pinjem dari sini dan dimodiv |
Sebenarnya ingin menuntaskan postingan tentang Srikandi Blogger 2013 lebih dulu sih agar khatam. Namun perbincangan via telefon dengan putri tercinta, yang sedang kebagian tugas dari sekolah untuk bikin artikel tentang budaya Aceh, selain Peusijuk, akhirnya membuat tema postingan jadi melenceng deh. Ga papa lah ya, Sobs, jika kali ini kita dahulukan dulu bahan bacaan untuk si putri tersayang, yang saat ini sedang menanti di ujung barat pulau Sumatera, alias di Banda Aceh.
And for you, my dear diamond, ready for the story kan, nak? Ok, yuk kita mulai yaaa. :)
Mungkin banyak di antara kita yang sudah familiar dengan kata PEUSIJUK? Atau malah sebagian besar sobats, baru ini pertama kali mendengar/membacanya? Ah, masak sih, Sobs?
Oke, baiklah, kucoba untuk menceritakan sedikit saja tentang tradisi yang satu ini ya, karena kita kan harus strict to the title of the post tuh, Sobs, yaitu PEUTRON ANEUK MIT. Jadi porsi untuk PEUSIJUK cukup dikit aja deh, terlebih lagi, ananda Intan kan sedang menanti informasi tentang topik sesuai judul di atas tuh, Sobs!
PEUSIJUK [di daerah lain dikenal dengan istilah 'tepung tawar']
credit |
Uraian lengkap tentang ragam Peusijuk ini bisa dibaca di sini, juga di sini ya, Sobs!
PEUTRON ANEUK MIT
Nah, untuk anak Umi, sekarang baru deh kita cerita tentang budaya yang satu ini, udah pernah dengar belum nak? Budaya ini sebenarnya bukan hanya dimiliki oleh masyarakat Aceh, melainkan juga merupakan budaya dari suku-suku lain juga. Namun hanya berbeda pada nama dan detail prosesinya. Mungkin secara bahasa Indonesia, prosesi/tradisi ini dikenal dengan nama 'turun tanah'. J
foto koleksi pribadi, bagian atas adalah prosesi turun tanah [peutron aneuk mit] dan bagian bawah adalah Peucicap |
Well, back to the topic, adat Aceh yang satu ini dilaksanakan pada bayi yang telah memasuki usia 44 hari [namun ada juga yang melakukan tradisi ini pada saat si bayi berusia 7 hari, jadi tergantung pada daerah Aceh masing-masing]. Prosesi ini merupakan upacara pengenalan sang bayi, pertama kalinya terhadap alam sekitarnya. Biasanya, si bayi akan diturunkan ke halaman rumah oleh seorang ulama [orang yang alim] dan terpandang, dengan harapan agar si bayi kelak akan mengikuti perangai dan akhlak mulia sang ulama tersebut. Di sana juga akan ada prosesi PEUCICAP [mencicipkan makanan orang dewasa kepada si bayi], agar kelak si bayi tumbuh menjadi manusia dewasa yang normal dan berakal sehat.
PROSESI PEUTRON ANEUK MIT
Si bayi akan digendong dan dibawa ke halaman rumah dengan dipayungi, lalu orang yang menggendong akan berjongkok di bawah selembar kain panjang yang dibentangkan oleh 4 orang yang memegang masing-masing ujung kain. [Lihat foto di atas]. Lalu orang tersebut akan menurunkan si bayi secara perlahan dan menjejakkan kakinya ke tanah. Sementara itu, seseorang akan membelah kelapa, di atas kain yang dibentangkan tersebut dengan tujuan agar si bayi kelak tidak takut dengan suara petir yang menggelegar. Lihat foto di atas. Dalam upacara ini juga akan diiringi dengan lantunan syair dan lagu-lagu Islami.
Kelapa yang telah dibelah, akan diberikan [sebelahnya] kepada pihak orang tua ayah si bayi dan sebelah lagi kepada pihak orang tua ibu si bayi, dengan harapan agar kedua belah pihak tetap kekal dalam persatuan, rukun damai, kompak dan teguh dalam persaudaraan.
PEUCICAP
Setelah prosesi Peutron Aneuk Mit, maka selanjutnya si bayi akan dibawa ke dalam rumah, di mana telah disiapkan tempat dan makanan untuk dicicipkan kepada si bayi. Adapun makanan yang menjadi menu untuk Peucicap biasanya adalah berupa tumpoe [makanan khas Aceh yang terbuat dari tepung ketan dicampur adonan pisang yang digoreng], ketan kuning, paha ayam dan kurma, plus air zam-zam jika ada. Setelah prosesi Peucicap ini, lalu bayi akan dibawa berkeliling rumah, disertai lantunan shalawat nabi dan syair-syair Islami.
Biasanya nih, Nak, bagi ortu yang mampu, prosesi ini akan dilanjutkan dengan kenduri [mengundang para kerabat dan handai tolan untuk menikmati makanan yang disediakan]. Para tetamu yang hadir ini, biasanya akan memberikan sedekah uang kepada si bayi, dengan cara meletakkannya di dalam ayunan si bayi yang ditelah dihias sedemikian rupa, dan diletakkan di tengah ruangan.
Nah, begitu deh ceritanya tentang tradisi Peutron Aneuk Mit, yang merupakan salah satu dari tradisi masyarakat Aceh. Mudah-mudahan anak Umi dapat menangkap sebuah filosofi di sini ya nak, bahwa tradisi ini dilakukan sebagai tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, dimulai dengan memperkenalkan si bayi kepada lingkungan sekitarnya, memberinya kasih sayang, pangan, sandang dan papan serta ilmu pengetahuan kepada si bayi, hingga dapat menjadi anak yang sholehah nantinya. :)
Semoga dapat dimengerti ya sayang. Selamat mengerjakan tugas, sayangku! Dan bagi para sahabats yang mengikuti artikel ini, semoga ada manfaat yang dipetik dari postingan ini ya, Sobs! Have a nice week end!
sebuah catatan /informasi untuk buah hati tercinta, as requested.
Al, Bandung, 4 Mei 2013