Seonggok ragu, sebenarnya sudah mengintip di hati bahkan sejak shalat Subuh tadi pagi. Namun karena janji yang sudah disepakati, maka kulangkahkan kaki dengan
Bismillah. Menumpang bus antar kota bertuliskan Arimbi, sampailah aku dua jam setengah kemudian di
tekape. Satu jam lebih cepat dari waktu yang kami sepakati. Karena aku yang lebih dulu sampai, maka adalah tugasku untuk mencari
meeting point sekaligus
meeting venue. Sengaja aku pilih sebuah cafe berinisial DD, yang secara umum memang nyaman untuk
hangout juga
meeting.
Hm, so far still so good. Sengaja kutahan diri dari keinginan wara wiri di Slipi Jaya Plaza yang begitu menggoda mata dan beresiko mengoyak dompet ini. Kuingatkan diri,
ingat dompet, Al! Banyak pengeluaran bulan ini, lho! Oops! Jadilah aku menenggelamkan diri ke dalam materi yang hendak kami bahas nanti, sembari tentu saja, berselancar jaya di dunia maya seraya mengutak atik Oppi (my smart Oppo) yang akhir-akhir ini mengulah. Setiap
download ato update applikasi baru, selalu aja keluar notif '
downloading error, not enough space' apa gitu....
Jadi, mumpung sedang berada di area
full wifi, langsung deh aku tenggelam dalam keasyikan utak atik Oppi. Hingga, waktu yang ditentukan tiba, dan si klien belum juga menampakkan diri, aku pun mulai was-was.
Ah, paling kejebak macet. Kunanti beberapa menit hingga kemudian aku pun jadi penasaran. Sms yang kulayangkan 1/2 jam lalu belum juga beroleh jawaban.
Aih, ada apa dengannya? Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengannya....
Akhirnya, kuraih juga
smartphone-ku untuk memanggil nomornya. Ya ampun, ternyata sudah ada sebuah sms yang nangkring manis di inbox.
'Al, maaf banget, tak disangka, istriku menyusul dan sekarang sudah ada di hotel. Ijinkan saya temui istri dulu ya, nanti saya ke tkp. Jangan pulang dulu, tunggu ya.' Oalah..., sang istri bikin surprise kah? Atau malah sedang jadi intel? Hihi.
Whatever lah, aku
rapopo seh. Kan
eikeh cuma teman dan punya sedikit kerjasama dengannya, tak lebih tak kurang. Jadi oke deh. Baiklah, aku tungguin deh. Kubalas dengan pesan singkat, 'OK Bos.'
Dua jam berlalu dalam damai, namun genderang perang mulai ditabuhkan oleh hatiku. Aih, ini ga ada kabarnya, sementara
eikeh kan harus balik ke Bandung. Bisa kemaleman nih, mana ga bawa Gliv.
Hadeuh. Kuraih
smartphone-ku dan menelepon nomornya. Aih,
nomor yang anda tuju sedang tidak aktif terdengar ibarat sebuah ejekan. Masak sampai harus matikan hape segala seh? Ya sudahlah, dibalik kecewa, kucoba berbesar hati. [Andaikan] aku di posisi istrinya, dan sedang menginteli suami, apa yang akan aku lakukan? Ih, tapi aku kan belum pernah melakukan hal seperti itu..., haha.
Ya sudah deh, mending pulang aja. Setengah lima aku cabut dari cafe DD dan chitchat sebentar dengan si abang tukang ojek di pinggir jalan, pas di depan Slipi Jaya Plaza. Menanyakan kendaraan apa yang bisa membawaku ke stasiun Jakarta Kota. Ditawarin naik ojek dia aja sih, cuma aku belum pernah naik Kopaja, jadi ingin mencobanya. Dan ternyata asyik juga! Aku kebagian jatah berdiri, seruuuu. Bersama beberapa penumpang lainnya, kami turun di stasiun Jakarta Kota. Sayangnya, ternyata kereta yang berangkat ke Bandung baru ada sekitar jam 9 malam. O ow! Jangan dunk. Maka aku disarankan untuk mencapai stasiun Gambir, karena kalo naik dari sana, aku bisa berangkat pukul 19.50 wib. Jadilah aku bergegas numpang ojek ke sana.
Perjalanan menembus kemacetan kota Jakarta di sore jelang malam seperti ini, bagi kebanyakan orang sudah pasti ngebosenin dan bikin bete, tapi bagiku yang jarang-jarang mengalaminya, menjadi sesuatu yang aku anggap fun. Apalagi si abang ojeknya termasuk gesit salip sana salip sini, bikin perjalanan tambah seru. Sampai-sampai aku jadi lupa dengan 'kekecewaan' yang ditimbulkan karibku tadi.
Benar saja, sesampai di Gambir, masih ada beberapa tiket yang available untuk ke Bandung pukul 19.50 wib. Itu artinya aku masih harus menanti sekitar dua jam kurang dikit lah. Tak ape, rapopo, yang penting pulang ke Bandung. Untuk menanti waktu keberangkatan, kuputuskan untuk hangout lagi di sebuah cafe. Kembali aku memilih cafe yang sama dengan yang di Slipi Jaya tadi. Sekalian beli donutnya untuk oleh-oleh deh.
Senja mulai turun, kumandang azan Magrib mulai diperdengarkan. Namun karena jemaah di Mushalla yang tak seberapa luas itu sedikit membludak, kuurungkan niat untuk shalat Magrib. Aku jamak di Isya aja deh ntar sampai rumah. Maka aku kembali menenggelamkan diri di dunia maya. Ya, bikin postingan ini nih! Hehe, biar ga bete gituh, Sobs! Iya dunk, ngapain juga kita harus bete, toh si karibku pun pastinya tak mengharapkan situasi jadi seperti ini. Namun apa daya, pasti dia tak kuasa melepaskan diri dari intaian dan pelukan sang istri, sehingga, dengan terpaksa, pertemuan dan meeting ini di-TIADA-kan dulu deh. Ditunda saja. Biarlah, yang penting damai. :)
Dan aku? Kecewakah aku? Hm..., iya sih, soalnya udah jauh-jauh datang dari Bandung gitu lho. Tapi ya sudahlah, ngapain juga memelihara kecewa, ntar aura negatif ini malah menyebar dan mempengaruhi energi sekitar menjadi negatif pula. Ah, mending aku utak atik foto saja, dan bermain-main di stasiun.
catatan penutup malam,
Al, posted from Argo Parahyangan, 6 November 2014