-kira bisa bikin Sobats
cengar cengir yak!
Okeh, inilah 30 fakta tentang akyu.... *
gayalebay,
etapi..., karena 30 poin plus penjelasannya bakalan panjang, maka postingan ini aku penggal jadi dua bagian deh yaaa, siap?
1. Anak pertama dan satu-satunya perempuan
|
Foto milik pribadi |
Terlahir sebagai anak pertama dan satu-satunya perempuan, ternyata tidak membuatku menjadi anak yang dimanja. Kesetaraan gender telah diterapkan bahkan sejak aku kecil. Huft. Mulai dari [ikutan] jaga burung di sawah hingga ke angkut air dari sumur di luar rumah [di pojokan pekarangan nun jauh di sana], untuk dibawa masuk dan diisi ke dalam beberapa guci [reservoir] penampung air. Huft, kayaknya ini nih yang bikin eikeh tumbuh menjadi cewek yang tidak tinggi, gegara kedua tangan asyik mengangkut air di dalam ember [timba] plastik yang lumayan besar ituh, jadinya tubuh juga ikut memendek kali ya?
emang ngaruh?
2. Anak Desa yang Happy and Ndeso
Terlahir sebagai anak desa, di sebuah desa bernama Lamkawe, Kembang Tanjung, membuat masa kecilku
happy dan
ndeso. Walo ga punya lembu atau pun kerbau, aku selalu 'curi-curi' dari pandangan ibunda untuk bisa main ke rumah tetangga sebelah, yang menugaskan anaknya [teman satu kelasku] untuk menyuapi makanan ke lembu mereka. Diam-diam aku akan hadir di sana, dan menggantikan tugas Balah, temanku itu menyuapi sang lembu. Dan lembunya? Langsung semangat deh makannya saat disuapi oleh aku. Iya dunk, kan aku udah rapi dan wangi saat main ke situ, sementara si Balah, masih bau sawah!
Eits, Mantemans pernah nyuapi lembu/sapi/kerbau makan? Hihi... asyik lho!
3. Anak perempuan yang sangat pemalu
Nah, fakta yang ini, terjadinya duluuuu sekali! Bukan sekarang lho ya? Duluuuuuu, aku tuh tumbuh sebagai anak yang sangat pemalu. Entah kenapa, rasanya sulit sekali untuk berbicara di depan orang-orang yang tidak serumah dengan kami. Apalagi jika ada tamu, maka, jangan harap mereka bisa bertemu denganku, itu pula yang membuat aku selalu saja paceklik di saat hari raya. Ya iyalah, gimana coba mau dapat salam tempel, sementara bertemu muka dan salaman dengan para tamu aja malyuuu. *idih
4. Malu-maluin
Ini adalah efek dari sifat pemalu ku yang luar biasa itu, Sobs! Jadi critanya begini. Suatu hari, ayahku sakit dan ga bisa ke kantor seperti biasanya. Nah, karena setiap harinya, Om Amin, rekan sejawat ayah selalu melewati gang rumah kami saat akan
ngantor, maka aku diminta ayah untuk menanti Om Amin lewat, dan menitipkan surat ijin Ayah ke beliau. Maka, aku dengan pede menanti di ujung gang. Aku yakin, pasti aku akan dengan gagah berani menyetop Om Amin nanti. Ga perlu malu, toh Om Amin kenal baik denganku, anak ayah!
Namun, olala! Jreng...jreng! Om Amin pun tiba, dan melambatkan laju sepeda motornya, lalu menyapa. "Halo Al, kok main di jalan? Ga sekolah?"
Ow..ow! Aku kok malah gemetar. Dan gugup menjawab. 'Masuk siang, Om. Lagi nyari capung."
Ampyun, kok malah jawaban itu yang keluar dari mulut
eikeh? Hadeuh! Gaswat ini, bisa ngamuk
deh baginda raja yang sedang atit. Dan begitu si Om Amin berlalu, sekonyong-konyong
feeling-ku mendung kelabu. Kebayang amukan sang baginda begitu tau suratnya masih duduk manis di dalam saku jaketku. Hihi. Upaya terbaik yang sanggup kupikirkan kala itu adalah, menangis! Ya, MENANGIS. Maka aku pun mengusap air mata sambil balik ke rumah, yang langsung disambut oleh sang Baginda, heran.
'Lho, kok anak ayah nangis? Kenapa? Udah dikasih surat ayah?'
Hadeuh, gaswat!
'Banyak kali nyamuk, Yah. Hu..hu..hu. Suratnya lupa Al kasih... maaf, Yah..."
Dan, aku pun kena setrap!
5. Anak perempuan tomboy
Untungnya, fase malu-malu dan malu-maluin ini tidak berkepanjangan. Ayah menemukan cara jitu. Tidak memaksa apalagi melatih aku untuk terampil bicara apalagi menerjunkan aku ikutan
public speaking course, tapi malah membelikan buku tulis warna warni serta kelir dan buku gambar. Lalu aku pun tenggelam di dalam merangkai kata, menggambar dan menulis cerita. Aih, ayah tuh tauuuuu aja kebutuhan anaknya. Aku pun asyik dengan
hobby baru dan kepercayaan diri yang tiba-tiba saja tumbuh. Aku dengan bangga sering menunjukkan hasil karyaku pada teman-temanku, teman ayah atau siapa saja yang datang dan menyapa. Tanpa kusadari, sifat pemalu itu terkikis sudah, dan malu-maluin itu, juga menyingkir. Hehe. Etapi, akunya malah berubah menjadi anak perempuan tomboy dan garang. Suka mendominasi kalo bermain dengan teman-teman, bahkan kadang suka
ngakalin. Hihi. Hush, ssst! Diem!
6. Ga mau sekolah
Jika anak lain begitu
happy dimasukkan ke sekolah, maka aku merasa itu sebagai sebuah siksaan tingkat dewa. Aku ga mau dan ga suka sekolah. Hari pertama hingga ketiga, aku hanya bertahan 10 menit di sekolah, lalu nangis minta pulang. Sementara si Syukri, anak tetangga kami, begitu girang dan bangga bersekolah. Dengan bangga dia menghapal nama-nama hari yang dia pelajari di sekolah. "Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu.... itulah nama-nama hari," dan berbagai 'temuan baru yang dia peroleh dari sekolah. Aku? Hanya melongo! Aih, si Syukri sudah mulai pinter, sementara aku? Ketinggalan jauh! Apalagi mamak mengompor-ngompori.
"Tuh, lihat kalo mau sekolah, kita jadi pinter! Lihat tuh Syukri, sebentar lagi dia akan semakin pinter, sementara kamu? Tertinggal dan jadi anak bodoh. Ga mau kan anak mamak jadi anak bodoh?"
Dan, aku pun memberanikan diri, untuk bertahan duduk di kelas,
teteup, ditemani mamak [tepat duduk disampingku] sampai semingguan.
Minggu kedua, mamak pura-pura mau pipis, dan menghilang.
Oh, mau ninggalin anaknya begitu saja? Noway! Dan aku pun tanpa ba bi bu, langsung meninggalkan bangku yang aku duduki, dan ambil jalan pintas menuju rumah. Dan? Aku tiba duluan di rumah kami, sukses membuat sang paduka ratu terbelalak dan marah, begitu beliau sampai di rumah. Hihi. Dan..., aku pun kena setrap! Tapi akhirnya, Alhamdulillah, karena kuatir akan ketinggalan oleh Syukri yang semakin gaya, aku akhirnya mampu bertahan di sekolah. Dan taukah, Sobs? Syukri, tinggal kelas lho! Hehe.
7. Suka berdialog sendiri
Eh, bukan gila lho ya! Aku tuh suka banget berdialong di dalam hati. Menciptakan dialog dan adegan-adegan seperti cerita gitu di dalam hati. Misalnya, saat sedang mencuci piring, aku tuh sepertinya sedang melamun, padahal sedang bikin cerita anak, yang idenya muncul selintas dan langsung aku kembangkan dulu di dalam pikiran, baru nanti setelah selesai tugas, aku tuangkan di dalam buku.
8. Suka mandi di kali dan cari sisa padi di sawah
kejam straight banget dalam menjagaku. Ga boleh mandi di kali, nanti kudisan! Ga boleh terjun dari jembatan ke dalam kali, nanti kakinya patah! Ga boleh ikutan teman-teman cari sisa-sisa padi di sawah yang sudah di panen, lalu dijual kiloan.
Bikin malu ibu saja, emangnya ibu/ayah ga sanggup ngasih makan? Huft. banyak banget larangannya.
Sebagai anak desa, kebiasaan mandi di kali atau sungai adalah hal yang lumrah bukan? Etapi, tidak bagi ibuku. Beliau itu
Namanya juga anak-anak khaaan? Maka eikeh pun sembunyi2 deh melakukan kegembiraan ini. Pulang sekolah, kami segerombolan anak desa, langsung deh buka baju [masih kelas 3 SD] kalo ga salah, masih bebas buka baju atas dan hanya bermodalkan CD, kami langsung terjun bebas dari atas jembatan, meluncur manis [kaki bersila] ke dalam air sungai. Siapa yang posisi jatuhnya benar-benar bersila, maka dia hebat! Dan itu adalah dirikuh, hihi. Sedang asyik-asyiknya beratraksi dan baru saja pantatku menjejak air sungai, pinggangku sudah dicubit oleh seorang teman yang berada paling dekat denganku. Memberi isyarat ke atas jembatan. Aku pun tengadah, dan oh em ji, seorang wanita tangguh sudah berdiri garang, dengan sapu lidi! Memberi isyarat memanggil pake tangan dengan gaya angkuh. Hiks, ibuku sudah di atas jembatan, dan aku bagai si gumar apus yang malang, melangkah lunglai menuju paduka ratu. Hiks.
Lain waktu, aku dan teman-teman mencari sisa padi di sawah. Lumayankan, bisa dijual, nambah-nambah uang saku. Hihi. Berhasil dapat sekantong kresek ukuran sedang. Aih, mayan banget ini. Etapi, adaaaaaa aja yang lapor ke paduka ratu. Aku pun disetrap. Hiks.
9. Punya bakat bisnis sejak kecil
Ibuku, sang paduka ratu, sudah jelas akan melarang ide ini. Tapi aku kan ingin jualan [kacang asin] seperti beberapa teman sekelas! Maka, ide licinku
bukan licik ya adalah, meminta paduka ratu untuk menggorengkan kacang asin itu untuk aku konsumsi. Alasanku,
kan lebih sehat kalo mamak sendiri yang goreng, daripada beli dari mereka, belum tentu minyaknya sehat kan? *Masuk akal, pikir mamak, lalu permintaan ini pun disetujui dan dieksekusi*.
Dan..., aku pun berjualan dengan sukses. Iya lah, kacang asin bikinan mamak kan gurih dan bersih, ya pasti banyak yang beli dunk. Tapi ya gitu deh, adaaaa aja yang sirik! Ngadu. Dan aku pun dipanggil dan diinterogasi. Hiks. Bisnis kecil-kecilanku mandeg, di setop.
11. Menjatuhkan adik dari ayunan
Aku tuh hobby banget membaca buku cerita. Dan ayah adalah supplier buku cerita kelas wahid. Kami adalah mitra yang sangat klop. Dan ibu, tau aja memberikan tugas yang layak untukku. Yaitu menjaga adik. Yang paling aku suka adalah menjaga adik yang tidur pulas di ayunan. Jadi bisa dikerjakan sambil membaca buku.
Suatu hari, aku sedang tenggelam di dalam bacaan seru. Tanganku tanpa diatur telah begitu setia mengayun adikku yang lelap di ayunan. Sedikit saja bergoyang, tanganku akan langsung bertugas. Kali ini, si adik tak hanya menggeliat, tapi mulai ehek...ehek [menangis]. Aku masih asyik membaca, tanganku yang aktif mengayun. Semakin si adik menangis, semakin kuat aku mengayunnya. Hingga, volume tangisan itu akhirnya semakin meninggi, sementara bacaanku semakin seru. Maka satu-satunya cara adalah meningkatkan kekuatan ayun, dengan mata tetap pada buku. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, oalah, nasib malang menimpa adinda tersayang. Hentakan ayunan yang dihasilkan oleh tanganku, membuat ayunan itu berpindah tempat, dan meningkatkan volume suara tangis itu.
Mataku terbelalak, panik kala melihat ayunan beserta isinya sudah
parkir terkulai di lantai kayu rumah kami. Dan..., sang baginda ratu pun hadir di hadapan dengan angkara murka. Menggendong si adik mungil serta sebelah tangan satunya lagi merampas buku bacaanku, melemparkannya ke lantai. Tak luput, amarah sang baginda ratu pun meluncur bebas dari bibirnya yang indah itu. Hadeuh, adikku sayang, maafkan kakak yaaaa, ga sengajaaaa.... Hiks. Aku tak marah di setrap, karena itu murni salahku.
12. Mencekik bebek
Kisah ini juga berhubungan erat dengan hobby membacaku. Suatu hari, aku ditugaskan oleh baginda ratu untuk menjaga padi yang sedang dijemur di halaman rumah, agar tidak diserbu oleh gerombolan
siberat bebek tetangga yang sering bebas lepas.
Happy donk dikasih tugas begitu. Bisa membaca dengan santai
khaaan? Hehe. Dan membacalah diriku dengan asyik, tanpa sebentar pun mengalihkan pandangan ke hamparan padi yang sedang dijemur. Hingga kemudian, sebuah suara keras menghardik. "Ya ampun, Al! Itu bebek makan padi kita, kok malah dibiarin sih???"
Refleks, kualihkan pandangan ke sudut tikar di mana padi dihamparkan. Ya ampun,
gerombolan si berat segerombolan bebek sedang berpesta pora. Geram, aku berlari menyerbu, gerombolan ini pun lari tunggang langgang, Berhasil kuraih salah satunya. Tanpa pikir panjang, kuputar leher bebek itu hingga gelagapan.
Cengap-cengap dia, barulah aku tersadar oleh suara jeritan melengking baginda ratu.
"Aaaaaal! Lepaskan, mati nanti bebek itu!" Dan aku pun tersadar, refleks menjatuhkan bebek itu, yang terkulai lesu, menghirup udara perlahan dan gelagapan. Duh, hampir saja aku jadi pembunuh, ampuni hamba ya Allah..., dan malamnya, aku menerima tausiah dari ayah. Hihi.
13. Berantem dengan teman sekolah
Memasuki kelas 5, kami sekeluarga pindah ke Sigli. Jadi anak baru di sekolah yang baru. Asyik! Aku yang tak lagi pemalu, langsung dapat banyak teman baru. Malah jadi disegani gara-gara aku membela teman sekelasku [cewek] yang dibully oleh teman sekelas [cowok] yang memang bandel dan gatel.
Masak, si cowok meraba payudara [yang sebenarnya masih rata] milik temanku. Sakit dan pelecehan dunk itu. Refleks tanganku meraih ruler yang tergeletak di meja teman cewek itu, dan spontan mendarat di tangan si pelaku pelecehan itu. Perih dunk, orang aku mukulnya sekuat tenaga. Eh, si cowok marah, dan menonjok dadaku. Sakit banget! Refleks, kakiku pun melayang ke selangkangannya, sukses bikin dia menjerit. Impas. Lalu kami bergumul, dan dilerai oleh ibu guru. Dan aku langsung terkenal sebagai Al yang jago kungfu. Haha. Kungfu apaan? Kungfu dari film mandarin yang sering aku tonton di video kami iyaaa. Hihi.
14. Membiarkan Adik dicium orang gila
Punya adik baru, jelas
happy dunk. Dan ini adalah adik bungsuku, yang beda usia denganku terpaut 12 tahun. Saat itu aku kelas 6 SD. Pagi hari, aku dan kak Nong, tetangga sebelah, suka banget membawa si adik jalan-jalan di depan pendopo Bupati Sigli. Jalan-jalannya pake kereta dorong
baby lah. Suatu pagi, sedang asyik kami menghirup sejuknya udara tepi pantai, eh, si Mak Sani [orang gila yang suka merampas anak bayi], mendekat sambil menyanyi.
Aneuk lon sayang, aneuk lon sayang.... *diulang-ulang dengan suara cempreng. Kami pun berlari menjauh dari si Mak Sani. Sayangnya, kami berdua lupa mengikut-sertakan si adik yang sedang tidur di dalam kereta dorong baby di dalam pelarian kami. Jadilah si adik bebas didekati dan dicium oleh si Mak Sani.
Gaswat! Mati deh eikeh! Terbayang amukan baginda raja dan ratu, tapi ga ada cara lain, apapun resikonya, aku menyayangi adikku sepenuh hati. Dan yang paling bisa menyelamatkan adikku adalah baginda raja dan ratu. Kami pun berlari tunggang langgang secepat mungkin menuju rumah yang memang tak jauh dari tekape. Kujelaskan pada mamak, yang langsung meluncur bak dewa halilintar menuju Mak Sani yang sudah mengembalikan si adik ke dalam box kereta dorong itu. Aku dan Kak Nong, tak berani lagi mendekat, hanya memantau dari jauh seraya berdoa. Selamatkan adik hamba ya Allah.
Alhamdulillah, mamak dan bapak berhasil menyelamatkan adik, dan aku serta Kak Nong, sukses menerima wejangan plus hukuman. Hiks.
15. Pindah ke Banda Aceh
Memasuki kelas 1 SMP, semester dua-an, kami sekeluarga pindah ke Banda Aceh. Dan mulailah kami jadi orang Banda. Yeay! Sayangnya, tinggal di kota besar, malah tak lagi memberi banyak petualangan bagiku dan adik-adik. Aku jadi murid baru di SMP Negeri 2 Banda Aceh. Aku dapat teman-teman baru yang sangat menyenangkan. Beda tempat, beda pula permainan dan kesenangan. Tapi waktu bermain, sudah otomatis berkurang, karena pelajaran pun sudah mulai lebih banyak menyita waktu. Selain belajar di sekolah, aku dan teman-teman pun ikutan berbagai kegiatan ekstra kurikuler, juga ikut les. Ya gitu deh.
Well, Sobats, postingan ini sudah terlalu panjang, jadi untuk poin 16 sampai 30 kita lanjut di postingan berikut di
30 facts about me part 2
catatan iseng, 30 fact about me part 1,
Al, Bandung, 11 Oktober 2014