Jalan-jalan Surabaya - Malang dengan kereta Bima? Ih, kenapa enggak?
Aku tuh suka banget, loh, traveling by train! Mungkin karena moda transportasi yang satu ini belum pernah ada di kota kelahiran, kayaknya ya? Ho oh, di Aceh tuh enggak ada kereta api. Dulu sempat ada sih, jaman-jaman para kompeni masih berupaya keras merebut Bumi Iskandar Muda. Nah, justru setelah merdeka, kereta api hingga ke rel kereta apinya pun musnah. Hehe. Dan...? Dan kami pun tak bisa menikmati perjalanan menggunakan moda transportasi yang satu ini.
Makanya ga heran kan ketika diriku tinggal di Medan, Sumatera Utara, jadi getol deh main-main alias jalan-jalan ke Tanjung Balai. Bukan untuk apa-apa, hanya untuk menikmati perjalanan menggunakan kereta api, haha. Dan setelahnya, rasa bahagia pun membuncah di dada. Bersemangat untuk besok-besoknya, kala liburan tiba, jalan-jalan naik kereta api lagih. 😊
Ngomong-ngomong tentang traveling by train, aku tuh sudah merencanakan untuk main ke Malang pertengahan Agustus nanti. Kebetulan ada abangnya Ibu (abua = pakde) yang berdomisili di Surabaya, dan mengundang kami untuk sowan ke sana. Selain sudah lama tak bersilaturrahmi secara langsung, juga beliau ingin mengadakan kenduri (kirim doa) bagi almarhumah nyakwa (bude).
Nah, sehubungan dengan hobi traveling si ayah yang sudah sempat mandeg lebih dari setahun ini, jadi jauh-jauh hari ayah sudah memintaku menyusun itinerary. Minta diajakin jalan ke Malang. Dulu waktu masih aktif sebagai PNS, beliau beberapa kali sempat main ke kota nan sejuk ini, dan nanti, mumpung sedang di Surabaya, maka beliau minta untuk diajakin main ke Malang.
Dan layaknya diriku, si ayah juga lebih suka naik kereta api daripada moda transportasi darat lainnya. So, klop lah! Aku dan Intan pun excited menyusun agenda. Mulailah kami browsing tiket kereta. Dan beberapa teman rekomendasiin untuk naik kereta Bima. Dan yang paling excited saat mendengar bahwa kita akan traveling ke Malang menggunakan kereta api Bima siapa lagi? It was him! My beloved Dad! Haha. Blio tuh excited banget, karena udah browsing-browsing tentang si Bima ini dan melihat foto-fotonya yang cakep dan comfortable. Dan kalo keretanya begini, saya juga demen atuh lah! Bolak balik dipaksa traveling juga ga akan nangis! Hahaha. Ya pasti senang, donk, masak nangis? 😆
Yup, manakala harga-harga tiket pesawat yang masih melambung tinggi, walau kabarnya mulai ada solusi, bagiku, perjalanan dengan kereta api tetap memberi makna dan nuansa hepi tersendiri. Sejauh..., kereta apinya nyaman dan rute perjalanan tidak lah memakan waktu yang terlalu lama.
Terus kalo ibumu gimana, Al? Suka juga kah blio naik kereta api?
Nah, itu. Awalnya blio agak keberatan sih, maunya sewa mobil aja, dan kita bebas berhenti di mana pun, apalagi jika kebelet ingin ke toilet. Ibuku termasuk yang paling susah buang air (kecil atau pun besar) di tempat yang bergerak (baca: kereta api, pesawat atau pun bus). Pasti kudu lama banget nongkrong di toiletnya, dan kebanyakan ga akan sukses. Nah, beberapa kali naik kereta api eksekutif, blio mulai merasa nyaman untuk pipis di toiletnya, dan karenanya, begitu image-image kereta Bima diperlihatkan kepadanya oleh ayah, langsung deh kepalanya mengangguk setuju.
Jadi urusan moda transportasi ke Malang nanti, klop sudah. Satu suara untuk jalan-jalan Surabaya - Malang naik kereta Bima.
Kalau kalian, suka naik kereta api juga kah, mentemans? Udah sering naik kereta Bima? Cerita donk di kolom komentar! 😊
Aku tuh suka banget, loh, traveling by train! Mungkin karena moda transportasi yang satu ini belum pernah ada di kota kelahiran, kayaknya ya? Ho oh, di Aceh tuh enggak ada kereta api. Dulu sempat ada sih, jaman-jaman para kompeni masih berupaya keras merebut Bumi Iskandar Muda. Nah, justru setelah merdeka, kereta api hingga ke rel kereta apinya pun musnah. Hehe. Dan...? Dan kami pun tak bisa menikmati perjalanan menggunakan moda transportasi yang satu ini.
Makanya ga heran kan ketika diriku tinggal di Medan, Sumatera Utara, jadi getol deh main-main alias jalan-jalan ke Tanjung Balai. Bukan untuk apa-apa, hanya untuk menikmati perjalanan menggunakan kereta api, haha. Dan setelahnya, rasa bahagia pun membuncah di dada. Bersemangat untuk besok-besoknya, kala liburan tiba, jalan-jalan naik kereta api lagih. 😊
Ngomong-ngomong tentang traveling by train, aku tuh sudah merencanakan untuk main ke Malang pertengahan Agustus nanti. Kebetulan ada abangnya Ibu (abua = pakde) yang berdomisili di Surabaya, dan mengundang kami untuk sowan ke sana. Selain sudah lama tak bersilaturrahmi secara langsung, juga beliau ingin mengadakan kenduri (kirim doa) bagi almarhumah nyakwa (bude).
Surabaya - Malang Naik Kereta Bima.
Nah, sehubungan dengan hobi traveling si ayah yang sudah sempat mandeg lebih dari setahun ini, jadi jauh-jauh hari ayah sudah memintaku menyusun itinerary. Minta diajakin jalan ke Malang. Dulu waktu masih aktif sebagai PNS, beliau beberapa kali sempat main ke kota nan sejuk ini, dan nanti, mumpung sedang di Surabaya, maka beliau minta untuk diajakin main ke Malang.
Dan layaknya diriku, si ayah juga lebih suka naik kereta api daripada moda transportasi darat lainnya. So, klop lah! Aku dan Intan pun excited menyusun agenda. Mulailah kami browsing tiket kereta. Dan beberapa teman rekomendasiin untuk naik kereta Bima. Dan yang paling excited saat mendengar bahwa kita akan traveling ke Malang menggunakan kereta api Bima siapa lagi? It was him! My beloved Dad! Haha. Blio tuh excited banget, karena udah browsing-browsing tentang si Bima ini dan melihat foto-fotonya yang cakep dan comfortable. Dan kalo keretanya begini, saya juga demen atuh lah! Bolak balik dipaksa traveling juga ga akan nangis! Hahaha. Ya pasti senang, donk, masak nangis? 😆
Yup, manakala harga-harga tiket pesawat yang masih melambung tinggi, walau kabarnya mulai ada solusi, bagiku, perjalanan dengan kereta api tetap memberi makna dan nuansa hepi tersendiri. Sejauh..., kereta apinya nyaman dan rute perjalanan tidak lah memakan waktu yang terlalu lama.
Terus kalo ibumu gimana, Al? Suka juga kah blio naik kereta api?
Nah, itu. Awalnya blio agak keberatan sih, maunya sewa mobil aja, dan kita bebas berhenti di mana pun, apalagi jika kebelet ingin ke toilet. Ibuku termasuk yang paling susah buang air (kecil atau pun besar) di tempat yang bergerak (baca: kereta api, pesawat atau pun bus). Pasti kudu lama banget nongkrong di toiletnya, dan kebanyakan ga akan sukses. Nah, beberapa kali naik kereta api eksekutif, blio mulai merasa nyaman untuk pipis di toiletnya, dan karenanya, begitu image-image kereta Bima diperlihatkan kepadanya oleh ayah, langsung deh kepalanya mengangguk setuju.
Jadi urusan moda transportasi ke Malang nanti, klop sudah. Satu suara untuk jalan-jalan Surabaya - Malang naik kereta Bima.
Kalau kalian, suka naik kereta api juga kah, mentemans? Udah sering naik kereta Bima? Cerita donk di kolom komentar! 😊
Btw, ngomong-ngomong tentang traveling, jadi teringat salah satu teman bloggerku, nih, Mba Ika Puspita, yang salah satu topik di blognya juga sering ngebahas tentang traveling. Hayo, pada kepo kan? Cus deh ke rumah mayanya di sini, untuk membaca pengalaman-pengalaman Mba Ika traveling with her family.
Al, Bandung, 20 Juli 2019
Al, Bandung, 20 Juli 2019