My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty

Dunia media sosial khususnya Instagram dan Tiktok heboh! Bergemuruh oleh kehadiran seorang perempuan Indonesia yang tinggal nun jauh di belahan dunia lain, namun vibes-nya menggelegar ke seantero nusantara! Bahkan ke berbagai belahan dunia, di mana ada rakyat Indonesia di dalamnya!

Ups. Langsung pada ngeh ya siapa yang aku maksud? Hihi. Yess. Bener banget, bestie! Bunda Corla!

Bunda Corla

Yup, dunia pertiktokan gemuruh dengan cuplikan-cuplikan live si bunda Corla, yang amazingly mampu menyedot ratusan ribu penonton pada platform Instagram, lalu cuplikan-cuplikan ini diposting pada platform sebelah oleh para Tiktoker untuk menjadi konsumsi para penduduk di dunia Tiktok. 

Ajaibnya, seperti yang kita saksikan sendiri, cuplikan-cuplikan tersebut menjadi viral, dan semakin mendongkrak ketenaran si bunda, yang memang sudah tenar. 

Bukan rahasia umum lagi bahwa yang nongkrongin live si bunda di platform berwarna merah tersebut adalah para artis ternama, seperti Soimah, Saskia Gotic, Siti Badriah, dan nama-nama tenar lainnya, plus para pemilik akun Instagram centang biru, dan pastinya, para Instagramer lainnya, yang pastinya merasa terhibur dengan kehadiran si bunda, yang memang tampil apa adanya, humble, bawel, dan ceplas-ceplos.

Seketika, para penonton merasa terhibur, stres pun hilang, karena ikutan ngakak berjamaah dengan si bunda. Termasuk aku juga, loh, yang langsung merapat begitu dapat notif dari Instagram bahwa si bunda is live. Walau ga mantengin sepenuhnya, karena berbagai aktivitas lainnya, namun aku memang keluar masuk ke live si bunda, demi menyaksikannya cuap-cuap bergembiri, dan merasakan vibes positifnya yang memang bikin aku turut hepi. 

It is About The Attitude

Namun bukan lah hal ini yang ingin aku bahas, sih, melainkan tentang banyaknya para pemilik akun tiktok yang 'numpang viral' alias pansos a.k.a panjat sosial dengan memberikan komentar-komentar negatif, julid, dan pedas terhadap si bunda. 

Mencoba 'memancing' di air keruh. Ngejulidin Bunda Corla agar anak-anak online-nya si bunda Corla emosi, dan berkomentar di lapaknya. Semakin banyak yang berinteraksi di postingan tersebut, baik like mau pun komentar, nantinya oleh platform akan dianggap sebagai postingan yang menuai banyak interaksi kan, sehingga akan direkomendasi ke viewer lainnya, dan berpotensi VIRAL.

But..., apakah demi viral kita harus menjelekkan orang lain? That is the point!

Yup. Ibarat hidup bebas mengenyam kemerdekaan di dunia digital, tidaklah berarti bahwa kita pun bebas dalam meninggalkan jejak digital semau gue. Ada kaidah atau tata krama yang sebenarnya masih tetap kita junjung tinggi, toh?

Kehidupan di dunia digital itu kan sama persis seperti kehidupan kita di dunia nyata? Pelaku di balik akun-akun tersebut adalah manusia, toh? Kalo pun ada yang bot atau robot, toh tetap dikendalikan oleh manusia?

Begitu juga dalam bermedia sosial. Sebebas-bebasnya kita dalam berinteraksi, di dalam upload konten, atau berkomentar di akun atau postingan orang lain, tetap saja sih, menurutku, tata krama atau attitude harus dijaga, ya, gak, sih, bestie? 

Janganlah sampai kita menggores hati orang lain karena keluwesan jemari kita merangkai kata, ketajaman lidah kita berucap di dalam produksi VT (video), hingga terciptalah ujaran kebencian, perbuatan tidak menyenangkan, yang ujung-ujungnya justru menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Berujung pada tuntutan hukum jika orang yang kita cela/julidin ga terima sikap kita tersebut. Ye khaan?

Balik lagi ke Bunda Corla, salutnya tuh, si bunda tetap menjadi dirinya sendiri, terlepas apa pun komentar buruk yang datang terhadapnya. She doesn't care. Yang penting dia ga nyenggol duluan. Kalo pun dia balas komentar terhadap orang yang ngejulidin, lebih ke bentuk balasan yang EGP (emang gue pikirin), haha. Salut deh akutuh sama si bunda ini. 

Bunda Corla, cerminan khas anak Medan

Yup, dari pertama menonton cuplikan live si bunda yang diupload oleh beberapa akun Tiktoker di Tiktok, aku sudah langsung jatuh hati pada perempuan Medan yang sudah sekian tahun merantau di German ini. Kesederhanaannya, rasa syukurnya dalam menjalani dan memaknai kehidupannya, kebahagiaannya bekerja di salah satu resto cepat saji di Jerman itu, dan cerita kesehariannya yang dibagikannya tanpa jaim dalam setiap Live sessionnya, bener-bener membuatku salut dan appreciate banget akan attitudenya.

Gimana, ya? Emang sih, Bunda Corla ini kalo ngomong asal bunyi, sih, ya? Tapi emang begitu sih mamak-mamak Medan. Aku 9 tahun tinggal di Medan, dan memoriku langsung balik sempurna akan bahasa Medan sana, begitu mendengar bunda cuap-cuap dalam live-nya. 

Hamburan kata-kata khas Medan pun, yang mungkin bagi telinga sebagian orang terdengar kasar, dan dijadikan cela untuk menjulidinya, menurutku yang anak medan ini, sih, biasa aja. Lumrah, bagi kami anak medan. Mau digimanain lagi, emang udah begitu. Yang pasti, sebelum menghakimi, menurutku sih, tonton dulu sejenak live si bunda, jangan ujug2 ambil kesimpulan sepotong-sepotong. 

Kecuali emang mau pansos dengan cara menjatuhkan orang lain, itu aku no komen ya. Etapi, aku sempat bikin vt khusus juga sih di Tiktok, nge-stitch sesembak yang hobby banget pansos dengan ngejulidin si bunda. Habis, geram akutuh! Hehe.

Bunda Corla Mau Mudik?

Nah, udah dengar donk bahwa Bunda Corla mau mudik tahun depan? Sekitar Februari kalo ga salah ya? Wuih, asyik banget nih bagi teman-teman travel blogger Medan, bisa curi-curi kesempatan untuk kopdar dan ngajakin si bunda jalan-jalan di Medan donk ini..? Pasti bakalan seru nih, bertemu secara langsung dengan sosok fenomenal yang menjalani hidupnya dengan penuh rasa syukur, apa adanya, dan berhati lembut penuh tanggung jawab terhadap keluarganya.

Ah, kira-kira si bunda bakalan ke Jakarta enggak ya kalo mudik nanti? Pengen juga donk, kopdar dengannya! Hehe.

Al, RS. Siloam Hospital, Jakarta
24 Oktober 2022






Hey, hey, hey! Semoga pada sehat, ya! 

Ada yang keranjingan nonton drama series yang bercerita tentang kehidupan dan aktivitas para dokter, terutama dokter bedah di sebuah rumah sakit ternama? 

Nah, aku mulai kena racun serial-serial seperti ini, sebut saja serial Grey Anatomi, the Resident, dan the Good Doctor. 

Ah, serial-serial ini beneran bikin aku kesemsem untuk tidak melewatkan satu pun dari serialnya. Walau kisah-kisah yang mereka perankan atau gambarkan di sana tidak lah seutuhnya persis seperti yang terjadi di alam nyata, namun sudah pasti, ada banyak sekali pembelajaran dan insight yang aku dapatkan dari menonton episode demi episodenya, dan sudah pasti aku tonton secara urut season demi seasonnya.

Dan bicara tentang serial para dokter-dokter kece ini, yang kehidupan seksual mereka juga mencengangkan, hihi, aku jadi pengen mengulas tentang serial yang berkisah tentang seorang ABK (anak berkebutuhan khusus) dalam hal ini 'anak autis', yang ternyata justru mampu menjadi seorang dokter bedah yang mumpuni. 

About The Good Doctor

the Good Doctor
dr. Shaun Murphy

Drama seri yang aku bahas ini adalah serial yang diremake oleh ABC (American Broadcasting Company), yang terinspirasi dari kisah inspiratif dra-Kor yang berjudul hampir sama, yaitu Good Doctor yang diperankan oleh Park Jae-Bum, 2013. 

Nah, versi American-nya diperankan oleh Freddie Highmore, sebagai dr. Shaun Murphy, dan menjadi suatu tontonan yang menurutku sangat menarik untuk diikuti. Ga bikin bosen! 

Episode awalnya saja, dimana diperlihatkan tentang kisah perjalanan si anak autis a.k.a dr. Shaun Murphy, menuju salah satu rumah sakit ternama (RS. San Jose St. Bonaventure), untuk interview pekerjaannya di sana, justru terkendala oleh suatu peristiwa tak terduga, yang menarik dirinya menjadi pahlawan ajaib terhadap seorang anak yang secara tak terduga terkena pecahan kaca dari billboard bandara yang terjatuh dari gantungannya. Mengenai leher si anak dan mengalami pendarahan parah. 

Kerumunan terbentuk, menyaksikan si anak dibantu oleh seseorang yang mengaku dirinya adalah dokter. Namun Shaun menangkap ada yang keliru di dalam tindakan tersebut dan mencoba mengoreksinya, yang pada awalnya dianggap sebagai tindakan yang menyela dan kurang dipercaya. Namun singkat cerita, Shaun dengan keautisannya, dan sempat dihadang oleh petugas bandara yang mencurigainya, berhasil menyelamatkan si anak dengan kreativitasnya yang keren dalam menggunakan alat-alat yang serba minimalis. 

Aksi tersebut pun viral berkat media sosial, dan Shaun pun langsung menjadi pahlawan yang dikagumi dan dielukan. 


Namun di RS. San Jose St. Bonaventure...,

Seorang dokter senior, dr. Aaron Glassman, justru sedang mendapat serangan dari para dokter senior lainnya karena kehadiran dr. Murphy yang tak kunjung tiba. Dari awal, sebenarnya jajaran dokter-dokter senior ini keberatan menerima dokter berkebutuhan khusus (autis), karena mereka meragukan kemampuannya dalam bertindak nantinya. Apalagi untuk seorang dokter bedah. Namun dr. Glassman berjuang penuh dalam mempromosikan dr. Murphy untuk menjadi bagian dari tim bedah rumah sakit tersebut.

Menurutku, adegan perdebatan antara para dokter dalam menolak dr. Murphy juga sungguh menarik, terutama ketika tiba-tiba mereka menemukan bahwa dr. Murphy yang mereka nantikan justru telah viral di media sosial karena kepiawaiannya dalam menolong si anak yang mengalami kecelakaan di bandara tadi. 

Episode pertama di season pertama ini, benar-benar telah menyedot perhatianku, dan membuatku sangat menikmati adegan demi adegan, dan menambah insight tentang keautisan, kehidupan para dokter yang memang yaaaa, aktivitas mereka itu hampir seluruh waktunya itu memang habis di rumah sakit, gitu, loh! Pantesan ya, hubungan percintaan mereka pun jadinya tak jauh-jauh dengan mereka yang ada di lingkungan tersebut juga. Interesting!

Terus tentang dr. Murphy sendiri, aku jadi belajar banyak, bahwa ternyata anak berkebutuhan khusus pun, jika mendapat didikan yang sesuai dengan kebutuhannya, akan menjadi individu yang cemerlang dan bisa diandalkan!

Singkat cerita, drama seri yang satu ini, menurutku memang menawarkan banyak sekali insight, pembelajaran, dan hiburan. Tanpa sadar, kita menikmati tontonan sembari memetik banyak pembelajaran. Terutama tentang anak autis, ya. Tak hanya menjadi dokter yang andal, namun juga mampu menjadi seorang pasangan kekasih, calon ayah, bahkan kemudian menjadi seorang suami. What an interesting story. 

Bagi kalian, nih, bestie, yang juga seneng dengan kisah keseharian para dokter bedah, apalagi yang punya 'keistimewaan' seperti dr. Shaun Murphy, coba deh tonton serialnya. Jangan kuatir, drama series ini komplit, kok. Tamat, tuntas, tanpa menyisakan rasa sebel karena harus menunggu lanjutannya. Tuntas, tas, tas, pokoknya. 

Oya, bicara tentang anak berkebutuhan khusus, bagi kalian yang suka baca ketimbang nonton, nah, aku juga punya satu rekomendasi novel remaja yang cucok banget untuk dikoleksi dan dibaca, nih. Check it out, deh, yaa! 😊


Al, RS. MRCC Siloam Semanggi, 

Jakarta, 20 Oktober 2022

5 Tips Mengatasi Adiksi Gadget Pada Anak

Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran internet telah mengubah dunia. Telah memberikan begitu banyak pesona dan kemudahan bagi para penggunanya, melenakan, juga membuat lupa waktu. 

Internet memang bak pisau bermata dua, yang jika kita lihai menggunakannya maka kita akan memetik banyak keuntungan, namun jika tak piawai memainkannya justru akan menuai petaka. 

Adiksi Gadget Pada Anak

Baik terkoneksi melalui laptop, smartphone, tablet, atau perangkat lainnya, berada di dunia virtual memang memberikan sensasi dan nuansa tersendiri. Tak kenal usia, masyarakat digital memang begitu menikmati kehidupan yang satu ini. Termasuk pada anak. Yang mungkin dibawa dan diperkenalkan oleh orangtuanya ke dunia digital melalui gadget, sebagai obat mujarab yang bisa membuat mereka 'anteng'.

Awalnya, para orang tua mungkin berfikir bahwa ini hanya sebagai alat bantu yang bersifat sementara saja. Eh siapa sangka jika kemudian justru menjadi pengantar terjangkitnya adiksi terhadap gadget pada si anak. 

Kemarin, dalam salah satu sesi talkshow program literasi digital, di mana aku menjadi salah satu narasumbernya, ada seorang ibu yang berbagi kisah tentang kecanduan atau adiksi terhadap gadget yang telah menjangkiti buah hatinya, yang aku yakin bahwa bukan hanya ibu ini saja yang mengalami hal serupa, melainkan banyak sekali para orang tua di luar sana, yang juga telah 'dealing with this issue'. Tak hanya kecanduan gadget, tapi banyak anak-anak yang justru telah terjangkiti penyakit yang dikenal secara umum dengan istilah text claw.

TEXT CLAW?

Apa itu TEXT CLAW?

Hayo, ada yang baru mendengar tentang syndrome ini? Atau malah memiliki buah hati yang terjangkiti penyakit yang satu ini? Seperti yang diurai oleh dr. Taura, seorang dokter anak dalam blognya, Text Claw atau nama medisnya Cubital Tunnel Syndrome adalah keluhan rasa nyeri dan kram pada jari-jari, pergelangan tangan dan lengan bawah yang diakibatkan penggunaan gadget berlebih (misalnya mengetik di smartphone dalam durasi waktu yang terlalu lama dan berlebihan). 

Dan selain text claw, nih, gaes, pasti kalian pada tahu donk jika ada banyak lagi keluhan lain akibat adiksi gadget ini? Yess, diantaranya adalah terganggunya pola tidur dan makan, alami gangguan pada mata, obesitas, anti sosial, selfish dan agresif, kesehatan mental, otot tubuh menjadi lemah, dan berkemungkinan alami bahaya pikun digital. 

5 TIPS MENGATASI ADIKSI GADGET PADA ANAK

1. Buatlah Aturan

Yup, ini adalah hal pertama yang harus mami-papi lakukan. Selain dalam upaya mengatasi adiksi terhadap gadget, aturan-aturan yang dibuat di dalam keluarga terhadap anak adalah juga sebagai tool pendisiplinan si buah hati, agar menjadi pribadi yang disiplin dan menghargai aturan. Ye khaan? 

So, buat kesepakatan dengan anak tentang waktu dan durasi penggunaan gadget bagi si anak. Dan so pasti pula, orang tua alias mami or papi harus tegas ya di dalam memonitor dan menegakkannya agar anak-anak pun turut disiplin. Kudu konsisten. 

2. Batasi Akses Penggunaan Gadget

Yup, walau pun waktu dan durasinya sudah diatur dan disepakati, teteup saja membiarkan si anak bebas akses terhadap berbagai menu dan fitur yang ada di gawai, akan berbahaya dan memicu timbulnya adiksi.  Jadi kudu dibatasi ya. Misalnya untuk media sosial, batasi penggunaannya cukup untuk yang paling aman baginya. 

Dalam hal gaming, misalnya, pilihkan juga jenis game yang aman dan edukatif lah ya. Batasi juga akses terhadap play store, agar si anak ga asal download. 

3. Alihkan Perhatian Anak

Anak-anak, secara defaultnya sebenarnya adalah pribadi yang aktif. Namun gadget telah menarik dan melenakannya sehingga jadi malas untuk bergerak dan beraktivitas di dunia nyata. Karenanya, coba lah untuk mengajak atau menarik minat anak untuk memainkan permainan-permainan offline, baik yang memerlukan gerak tubuh atau olah otak agar perhatian mereka tak melulu lari ke gadget. 

Misalnya dengan melakukan kegiatan olahraga, bersepeda santai, bermain, berkebun, dan lain sebagainya. 

4. Dampingi Anak Saat Belajar Online

Ini juga merupakan hal yang penting, gaes. Selain untuk memonitor perkembangan edukatif si anak, juga untuk memantau agar si anak tidak terdistraksi oleh hal lain di dunia digital. Misalnya terdistrak oleh game online, media sosial, dan lain sebagainya. 

5. Jadilah Contoh Nyata

Leading by example! Yess, anak belajar dari lingkungan di sekitarnya, termasuk dari kelakuan orang tuanya kan? Pasti hapal donk dengan pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya?". Hihi. 

Nah, berilah contoh nyata untuk ditiru, jangan sampai anak berkata, "Ah, mama, bisanya ngelarang aku main gadget, nah, tuh, mama sendiri asyik main HP mulu!". Huhu.

Salam,

Al, Jakarta, 14 October 2022

Kemesraan Dalam Rumah Tangga Vs Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 

Nah, kedua-duanya bisa disingkat dengan singkatan KDRT, tapi artinya jauuuuh banget bedanya, yak? Yang satu bikin tingling di hati, bagaikan ada kupu-kupu imut yang beterbangan di dalam perut, dan KDRT yang satunya justru bikin hati perih dan bulu kuduk merinding. Tersiksa, dan terhina.

Yang satu bikin hati bergetar dan jantung berdetak kenceng, bahagia, sementara yang satunya lagi bikin nyesek dan bodi terluka atau menderita. Hiks...

KDRT Rezky Billar terhadap Lesti Kejora

Aku sendiri bukanlah fans-nya Lesti, tapi karena ibuku penonton tetap Dangdut Academy, dan mengikuti perjalanan artis dangdut terkenal ini sejak awal, jadinya aku ikutan paham akan perjalanan wanita mungil yang walau namanya sudah sangat popular namun tetap berprilaku membumi ini. 

Dan aku juga masih ingat ketika ibuku mulai kurang suka dengan Lesti karena (menurut beliau) Lesti berubah menjadi wanita centil begitu pacaran dengan Billar, baik ketika menjadi salah satu juri di acara-acara tersebut atau pun melalui berita-berita yang bermunculan di dunia maya. 

Ibuku mulai jengah, karena sebelumnya ibuku begitu menyukai kesantunan sikap Lesti, eh berubah ketika Rezky Billar mendekatinya dan lengket dengannya. Menurut emak, keduanya pamer kemesraan tiada henti. Hayyah. Emak aye, ya! 

Sumber

Waktu pun berlalu, dan emak sepertinya mulai jarang nonton televisi dan tidak lagi mengikuti perkembangan karir mau pun perjalanan rumah tangga Lesti - Billar ini, hingga kemudian berita KDRT ini merebak. 

Billar melakukan KDRT terhadap istrinya, Lesti, karena tersudut oleh kecurigaan Lesti bahwa dirinya berselingkuh. Tada.... sesampai di sini, aku kok kayak dejavu, yak! Haha. 

Tiba-tiba saja aku jadi paham banget akan situasi Lesti, karena kejadiannya ini persis seperti yang aku alami, belasan tahun lalu. Dan paham banget gimana seorang suami tiba-tiba bisa berubah menjadi seorang algojo demi menutupi boroknya. 

Gimana seorang suami tiba-tiba jadi tega menghajar istrinya secara kalap, menganiaya hingga biru lebam, sulit bernapas karena dicekik, lalu meninju, menendang, dan berubah jadi setan semata-mata karena ingin menutupi kebangsatannya. 

I really know this karena udah pernah ngalami, dan (maaf), aku mengisahkan ini bukan karena bangga dan hendak adu derita, bukan, tapi sekedar mengungkapkan bahwa hal-hal seperti ini bukan settingan. Bahwa hal seperti ini memang bisa terjadi. Seorang suami bisa kalap mata jika kesalahannya terungkap, apalagi jika kesalahan itu berupa perselingkuhan. Huhu.

Mereka kehilangan akal sehat, dan tega-teganya berlaku kasar dan tindak penganiayaan terhadap istrinya sendiri. Aih. Sungguh memalukan! 

Balik lagi ke kasus Billar - Lesti, nih, sobs, udah persis drama korea  (yang bergenre KDRT) gak sih? Jadi inget ada satu review drakor tuh, yang diulas oleh ambu Maria G Soemitro, salah satu teman blogger yang memang rajin banget ngereview film/drama dari negeri ginseng tersebut, kisahnya mirip-mirip seperti ini, deh.

DUKUNG Lapor KDRT

Yess! Hari gini masih mendiamkan aksi-aksi kekerasan dalam rumah tangga? Memberi toleransi sehingga pelakunya berkesempatan untuk mengulang kembali perlakuannya? 

Aku setuju banget dengan tindakan Lesti yang melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. Toh unit KDRT di Kepolisian sengaja dibentuk untuk memfasilitasi dan membantu para korban KDRT agar mendapatkan keadilan kan? Agar pelakunya bisa belajar dari kesalahannya. Walau bukan salah satu fans Lesti, tapi aku kok sedih banget ya melihat Lesti seperti ini. 

Sumber: Tiktok @mariiscaa_official

Cuma yang aku sering heran tuh, ada banyak sekali video-video di Tiktok mau pun platform media sosial lainnya, yang justru berisi 'guyonan bernada ejekan' terhadap Lesti, yang melaporkan kasus ini. Lebih herannya lagi, justru pencipta video-video tersebut adalah para perempuan, loh! Teman-teman juga mendapati video-video seperti itu lewat di FYP kalian juga kah? Kemana ya empati mereka? 

Adu Derita, Pamer Diri Sanggup Bertahan.

Yup, lucunya lagi, konten video-video tersebut jadi kayak ajang adu derita, gitu, loh! Salah satu contoh kontennya berisi ungkapan kayak gini, nih, sobs. 

"Baru juga sekali dipukuli, dicekik dan ditendang seperti itu, Lesti sudah lapor polisi, lah gua, udah berulang kali masih tetap bertahan, tuh!". 

Lah, yang bener aja, mpok. Ini kan bukan ajang kompetisi, bukan ajang adu derita, justru komen seperti itu jadi terlihat bodoh enggak sih? 

Jadi menimbulkan komentar miring dari penonton kamu malah. Jadinya muncul komen 'Lah, jelas aja elu bertahan, mpok, karena kalo sampai gugat cerai, elu mau makan darimana?' Itu baru satu komentar, ya, belum lagi yang lainnya yang lebih pedes lagi. Tau sendiri yang namanya netizen. Hihi.

Terus terang, aku sedih sih lihat orang-orang yang sampai khusus bikin video bernada ejekan atau guyonan seperti ini. Ketika seorang perempuan sedang mengalami kisah pilu seperti ini, bukankah seharusnya kita memberikan dukungan moril? Menyemangati, bukannya malah memberikan komentar atau bikin konten yang memojokkan atau malah dibikin jadi candaan?

Setiap kita memang bebas memilih. Ketika menghadapi hal-hal seperti yang sedang Lesti hadapi, kita bisa memilih, apakah mau tetap melanjutkan hubungan, atau melangkah ke pihak berwajib untuk membuat laporan dan minta diproses dan/atau (kemudian) setelah melalui berbagai pertimbangan, mengajukan gugatan cerai. 

That is about the choice, dan kita bebas memilih, toh? 

Apapun situasinya, LOVE IS NOT HURT. Cinta tidak pernah menyakiti. Jadi KETIKA CINTA MULAI MELUKAI, maka berhati-hatilah. Mungkin ini saatnya kita duduk, menelaah kembali, apakah the relationship masih bisa menjadi beautiful relationship, atau malah menjadi RELATIONSHIT! 

YOU CHOOSE. 

Al, Jakarta, 1 Oktober 2022

Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Award

Award

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Ini 5 Alasan Tentang Pentingnya Kita Berkomunitas
  • 7 Cara Melepaskan Kemelekatan
  • Perempuan dan Cryptocurrency
  • Ini Dia 7 Tips Mulai Karirmu Sebagai Freelance Writer!
  • 5 Cara Mengatasi Kecemasan dan Depresi Pada Ibu
  • Ini dia 4 Hal Yang Bisa Dilakukan Dalam Mengatasi Tekanan Batin Pada Anak
  • 6 Tips Memilih Sekolah Terbaik Untuk Anak
  • KETIKA OTORITAS ALLAH DIAMBIL ALIH
  • This is what I did
  • More Holiday More Blogpost

Contact Form

Name

Email *

Message *

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 28
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 11
  • catatan spesial 20
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 9
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 47
  • health info 8
  • Healthy-Life 16
  • info 22
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 8
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 22
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 78
  • sekedar info 23
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 55
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • Veronica Ningrum 1
  • Veronica Ratna Ningrum 2
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Advertisement

facebook google twitter tumblr instagram linkedin

LET’S BE FRIENDS

Followers


Blog Archive

  • March (7)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Instagram

Instagram

Youtube

Freebies

Hello, There!

About Me
Read More About Me Here

Popular Post

  • Kamar Kenangan
    Hayo, siapa yang tidak pernah punya kamar kenangan? Kayaknya mostly of us pasti punya deh, ye khaan? Judul ini pops up begitu saja ketika ...
  • Bermimpilah Yang Besar, dan Itu Gratis, loh!
    Bermimpilah Yang Besar, dan Itu Gratis, loh! Mungkin pernah membaca di suatu tempat atau mendengarnya di suatu waktu? Dan sepakat donk bahwa...
  • Me Time - Urgent Ga, sih?
    Hayo, apa jawaban kamu jika pertanyaan pada judul di atas ditanyakan kepadamu, gaes?  "Me time, urgent ga, sih?" Kalo aku, akan la...
  • Indonesia dan Garis Cincin Api
    Sebagai salah satu negara dengan aktivitas seismik paling aktif di dunia, negeri tercinta kita ini sudah tak  asing deh dengan yang namanya ...
  • Ini Yang Bikin Aku Males Ke Bandung
      Ini Yang Bikin Aku Males Ke Bandung   NO! Bukan karena kotanya yang ga asyik. Bukan pula karena sahabat-sahabat yang sudah ga menyenangkan...
  • Pomodoro Technique - Teknik Jitu Bantu Kamu Fokus dan Produktif
    Pomodoro Technique -  Teknik Jitu Bantu Kamu Fokus dan Produktif. Hayo, ada yang sudah pernah menggunakan teknik ini belum? Atau jangan-jang...
  • Ketika Leo Sakit, Maka Emak pun Kalang Kabut
    Sudah beberapa hari ini, anabul kesayangan, yang juga aku dan Intan sepakati sebagai anak lanang umi, terlihat lesu. Ga banyak bergerak sepe...
  • Ini dia 4 Hal Yang Bisa Dilakukan Dalam Mengatasi Tekanan Batin Pada Anak
    Sama halnya seperti kita, manusia dewasa, maka anak-anak pun rentan terhadap yang namanya stres, trauma, depresi, tekanan batin, derita jiwa...
  • 5 Tips Mengatasi Adiksi Gadget Pada Anak
    5 Tips Mengatasi Adiksi Gadget Pada Anak Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran internet telah mengubah dunia. Telah memberikan begitu banyak ...
  • Belajar Sopan Santun dari Orang Korea?
    Hm..., belajar sopan santun dari orang Korea? Aih, ngapain jauh-jauh, kenapa enggak belajar dari budaya sendiri saja? Image created using C...

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes