My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Source
Ini adalah postingan tentang perasaan hati seorang ibu. Sebenarnya ingin nulisnya ntar-ntar aja kalo udah sampai di Bandung. Tapi berhubung sedang di rumah adik, di Sawangan, where the internet connection begitu menggoda untuk menarikan jemari di atas keyboard dan posting, rasanya sayang aja kalo harus membuang kesempatan emas ini. So, sambil downloading dan updating beberapa aplikasi yang aku butuhkan, yuk saling share tentang perasaan hati seorang ibu yuk!

Dulunya, aku tuh sering heran dengan sikap ibu, yang menjadi begitu kuatir jika aku sudah sampai di tempat tugas, tapi lupa memberi kabar, terus ibunda pun marah-marah. Padahal, menurutku kala itu, lho, apa sih yang mesti ibu kuatirkan, toh aku ini udah besar, udah emak-emak pula, masak harus lapor sih? Kan daku baik-baik saja, Mamake. :) Tapi demi menentramkan hati ibu yang senewen, palingan aku minta maaf, dan berjanji lain kali akan lebih ingat untuk memberi kabar. Hingga kemudian, kejadian yang sama berulang dan terus berulang, bukan disengaja sih, tapi karena begitu sampai di tempat tugas, aku biasanya langsung berbaur dengan staf yang berada di daerah dan mengalir di dalam tugas yang harus kami kerjakan. *Alesan.

Hingga kemudian, bertahun kemudian, dan ini masih baru banget kejadiannya, Sobs! Minggu kemarin. Intan, memberiku sebuah pelajaran berharga!
Putri semata wayang yang sudah mulai tinggal di asrama [student housing], karena sedang menimba ilmu di President University Cikarang, pulang ke Bandung untuk weekend, sekalian untuk check up, karena dirinya sedang kurang sehat. Jika biasanya aku yang menjemput bersama Gliv [my lovely car], maka kali ini, Intan ingin menjajal naik bus, agar lebih murah dan efisien. Aku pun setuju bahkan sangat menghargai keputusannnya. Aih, anak Umi udah gede dan jauh lebih dewasa. Keren punya nih!

Namun, sayangnya, Intan tuh paling takut kalo harus naik angkot di Bandung, karena punya pengalaman buruk ketika pertama kali naik angkot di Bandung, dulu. Makanya, dipaksa pun, Intan pasti akan menolak jika disuruh naik angkot sendirian. Trauma. Maka kesepakatan pun tercipta. Intan baru akan aku jemput di BIP, sore hari setelah aku kembali dari Sukabumi, karena agenda ke Sukabumi bersama tim Relawan TIK, juga ga bisa ditunda. Intan sendiri memutuskan untuk hang out dulu bersama sahabatnya, di BIP, sambil menanti Uminya pulang. Deal. Semua happy.

Masalah baru muncul, ketika aku tiba kembali dari Sukabumi. Sengaja aku buru-buru pulang ke rumah untuk menjemput Gliv, baru kemudian ke BIP untuk jemput Intan. Akan lebih mudah dan efektif jika kami berdua naik Gliv aja ketimbang harus berangkot ria, soalnya sebentar lagi juga hari akan gelap alias malam. Etapi..., putri tercinta malah ga aktif hapenya! Ini nih yang paling bikin aku sebel. Soalnya Intan tuh mengantongi 2 blackberry dan 1 tablet, masak satu pun ga bisa dihubungi? Dan kejadian 'tak bisa dihubungi' ini bolak balik terjadi. Sebel kan? Alasannya low bat? Makanya, power bank yang Umi berikan itu harusnya disimpan baik-baik agar bisa dipergunakan untuk charging, bukannya malah dipinjemkan ke teman dan tak pernah kembali lagi. Nak...nak! Hadeuh!

Jadilah diriku kalang kabut. Was-wasku luar biasa. McD adalah tempat pertama yang aku datangi untuk mencari putri tercinta ini. Karena memang Intan dan temannya paling suka nongkrong di McD. Tapi, sejauh mata memandang, selelah kaki berkeliling, aku tak menemukan sosoknya. Bahkan tak ada satu pun yang mirip dengannya. Hiks. Untungnya, aku menyimpan nomor Nada, temannya Intan yang tadi satu bus bersamanya dari Jababeka ke Bandung. Kuhubungi Nada, dan menurutnya, Intan memang sudah di BIP. Malah Nada mengusulkan agar aku mengumumkan di bagian informasi, agar Intan bisa mendengar panggilan untuknya. Bener juga! Kulakukan saran itu, dan berbuah nihil! Hatiku semakin was-was. Kuatirku luar biasa. Apalagi membayangkan kondisi Intan yang sedang dalam keadaan kurang sehat. Demam dan flu sedang berkuasa, membuat suaranya terdengar begitu lemah tadi pagi. Aduh ya Allah, kemana harus kucari putriku itu?

Akhirnya, dalam kekalutan, aku hanya bisa pasrah, kembali ke McD dan duduk di salah satu sudut. Berharap Intan ingat untuk menghubungiku. Azan Maghrib yang berkumandang, semakin membuat hatiku kembang kempis, kuatir banget. Takut Intanku kenapa-napa. Padahal kalo dipikir secara logika, toh Intan itu udah gede, bukan lagi anak kecil. Tapi kok iya aku seperti ingin menumpahkan seluruh air mata yang aku punya, saking galaunya.

Tiba-tiba sebuah sms masuk dari nomor tak dikenal. 'Mi, ini nomornya Kinan. Teman Intan.'
Nah. Tak perlu membalas sms itu, melainkan langsung deh aku dial nomornya, dan diangkat langsung oleh Intan. Entah darimana datangnya amarah itu, suara senduku malah tiba-tiba menggelegak. Marah padanya.

"Aduh, Nak! Kenapa sih hapenya satu pun ga bisa dihubungi? Mohon maaf nih, Umi udah ga bisa sabar lagi, ayo kesini karena Umi ingin ngamuk-ngamuk sama kamu! Umi hampir mati jantungan memikirkan kamu! Kok bisa-bisanya kamu ga menghubungi dan ngabari Umi??"

Tentu Intan kaget donk. Dan gugup suara dari ujung sana. "Mi, maaf banget..., plis, marahin Intan di mobil aja ya, Mi, jangan di tengah keramaian di situ. Umi di mana ini? Biar Intan segera kesitu?"

Dan tak perlu lama, putri tercinta sudah berdiri di hadapanku. Penuh rasa sesal dan permohonan maaf di mata bening itu. Terselip juga rasa takut di pancaran matanya. Takut aku ngamuk. Dan pastinya donk, dengan mengecilkan volume suara, aku menceracau. Mengeluarkan uneg-unegku akan sikapnya yang sudah membuatku kalang kabut. Baru kali ini aku merasa dan jadi tau persis bagaimana perasaan ibuku ketika menguatirkan aku, mau pun adik-adikku. Ya Allah, begini rasanya hati seorang ibu yang sedang menguatirkan anak-anaknya. Aku berusaha menahan air mata yang hendak jatuh berhamburan. Tak elok menangis di tengah keramaian. Maka kupercepat gerak kami menuju parkiran, di mana Gliv berada.

Sesampai di dalam Gliv, sungguh, air mata yang sejak tadi sekuat tenaga aku bendung, kini berhamburan dengan gaya bebas. Melimpah ruah. Intan juga, terikut alunan emosi yang tercipta. Tersedu, memohon maaf karena sama sekali tak menyangka jika [hanya] karena hapenya tak bisa dihubungi, telah menciptakan rasa was-was yang begitu luar biasa pada ibunya. Kami berdua menangis, berpelukan di dalam Gliv. Sesunggukan.

"Mi, maafkan Intan ya, Mi, Intan janji untuk tidak akan mengulang kesalahan ini lagi. Ampuni Intan ya, Mi." Dipeluknya aku dan kami kembali mengurai air mata. Beginilah yang dirasakan ibuku selama ini. Ya Allah, betapa aku ingin segera menelepon ibuku dan meminta maaf atas segala khilaf dan salahku selama ini. Beginilah feeling seorang ibu, beginilah kekuatiran seorang ibu. ~ I Learnt Alots From You Nak, Thank you! ~

Sebuah catatan pembelajaran,
Al, Sawangan, 31 Agustus 2014




Pernah mengalami cinta dikhianati? Wuih, rasanya sakit banget kan ituh? Aku pernah. Sakiiiiiiit banget! Ingin rasanya menumpahkan 10 liter berliter-liter air mata, namun ternyata persediaannya ga cukup. Hehe.

Suer deh, rasanya gimanaaa gitu! Seperti kecolongan benda paling berharga di dalam hidup ini, ketika pertama kali mengetahui bahwa cinta ini telah dikhianati. Rasanya seperti terjerembab ke dalam lembah berlumpur yang di dalamnya penuh dengan pecahan kaca, kala mengetahui bahwa si dia bermain api. Lebih sakitnya lagi, jika ternyata, si selingkuhan itu adalah teman kita sendiri! *Ini persis seperti yang ada di lagu-lagu atau sinetron kan, Sobs? Tapi ternyata, banyak lho kisah nyata yang seperti itu.

Beberapa klien teman yang sering konsul curhat,  laki-laki dan perempuan, secara terbuka bercerita seperti itu. Dikhianati oleh pasangan hidup yang begitu mereka percayai dan cintai dengan cara yang begitu cantik! Pasangan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, seolah si pasangan tetap menjadi istri/suami yang setia, padahal sedang bermain api, dengan wanita/pria lain yang ternyata malah teman mereka sendiri. Duh, sakit banget pastinya!

Lalu, apa yang mereka lakukan begitu mengetahui bahwa pasangannya berkhianat? Mencak-mencakkah? Bersikap kasar/keras? Atau malah berdiam diri, dan menangis berhari-hari? Banyak sekali reaksi, yang sebenarnya adalah reaksi alamiah dari orang-orang yang cintanya dikhianati. Menangis, itu wajar kok. Marah-marah, juga wajar. Menghancurkan peralatan, boleh-boleh saja [tapi mbok ya dipilah-pilah, biar ga rugi gede :)]. Membunuh, wah, jangan atuh!

Well, seperti yang sudah aku posting dalam kultwit sesuai permintaan beberapa klien sahabat, berikut adalah 9 hal yang TIDAK BOLEH di lakukan ketika hati sedang panas dan sulit berfikir logis, gegara cinta yang dikhianati. 

1. TIDAK BOLEH Mengusir si Dia

Ini adalah tindakan utama yang tidak boleh kita lakukan! Mengapa? Karena, jika si dia kita usir, gimana kita mau memantau tindak tanduknya lagi, sementara kita masih harus melanjutkan investigasi kita, untuk memastikan benar tidaknya berita pengkhianatannya itu. Jika pun sudah benar, tentu akan lebih mudah untuk menyelesaikan persoalan, ketika kita masih tinggal serumah dengannya dibanding jika si dia sudah jauh dari jangkauan dan pandangan. Apalagi, jika faktanya adalah, bahwa kita belum yakin benar akan tindakan kita selanjutnya setelah mengetahui perselingkuhan/pengkhianatannya [jika memang benar]. Jadi, daripada tambah runyam, mending pending dulu deh upaya pengusiran itu, agar lebih mudah bagi kita untuk melanjutkan aksi-aksi investigasi atau pun monitoring.

2. TIDAK BOLEH Meninggalkan Rumah

Iya donk, selain tidak boleh mengusirnya, kita sendiri juga TIDAK BOLEH meninggalkan rumah. Rugi donk ah! Rumah bersama, baik sewa atau pun milik berdua, kok seenaknya kita tinggalkan begitu saja hanya karena si dia berbuat ulah. Justru dengan tetap bertahan, kita akan menunjukkan padanya sebagai pasangan yang pantang menyerah dan punya prinsip. Tidak lari dari masalah. Bertahan di rumah yang sama, menunjukkan padanya bahwa kita adalah pribadi yang kuat, tegar dan tidak gentar. Selain itu, seperti pada point 1 di atas, dengan bertahan/tetap serumah, berarti kita masih dapat melanjutkan pemantauan/monitoring, investigasi dalam pengumpulan data yang kita butuhkan dengan lebih mudah.

3. TIDAK BOLEH Konfrontasi Tanpa Bukti Konkrit

Nah, yang ini juga perlu diperhatikan agar kita tetap berada dalam koridor istri/suami elegan!
Iya donk. Kita tidak serta merta menuduhnya, melainkan baru akan me-matikutu-kannya setelah semua bukti terkumpul dan lengkap. Sehingga, begitu kita 'tembak', si dia tak akan mampu berkutik. Rasanya akan keren dan bikin kita legaaaa banget lho, saat mendudukkannya dan mengungkap semua bukti pengkhianatan itu di depannya, tanpa membuatnya mampu mengelak. Hehe. Jadi, bersabarlah dulu untuk memberondongnya sebelum semua bukti terkumpul secara konkrit dan komplit!

4. TIDAK BOLEH Pura-pura ga Tahu

Nah, kalo yang ini hukummnya wajib! Ga boleh pura-pura ga tahu bahwa si dia telah berkhianat. Ya iyalah, jika kita memilih sikap mendiamkan pengkhianatannya, apalagi pura-pura cuek dan ga tahu, maka yang untung adalah si dia dan selingkuhannya. Mereka akan dengan semakin seenaknya bermain api. Ga peduli akan terbakar nanti, yang penting mereka akan dengan semene-mena menikmati perselingkuhan itu, dan menoreh luka di hati kita. Ih, ga mau khaaaan? Jadi, bersikap tegaslah. Menurut aku sih, cukup dengan berkata, 'Mas/dek, hati-hati lho, hidungku sudah mencium aura perselingkuhan nih di sekitarku. Segera hentikan sebelum jadi penyesalan."

Yakin deh, kalimat itu akan membuatnya berfikir keras, untuk mencoba menghentikan perselingkuhan atau malah mencari cara lain melanjutkan perselingkuhannya. Tapi biasanya sih, laki-laki/wanita normal, akan berfikir ulang untuk lanjutkan perselingkuhan itu, jika tau bahwa istri/suaminya MENGETAHUI tindak tanduknya itu.

5. TIDAK BOLEH Curhat ke Semua Orang

Ini artinya bahwa kita harus pilah-pilah dalam memilih orang untuk curhat. Membicarakan hal sensitif seperti ini, butuh orang yang tepat. Salah memilih tempat curhat, justru akan menambah runyam keadaan. Hati-hati! Salah-salah, mereka malah akan menyebar-luaskan berita ini sebagai hot gossip, bukannya berusaha mencarikan jalan keluar bagi persoalan yang sedang kita hadapi. Ya khaaan? :) So, be selective in curhat!

6. TIDAK BOLEH Curhat ke Teman si Dia

Ini juga perlu banget mendapat perhatian. Tidak semua teman si dia [walau akrab dengan kita], bisa kita andalkan dalam mengatasi persoalan seperti ini. Terkadang, si teman itu malah memanfaatkan situasi, sehingga bukan pertolongan yang kita peroleh, melainkan tambahan persoalan.

7. TIDAK BOLEH Terobsesi pada Objek Selingkuhannya

Nah, terkadang, saking sakit hatinya kita, kita malah jadi sibuk menguber-nguber si selingkuhan pasangan kita [obyek selingkuhan]. Jadi penasaran, secantik/seganteng apa sih dia itu sampai bikin hati suami/istri ku kepincut? Sehebat apa sih dia itu? Bla...bla....

Jangan terlalu heboh mengejar kenapa sih suami/istri sampai begitu jatuh hati padanya. Karena ini justru akan membuat suami/istri semakin berfikir serius mencari kelebihan dan membandingkan selingkuhannya itu dengan kita. Jangan pula kita melabrak si selingkuhan, karena itu akan menjatuhkan harga diri kita, baik di depan si selingkuhan mau pun pasangan kita. Mending bersikap 'cantik' tapi menakutkan tegas dalam mencari solusi bagi permasalahan yang sedang kita hadapi. Upayakan untuk membahasnya berdua, secara dewasa, sabar dan elegan!

8. TIDAK BOLEH Menghina Obyek Selingkuhan

Yang ini jelas TIDAK BOLEH. Karena bisa-bisa kita malah diseret ke meja hukum dengan tuduhan pencemaran nama baik atau sejenisnya. Ih, amit-amit deh! Mending menyabarkan hati, dan selesaikan dengan kepala dingin. Mending melarikan kemarahan pada suami/istri kita deh, karena sesungguhnya, semuanya tidak akan terjadi jika si dia bersikap setia kan? Tidak ada asap tanpa api. 

9. TIDAK BOLEH Melabrak Apalagi Membunuh Obyek Selingkuhan

Nah, yang ini jelas ga boleh banget! Menghina saja kita bisa diperkarakan, apalagi melabrak dan melakukan tindak kekerasan hingga membunuh segala. Oh, NO! Sekarang ini kan jaman hukum, jadi kita pun harus pandai-pandai meniti ombak, agar payung hukum tetap bisa melindungi kita dari terpaan ombak dan badai kehidupan. Ok?

Nah, Sobats tercintah, itulah 9 point TIDAK BOLEH dilakukan ketika hati kita sedang membara dan pikiran sulit diajak kompromi, akibat cinta yang dikhianati. Semoga bermanfaat yaaa. :)

Sekedar berbagi tips,
Al, Sawangan, 30 September 2014





Tak dapat dipungkiri bahwa negeri cantik berjuluk mutiara dari Khatulistiwa ini, adalah surga bagi para penikmat wisata eksotika alam tropika. Namun siapa yang berani membantah bahwa dibalik keelokan dan permai alamnya, sentuhan geologis Indonesia justru menempatkannya di daerah ring of fire alias cincin api, yaitu berada di antara wilayah lintasan dua jalur pegunungan [pegunungan sirkum pasifik dan sirkum mediterania], yang memiliki banyak sekali gunung berapi aktif sehingga berpotensi menimbulkan gempa vulkanik. Ditambah pula dengan posisinya yang terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Euro - Asia di bagian Utara dan lempeng Pasifik di bagian Timur, malah menempatkan Indonesia sebagai negara yang sangat rentan terhadap bencana. Kenyataan geologis ini pula yang menjadikan bencana demi bencana yang datang silih berganti atau malah berbarengan di beberapa tempat itu sebagai sebuah hukum alam alias keniscayaan yang tak dapat ditolak. Lihat saja, mulai dari gempa bumi dan tsunami yang telah menggulung dan meluluh-lantakkan jiwa manusia, hewan ternak hingga gedung, rumah, dan berbagai infrastruktur, hingga ke banjir bandang, tanah longsor, letusan gunung berapi, angin puting beliung, kebakaran dan aneka bencana lainnya, tersaji lengkap sebagai bukti bahwa negeri ini memang menjadi langganan bencana, baik bencana alam mau pun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia, sehingga tak heran jika negeri tercinta ini pun mendapat gelar sebagai negeri 1001 bencana.

Sebagai negeri yang begitu rentan akan bencana, dan berkaca pada sejarah kebencanaan yang kerap menerpa negeri ini, sejatinya, kita sudah dapat memetik banyak sekali hikmah pembelajaran di dalam menghadapi bencana. Ini sejatinya lho, ya! Namun lihatlah, berulang kali disambangi oleh bencana, kita tetap saja masih belum mampu menghadapinya dengan sigap. Tetap saja bencana demi bencana yang menerjang, sukses menimbulkan kerugian moril dan material yang luar biasa, serta membekaskan dampak trauma yang juga luar biasa. Tidak seperti halnya Jepang, yang telah begitu akrab hidup berdampingan dengan bencana, utamanya dalam 'bersahabat' dengan gempa bumi dan tsunami.

Berkaca pada Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh

Tentu kita belum lupa akan sebuah peristiwa maha dasyat yang terjadi di Aceh, sekitar 10 tahun yang lalu, tepatnya pada 26 Desember 2004. Sebuah bencana bernama cantik, yang sukses menggoreskan tinta hitam legam tak terlupakan di benak siapa pun - masyarakat Indonesia yang pernah menyaksikan, mengalami atau hanya sekedar melihat beritanya, hingga ke dunia international yang terketuk hatinya untuk urun bantuan. Yah, tsunami! Gelombang maut yang diawali oleh gempa bumi berskala luar biasa besarnya itu [9,1 SR], telah menghumbalang pesisir Aceh dan pulau-pulau sekitarnya hingga 6 kilometer ke arah daratan, telah dengan sukses melayangkan 126.741 nyawa manusia; 93.285 orang hilang; 500.000 orang kehilangan hunian dan 750.000-an orang mendadak berstatus tunakarya.

Tak cukup sampai di situ, dari sektor privat, gelombang maut ini menghancurkan 139.195 rumah [hancur atau rusak parah], 73.869 lahan kehilangan produktivitasnya, 13.828 unit kapal nelayan raib bersama 27.593 hektare kolam air payau dan 104.500 usaha kecil menengah. Pada sektor publik, sedikitnya 669 unit gedung pemerintahan, 517 pusat kesehatan serta ratusan sarana pendidikan hancur atau mandek berfungsi. Selain itu, pada subsektor lingkungan hidup, sebanyak 16.775 hektare hutan pesisir dan bakau serta 29.175 hektare terumbu karang rusak atau musnah.


Kerugian jiwa raga, moril dan material yang luarbiasa ini, tentu saja bukan hanya disebabkan oleh bencana tsunami semata, melainkan disebabkan oleh minimnya pengetahuan kita, akan tsunami itu sendiri. Kenyataan memperlihatkan bahwa pengetahuan akan gelombang maut ini adalah sangat jauh dari jangkauan masyarakat Aceh kala itu [26 Desember 2004]. Tak satu pun yang pernah mendengar tentang tsunami. Tak satu pun yang pernah paham kecuali orang-orang di kepulauan Simeulu tentang hikayat 'smong'-nya, bahwa jika 'terjadi peristiwa di mana air laut surut setelah gempa bumi melanda, segeralah menjauh darinya dan capai tempat yang tinggi. Selamatkan diri," Sehingga yang terjadi adalah, orang-orang di tepi pantai justru bergembira memburu ikan-ikan yang menggelepar karena surutnya air laut dari tepi pantai, sehingga saat gelombang itu menerjang, semua dilahap tanpa sempat berbuat apa. :(

Padahal, saat kita menilik lembaran sejarah, kita pun ternganga, karena ternyata peristiwa yang sama ini sudah pernah menghantam daratan Aceh pada tiga periode, yaitu pada tahun 1797, 1891 dan 1907. Namun sayangnya, pengetahuan akan bencana ini, sama sekali tidak diturunkan kepada generasi penerusnya, sehingga masyarakat Aceh [para korban] langsung panik dan gagap begitu menghadapi musibah dasyat ini.

Pengurangan Resiko Bencana

Berkaca pada kenyataan di atas, maka selain mengupayakan pembangunan kembali di segala bidang, maka sebuah usaha yang sedang dan akan terus diupayakan, baik oleh pemerintah daerah maupun pusat adalah membekali masyarakat Indonesia untuk siaga bencana. Sebuah upaya yang tentu saja tidak mudah dan membutuhkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, pastinya. Untuk Aceh sendiri, upaya ini telah dilakukan bahkan pada masa-masa rehab-rekon Aceh dan Nias paska tsunami.

sumber : dari sini


Beberapa NGO-Internasional yang memiliki unit atau pun perhatian ke bidang DRR [Disaster Risk Reduction] atau Pengurangan Resiko Bencana, bahkan telah memulai aktivitas ini sejak dini. Mulai dari membekali anak sekolah akan pengetahuan tentang DRR, hingga ke masyarakat yang dikumpulkan secara berkelompok dan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Tak hanya NGO-Internasional, sebuah institusi penelitian pun kemudian dibentuk. Bernama Tsunami Disaster Research and Mitigation Center [TDRMC], lembaga yang kemudian menjadi tempat pembelajaran bagi daerah mau pun negara lain mengenai kebencanaan. Banyak hal yang telah dilakukan oleh lembaga ini, baik secara mandiri mau pun bekerjasama dengan pihak lain, dalam membekali dan menyiapkan masyarakat Aceh agar siaga bencana. Baik berupa pembekalan pengetahuan tentang kebencanaan, simulasi tsunami [tsunami drill] dan hal terkait lainnya. Sayangnnya, usaha-usaha tersebut tidak berkelanjutan, disebabkan oleh berakhirnya masa tugas lembaga-lembaga internasional [International NGO], yang harus kembali ke negerinya, atau TDRMC sendiri harus melaksanakan program-program lainnya.



Sumber foto 
Mari Berdamai Dengan Bencana

Dari uraian panjang di atas, tentu kita sepakat bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam setiap bencana yang terjadi di negeri ini timbul karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan kita di dalam menyiasati bencana. Kita semakin paham, bahwa bencana yang datang silih berganti ini adalah disebabkan oleh kondisi alam dan letak geologis negeri kita, yang terapit di antara pertemuan tiga lempeng dan juga berada di lingkungan cincin api [lihat keterangan pada awal paragraf]. Bencana demi bencana yang terjadi ini tidak mungkin ditolak, juga mustahil untuk dihentikan. Lalu kita pun mulai harus mengerti bahwa satu-satunya cara menyiasati bencana-bencana ini adalah dengan membekali diri kita untuk mampu hidup berdampingan dengan bencana. Mampu berdamai dan bersahabat dengan bencana. Muluk? Rasanya tidak deh. Rasanya, ketika kita tak lagi punya pilihan lain, mendidik diri agar mampu berdamai dengan bencana adalah langkah paling masuk akal deh. Masak kita harus bermigrasi ke negara lain untuk menghindar dari bencana? Emangnya negara itu mau apa menampung kita sebanyak ini? Hehe.

Well, berbicara tentang 'bersahabat dan berdampingan dengan bencana', tentu bukanlah hal sekali klik! Banyak tahapan yang harus kita lakukan secara sadar dan disiplin. Dan tentunya tidak akan bisa lepas dari partisipasi aktif berbagai pihak, baik pemerintah, warga masyarakat mau pun unsur terkait lainnya.

Lalu apa saja yang sebaiknya dilakukan dalam membekali diri kita untuk mampu berdamai dengan bencana?

1. Bersikap bijak di dalam memandang musibah yang terjadi.

Seringkali, masyarakat kita langsung menghakimi saat suatu musibah melanda suatu daerah. Tak jarang kita langsung mendengar judgement seperti ini 'itulah, daerah A kebanyakan berbuat maksiat sih, makanya dihukum oleh Allah.'
Padahal, jika wawasan masyarakat kita bisa di-upgrade, dan digiring untuk lebih mampu berfikir kritis, benar dan ilmiah, bahwa alam ini diciptakan Allah dengan hukum-hukumnya sendiri. Bahwa menurut kajian geologi, bumi dengan berbagai lapisan tanahnya selalu berkembang, berubah dan memuai. Tiap satu lapisan dengan lapisan lain bisa bertumbukan dan mengakibatkan gempa bumi, seperti yang terjadi di Tasik Malaya, misalnya. Tumbukan dan gempa bumi ini tetap akan terjadi walau pun masyarakat yang hidup di daerah itu menjalankan syariat dengan baik dan benar.

2. Lebih kritis di dalam menerima isu-isu terkait kebencanaan.

Sering sekali terjadi, adanya oknum yang mengambil manfaat setiap ada bencana gempa bumi, atau bencana lainnya. Misalnya dengan menghembuskan isu bahwa gempa ini berpotensi tsunami, baik melalui sms, sosial media, BBM broadcast, dan lainnya. Masyarakat kita yang gampang panik [terprovokasi], langsung deh mencari upaya penyelamatan dengan melarikan diri, misalnya. Meninggalkan komplek perumahannya dan akhirnya malah 'menyerahkan' rumah dan seisinya untuk 'digarap' habis oleh sang oknum.

Lebih kritis dalam menanggapi isu-isu seperti di atas, adalah juga merupakan salah satu langkah pengurangan resiko bencana [kehilangan harga benda] yang jitu. :).

3. Melatih Masyarakat untuk Siaga Bencana

Bencana tidak bisa ditolak, itu sudah pasti. Yang bisa dilakukan adalah mengupayakan agar resiko bencana ini sendiri bisa diminimalisir. Caranya adalah dengan melatih masyarakat untuk selalu siaga bencana. Banyak cara yang dapat dilakukan, seperti yang telah diterapkan Aceh dan beberapa daerah lainnya. Melakukan tsunami drill, pembekalan pengetahuan tentang karakteristik bencana, dan hal terkait lainnya.

4. Membangun gedung, fasilitas sarana dan prasarana yang tahan gempa.

Sudah bukan hal asing lagi jika masyarakat Aceh masa kini [setelah tsunami], mulai menaruh perhatian serius dalam bidang ketahanan terhadap gempa, bagi rumah yang akan mereka bangun. Rumah beton nan mewah dan cantik saja tidak cukup, faktor ketahanan terhadap gempa adalah salah satu faktor yang kini masuk ke dalam kriteria prioritas. Begitu juga dengan pembangunan perkantoran, fasilitas umum, sarana dan prasaran, semuanya memasukkan unsur ketahanan terhadap gempa ke dalam syarat wajibnya.


5. Membuat jalur evakuasi dan tempat evakuasi yang memadai.

Tidak ada dari kita yang mengharap bencana untuk datang menyambangi. Apalagi mengharapkan tsunami berkunjung kembali. Tentu tidak. Namun, siapa yang bisa menolak jika musibah ini kembali melanda? Maka, membuat jalur evakuasi dan tempat evakuasi [escape building] yang memadai adalah suatu keniscayaan.

6. Membuat sistem peringatan dini dengan jangkauan yang luas.

Nah, yang ini, tentu bukan tugas masyarakat donk, tapi adalah tugas pemerintah untuk membangun sebuah sistem peringatan dini terhadap terjadinya bencana. Selain membangun sistemnya, pemerintah dan pihak terkait juga berkewajiban untuk mengedukasi masyarakat untuk ngeh dan paham akan langkah apa yang harus dilakukan saat mendapatkan pemberitahan/peringatan dini ini, sehingga masyarakat benar-benar siaga dan sigap jika bencana terjadi.

7. Belajar dari Jepang tentang bagaimana negara ini menyiapkan masyarakatnya agar siaga bencana, dan menyebarluaskannya bagi masyarakat Indonesia.

Menyebarluaskan best practices and lesson learnt  negeri matahari terbit [Jepang] dalam kesiap-siagaan dan kesigapan mereka dalam menghadapi bencana [gempa bumi dan tsunami], bukanlah hal yang buruk. Tetapi justru akan menjadi salah satu cara di dalam mengedukasi [menambah pengetahuan] masyarakat kita untuk turut belajar menyiasati bencana.

Bencana memang tidak bisa dihindari, namun berupaya untuk mengurangi resiko bencana yang akan terjadi, adalah suatu keniscayaan. Untuk itu, yuk kita bersiap diri untuk mulai bersahabat dan berdamai dengan bencana.

Artikel ini diikutsertakan pada
Lomba Menulis Kebencanaan Memperingati 10 Tahun Tsunami Aceh,
Kategori Menulis di Blog. 


Sumber referensi:
http://www.scribd.com/doc/91932961/Seri-Buku-BRR-Buku-1-Kisah
https://www.facebook.com/notes/mardy-joeang/cincin-api-indonesia-negeri-dalam-bayang-bayang-bencana/10151175790184615





Udah beberapa hari ga sempat posting di rumah cantik ini. Sibuk banget sih ngga,  cuma agak heboh oleh wara wiri sana sini. Dan,  malam ini, iseng,  cek ricek foto,  nemu foto ini deh.  Eits,  ga boleh iri lho yaaaaa.  :d

Penasaran dimana?  Di rumahnya si mbah Google donk ah! 


mother and daughter

Time is running so fast,
It's like a dream to see you're grown up,
and will make your own decisions,
I will try to respect of that fact, but the thing you must understand
that to me, you will always be my little girl.
I may not be able to carry you in my arms anymore,
but I will always carry you in my heart!

Kupasang puisi di atas bukan tanpa alasan. Tapi deeply from the bottom of my heart, begitulah rasanya. Waktu memang seperti berlari. Ngebut! Rasanya baru kemarin menghadiri rapat orang tua murid dengan pengurus SMU Labschool Universitas Syiah Kuala, tentang iuran siswa baru dan segala tetek bengek lainnya, eh sekarang, para siswa baru itu telah melangkah masuk ke Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah Intan, putri tercinta.

Yes, waktu seakan berlari, tiada henti. Baru kemarin sibuk mendampingi dan mendukungnya persiapkan diri hadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri, eh sekarang malah sudah melangkah masuk ke sebuah asrama keren bernama Student's Housing of President University, untuk tinggal di sana dan menuntut ilmu di salah satu fakultas yang dimiliki oleh Universitas keren ini. Eits! Bukannya sok gaya, lho, Sobs, sebenarnya, aku dan Intan itu berharap banget agar dia bisa lulus di perguruan tinggi negeri yang dibidiknya, namun apa daya, nasib masih berkata lain. Intan kalah bersaing, dan Alhamdulillahnya sudah mempunyai jatah kursi berdasarkan beasiswa yang diperolehnya dari President University ini.

Jadi, walau terkenal sebagai universitas yang mahal dan bolak balik harus setor iuran SPP, karena satu semester di sini jangka waktunya hanya 4 bulan, akunya sih masih bisa bernapas lega. Kan ga harus bayar penuh, 2/3 dari biaya kuliah sudah disubsidi berdasarkan beasiswa yang diperoleh Intan. Sehingga tugasku adalah membayar 1/3 dari iuran SPPnya saja. Jadi, walau pun terasa agak gimanaaaa gitu, tetap harus disyukuri lah ya.

Well, back to the topic. Berpisah lagi dengan putri tercinta memang terasa berat. Yang terlihat lebih berat malah Intan sih. Baru saja happy berkumpul kembali berdua, setelah berpisah hampir dua tahunan lamanya, eh sekarang malah sudah harus berpisah lagi. Intan wajib masuk asrama. Jadi mau ga mau, kebersamaan yang terasa hangat dan bahagia, terpaksa untuk beberapa waktu ke depan, harus ditunda. Terus terang, melepaskan anak gadis semata wayang ke kota besar bukanlah hal gampang. Apalagi Intan belum pernah dilepas sendirian seperti itu. Jika selama ini dia jauh dariku, tapi ada orang tuaku yang mengawasi tumbuh kembang kehidupannya. Dan kini? Dia harus menjalani semuanya seorang diri. Di kota besar pula. Ya Allah, bimbing dia untuk menjadi gadis mandiri dan tetap dalam koridor-Mu, ya Allah. 

Welcome Home!

Kompleks Kampus President University terlihat ramai. Mobil-mobil terlihat satu persatu memasuki pintu gerbang dormitory, setelah terlebih dahulu disambut dengan ramah oleh para panitia 'welcoming new student'. Seorang satpam datang menyapa, saat kami juga telah berada dipintu gerbang, diikuti oleh dua senior [kakak kelas] yang mengucapkan salam hormat begitu kami menurunkan kaca mobil. Yang menawan hatiku adalah, pria berwajah oriental ini, menyapa ramah, mengucapkan selamat pagi dan menanyakan apakah kami lebih senang dia bertegur sapa di dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris?

Excited dan penasaran, kami memilih untuk berinteraksi di dalam bahasa Inggris donk. Dan, wow! Sang senior, langsung menyapa Intan dengan sambutan khas Pres-Univ. 'Welcome Home, Intan!' bla..bla...

Ya, dua kata yang pastinya dengan serta merta menyejukkan hati dan menghangatkan jiwa. Berusaha menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan bagi mahasiswa/i baru agar betah di tempat baru mereka ini. Bagiku sendiri, sapaan ini sungguh membuat kepercayaanku meninggalkan putri tercinta di dormitory [asrama] of President University, Cikarang, tumbuh dan menenangkan hati. Tadinya aku masih sempat kuatir, gimana ya pergaulan dan lingkungan tempat tinggal Intan nanti? Glamour kah? Sehatkah? 

Semakin melangkah ke dalam lingkungan asrama, perasaanku semakin nyaman dan bahagia. Sederetan meja untuk masing-masing corner telah menanti. Menyambut kedatangan new student dalam mendaftarkan ini itu. Kuikuti Intan dan kakak senior yang ditugaskan mendampinginya, dengan gembira. Terus terang, aura yang bergelora di sini sangat positif, terbukti dengan cerahnya hatiku mengikuti prosesi ini. Keren deh ih! Intan berpindah dari satu meja ke meja lainnya, untuk keperluan tertentu. Ada rasa bangga yang tumbuh pesat di hatiku menyaksikan Intan yang dengan lugas berinteraksi dalam bahasa Inggris dengan kakak-kakak seniornya itu. Bahasa wajib di Universitas ini memang bahasa Inggris, dan senang rasanya melihat putri tercinta menguasai bahasa yang satu ini dengan lancar dan tanpa malu-malu. Aih, ternyata Intan itu supel banget! Boleh donk muji anak sendiri? Hehe


Tak dapat dipungkiri, Intan yang akan tinggal di sini, eh malah emaknya ini yang excited banget! Habis suasana dan lingkungan asramanya itu lho, bikin betah banget! Padahal merasakan udara Cikarang yang begitu panas sih, ogah stay di sini, namun keakraban yang terpancar, penataan lingkungan serta kamar-kamar pada mahasiswanya itu lho, bikin happy. Aih, jadi ingin kuliah lagi deh ih! *Nasib ga pernah jadi anak kos waktu kuliah dulu*

Setelah mendapatkan kunci kamar, dan arahan dari kakak seniornya, akhirnya kami dipersilahkan untuk menuju ke kamar Intan.
Oya, setiap kamar akan diisi oleh dua new student, dan baik aku maupun Intan, sama-sama penasaran akan siapa yang akan jadi roommate nya Intan nanti.... Ya, mudah-mudahan seorang teman yang  sehati dan se-visi misi dengan Intan, ya, Nak! 

Tak membuang waktu, kami pun memasuki kamar yang dituju, dengan diantarkan oleh kakak pendamping Intan, yang adalah seorang mahasiswi tingkat akhir, jurusan Public Relation. Pantes aja cara bicaranya itu asyik banget, lugas, dan supel!

Tak terasa, waktu seakan berlari! Waktu telah beranjak sore hari, dan kamar Intan telah rapi jali, namun sang room-mate belum juga muncul. Mau tak mau, kami sudah saatnya undur diri, karena peraturannya, selain mahasiswi/penghuni Student Housing, adalah tidak diijinkan untuk menginap di sini. Maka dengan berat hati, kami pun pamit meninggalkan Intan seorang diri. Hiks. Selamat belajar ya, sayang, Umi yakin dan percaya bahwa kamu tetap akan menjadi anak kebanggaan Umi. Selamat menjadi mahasiswi, tekunlah belajar agar bisa cepat keluar dari kampus ini, ya, sayang! Umi ga tahan lama-lama pisah denganmu, sayang....

sekedar catatan harian,
Al, Bandung, 13 Agustus 2014




Yuk, ke Blue Mosque Part -2
Berbicara tentang Blue Mosque alias Mesjid Biru - Istanbul, kurang lengkap rasanya jika kita tidak melongok ke dalamnya, bukan begitu, Sobs? Tapi bagi Sobats yang baru mampir di sini, dan penasaran dengan penampakan bagian luarnya, sok ditilik terlebih dahulu postingan Yuk Ke Blue Mosque - part 1 yaa.

Dan bagi yang sudah ke part 1, yuk kini kita memasuki mesjid cantik yang termasyur ini yuk!

Bagian Dalam Mesjid Biru

Sebenarnya, sudah ingin masuk ke mesjid, pada kunjungan pertama itu [waktu rombongan Presiden Turkey shalat Jumat di sini], namun apa daya, setelah menanti sekian lama, tampaknya Mesjid masih juga ditutup untuk umum dengan alasan keamanan, maka kami pun memutuskan untuk beralih ke object wisata lainnya, dan akan kembali ke bagian dalam mesjid ini pada kesempatan lainnya. Dan.... Taraaaa... Here we are! Balik lagi ke mesjid, dua hari sesudahnya, dan kini siap untuk menghadirkan liputan keren, tentang keadaan di dalam mesjid indah ini. Yup, Mesjid Sultan Ahmed alias the Blue Mosque.

Dari luar, memang mesjid ini tidak menampakkan kesan biru, selain dari kubahnya yang berwarna biru dengan pucuk bernuansa emas. Warna dindingnya, tidak dicat sama sekali, sebagaimana mesjid-mesjid lainnya yang ada di negeri dua benua ini. Namun, Sobs, begitu kita masuk ke dalam mesjidnya, maka mata kita akan takjub dengan keindahan dan keunikannya. Dan jawaban mengapa mesjid ini disebut sebagai mesjid biru pun akan terlihat dengan jelas.

Blue Mosque

Keren amir ya, Sobs? Didominasi oleh warna biru pada ornamen-2 dinding mesjid berupa keramik terbaik sejumlah kurang lebih 20 ribu keping, sungguh bikin mata teduh dan hati takjub. Karpet sutra yang menutup lantai mesjid berasal dari tempat pemintalan sutera terbaik dan lampu-lampu minyak yang tergantung itu, terbuat dari kristal, merupakan produk import. 


Ornamen bunga dan tanaman bersulur juga terpatri dengan indahnya, membiaskan warna biru saat cahaya matahari menyinarinya via 260 jendela kaca patri. Subhanallah, kang Mehmed Agha, sungguh piawai deh dirimu mendisain mesjid ini! :)


Tak hanya indah, tapi juga terlihat kokoh oleh sokongan pilar-pilar marmer yang tersebar proporsianal di seluruh bagian dalam mesjid. Lebih dari 200 kaca patri dengan aneka disain pun, tak ketinggalan memperindah mahakarya yang satu ini, dengan pantulan cahaya dari luar dibantu pula oleh chandeliers. Di dalam chandeliers diletakkan telur burung unta untuk mencegah laba-laba membuat sarang di dalamnya.

Blue Mosque inside


Dekorasi lainnya adalah kaligrafi ayat-ayat Al-Quran yang sebagian besar dibuat oleh Seyyid Kasim Gubari, salah satu kaligrafer terbaik masa itu. Sungguh membuat lidah tak henti berdecak, mengagumi maha karya yang satu ini. Subhanallah, sungguh agung, indah dan nyaman rumahmu ini ya, Allah....

Baca juga: Cara Mengurus Visa Turki


catatan dan kenangan perjalanan ketiga negara,
Al, Bandung, 11 Juli 2014

Melanjutkan dan ingin berbagi kisah pengalaman menjejakkan kaki di bumi Istanbul, maka ijinkan aku untuk langsung bercerita tentang kunjungan kami ke sebuah mesjid ternama, yang tak hanya menakjubkan, namun juga bikin hati adem banget saat berada di dalamnya, bersujud khusyuk di atas permadani lembut, menghadap sang Ilahi Rabbi. Mesjid itu dikenal dengan sebutan 'Mesjid Biru' alias Blue Mosque.
Istanbul mesjid biru
Foto koleksi pribadi, Alaika Abdullah

Blue Mosque alias Sultan Ahmed Camii Meydani

Nama aslinya sih Mesjid Sultan Ahmed [dalam bahasa Turkey disebut Sultan Ahmed Camii Meydani], tapi mesjid cantik nan megah ini lebih familiar dengan sebutan Mesjid Biru alias Blue Mosque. Terletak di alamat : Sultan Ahmet Mh., Torun Sk No. 19, 34400, Istanbul, Turkey. Kawasan ini adalah sebuah kawasan tertua di Istanbul, di mana sebelum tahun 1453 merupakan pusat kota Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium. Bertetangga dekat dengan situs kuno Hippodrome dan bersebelahan dengan Hagia Sophia. Mesjid biru ini, didirikan oleh Sultan Ahmed I untuk menandingi bangunan Hagia Sophia [Aya Sofia], buatan kaisar Bizantium, yaitu Kaisar Constantin I, yang dulunya berfungsi sebagai Gereja Kristen Kebijaksanaan Suci dan sekarang telah diubah menjadi museum. Ah iya, sebelum diubah menjadi museum, Aya Sofia sempat digunakan sebagai mesjid selama kurang lebih 500 tahun, lho! 

Baca juga: Cara Mengurus Visa Turki

Mesjid keren rancangan Sedefkar Mehmed Agha ini, berdiri tangguh dengan 6 menara rupawan yang tinggi menjulang, berkubah biru teduh dengan pucuknya yang berwarna emas. Atau jangan2 ini memang emas?
Dilihat dari segala sudut, mesjid ini memang megah mempesona, membuat hati ingin segera melangkah ekplorasi setiap areanya yang begitu luas. Memang, blue mosque adalah mesjid terbesar di kota Istanbul. Keren ya? 

blue mosque
foto koleksi pribadi, Alaika Abdullah
Bisa menjejakkan kaki di tempat ini, sungguh hal yang luar biasa bagiku. Tak sabar rasanya ingin segera mengubek-ngubek dan narsis ria mengekplorasi mesjid ini. Namun apa daya, ternyata kunjungan perdana kami kala itu, bertepatan dengan kunjungan rombongan Bapak Presiden Turkey (masa itu), Abdullah Gull yang akan melakukan shalat Jumat di sana. Sehingga, mau tak mau kami terkendala untuk dapat melenggang bebas wara wiri di seputar area. Tapi aku sendiri sih ga menyesali keadaan itu, malah bersyukur karena mata ini langsung sueger ger ger deh, Sobs, oleh pemandangan indah yang terpampang di depan mata! Hehe. Apaan coba, Sobs?
paspampres turki
Foto koleksi pribadi
passpampress
Foto koleksi pribadi
paspampress
Foto koleksi pribadi
Saking senangnya berada di area mesjid yang megah dan indah ini, aku langsung jadi orang katrok deh, Sobs! Happy banget jalan kesana kemari, mengamati setiap sudut [area luar] si mesjid cantik. Ga bisa ikutan shalat Jumat pun tak apa lah, cukup menanti di area luar sambil cuci mata mengamati beberapa anggota paspampres yang kebagian tugas jaga, sementara sang Presiden dan rombongannya melakukan shalat Jumat di dalam mesjid. Ayah dan adikku, tentu tak membuang kesempatan donk untuk ikutan shalat Jumat, apalagi bagi ayah, kapan lagi shalat Jumat dengan Presiden Turkey kalo bukan saat itu. Hehe. Kalo aku sih, kapan lagi cuci mata dan narsis ria mumpung lagi ada santapan seger object keren di depan mata. Sayangnya, ga punya nyali untuk mendekati dan minta foto bareng dengan salah satu dari mereka yang begitu gagah mempesona. Hayyah, Al! Ingat anak dan suami! Hihi.

Penampakan di bagian luar Mesjid Biru

Rasanya akan rugi banget jika hanya duduk-duduk manis di tangga mesjid atau bangku-bangku sekitar mesjid, menanti yang sedang shalat Jumat di dalam sana. Maka aku dan adik ipar, yang lebih senang megang kamera dengan aku sebagai modelnya, segera deh berwara-wiri mengeksplorasi bagian luar Mesjid Biru. Walau beberapa kali sempat disemprit diperingatkan secara sopan oleh anggota Paspampress yang guanteng-guanteng itu, karena kami memasuki area yang terlarang saat itu, kami tetap penuh semangat mengeksplorasi.

Baca Juga: Yuk, ke Blue Mosque Part 2

Seperti yang terlihat pada foto paling atas, halaman depan mesjid ini luas banget! Dipenuhi oleh taman bunga dan rumput, plus dipayungi pepohonan rindang. Berjejer bangku dari kayu, juga tersedia bagi para pengunjung untuk melepas lelah.
blue mosque istanbul
Bersama Ayah dan Adik, foto koleksi pribadi
alaika abdullah
Saking bersihnya taman mesjid ini, orang-orang langsung rebahan tanpa alas, deh!
Foto koleksi pribadi, lokasi: Mesjid Biru/Blue Mosque - Istanbul
Beberapa taman dengan rumputnya yang 'mengundang', juga menarik perhatian dan rasa iri. Andai taman dan rumput di Indonesia sebersih dan secantik ini, pasti banyak orang yang happy untuk bersantai ria di atasnya. 
Dan mereka juga manusia toh? Punya rasa lelah dan pengen rehat juga. 
Tapi yang ini apa anggota Paspampres juga?

Berkeliling Mesjid Biru memang mengasyikkan. Banyak pemandangan unik yang tertangkap mata dan memperkaya pengetahuan. Seperti yang ini nih, Sobs, para ibu [berada di halaman samping mesjid], yang sedang menengadahkan telapak tangannya, meng-amini doa imam yang sedang memanjatkan doa usai shalat Jumat di dalam mesjid.
turkish woman
Para wanita yang turut mengaminkan doa yang sedang dipanjatkan oleh Khatip di dalam mesjid
Lokasi: Mesjid Biru/Blue Mosque - Istanbul
Tapi pemandangan di sisi lain mesjid, juga sesuatu, lho! Lihat deh, Sobs!
mesjid biru
Pengunjung mesjid yang tak berpakaian muslim, duduk2 di tangga mesjid
Lokasi: Mesjid Biru
Ada banyak komentar sih melihat foto yang satu ini saat aku upload ke album di fesbuk-ku. Kebanyakan mempertanyakan apa tidak dibuat peraturan di Mesjid Biru ini, untuk berpakaian yang menutup aurat atau minimal sopanlah jika ingin berkunjung ke sini? 

Ada kok, Sobs!

Kebanyakan Mesjid di negara Muslim sekuler ini, telah menyediakan jubah dan selendang [berwarna biru dan hijau], yang dipinjamkan secara gratis bagi pengunjung yang berpakaian seksi minimalis, agar tetap bisa memasuki mesjid. Begini nih penampakan jubah yang telah dipakai oleh pengunjung yang tidak menutup aurat.

Jubah di Mesjid Biru
Oh ya, untuk menjamin keamanan sepatu/alas kaki, pihak mesjid juga telah menyediakan plastik-plastik yang bisa diambil pada tempat yang disediakan. Juga gratis. :) Tuh, lihat kan? Cowok di atas menjinjing-jinjing sepatunya, padahal ada rak cantik tempat menyimpannya lho! Takut ilang ya, Mas? Hihi

Masih mau lanjut ke dalam mesjid?

Udah panjang banget yak postingannya? Gimana kalo untuk edisi di dalam mesjid, kita lanjut pada postingan berikutnya aja? Biar mata Sobats juga ga lelah, gicuuu? :) So, see you in this post yaaa!

Related Post: Yuk, telusuri Selat Bosphorus!


catatan dan kenangan perjalanan ke tiga negara,
Al, Bandung, 10 Juli 2014
Sumber dari sini 


Ada yang pernah memperhatikan mengapa tulisan i pada kata Istanbul, selalu ditulis dengan huruf awal i kecil? Sehingga menjadi istanbul?
Awalnya aku heran, kok nama kota, ditulis dengan huruf kecil. Eh ternyata, bukan hanya untuk kata istanbul saja yang penulisannya seperti itu lho. Ternyata, i [kecil] diucapkan sebagai huruf i [seperti pada kata ikan], dan huruf I besar [kapital] dibaca sebagai huruf e [seperti pada kata Endapan]. Jadi jika ditulis dengan huruf awal I --> Istanbul, maka akan dibaca sebagai Estanbul bukan Istanbul. :)
Demikian sekilas info. Hehe.

sekedar coretan,
Al, Bandung, 10 Juli 2014 
First Day in Istanbul adalah lanjutan dari Perjalanan Tiga Negara - The Trip Started! yang sudah tayang pada postingan kemarin. Berada di Istanbul, sungguh bikin mata melek dan mulut melongo. Gimana enggak coba, Sobs! Tadinya, aku beranggapan bahwa orang-orang Turkey adalah seperti teman-teman Turkish adikku yang berada di yayasan PASIAD Indonesia, di mana kaum wanitanya menutup aurat mereka dengan sebenar-benarnya. Jadi gambaranku, saat menginjakkan kaki di tanah Istanbul ini adalah, akan melihat para wanita cantik berhijab, seperti di negeri-negeri Arabia sana atau yang ada di PASIAD Indonesia. Ealah, ternyata oh ternyata, aku salah besar, Sobs! Salah sendiri sih, kenapa ga browsing-browsing dulu seh?

Sebenarnya sih ga perlu heran, karena sejarah Turkey menerangkan bahwa sejak kesultanan [khilafah] Utsmani ditumbangkan oleh Jenderal Kemal At-Turk, dan kesultanan berganti menjadi sebuah negeri Republik, maka sejak saat itu [1924], segala hal yang berbau Islam pun dikesampingkan dari semua institusi. Para ulama dibuang ke luar negeri dan tidak boleh kembali ke Turki. Banyak yang meninggal di luar negeri dan tidak boleh mengajarkan tentang Islam di negeri itu. Hukum Islam diganti dengan hukum sekuler, buatan Eropa, dan para muslimah dilarang menggunakan jilbab/hijab, apalagi cadar di dalam parlemen dan institusi-2. [sumber: dari sini]. Hingga kemudian, kala pemerintahan Turkey beralih ke tangan para pemimpin yang memiliki komitmen kepada nilai dan prinsip Islam, maka kehidupan Islami pun mulai berubah baik.

Baca juga: Bukber Unik di Turkiye

Namun, sebagai negara sekuler nan religius, pemandangan yang kita temukan di negeri dua benua ini pun bikin takjub. Wanita cantik berambut blonde berparas rupawan, atau wanita cantik rupawan berhijab seraya merokok di smoking zone pun, akan kerap kita temui dan menjadi akrab di mata kita. Atau, wanita muslimah berpakaian dan berkerudung besar pun, sering banget lho kita dapati di negeri ini. Kata hatiku sih, masyarakat Turkey, terutama Istanbul adalah masyarakat moderen yang benar-benar menerapkan 'Lakum dinukum waliyadin'. :)





Well, back to catatan perjalanan tiga negara, rasanya aku ga sabar untuk segera menikmati detik demi detik 'petualangan kami'. Dan adikku memang sudah mengagendakannya dengan cermat. Hari pertama kedatangan kami, saat penjemputan di bandara, adikku tidak langsung membawa kami ke apartemen [tempat tinggal]-nya. Melainkan mengajak kami lakukan a slight city tour [tour singkat dan ringan] ke sebuah taman yang searah dengan perjalanan kami pulang. Walaupun baru mendarat dan belum sempat mandi, berwajah yang masih lusuh, jeprat jepret mengabadikan kenangan teteup sebuah keharusan. Apalagi dengan view yang begitu keren, sukses bikin hasrat narsis menggebu biru!

Baca juga: Yuk Main ke Blue Mosque
Mentari pagi di bawah langit Istanbul pagi itu, bersinar hangat, seolah mengulurkan jabat persahabatan untuk aku dan ayah, yang walau berstatus sebagai musafir, tetap bertekad untuk tetap berpuasa. Biarin aja berbukanya di jam 8.45 nanti malam. Kapan lagi ngalamin waktu shaum yang demikian panjang, jika bukan sedang berada di negeri 4 musim, kan? :D.

Tour singkat yang menghasilkan banyak sekali jepretan pun harus diakhiri, karena ayah merasa sedikit lelah dan ingin segera meluruskan tulang punggung, maka kami pun melanjutkan perjalanan menuju apartemen adikku, di kota Gultepe. So, nantikan lanjutan kisah catatan perjalanan Alaika Abdullah di tiga negara, pada postingan berikut ini, ya, Sobs!

Related Post :
Yuk Main ke Blue Mosque - Part 2



catatan dan kenangan perjalanan ke tiga negara
Al, Bandung, 9 Juli 2014
Berangkat ke Turkey? Gratis pula! Siapa coba yang akan menolak? Ada lho, ibuku! Beliau enggan memenuhi undangan adikku untuk berkunjung ke sana, karena sedang ingin beribadah puasa dengan khusyuk di tanah air. Sehingga, anugerah itu pun dilimpahkan ke pangkuanku, yang serta merta membuatku bak keruntuhan rembulan! Hehe.
Ya iya lah, perjalanan ke Istanbul, lanjut ke Belarus dan Iran, jika harus bayar sendiri, tentu akan menghasilkan ceruk yang sangat dalam bagi dompetku yang memang sedang menurun income-nya. Makanya, saat mendapatkan kehormatan kesempatan menggantikan ibu, aku langsung okeh donk! Didukung pula oleh Intan, jelas membuat hati mantap untuk melangkah. Aih, kapan lagi kan traveling ke luar negeri secara gratis tis tis! Ticket dan visa arrangement juga diurus langsung oleh adikku yang telah sekian tahun menetap di Istanbul. Asyik!

Dan, hari keberangkatan itu pun tiba, 21 Juli 2013, Ramadhan pertengahan dengan meeting point antara aku dan Ayah, di Kuala Lumpur. Aku berangkat dari Bandung menuju Kuala Lumpur, sementara Ayah berangkat dari Banda Aceh menuju Kuala Lumpur. Adalah aku yang tiba duluan di LCCT [airport khusus Air Asia], karena jam penerbanganku kala itu adalah sekitar pukul 08.00 pagi hari waktu Indonesia.

Menanti Ayah yang baru tiba di LCCT sekitar pukul 5 sore hari waktu Kuala Lumpur. Menanti sendirian di LCCT, bukanlah hal yang buruk. Apalagi bagiku yang penggila online world, hehe. Asyik-asyik aja, apalagi hotspot bisa diakses bebas, walau limited of time. Tapi dengan tiga perangkat yang aku miliki, cukuplah untuk tetap bisa akses ke free hotspot yang tersedia, secara berkesinambungan antara BB, tablet dan Macbook. Harus smart donk! Hingga tiba waktunya beranjak ke airport lainnya, yaitu KLIA guna melanjutkan penerbangan via Malaysia Airlines, yang akan terbang pada pukul 1 dini hari.

Baca juga: First Day in istanbul

Penantian panjang menanti pukul 1 dini hari, lagi-lagi bukanlah hal yang menjemukan, karena airport negeri jiran ini sungguh nyaman. Membuat aku dan ayah, betah-betah saja. Semua spot yang tersedia, sanggup bikin passanger betah deh. Coba kalo bandara-bandara di tanah air kita juga bisa seperti ini, pasti bahagia banget deh, Sobs! Ya Allah, semoga negeriku tercinta juga bisa membangun fasilitas-fasilitas keren seperti ini dengan bersungguh-sungguh, biar semakin bangga rakyatnya. Hiks..

Perjalanan tengah malam

Sesuai jadwal, kami pun terbang pada tengah malam. Dan ini adalah perjalanan pertamaku ke Eropa, pada tengah malam pula. Sungguh bikin exciting, deh, Sobs! Ditambah pula dengan pesawat yang begitu nyaman dan luas, plus penumpang multi ras yang tampan rupawan ahai, sungguh bikin hati adem. Hehe. Pramugara dan pramugarinya juga ramah pisan, sungguh membuat perjalanan kami menjadi asyik dan menyenangkan. Makanan yang disediakan di pesawat ini juga delicious dan disajikan beberapa kali. Asyik deh pokoknya, namun akhirnya, yang namanya kantuk berhasil mendominasi. Tertidurlah kami dalam lelap, hingga secercah cahaya indah membersit di ufuk Barat. 

Cercah cahaya dari jendela pesawat. Foto koleksi pribadi.
Tak terasa, perjalanan sekitar 9 jam pun kini akan mencapai akhir. Bandara Attaturk telah di depan mata dan siap menerima roda pesawat MAS yang kami tumpangi untuk mendarat. Alhamdulillah. Hari telah pagi, dan aku yakin, adikku dan istrinya tentu telah menanti. Perjalanan panjang yang tak membuat lelah saking excitednya membuat hati berseri. Ingin segera bertualang di negeri indah bernama Turkey. :) Istanbul, here we come! 

Visa Turkey/Istanbul

Subhanallah, sungguh, bandara Attaturk ini luas sekali. Aneka rupa manusia berjejer mengular bentuk barisan untuk pengesahan passport memasuki negeri dua benua ini. Aku dan ayah mengikuti line, bersabar hingga mencapai counter passport check. Kuperhatikan sebagian orang tidak serta merta bergabung di dalam barisan, melainkan menuju ke bagian pengurusan visa [on arrival] terlebih dahulu, baru kemudian bergabung ke barisan pengesahan paspor.

Baca juga: Cara Mengurus Visa Turkey

Turkey, memang merupakan sebuah negara cantik yang sangat paham bahwa tourism adalah merupakan salah satu aset menghidupkan negeri. Terbukti dengan kemudahan yang diberikan negeri ini di dalam pengurusan visa. Tak hanya menyediakan visa on arrival bagi banyak negara, namun juga memastikan bahwa visa pun bisa dibeli secara online, seperti yang kami lakukan. Visa online, memang tidak bisa kita tempel di dalam passport, karena dia berupa selembar kertas yang dikirim online dan kita print untuk ditunjukkan ke petugas imigrasi negara tersebut. Tapi sungguh sebuah cara yang sangat membantu calon visitor dalam menghemat waktu. Keren deh pokoknya. :)

Istanbul, Here We are!

Akhirnya, selesai sudah urusan pengesahan passport, dan sebuah stempel berbahasa Turkey pun duduk manis di dalam lembaran passport-ku. Seneng banget rasanya. Bertambah lagi koleksi stempel berbagai negara yang duduk manis di dalam buku mungil bersampul hijau lumut ini. :)

Tak sabar kami melangkah menjauh dari counter passport control, ingin segera bertemu dengan adikku dan istrinya yang pasti telah menanti di luar ruangan. Dan benar saja, dari kejauhan mereka sudah berseru memanggil Ayah dan aku, dengan senyum sumringah bahagia. 

Pelukan hangat keduanya, adalah sambutan bahagia menerima kedatangan kami, dan kuyakin, petualangan seru akan segera dimulai. Bulan Ramadhan, tentu tak akan menjadi penghalang. Istanbul, here I am! Istanbul, here We Are! 

Menggunakan mobil dan sopir kantornya, adikku mengajak kami tidak langsung ke rumah, melainkan touring singkat ke suatu taman, yang begitu indah, di dekat istana Attaturk. Penasaran dengan touring singkat penyambut kedatangan kami? Nantikan reportase berikutnya pada next post ya, Sobs!

Next Post: First Day in Istanbul

Rangkaian catatan perjalanan tiga negara,
Al, Bandung, 9 Juli 2014


Hai hai hai! Hayyah, ceria banget, keliatan lag ga puasa ya, Sobs? Hehe.
Lama nian ga sempat duduk manis untuk berbagi cerita. Dan seperti janjiku pada postingan 'More Holiday More Blogpost', maka ijinkan daku untuk memulai sebuah kisah. Sesuai judul di atas, maka kisah ini akan menjadi serangkaian catatan dalam rangka merekam jejak perjalanan langka dan gratis tis tis menuju tiga buah negara. Hatur nuhun pisan untuk adik tercinta, yang telah berbaik hati mensponsori perjalanan ini. Istanbul [Turkey], Belarus dan Iran, adalah ketiga negara yang kami jalani, dan sungguh, bener-bener hadiah terindah di hari ulang tahunku yang ke 43, tahun lalu. Ha? Tahun lalu? Lalu kenapa baru ditulis sekarang? Hehe. Eits, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan?



Oke, let's start the trip! Klik di sini untuk memulai yaaa. :)

Next Post: Perjalanan Tiga Negera

catatan perjalanan tiga negara,
Al, Bandung, 4 Juli 2014
Berbuka puasa bersama orang-orang yang kita sayangi, adalah suatu kebahagiaan tersendiri setelah seharian menahan diri dari rasa lapar dahaga, juga tentu saja dari amarah dan segala pernak pernik emosi jiwa. :) Berbuka puasa bersama para sahabat, juga sudah pasti merupakan momen indah tersendiri, terlebih jika para sahabat ini adalah orang-orang yang jarang sekali kita temui, atau hanya berinteraksi dengan kita via dunia virtual saja. Itu juga sebabnya kenapa aku langsung mengiyakan ketika Nchie Hanie mengabarkan bahwa MakPon KEB, Mira Sahid mengajak untuk buka bareng di NgopDoel, pada hari kedua puasa kemarin. IYA, hari kedua, kami sudah memulai aktivitas Bukber lho! Hehe. 

Bertemu MakPon, agenda lain pun tercetus. Sebuah agenda yang langsung kami sambut hangat donk! KEB buka bersama, dengan konsep diadakan serentak di tiga kota, yaitu Bandung, Jakarta dan Yogyakarta. Awalnya sih, direncanakan untuk diadakan di dua kota saja, yaitu Jakarta dan Yogya, namun, begitu kami langsung mengiyakan tawaran MakPon untuk meng-organize #KEBukber-Bandung, maka antusiasme pun berkembang. Ga pake lama, malam itu juga, aku, Meti Mediya dan Nchie Hanie, langsung take action! Ngebahas rencana dan teknis pelaksanaan #KEBukber2014, yang akan diadakan pada hari Sabtu, 5 Juli 2014.

Kami langsung membentuk sebuah chat-box di FB grup, khusus untuk KEB Bandung. Memanggil para emak anggota KEB yang berdomisili di Bandung, yang ternyata banyak juga lho. Terdata ada sekitar 45 orang yang aktif berinteraksi di chat-box, dan 25 diantaranya menyatakan positif hadir. Alhamdulillah! Ga nyangka juga jika malam itu bisa terhimpun kesepakatan untuk mengadakan acara berbuka di NgopDoel - Purnawarman, dengan sistem patungan/sharing senilai Rp. 50.000,- per orang [berlaku kelipatannya bagi yang membawa anggota keluarga]. Kereh ih, Emak Blogger Bandung! :D


Tempat Acara

Tadinya sih ingin menyamakan konsep seperti Jakarta dan Yogya, dimana acara berbuka bersama ini bertempat di salah satu rumah emak, atau tempat lain dengan konsumsi sistem PotLuck atau sharing [bawa sendiri], namun karena keriweuhan para emak Bandung, akhirnya diputuskan untuk ambil praktisnya saja deh. Yaitu cari tempat yang sekaligus menyediakan penganan berbuka. Lagi-lagi, si cafe NgopDoel yang terletak di Jalan Purnawarman, di samping Gramedia itu yang kepilih. Praktis sih. :)

Agenda Acara and Doorprize

Sebenarnya sih agenda udah disusun semenarik mungkin. Bakalan dimulai sejak jam 4 sore, dibuka dengan acara ramah tamah, obrolan ringan tentang KEB, hijab Tutorial, permainan dan live tweet, ditambah dengan obrolan ringan lagi tentang 'ide mentok saat blogging', lalu Tausiah lanjut berbuka puasa. Keren khaaaan? Etapi.....
Namanya emak-emak, udah riweuh di rumah, dihadang pula oleh kemacetan dalam mencapai tekapeh! Ya sutra deh, jadwal pun molor tak lagi sesuai agenda, hehe. 
Acara akhirnya baru bisa dimulai pada pukul 5 sore, asli, molor satu jam. Tapi bukan berarti acara #KEBukber2014-Bandung lantas jadi sepi dan kehilangan gairah lho. Namanya juga emak-emak KEB, begitu ketemu, walau belum saling kenal juga langsung akrab kok. Ramah tamah, tanpa harus diagendakan pun, sebenarnya akan mengalir dengan sendirinya. 

Acara berlangsung seru, dimulai oleh Meti Mediya yang memperkenalkan diri dan aktivitasnya, dilanjut oleh diriku, yang meneruskannya kepada emak-emak lain untuk juga memperkenalkan diri, maka suasana pun menjadi semakin akrab. Derai tawa atau senda gurau menghiasi jalannya acara, obrolan ringan berlangsung santai dan menjadi syahdu saat Mak Novi Mudhakir ditodong untuk menyampaikan Tausiah jelang berbuka. 

Lagi-lagi aku kagum dengan para anggota KEB. KEB itu lengkap banget deh! Mulai dari yang jagoan IT, jagoan nulis, jago parenting, jago ini itu hingga jago memberikan ceramah agama pun ada! Subhanallah, sungguh beruntung aku menjadi salah satu bagian dari komunitas hangat dan penuh manfaat ini. Alhamdulillah.

Selesai berbuka dan shalat Maghrib, acara masih dilanjutkan pemberian Hijab Tutorial, dipandu oleh Emak Amalia Mukarroma, dan aku pun dengan senang hati menjadi modelnya. Ya iyalah, siapa coba yang ga ingin dijadikan cantik dan modis! Hehe. 


Usai Hijab Tutorial, para emaks masih dihebohkan oleh pembagian doorprizes yang bejibun. Saking banyaknya doorprizes sumbangan para sponsor, para emak tak perlu saling berebut atau berkompetisi via live tweet lho, karena setiap emak dipastikan mendapatkan doorprizes. Hehe. KEB emang seru!

Senengnya dapat Doorprizes!
Foto diambil dari Mak Nchie Hanie.

Foto diambil dari Mak Nchie Hanie. Pinjem ya, Mak! :)
Berbuka puasa bersama memang selalu mengasyikkan, apalagi jika bersama Kumpulan Emak Blogger, rasanya seru dan bikin happy deh! Semoga bisa ikutan di acara Halal bi Halalnya kelak. Aamiin.

Oya, sebelum mengakhiri reportase ini, ada sedikit bocoran dari hasil hang out dengan Makpon lho, bahwa KEB akan punya sebuah hajatan berkala, bernama arisan ilmu. Arisan Ilmu? Yes! Sebuah kegiatan sebagai sarana berbagi ilmu dari emak kepada emak yang diharapkan tentunya akan bermanfaat juga bagi keluarga serta masyarakat luas. Jenis ilmunya? Tergantung dari emak yang membaginya donk. Kan anggota KEB tuh bervariasi, ada yang jago nulis, jago IT, jago parenting, dan lain-lainnya. So? Nantikan info selanjutnya serta aksinya yaaaa. :)

Reportase Ala Alaika Abdullah
Al, Bandung, 9 Juli 2014
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • It's Me!
  • Lelaki itu, Ayahku
  • Serunya Outdoor Activities di Trizara Resorts
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes