Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
Tas, adalah unsur penting yang senantiasa menemani penampilan seseorang. Tak hanya sebagai 'teman' jalan. Utamanya, tas ini adalah sebagai tempat kita menyimpan peralatan penting saat kita bepergian atau berkegiatan. Aku sendiri, rasanya bakalan ngerasa ada yang kurang, kalo bepergian, baik jauh atau dekat, jika tidak ditemani oleh sebuah tas. Kalian ngerasa demikian enggak, sih, sobs?
|
Sumber Foto: qlapa.com |
Bicara soal tas, aku tuh suka banget dengan tas selempang. Tau donk, yang gimana itu tas selempang? Itu, lo, yang diselempangkan di bahu. Tas jenis ini juga dikenal dengan sling bag. Kini model dan bahannya sangat beragam, dari mulai kanvas, denim, tenun hingga kain goni. Hayo, kalian punya yang gimana? 😊 Kalo aku sendiri sih, punya yang dari beberapa bahan ini, ada yang kanvas, denim juga yang tenun. Tapi paling sukanya sih yang dari bahan denim, dan hampir semuanya produk dari dalam negeri sendiri. Iya, donk, kan eikeh pecinta produk dalam negeri!
Fenomena yang tidak nyaman bagi para pengrajin tanah air
Ngomong-ngomong tentang produsen lokal, rasanya aku kok sedih ya? Utamanya sejak diberlakukannya CAFTA
(China ASEAN Free Trade Area) Januari 2010, di mana pasar lokal kita mulai dibombardir oleh produk dari negeri Cina. Bebasnya biaya masuk produk mereke ke negeri kita,
which is zero percentage, sungguh bikin miris. Ironisnya lagi, selain harganya lebih murah, produk negeri tirai bambu ini (China) juga kualitasnya lebih bagus. Tentu saja kondisi ini jadi mimpi buruk bagi para pengusaha lokal. Selain harus bersaing dengan sesama produk lokal, mereka harus bersaing dengan produk dari luar negeri.
Menjamurnya produk China di pasar
low end lokal seharusnya bisa menjadi motivasi bagi produsen lokal. Kita harus lebih berinovasi dan lebih gencar memasuki pasar negara China dengan produk premium. Pemerintah juga harus membuat kebijakan untuk menyelamatkan produsen lokal. Misalnya dengan membatasi produk China dan mendukung perkembangan produk lokal. Jika tidak demikian, produsen lokal akan tumbang satu persatu dan menambah angka pengangguran. Ya kan, sobs?
Industri kreatif lokal selama ini punya peran besar terhadap perkembangan ekonomi. Produk tersebut di antaranya
fashion, kerajinan serta kuliner. Tiga sektor itu berkembang pesat tetapi tetap masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi.
Pertama, kurang tersedia data dan informasi untuk mengembangkan usaha.
Kedua, kualitas desain serta kemasan.
Ketiga, infrasturktur usaha fisik masih lemah.
Keempat, terkait permodalan. Jadi, untuk bisa bersaing dengan produk luar, industri lokal masih harus banyak berbenah. Jadi jangan berpuas diri di suatu level, melainkan harus terus berupaya meningkatkan kualitas diri.
Meski menggiurkan, berjuang di pasar produk kreatif tidak gampang
Iya, sih.
Saying is easy, but doing is difficult! Kenyatan menunjukkan bahwa saat ini banyak produsen industri kreatif yang bermunculan dan kisah keberhasilan mereka begitu menginspirasi. Sehingga, lahirlah kreator-kreator lain dengan ide baru dan produk berbeda. Namun, untuk bisa berkembang di ranah industri kreatif ini tentu tak mudah. Dibutuhkan keuletan dan upaya yang konsisten untuk terus meningkatkan kemampuan diri. Dari mulai ide, pengolahan hingga pemasaran.
Sebagai contoh, pengalaman Andreas Bimo Wijoseno, seorang pengrajin asal Sleman, Yogyakarta. Wijo berhasil mengubah karung goni menjadi sebuah produk dengan nilai guna serta estetika tinggi. Awalnya Wijo melihat karung-karung itu menumpuk begitu saja. Barang yang dianggap sampah dan dipandang sebelah mata ini lewat tangan Wijo diubah menjadi produk bernilai guna. Produk yang dihasilkan diantaranya topi, dompet, tas ransel, selempang, dll.
|
Keren yaaa? Berkelas banget, deh! |
Untuk menghasilkan produk seperti tas selempang dengan bahan dasar karung goni ini, Wijo hanya dibantu istrinya. Misalnya saat memasangkan kancing dan mencuci karung. Dalam proses menjahit, Wijo hanya melakukannya seorang diri tanpa bantuan orang lain. Ada beberapa kesulitan saat menjahit bahan baku ini sehingga butuh kesabaran dan ketelatenan.
Ragam kreasi lokal berkualitas internasional
Kerajinan tangan lokal lain yang banyak dicari adalah produk tenun. Ada banyak produk tas selempang dihasilkan dari tenun. Beberapa produk unik dan layak dimiliki tersebut diantaranya:
• Tas selempang etnik dan ekonomis dari Simulakrum Handmade. Tas selempang unik ini diproduksi oleh pengrajin asal Malang, Jawa Timur. Tas selempang atau sling bag ini adalah produk andalan mereka. Kain tenun yang digunakan adalah jenis tenun Troso Jepara. Pada bagian penutup dilengkapi magnet tersebunyi sehingga lebih aman. Ukurannya cukup luas, sehingga cocok dipakai untuk membawa dompet, hp, buku, dll.
• Messenger bag etnik macho dari Meru Style. Tas selempang hasil produksi pengrajin ini diperuntukkan untuk para pria yang ingin tampil unik. Bahan yang digunakan adalah perpaduan kanvas dengan tenun. Akibatnya, pria yang memakai tas selempang ini masih terlihat sisi maskulinnya. Tas ini dibandrol dengan harga Rp.200.000-Rp.300.000
• Tote bag kombinasi tenun dan denim dari Swarnabag. Selain tas selempang, ada koleksi tote bag unik dari pengrajin asal Jakarta Selatan ini. Tote bag etnik adalah perpaduan tenun dengan denim. Pada bagian tali, pengrajin menggunakan kulit sapi agar produk ini tampil lebih mewah. Tenun yang digunakan cukup beragam, seperti tenun Sumba, tenun Pringgasale, juga tenun Pahikung.
Nah, padahal produksi dalam negeri kita udah cukup apik ya, sobs? Gak kalah dengan produksi besutan negeri Cina. Dan kalian pasti akan lebih terpesona lagi, deh, melihat produksi-produksi anak negeri kita, dengan bahan-bahan etnik mau pun non etnik dari dalam negeri sendiri, hasil kreativitas putra-putri tanah air. Kepo? Coba deh intip karya-karya mereka di Qlapa.com.
Pasar produk kerajinan yang dirawat dengan baik
Animo masyarakat Indonesia terhadap kerajinan lokal sebenarnya cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta, target pengunjung dan omzet pameran kerajinan tangan terbesar yaitu Inacraft. Hal inilah yang menarik minat Benny Fajarai dan Fransiskus Xaverius (Frans) untuk mendirikan Qlapa. Situs ini merupakan
marketplace khusus untuk produk kerajinan tangan buatan lokal.
Lewat
marketplace ini pengrajin dapat menjual produk mereka tanpa perlu khawatir bersaing dengan produk pabrikan. Pengrajin lokal juga bisa menghemat biaya pemasaran. Awalnya para pengrajin biasa memperkenalkan
brand lewat pameran. Kini, mereka bisa merambah pasar lebih luas lewat
marketplace ini. Target pembelinya juga lebih spesifik yaitu para penyuka produk
handmade.
Pembeli yang memilih produk
handmade umumnya tahu kalau produk
handmade punya kualitas terjamin. Sehingga, mereka dimanjakan dengan hadirnya situs ini. Pembeli juga bisa memesan produk custom yang sesuai keinginan mereka. Kalian sudah pernah belanja di sini? Cobain, deh! Koleksinya apik berkualitas dan
affordable!
Al, Bandung, 13 Maret 2018
-->