My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty

Halo, Sobats maya,

I am back for lanjutan kisah mendebarkan di rumah sakit mewah kemarin. Yang belum baca kisah sebelumnya, bisa baca dulu di sini dan di sini

Yes. Tindakan Green Light Laser yang dilakukan pada suamiku berjalan lancar. Alhamdulillah. Menyisakan perih, sakit pada bagian2 tertentu, akibat obat biusnya sudah hilang. Dan menurut dokter sih, itu hal yang biasa. No worries.

Alhamduillah. Hari kedua dan ketiga, sang kekasih hati terlihat membaik. Menunjukkan progress yang menggembirakan, bahkan keluhannya tentang punggung yang pegel dan sakit, pinggang yang nyeri, tenggorokan yang terasa kering, sudah mulai mereda. Hanya keluhannya berkisar rasa ingin pipisnya yang masih tinggi, yang membuatnya sangat tidak nyaman padahal seharusnya tidak perlu seperti itu karena kateter terpasang rapi sebagai solusi terhadap keluhan itu.

Namun dokter menjelaskan bahwa itu memang reaksi paska operasi. Kedua bladder yang mengalami penyinaran green light laser, tentu saja mengalami luka dalam, dan harus beradaptasi dengan perubahan paska treatment. Jadi tidak ada obat khusus untuk menghilangkan keluhan itu, hanya suamiku diminta untuk banyak minum agar urine yang mengalir ke kateter tidak lagi berwarna merah. Namun tentu perubahan urine dari merah ke jernih bening tidaklah terjadi dengan serta merta, perlu waktu dan tahapan. Dengan sabar kudampingi kekasih hati melewati masa-masa sulit itu, menemaninya, menggenggam tangannya saat tiba-tiba dia merasa menggigil kedinginan. Dengan sigap menekan tombol di remote untuk memanggil nurse jika tiba-tiba ada keluhan yang butuh perhatian para medis.

Kebersamaan ini terasa begitu indah, kedekatan di antara kami begitu terasa. Apalagi setelah selama ini kami tinggal terpisah jarak antar negara. Yang hanya ketemu sebulan sekali. Kebersamaan ini begitu berharga. Kulihat kebahagiaan suamiku terpancar jelas di matanya. Bahagia didampingi oleh istri tercinta pastinya! Hehe. And I? Ya, pasti aku juga bahagia banget lah! 


Hari ini dan dua hari berikutnya keadaan suamiku semakin membaik, hanya terjadi satu dua kali kejadian di luar harapan, seperti tekanan darah yang tiba-tiba meninggi, atau demam yang tiba-tiba menyerangnya. Namun dengan cepat dan sigap diatasi oleh sang dokter dan perawat. Lagi-lagi acungan jempol untuk rumah sakit mewah ini dan Alhamdulillah suamiku dilindungi oleh asuransi sehingga kami berkesempatan untuk memperoleh perawatan ini. Dokter menyatakan bahwa suamiku sudah boleh meninggalkan rumah sakit besok siang, so I bought my ticket to return home (Banda Aceh), sementara suamiku siap untuk kembali berkantor. Sebenarnya besar sekali keinginanku untuk membawanya pulang dan istirahat for recovery di tanah air. Tapi mengingat dia ada rapat penting di hari Senin nanti, maka he decided to stay.

Sabtu pagi, jam 9, kami sudah bersiap untuk meninggalkan rumah sakit, hanya menunggu dokter untuk pemeriksaan terakhir serta memperoleh obat-obatan untuk dikonsumsi suamiku di rumah nantinya.

Berfikir bahwa everything well settled, aku diminta suamiku untuk langsung ke bandara, jangan sampai ketinggalan pesawat. So just leave him in the hospital karena dia akan balik ke apartemen agak sorean nanti. Yo wes, aku pun melangkah tenang meninggalkannya di hospital mewah itu setelah menitipkannya pada perawat yang setia menjaganya.

Jam 5 sore aku tiba di rumah, Banda Aceh, dengan selamat dan lelah pastinya. Segera kutelp dia untuk mengetahui kabarnya sekalian mengabarkan bahwa aku sudah sampai rumah. Alangkah terkejutnya aku, Sobs! Saat suaranya yang risau menjelaskan bahwa dia masih di rumah sakit. Tersandera. WHAAT????

Ya. Rumah sakit menahannya, belum bisa keluar karena belum ada guarranty letter dari asuransi. What?

Bukankah dari awal hal itu sudah kita tanyakan berulang kali? Pada asisten dato’ bahkan pada dato’ sendiri. Pada petugas admission yang dengan tegas saat itu bahkan mengatakan ‘it won’t any additional charge’. Bahwa murni dicover oleh asuransi. Lalu mengapa kini situasinya berubah? Dan mengapa saat aku sudah tiba di tanah air. Come on!!! There is no one there to help my husband. OH Tuhan.

Panik donk! Kuberikan arahan agar suami coba membicarakan hal ini lagi ke dato’ dan asistennya. Minta tolong dato’ untuk membantu. Dan dituruti oleh suamiku. Kepanikan mungkin membuat jalan pikirannya buntu sejenak.

Kemudian si akang menelpon, bahwa ternyata asuransi hanya mengcover 2 ribu ringgit dari total biaya yang 18 ribu ringgit. Means kami harus mengcover 16 ribu ringgit. Oh my God. Ingin saya menangis membayangkan suami saya disana tersandera seorang diri. Dan kami harus mengeluarkan uang sebanyak itu.

Amarah menjalari kepalaku. Kenapa baru sekarang asuransi bicara? Lalu kenapa kemarin-kemarinnya semua confirmed that it will covered by the insurance. Kami sudah jelas-jelas menyatakan, berulangkali, bahwa jika memang insurance tidak bisa mengcover, maka operasi ini akan kami tunda dulu.

Lalu semua bilang, it’s okay. It will cover by the insurance. The total fee. Damn!

Tapi tiada guna marah karena tak akan menyelesaikan persoalan. Kukatakan pada suami bahwa aku akan kembali ke KL besok siang. Membawa langsung ringgitnya dan membawanya pulang. Sebenarnya pilihan paling bagus sih, melakukan bank transfer ke BCAnya, tapi teteup aja, aku merasa bahwa aku harus ke sana, menjemputnya dna memastikan semuanya aman-aman saja, sebelum aku balik lagi ke Aceh.

Ada semacam penyesalan dan pembelajaran bagiku dari peristiwa ini. Harusnya aku ga langsung pulang lebih dulu tadi. Harusnya aku antar dulu si akang ke apartemen, dan memastikan semuanya beres, baru aku pulang. Karena apalah dayanya, yang masih dalam masa penyembuhan itu? Siapa yang akan menemaninya? Hiks...

Suamiku sebenarrnya masih keberatan untuk membayar, dia ingin nego dulu dengan asuransinya, apalagi dato’ dan asistennya juga mengatakan agar bersabar dulu, mereka akan deal with the insurance. Tapi aku kan ga mungkin tinggal diam? Apapun ceritanya, I decided to go back to KL, to anticipate in case we have to pay. Apaboleh buat, kalo memang harus bayar ya bayarlah. Ini adalah pelajaran paling berharga tentang asuransi. Aku menghighligtnya dengan warna merah menyala di dalam kepala saya. Jam 7 malam, suami menghubungi, memberitahu bahwa akhirnya asuransi mengcover senilai 14 ribu ringgit (setara 42 juta rupiah), dan kami diminta membayar 4 ribu ringgit (setara 12 juta rupiah). It is okay, deal!

Etapi, kiranya nasib sedang tidak berpihak pada kami, atau setidaknya nasib sedang tidak rela mempermudah jalanku. Giliran tiket pesawat yang berulah. Ga ada tiket, sold out untuk ke KL. Oh Tuhan, hanya itu penerbangan langsung dari kota ini ke KL. Hanya ada satu jalan lain, via Medan. Tapi mana mungkin mencapai Medan pada jam 6 pagi? Bus jelas tak akan menjamin bisa sampai Medan di jam 6 pagi. Aku ga berani ambil resiko itu.

Setelah book tiket Medan – KL yang jam 8 pagi. Aku langsung menelepon seorang teman yang juga adalah kolegaku di kantor. Untung si teman ini langsung bersedia, bersimpati atas musibah yang sedang menimpa kami. Dia bersedia mengantarku ke Medan, dengan kecepatan yang luar biasa. Antara takut dan pasrah, keserahkan semuanya pada Allah. Memohon agar jalanku dimudahkan.

Alhamdulillah tepat jam 5 pagi, Toman, temanku itu, sudah menurunkan aku di halaman Polonia airport, Medan. Dan Toman langsung balik ke Banda Aceh dengan Gliv. Aku langsung check in. Barulah setelah itu menuju toilet, membasuh wajah, wudhu, shalat shubuh dan berganti pakaian, dandan tanpa mandi. Lalu masuk ke waiting room dan tidur sejenak menanti boarding time yang baru akan dimulai 1,5 jam kemudian. Tubuhku kerasa banget lelahnya, setelah perjalanan panjang dari KL - Banda Aceh. Banda Aceh - Medan, dan kini ke KL lagi. Huft!

Nasib ternyata masih belum begitu bersahabat denganku. Airasia delay 1 jam. Masa penantian di waiting room diperpanjang. Baru kemudian kami dipersilahkan boarding, tapi lagi-lagi delay. Masak sudah duduk and fasten seatbelt, tuh pesawat masih diam tak bergeming. Bahkan setelah para pramugari menunjukkan cara-2 penggunaan seatbelt dan peralatan lainnya, masih saja tuh pesawat diam ditempat. Malah tiba-tiba kami diminta untuk unfasten seatbelt, dan mencek lagi hape maupun alat telefoni lainnya, memastikannya dalam keadaan off, karena pesawat akan mengisi bahan bakar. Ya ampuuun. Lelucon apa ini? Gilaaaa….

Namun akhirnya, 1 jam kemudian, airasia yang aku tumpangi jadi juga terbang. Mendarat di LCCT satu jam kemudian. Tak memberi spasi bagi tubuh untuk beristirahat, aku langsung menuju sky bus airasia untuk membawaku ke KL Sentral. Dari KL Sentral kemudian lanjut dnegan LRT ke Ampang Park, dari sana nyambung taksi ke Prince Court Medical Center. Di lobby, kudapati sang kekasih hati sudah menunggu dengan senyuman manis, namun kekuatiran dan prihatin masih jelas berlomba menunjukkan diri.

Lagi-lagi tak ingin memberi jeda pada sang waktu, kuajak si akang untuk segera membereskan urusannya. Empat ribu ringgit handed over to the cashier, ditukar dengan sebuah receipt yang menyatakan segala urusan pembayaran settled. Lalu kami diminta ke farmasi untuk mengambil obat-obatan yang sudah diprescribe oleh dato’. Tak lama kemudian kami discharge, meninggalkan hospital mewah itu dengan penuh terima kasih.

Apapun ceritanya, the treatment is very good, kejadian tadi adalah kerikil kecil yang tak akan menjadi batu sandungan. Jadi pelajaran berharga untuk kedepannya, agar, make sure dulu the guarrantie letter dari insurance nya sudah dikantongi oleh Rumah Sakit, jadi kita tidak akan bermasalah.

Alhamdulillah, Sobs! Kisah mendebarkan itu berakhir bahagia. Happy Ending. Dan Insyaallah, besok pagi aku akan terbang kembali ke tanah air, kembali pada Intan dan aktif kembali berkantor. Meninggalkan sekeping hati di negeri jiran, cepat sembuh, my dear husband! Bulan depan kita ketemu di Banda aja, ya!


Sekelumit pengalaman berharga,
catatan yang sayang jika dilupakan,
Al, Banda Aceh, 19 November 2010

Halo, Sobats maya, I am back!

Mudah2an pada in good mood semua yaaaa? Seperti juga aku yang pagi-pagi udah hadir di kantor nih, as usual. Dan sejak anak2 sekolah aktif kembali di bulan Juli lalu, aku kembali jadi staff yang paling cepat hadir di kantor lho… Why?

Ya karena sekalian antar Intan, putri tercinta ke sekolah, so begitu dropped her, langsung deh menuju kantor, yang sebenarnya jam kerja baru dimulai pada angka 8.30 am sih. Nah, Banda Aceh tuh jarang macet Sobs…, jadi jam 8.05 or 8.10 tuh aku udah nengkrengin laptop deh di atas meja kerja, tanda representative kehadiran para pemiliknya.

Jadi semacam ada kesepakatan tuh diantara kita2 di kantor, boleh aja orangnya menghilang, entah ke kantin or anywhere else, asal laptopnya udah nengkreng, maka kehadirannya udah sah. Hahaha…. Dan bagi yang kehadirannya di atas jam 8.30 maka dia wajib bawa kue/meals sebagai dendanya, untuk kita2 semua. Yah ga banyak sih, unitku hanya beranggotakan 10 orang.


Well, Sobats,

Pagi ini, sebelum memulai rutinitas pekerjaaan, apalagi yang udah ditinggal lebih dari seminggu, udah jelas donk jika tugas menumpuk dan antri dengan setia tuh dalam my list to do. Tapi no problem, harus tetap semangat and positive thinking dunk….

Nah sebelum bersibuk ria dengan semua itu, maka ijinkan aku untuk melanjutkan kisah ‘saat-saat mendebarkan’ yang part-1 nya sudah posting kemarin, ya! Semoga kisah ini juga akan menjadi pembelajaran bagi kita semua, agar memastikan dulu semuanya beres sebelum menyetujui sebuah tindakan!


Nah, kemarin aku udah sempat cerita tentang detik-detik paling menyiksa dalam hidupku, yaitu detik-detik mencapai menit, menit mencapai jam yang seakan berhenti, tak lagi berputar. Mencoba count down to zero lamanya waktu 2 jam operasi. Sumpah, deh! Rasanya aku belum pernah berhadapan dengan gelisah yang seperti ini. Kuatir yang sedasyat ini. Gugup dan sedih yang sehebat ini. Kesendirian yang benar-benar sendiri begini. Kesepian yang sesunyi ini!

Airmata seakan kering sebelum terkucur, padahal hati rasanya basah kuyup terendam. Pintu tebal yang membatasi antara ruang tunggu (yang aku tempati sendirian) dan ruang operasi itu diam membeku. Tak sedikitpun ada tanda-tanda akan terkuak membuka. Tak ada suara langkah kaki sama sekali, sunyi sepi mencekam. Zikir yang melantun di lidah terasa kelu. Tak mampu terlafazkan, justru terganti oleh rintihan kelu ke hadirat Ilahi, memohon agar Allah menyelamatkan nyawa suamiku, kekasih hatiku yang sedang ditangani oleh beberapa tangan ahli di dalam sana.

Dua jam itu akhirnya berlalu juga, dan sorak sorai di hatiku tak tertahan. Berharap pintu tebal itu segera terbuka, dan seorang perawat datang membawa pesan bahwa operasi telah sempurna dilakukan dan mempersilahkan aku untuk masuk melihat sang kekasih hati.

Tapi ya Allah, 15 menit terlewati, tiada perubahan, tiada suara langkah mendekat, tiada dentingan atau suara apapun juga. Tuhan....

Kekuatiran kembali membuncah, whats up in there, ya Allah? Mengapa lama sekali, padahal dato’ tadi berkata bahwa the surgery itself will take only one hour, another one hour is for completed the process, transfer the patient to recovery room, and so on. I will be allowed to see him after that. 

Tapi ya Allah, dua jam 15 menit telah berlalu, kecoba meredam tangisan hati, seraya mencoba tenangkan diri. Ah, biasalah telat-telat dikit, ga pa-pa. Airmata hanya mengendap di lubuk hati terdalam, merendam segala rasa di dalam sana. Kegugupan, ketakutan, apalagi sendirian di negeri orang, menanti orang terkasih selesai dioperasi, adalah saat-saat yang jika boleh, cukup sekali ini saja deh aku alami, plis ya Allah, jangan sampai terulang lagi. Cukup sekali ini saja ya Allah, beri hamba ketabahan dan kesabaran menanti hasil operasi ini, menanti panggilan perawat untuk masuk dan menjumpainya. Doa ini terus bergulir dalam hati yang telah basah oleh air mata, dibumbui oleh gugup dan takut yang kian merata.

Dua jam 45 menit. Pintu besi itu belum bergerak membuka. Sepi. Bahkan tak ada langkah kaki sama sekali. Berapa sih ketebalan pintu besi itu, hingga mampu meredam semua langkah kaki? Mustahil orang-orang di balik pintu itu tak bergerak sama sekali!

Gugup ini menguasai hati. Takut kian menjelma. kini aku menangis yang sesungguhnya, terasa dari air bening yang telah merembes dan mengaliri pipi. Bahkan dalam sekejap telah mampu membuat hidungku meler dan kesulitan menghirup napas.

Pintu tebal itu tetap kukuh berdiri, dingin, beku. Tulisannya tetap angkuh. "Dewan Bedah. Operating Theather - Restricted Area, Access to Staff Only".
Tak ada satu suara pun yang berhasil mengusik keheningan yang senyap itu, selain suara hidungku yang kian penuh terisi isakan tangis. Oh Tuhan…, save him, please.

Kecemasan mulai menggerogoti otakku untuk berbuat gila. Tekadku mulai bulat untuk mendobrak pintu tebal itu jika dalam 15 menit ke depan belum ada berita. Dan benar saja. Kegilaanku dimulai pada masa tunggu tiga jam lebih 2 menit. Kesabaranku hilang. Kebetulan pula ada seorang perawat datang menuju pintu tebal itu, menekan bel yang tersedia di situ. Sigap aku mengikutinya, dan begitu pintu itu terbuka, kudahului langkahnya, kutuju beberapa perawat yang sedang mengobrol di meja depan ruang itu. Mereka kaget dan dengan sopan meminta aku untuk keluar karena itu ruang steril. Yang kubalas dengan sopan tapi tajam, sambil menekan amarah yang tak berhasil aku sembunyikan.

“Is there anyone can inform me what’s up with my husband? Have the surgery completed? I've been here waiting for more than 3 hours, but there is no one updated me yet!”

Kuyakin, dibalik tekanan tinggi suaraku, mata kuatirku tak mampu berbohong. Kini mereka menangkap nyata betapa seorang wanita di hadapannya ini sedang dipenuhi rasa kekuatiran. Dengan sopan mereka bertanya siapa yang aku tunggu, karena di dalam ada 3 pasien yang sedang dioperasi di dalam 3 ruangan.

Kusebutkan nama suamiku, sambil menegaskan bahwa aku menunggu kabar dari kalian yang tadi berjanji akan memberiku info setelah dua jam suamiku dibawa masuk ke dalam sana, dan kini, tiga jam lebih telah berlalu dan tiada berita.

“This is not my country. I am alone. I am worried! I am waiting for your update regarding the  surgery. It is not easy for me. Tell me is it complete already? Where is my husband now?” Berondongku masih dengan nada suara penuh tangisan.

Jujur, ini adalah kekuatiran paling kuat yang pernah kurasakan. Aku begitu takut operasi itu gagal, tak sanggup kubayangkan sisi terburuk dari tindakan ini. Oh Tuhan, tolong selamatkan suamiku. Beri kami kesempatan untuk tetap bisa bersama.

Dan si perawat akhirnya memberikanku pakaian steril, termasuk sepatu dari kain kasa steril untuk membungkus sepatuku, baru kemudian aku diajak masuk ke recovery room.


*****


Di dalam, kulihat sang kekasih hati terbaring lemah, sudah siuman dan tersenyum menyambut kehadiranku. Tak terbendung airmata ini melihat senyuman itu, walau terlihat jelas ada rasa sakit yang dia tahankan. Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah ya Rabbi.

Tak lama kemudian, suamiku boleh dibawa ke ruangan. Dan satu lagi rezeki kami saat itu, rumah sakit mewah ini ternyata kehabisan ruangan standardnya (insurance hanya men-cover untuk ruang standard, bernilai 200 ringgit permalamnya), sehingga akhirnya kami dipersilahkan menempati ruang suite yang nilainya masyaallah, 1000 ringgit/nite. Subhanallah. Aku sampai takut, takut ga sanggup membayarnya, 1000 ringgit setara dengan 3 juta. I am not crazy to spend 3 million per nite hanya untuk sebuah kamar rumah sakit. Apa yang bisa kita nikmati jika salah satu dari keluarga kita sedang menderita, semewah apapun kamarnya, toh tak akan sempat kita nikmati, toh?

Lagi-lagi petugas admission tadi menegaskan bahwa ‘it won’t any other additional charges for this, don’t worry.’, sehingga kami anggaplah ini sebagai sebuah anugerah. Rezeki suamiku. Hehe.
Tapi ya itu tadi, kamar suite yang besar itu, yang begitu mewah, dengan dua set toilet di dalamnya, dua bed, satu sofa tamu yang empuk, dua tv besar yang mewah, plus sebuah meja kerja di dekat meja makan, sama sekali tak sempat kami nikmati. Boro-boro, Sobs! Mana sempat, sementara yang sakit sibuk merintih, kedinginan, perutnya perih, dan rasa tidak enak lainnya. Tentu perhatianku akan sepenuhnya pada keluhan dan upaya meminimalkan keluhan itu, walau tidak bisa menurunkan penderitaaannya, setidaknya menenangkannya secara moril.

Malam pertama paska operasi, di kamar suite yang mewah itu, ternyata adalah malam penuh trauma bagi suamiku, dimana hilangnya obat bius dari tubuhnya, membuat rasa perih di bagian yang ditreatment mulai terasa, membuat tenggorokannya kering dan berbagai keluhan lainnya. Tengah malam dadanya terasa sesak akibat ada obat yang ternyata tidak cocok baginya.

Untung the hospital is very good, equipped with modern equipments. Lemari disisi-2 tempat tidurnya ternyata adalah untuk menyimpan peralatan medis yang dibutuhkan pasien. Perawat datang, membuka lemari, mengeluarkan peralatan deteksi pacu jantung dari dalam lemari, mencobanya pada suamiku saat keluhannya adalah debaran jantungnya begitu kencang, dan lain2nya. Serba lengkap dan membuat kekuatiranku menipis. Aku yakin, this is a very good hospital, peralatan lengkap, dan perawat serta dokter yang sangat sigap. Aku pasrahkan semuanya pada Allah melalui tangan para ahli medis ini. Sambil terus berdoa demi kesembuhan sang suami.

Malam terlewati dengan lebih baik saat pagi menjelang. Kusambut pagi dengan sama sekali belum sempat memejamkan mata. Baru kali ini aku rasakan begadang yang sebenar-benarnya begadang. Kantuk mulai menyerang dan aku tumbang selesai menyuapkan sarapan dan meminumkan obat baginya. Belaian lembut tangannya di kepalaku yang bertumpu kesisi tempat tidurnya masih sayup-sayup kunikmati, sebelum kemudian aku telah tiba di sebuah tempat yang teduh, nyaman dan tak lagi sadarkan diri. Lelah.

Dan kisah ini belum berakhir, Sobs, karena part 3 telah menanti dengan debaran yang lebih dasyat dan menguras tenaga, karena aku sudah kadung pulang ke Aceh, sementara sang suami ternyata malah tersandera di rumah sakit mewah ini, karena kami harus membayar sebagian!

Baca di  Saat-saat Mendebarkan - Chapter III
Halo, Sobats maya tercinta...,

Hope that you all are in excellent health yaa..., semoga juga selalu in happy mood, dan bagi yang sedang not in a good mood, no worries, pasti akan segera beralih kearah yang lebih baik, percaya deh, ga sekarang pasti nanti, sebentar lagi, sebentar lagi dan sebentar lagi..., lihat deh. Yang pasti, paksakan pikiran positifmu untuk take over the bad mood in order to seek a better one. Okay? Hehe, pasti Sobats akan bilang begini deh, 'ngomong sih enak, coba kamu yang sedang in bad mood, bisa opo bertindak segampang itu menghalau si bad mood itu?’ Ya kan, Sobs?

Hm..., iya sih, saying is easy but doing is of course difficult. I knew exactly kok, karena sebagai insan biasa, aku juga sering kok dikunjungi oleh si bedmut itu. Hahah..


Well dear visitors, lama juga nih aku ga sempat uplek-uplek blog tercinta ini, habis mo gimana Sobs, diriku satu dua minggu ini bener-bener terbenam dalam lingkaran tak terbayangkan sebelumnya. Beneran deh, sama sekali ga terpikirkan apalagi tergambarkan dalam pemikiran. Bener-bener suatu kejutan yang gimanaaaa gitu. Mengharu biru deh pokoknya!

Yup, awal mulanya sih kunjungan kali ini ke Kuala Lumpur juga masih sama seperti kunjungan sebelum-sebelumnya, masih tetap menggusung judul ‘kunjungan reguler menjenguk suami’, hehe. Dan durasi kunjungan juga tetap berjangka sangat singkat, hanya seumur weekend, Jumat siang sampai Senin siang. So, the ticket also bought as scheduled, round trip. Banda Aceh – KL and vise versa.

Jadi terbanglah aku ke Kuala Lumpur pada Jumat siang dengan mengambil cuti setengah hari after lunch, langsung leaving from my lovely office, ke bandara Sultan Iskandar Muda. Check in dan terbang ke Kuala Lumpur with the only aircraft in Aceh, Airasia.com.

Landed in LCCT satu jam 25 menit kemudian, melanjutkan perjalanan via sky bus Airasia menuju KL Sentral. Satu jam kemudian aku sudah menjejakkan kaki di KL Sentral yang ga pernah ngebosanin. This place is always amazing, penuh dengan orang-orang dari berbagai bangsa. Betapa terbukanya negara orang, damai dan penuh keteraturan. It’s a very lovely place to spend my weekend. Always.

Sang suami sudah menunggu seperti biasa, dan kami langsung menuju hotel. Emang sih, suami tinggal di mes kantornya, di sebuah apartement di Shah Alam, 1 jam dari KL Sentral. Tapi ya ga enak lah jika weekend berduaan malah numpang di mes. Ga asyik toh? Makanya kami selalu memilih untuk tinggal di hotel, toh hanya 2 malam, jadi ga akan mahal-mahal amat lah!

Seperti biasa, we spent a romantic night, lalu paginya si akang minta ditemani untuk control kesehatan ke dokter langganannya, seorang urolog terkenal dan sudah bergelar dato’. Dato’ Shahabbuddin ini berpraktek di Glean Eagles Intan Hospital, seputaran Ampang. Ini adalah kunjungan yang kesekian kalinya, demi pengobatan kelenjar prostate-nya yang membengkak.

Beberapa treatment sampai ke biopsy juga sudah dilakukan dan dato’ merekomendasikan agar sang kekasih hatiku mendapatkan treatment ‘green light laser’, yang dikenal sangat ampuh sebagai solusi prostate enlargement. Tapi biayanya itu bo’, ga kuat euy!  Mahal banget, makanya kami masih bertahan dan mencoba mencari pengobatan di hospital lain yang mungkin bisa lebih murah. Treatment ini membutuhkan biaya sampai 18 ribu ringgit Malaysia, Sobs, jadi tuh sekitar 52 juta rupiah. Mahal bangetkan? Ampuuun DJ deh ih! Hiks....

Makanya suamiku juga masih bertahan untuk mencoba mencari alternatif rumah sakit lain. Kami juga berterus terang pada dato’ bahwa bukannya kami tidak mau menuruti rekomendasinya, tapi biayanya itu yang membuat kami masih sulit untuk segera menuruti sarannya.

Kemudian dato’ meminta perawat/asistennya untuk menghubungi pihak asuransi ING (asuransi kesehatan suamiku), untuk melihat apa ‘green light laser’ bisa dicover oleh ING. Ternyata infonya baru bisa didapatkan hari Senin nanti. Tapi menurut dato’ dan asistennya, ING bisa mengcover biaya pengobatan ini. Tapi aku dan suami sih masih ragu akan hal itu, tapi melihat si asisten yang begitu confident serta dato’ yang langsung men-set schedule jika kami memang benar2 berniat melakukan treatment ini (Suamiku memang sudah setahun lebih menjadi pasien tetap datuk, sehingga dato’ sudah paham betul kondisi kesehatan suamiku). Keyakinan ini juga akhirnya menular pada suamiku yang kelihatannya begitu ingin mendapatkan pengobatan ini (ya iyalah… siapa sih yang tidak ingin sembuh seperti sediakali, apalagi melihat kemungkinan untuk itu sudah begitu dekat di hadapan mata).

Akhirnya disepakati, bahwa jika Senin nanti ING meng-infokan bahwa biaya pengobatan ini bisa mereka cover, maka suamiku akan menjalani treatment ini pada hari Selasa siang, artinya suamiku harus sudah masuk rumah sakit pada jam 8 pagi, di hari Selasa. Deal. Dato’ merekomendasikan agar treatment dilakukan di Prince Court Medical Centre, sebuah hospital mewah milik Petronas, juga masih di wilayah Ampang. Kami sih oke-oke saja sejauh semuanya dicover oleh asuransi. Iya toh?

Lalu bagaimana dengan tiket dan rencanaku untuk kembali ke tanah air di Senin siang? Halah? Masih mikirkan tiket sementara suami akan menjalankan operasi? Ya enggak lah, Sobs, cuma kan belum pasti jadi tidaknya, sementara tiketku itu kan jam 12.10, artinya jam 8 pagi udah harus menuju bandara jika kami berangkat dari apartemen suamiku, di Shahalam. Hm….

Akhirnya, karena belum juga dapat kabar, akhirnya Senin pagi itu, kami menuju bandara, antisipasi in case ga jadi treatment-nya karena insurance tidak bersedia meng-cover. Ealah, ternyata, Sobs! Tepat begitu kami turun dari skybus airasia, di LCCT airport, telephone masuk ke nomor HP suamiku yang ternyata dari asisten dato’ mengabarkan bahwa the insurance confirmed to cover the treatment fee. Alhamdulillah.

Walau sudah kadung bawa barang dan ready to fly, kami gotong kembali luggage ku menuju apartement sang suami. Sambil tertawa geli, betapa waktu telah terbuang untuk aksi pagi ini. Andai saja kami bertahan di apartemen dan berani berspekulasi untuk kehilangan tiket terbangku hari ini, kami tak perlu bercapek2 ria berangkat kesini. Hehe….

Whatever lah, yang penting berita ini begitu menggembirakan. Sesampai di apartemen, aku langsung email bosku, inform him that I will take several days annual leave to accompany and taking care my husband in the hospital. Sent. 

Lalu kami bersiap-siap untuk pengobatan esok harinya. Yang merupakan saat-saat paling menegangkan dalam kehidupanku. Menanti detik demi detik yang rasanya begitu lemot, seorang diri diruang tunggu, menatap ke pintu tebal yang membatasi antara diriku dan ruang operasi dimana tangan-tangan dokter dan pisau serta alat tajam lainnya sedang bermain di organ2 tubuh suamiku. Huft.


Semoga semuanya akan berjalan baik-baik saja dan lancar jaya, ya Allah... *wishing.

Baca lanjutannya: Saat-saat Mendebarkan - Chapter II

Halo semuanya, lagi pada ngapain nih? Udh pada makan siang kan ya? Diriku sudah kenyang banget nih, lg nyoba benda keren tp msh begitu asing dijari jemarku nih.pada tau donk yg namanya ipad? Ingin beli sih, tp oleh misua disuruh try punya temannya dl sebelum beli. Soalnya mnrtnya aq ga akan begitu suka deh, krn kan diriku plg suka kalo ngetik tuh 10 jari, nah kalo model touch screen gini pasti ga jd efektif deh di aq. Krn aq punya dua opsi, antara ipad or mac book, si mas suruh familiarize diriku dg si ipad ini dl sblm beneran beli. Apalagi mengingat kebutuhanku utk editing pekerjaan kantor, pasti deh mac book akan lbh berguna...... Tapiiii...... Ipad juga kereeeeeen euy,,,,!!



Dear sobats semua, hope that you all are in a very great health yach..
To the point aja yuuk…

Pasti banyak nih kita-2 yang awam ini belum awas tentang sebuah tuts di keyboard Laptop/PC bertuliskan PrtSc/SysRq kan?? Taukah sobats kegunaannya? Tadinya diriku yang awam ini juga ga tau lho. So let me share you this experience. Hope that it could be a nice input for you who are not aware yet about it.

Waktu itu, aq baru saja beli paket internet flash unlimited, dan belinya dari seorang teman di Palembang sana, via online. Ga pake lama, tiga hari kemudian aq sudah terima kiriman paket serta penjelasan cara penggunaannya. Dasar gaptek, dan takut salah setting, karena sobats tau sendirikan, telkomflash unlimited corporate, jika salah setting, maka bisa2 ditagih biaya bulanan berbasis volume base, yang gila2an, ga mau donk… so, aq sangat berhati-hati, walau sudah setting sesuai dengan arahan yang tertera dipetunjuk yang disertakan dalam paket, aq masih aja takut.
So, I need to show him tampilan hasil settingan yang saat itu sedang terpampang dilayar monitorku.
Aq belum pernah dan bahkan ga kenal tuts yang bernama print screen. Jadi bingung aja saat dia bilang, ‘mbak, coba kirimkan hasil print screen nya ke emailku, biar aq liat udah safe belum unlimited mu’.
Aq malah jadi bengong, print screen? How to do that?

Mending jujur deh dari pada bengong. So I replied.
‘loe kira gw secanggih itu? Gw ga ngeh yang mana tuh printscreen and how to do that’
Dibalas dengan icon ketawa ngakak oleh dia. Dan kemudian:
‘mbak, di deretan tuts paling atas, dari kanan ke kiri, cari tuts bertuliskan PrtSc, terus tekan, lalu mbak buka program paint’
Aq ikuti petunjuknya dan menunggu petunjuk berikutnya.
‘terus mbak cari di toolbar “edit”, lalu paste kan, dan kemudian akan terlihat hasil print screen tadi di dalam paint tadi, SAVE it, dan kirimkan ke saya”
Wow, so simple but I have never known about it. Alaika!! Where have u been so long? Hiding? Sleeping? Come on, you need to learn a lots!



Nah, sejak itu, aq jadi sering tuh pake Print Screen. Pengalaman unik lainnya adalah saat aq butuh pasphoto seorang teman yang minta dibuatkan CVnya dan perlu lampirin pasphotonya dia di CV itu. Kebetulan si teman sedang berada di warnet, dan kami sedang chat. Timbul ide dibenakku untuk memintanya mengaktifkan webcamnya sehingga aq dapat melihatnya, memintanya merapikan diri dan bergaya formal. Kemudian? Just do the Print Screen. Otomatis aq sudah mendapatkan photo dirinya. Tapi tentu saja hasil print screennya lengkap dengan semua window aktif di laptopku. Jadi selain webcamnya, juga terekam lembaran weekly report yang sedang aq kerjakan, beberapa jendela chat yang sedang aq lakukan. Sehingga harus dilakukan cropping dan polas poles lah. Dan ga sulitkan? Tinggal buka paint, pastekan hasil nya ke ‘paint’, lalu save.
Kemudian buka lagi filenya, dan edit. Untuk editing picture, aq sih seringnya pake picasa nya om google. So tuh file aq edit via picasa. Buang semua yang ga diperlukan hingga hanya tinggal photo dirinya doank, jadi deh tuh pasphoto. Hehe…
Kasus lain, pagi ini aq butuh memposting artikel baru di blogku. Namun semua gambar yang aq punya adanya dalam format pdf. Ga bisa di upload deh. Lagi-lagi minta tolong ke printscrint, hehe.
Langkahnya? Sama, buka file gambar berformat pdf itu, kalo kebesaran tampilannya dikecilkan lebih dahulu agar utuh tampil dilayarnya. Baru kemudian do print screen. Lalu paste kan di ‘paint’. Then open and edit it with picasa. Kenapa perlu diedit? Karena hasil print screen adalah semua yang ada dilayar, lengkap dengan toolbar-toolbarnya. Makanya harus diedit biar cantik dan tampilan yang ga diperlukan raib. Setelah diedit, barulah di save. Lalu gunakan sesuai keperluan.
So, disaat kita butuh merekam tampilan dilayar monitorku, lakukan langkah ringkas seperti ini:





Well sobats, sekian tipsnya, mudah2an bermanfaat yach.




Halo sobats semua.... dah pada lunch belum nih? Well, sambil istirahat...nih aq re-call postingan lama yang mudah2an bermanfaat yaa....

Inginnya sih posting artikel baru sobs, tapi masih belum sempat nulis sih, what ever, I am hoping that this article will be able to contribute more info bagi kita semua ya....


Judul kali ini akan ngelink ke blog Healty life ku yang udah lama terbengkalai, so sekalian mengundang sobats semua untuk berkunjung kesana, okay? Yakin deh, info ini juga penting untuk memperkaya our mind library, pada masanya, pasti akan diperlukan. Dan satu lagi, info menarik ini pastinya bukan hasil rekayasa aq lho..but dipetik langsung dari majalah mungil 'kecil-kecil cabe rawit', Inti Sari, the full informative magazine. (Wah, harusnya dapat award nih dari Intisari, he..he). Okay deh, tanpa harus berpanjang-panjang kata, yuk langung aja kita go to the interesting artice, setuju? Oke, lets go, sobats!







Dear sobat mayaku….,


Hope that you all are in excellent health always yaa….

Hm, dah beberapa hari ini ga sempat update nih padahal banyak cerita yang ingin dishare terkait keseharian pekerjaan yang kian menggunung nih. Rencana sih mau update ntar malam, tapi kok rasanya ingin segera nulis ya.


Well sobats, yuk cerita-cerita dulu yuk, habis jenuh juga berkutat dengan budget yang belum juga final2 nih.. Rubah sana rubah sini, comot sana comot sini. Huft, capek dweh.

Nah, lagi serius2nya melototi table excel nih, finalize budget, eh tiba2 si bos dari ujung sana ngomong,

‘Hey, is any one of you read the news? NBA Medan – Kuta Cane got a crash!’.

Kami semua menoleh kearahnya dan melongo.

“No pak, thanks for the info, that’s is a really terrible airline!’ salah seorang kolega menyahut, dan aku yakin semuanya langsung googling dengan kata kunci ‘pesawat NBA jatuh’.

Dan bener saja, kata kunci yang kuketikkan itu menghantarkanku pada beberapa link berkaitan dengan berita itu. Salah satunya adalah berita dari: TRIBUNNEWS.COM, MEDAN.

Pesawat Cassa jenis 212 rute Medan-Kutacane diperkirakan jatuh di hutan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, setelah terbang 25 menit.

Wartawan Tribun Medan (Tribunnews.com) melaporkan Kamis pagi ini, pesawat naas itu take off dari Bandara Polonia Medan pukul 07.00 WIB. Penerbangan Medan (Sumatera Utara) ke Kutacane, Aceh Tenggara (NAD) ditempuh satu jam.
Sesuai jadwal, pesawat ini seharusnya sudah mendarat di Kutacane, Aceh Tenggara, pukul 08.00 WIB.

Pesawat hilang kontak sebelum diperoleh informasi bahwa pesawat tersebut jatuh. Pesawat perintis ini dioperasikan PT Nusantara Buana Air (NBA) itu menerbangi rute Medan-Kutacane.
Tim SAR Medan sudah berangkat ke lokasi yang diduga jatuhnya pesawat, yakni di hutan Bahorok di Kabupaten Langkat, untuk mencari korban. Pesawat tersebut dilaporkan mengangkut 18 orang terdiri atas seorang pilot, seorang co-pilot, seorang teknisi, serta 15 penumpang.


Berita lain dari Media Indonesia.com:

JAKARTA--MICOM: Bupati Aceh Tenggara Syamsul Bachri menyatakan pesawat Cassa jenis 212 putus komunikasi setelah terbang 10 menit dari Bandara Polonia Medan.

"Setelah terbang 10 menit putus komunikasi," kata Syamsul saat diwawancarai Metrotv, Kamis (29/9).

Ia menyatakan, ada 17 penumpang yang ada di pesawat nahas itu. Terdiri dari 14 penumpang, satu pilot, satu copilot dan satu teknisi.
"Kami belum dapat kepastian jatuhnya dimana. Putus komukasi sampai saat ini," katanya.

Namun, tim SAR dari Aceh Tenggara tengah bergerak mencari pesawat milik PT Nusantara Buana Air (NBA) itu.
"Informasi yang didapat, pesawat jatuh enam mil dari Medan. Tapi kita belum komunikasikan dengan pihak Sumut," ujarnya.
Pesawat Cassa jenis 212 pada hari ini Kamis (29/9) hilang kontak. Pesawat dari Medan-Kutacane masih belum diketahui keberadaannya hingga kini. (Ray/OL-9)



Okezone.com menurunkan berita seperti berikut:

JAKARTA - Humas Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membuka posko di Bandara Polonia Medan, Sumatera Utara, terkait hilangnya pesawat milik maskapai Nusantara Buana Air (NBA) di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Bambang mengungkapkan, masyarakat yang anggota keluarganya menumpang pesawat jenis Cassa dengan registrasi PK-TLV itu bisa langsung meminta informasi di Bandara Polonia.

“Kami sudah sampaikan ke pihak bandara agar masyarakat yang anggota keluarganya menjadi penumpang pesawat, bisa mencari informasi di sana,” ujar Bambang saat dihubungi okezone, Kamis (29/9/2011).

Seperti diberitakan pesawat NBA dinyakan hilang dalam perjalanan dari Bandara Polonia Medan menunuju Kutacane, Aceh.
Pesawat lepas landas dari Polonia sekira pukul 07.15 WIB dan seharusnya tiba di Kutacane, Aceh, pada pukul 08.00 WIB. Namun sampai pukul 08.00 pesawat dengan 18 penumpang, dua kru kokpit, dan seorang teknisi, itu tidak kunjung tiba.


Duh, rasanya sedih banget mendengar berita seperti ini lagi sobats, apalagi aku sendiri pernah harus mempergunakan jasa penerbangan ini beberapa kali saat bertugas ke daerah-daerah terpencil. Untung saat itu perjalanan kami dapat berjalan dengan selamat, namun kemudian organisasi tempatku bekerja memang benar-benar menempatkan airline yang satu ini sebagai jenis airline yang sangat tidak diijinkan untuk kami pergunakan, mengingat tingkat keselamatannya tidak memenuhi standard yang ditetapkan oleh lembaga PBB, selaku organisasi tempatku bekerja.

Saking beresikonya beberapa airline sejenis ini, teman-teman punya julukan khusus menggantikan kepanjangan yang sebenarnya dari nama airline ini, seperti NBA (yang harusnya adalah Nusantara Buana Air, malah dipelesetkan menjadi Nasib Baik AJa. Terus SMAC menjadi Siap Mati Atau Cacat, hehe, ada2 aja, tapi boleh juga sih, hehe.


Well sobats,

Sedih rasanya mendengar musibah demi musibah di dunia penerbangan yang tetap saja terjadi, semoga hal ini dapat menjadi tambahan pembelajaran bagi pihak terkait untuk meningkatkan Operasional dan Maintenance nya demi menjaga keselamatan para pengguna jasanya.


Well sobats, banyak lagi sebenarnya yang ingin ditulis, tapi ntar aja deh ya, soalnya si bos sepertinya akan segera memanggilku untuk menghadap nih, to update him about the mission I carried out in the last 3 days.

So, have a great day ya sobs, keep smiling even though thousands of obstacle facing and surrounding you gitu lho. Hehe.



Saleum,


Alaika





Hello sobats, hope that you all are in excellent health ya di hari Sabtu yang indah ini, :-)


Iam enjoying ‘me time’ @Martha Tilaar nih, melanjutkan sesi pemanjaan diri dan tubuh tadi malam. Hehe. Hm….trus apa hubungannya judul ‘Inikah yang namanya nasib?’ dengan sesi perawatan tubuh di Marta Tilaar yaa?

Yah, namanya juga judul, tapi ada kok hubungannya. Ceritanya gini nih sobs, tadi malam tuh sepulang dari kantor, badanku pegeeeel banget karena udah beberapa minggu ini emang hettic banget dengan urusan pekerjaan. Nah, larilah aku ke tempat refleksi langgananku dan sayangnya ibu yang biasanya menanganiku sedang treat customer lain. So aku di-massage-lah oleh seorang ibu yang aku memang belum pernah mengenalnya. Yang lucunya, kesan pertamaku dengan ibu ini sungguh bikin dongkol, karena dia memintaku untuk menggeser mobilku agar diparkir sedikit lebih ke sudut tempat parkir, tadi saat aku parkir, padahal aku sudah turun dan mengunci mobilku. Jelas aja aku dongkol sih tapi kuturuti juga.
Eh ternyata bu Lela langgananku ga available dan satu-2nya yang available adalah ibu Rose, yang ternyata adalah dia. Ta daaa....

Huft, dongkol donk aku, tapi entah mengapa ada rasa iba yang muncul dihatiku saat dia membersihkan dan me-lap kakiku dengan rendaman air garam hangat. Kuperhatikan wajahnya yang sepertinya segan dan malu, mungkin dia merasa ga enak dengan kejadian tadi saat diparkiran.


“Ibu baru ya disini? Saya belum pernah lihat ibu?” sapaku ramah mencoba mencairkan kecanggungan. Dia tersenyum dan menjawab, “Iya, baru tiga kali bulan puasa”.

Aku ikut tersenyum, “wah sudah lama juga ternyata ya bu?, kok saya belum pernah ketemu ibu ya?”
Dia juga tersenyum, ramah sambil mengajakku naik ke atas, ke treatment room.

Ternyata ibu Rose tidaklah sependiam yang aku duga, gerak geriknya sangat berbeda dengan para therapist lainnya. Ibu yang satu ini terkesan lebih berpendidikan dan sangat tau tata krama. Cara berbicaranya yang pelan dan santun membuatku penasaran akan latar belakang pendidikannya. Yang ternyata, tersingkap sempurna tanpa aku minta sepanjang durasi treatment yang 2 jam ini.


Sobats,

Ternyata ibu Rose ini adalah seorang lulusan S-1 Syariah, dari Fakultas Syariah, IAIN Banda Aceh. Subhanallah. Dan tentu saja rasa penasaranku sama besar dengan rasa penasaran sobats semua tentang jalan mana yang telah mengantar ibu satu ini ke arena pekerjaan yang seperti ini. Menjadi seorang therapis atau bahasa awamnya adalah tukang urut.

Perjalanan panjang yang mengisi buku kehidupannya mencatat berbagai kekecewaan akibat ulah tangan manusia. Tangan-tangan kejam penuh kuasa yang telah dengan mudah memindahkannya dari suatu peluang baik menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil ke sebuah sudut hampa penuh kecewa.
Sambil memijat tubuhku, Ibu Rose mencurahkan isi hati dan kekecewaan masa lalunya, bahwa sebenarnya setelah meraih gelar sarjana, beliau sempat mengajar di sebuah SMU swasta di Medan, selama beberapa tahun sampai akhirnya beliau mengundurkan diri karena ‘lulus’ test PNS untuk Mahkamah Syariah di Banda Aceh. Kelulusan ini memang masih harus diikuti dengan dua tahapan lanjutan yaitu wawancara dan fisikotes, yang menurutnya sudah pasti lulus karena ibu Rose punya orang penting juga di Jakarta yang memintanya untuk undur diri dari sekolah swasta tersebut dan pulang ke Aceh untuk dua test tersebut. Namun ternyata sobats, nasib berkata lain. Nomor ujian ibu Rose tidak muncul di papan pengumuman yang terpampang saat pengumuman diumumkan, walau telah berulang kali dia mencoba melihat dan menelitinya kembali. Memang benar, tidak ada namanya disana, walau dipengumuman sebelum interview nama dan nomor itu tercantum jelas.

Kecewa yang mendera hati semakin membengkak saat seorang Oomnya yang waktu itu adalah wakil KaKandepag mencari tahu informasi keanehan ini. Dan ternyata sobats, ‘permainan’ itu memang dimainkan oleh sang penguasa di dalam sana. Nama dan nomor ibu Rose ditukar dengan seseorang yang lain. Tamat sudah harapan Ibu Rose untuk menjadi seorang PNS di tahun itu. Dia coba bertahan di Banda Aceh sambil mencari dan menunggu peluang lain. Berbagai usaha dilakoninya dengan penuh semangat, mulai dari belajar membuat kerajinan2 tangan kreasi Aceh yang sedang bertumbuh sebagai souvenir khas Aceh, sampai ke belajar membuat aneka penganan, sambil tentunya tetap menunggu pendaftaran PNS berikutnya dibuka.


Alkisah, ditahun berikutnya Ibu Rose kembali tidak lulus, dan tahun tahun berikutnya peristiwa yang sama kembali terulang. Akhirnya terjunlah dia di dunia kerajinan souvenir Aceh secara total dalam artian dia bekerja di sebuah rumah produksi selama beberapa tahun. Namun bisnis ini juga tentu ada pasang naik dan pasang surut. Akhirnya saat pasang surut tak beranjak pergi, dan pasang naik enggan kembali, Ibu Rose memutuskan untuk kembali ke Medan, ke rumah orang tuanya.

Tak sengaja berkenalanlah dia dengan seseorang yang membawanya berkenalan dengan seorang shinshe di Petisah, Medan. Dan keajaiban selanjutnya adalah sang shinshe sangat berminat untuk mendidiknya dan mewarisinya ilmu pengobatan tradisional Tiongkok tersebut kepadanya. Menurut ibu Rose, sang shinshe menangkap bahwa ibu Rose adalah orang yang tepat untuk itu. Maka belajarlah dengan serius Ibu Rose disana, menyerap dengan sungguh-sungguh dan mempraktekkan dengan sesungguh hati ilmu yang diperolehnya itu, mengobati para pasien yang membutuhkan pengobatan disana.

Dua tahun berlalu dalam kejayaan, sang shinshe menjadi mualaf, dan belajar tentang Islam dan tata cara peribadatannya pada ibu Rose. Prinsip simbiosis mutualisme pun berlaku disini. Ibu Rose hidup damai dan selanjutnya sang shinshe berniat mengirimkan ibu Rose ke negeri Tiongkok untuk belajar lebih lanjut.

Namun sayang, sebuah benda abstrak berjudul CINTA membuat rencana ini terkendala. Ibu Rose kesandung cinta, dan sang lima huruf ini tak dapat diajak kompromi. Panah asmara ini ditembakkan dewa Amor ke seorang tukang bangunan di Medan, dan akibatnya Ibu Rose tergila-gila. Sang shinshe yang telah menganggap ibu Rose seperti anak kandung sendiripun murka. Selaku orang tua, tentu sang shinshe mengharapkan pasangan hidup yang layak (mapan) donk bagi ibu Rose. Namun Ibu Rose berkeras pada pilihannya, dan sungguh disayangkan, hubungan baik itu terpaksa berakhir dengan begitu saja. Memang sih, masih baik, tapi Ibu Rose berpamitan meninggalkan semua yang telah diraihnya untuk ikut sang tukang bangunan yang dapat project besar pembangunan beberapa gedung di Aceh. Kalo sang pasangan hidup ini adalah seorang kontraktor sih, shinshe tentu tidak keberatan, tapi ini? Maaf, hanya seorang tukang bangunan….

Namun itulah kekuatan (kebodohan?) sebuah benda abstract bernama CINTA itu. Hanya lima huruf tapi kekuatannya itu bikin orang ga bisa lagi berfikir logic. Aku bisa memastikan ini karena juga secara langsung mengalaminya kok sobats. Benda lima huruf ini juga membuatku tersingkir dan tercoret sebagai ahli waris dalam keluargaku kok, tapi itu dulu. Sekarang Alhamdulillah pintu maaf ayah ibuku telah terbuka and I am in the list back. Hehe.


Nah sobats, di sesi ini, kudengar suara Ibu Rose begitu sendu. Mungkin menyesali segala apa yang telah terjadi. Aku hanya bisa menyarankan agar beliau pasrah dan tawakal, karena toh semua telah terjadi, dan adalah dia sendiri yang mengambil langkah-langkah itu. Beliau sendiri yang memilih dan mengukir bingkai untuk kehidupannya, padahal shinshe telah merencanakan sebuah masa depan yang indah dan bernilai baginya.

Ibu Rose menghela napas, dua jam telah berlalu, cerita berakhir dengan lengkap bahwa akhirnya dirinya terdampar menjadi seorang teraphist sejak ikut suami ke Banda Aceh, dan treatment selesai sempurna. Aku berterima kasih atas pijatan dan kesediaannya berbagi cerita denganku. Malah beliau yang berulang-ulang berterima kasih padaku karena telah dengan setia mendengar ceritanya, sembari menambahkan, bahwa ini adalah kali pertama dia share cerita hidupnya pada customernya. Feelingnya berkata bahwa aku adalah orang yang tepat untuk dia curahkan perasaannya. Sambil juga beliau meminta maaf karena sikapnya yang kurang baik di tempat parkir tadi. Aku tersenyum dan menyatakan tersanjung dijadikan tempat curahan hatinya.

Kutanyakan juga kenapa ibu Rose tidak membuka praktek saja, kan punya banyak sekali pengetahuan tentang pengobatan tradisional Tiongkok? Dan Jawabannya adalah Biaya, sebagai kendala. Dan aku terdiam. Kuminta nomor HPnya dengan alasan aku akan menghubunginya nanti untuk appointment for next treatment. Dalam hati aku berjanji akan mencoba melirik2 jika ada teman, saudara, kolega atau sponsor yang mungkin berminat untuk membuka usaha pengobatan tradisional Tiongkok, maka ada satu good resource disini. Amiin.


Sobats, that is all my update sambil menunggu rambutku selesai diwarnai. Hm…ga sabar dweh menunggu hasil pewarnaan ini, semoga tambah cantik yaaa…. Hehe.


Well sobats,

Will back to you all with another story yaa, Have a great week end!
Hari ini pekerjaan benar-benar semakin membuatku sesak napas, tapi untunglah rasa exciting yang aneh memenuhi rongga dadaku hingga membuat kelelahan terkalahkan oleh rasa bahagia.


Readers,

Lama sudah tak sempat meng-update rumah mayaku yang satu ini (sebenarnya rumah mayaku yang lain juga terbengkalai sih….), so iseng-iseng diriku langsung klik ‘google chrome’ browser dan lari ke blogspot.com. Tapi sebelumnya sebuah email yang masuk ke gmailku menghentikan aktivitasku yang tadinya mau langsung update my-virtual corner.


Email balasan dari ayahandaku yang juga dicc ke diriku adalah diperuntukkan bagi adikku nun jauh di Turkey sana. Membalas email sang adik yang menginfokan tentang kedatangan mantan presiden BJ. Habibie yang berkunjung untuk suatu urusan revitalisasi proyek CN-235, dan meminta adikku dan bossnya (adikku bekerja di sebuah organisai international beranggotakan 8 negara) untuk menemani beliau mengunjungi Presiden Abdullah Gul, yang adalah murid dari Erbakan (teman kuliah Pak Habibie) dan juga ke Ankara, ke pabrik pesawat terbang. Tak tertahan airmataku membaca untaian kalimat yang ditulis ayahandaku, terharu hati ini akan kebesaran jiwa pemaaf orang tuaku yang satu ini. Kuluangkan waktuku membaca baris demi baris yang telah ditulis ayahandaku.

Yuk baca lanjutannya




Halo sobats semua,


Hope that you are always in excellent health yaa… Amin, Amin, Ya Rabbal Alamin…

Duh, udah berapa hari ga nulis ya? Jadi kangen deh…. Habis gimana? Udah beberapa hari ini di negeri orang terus, banyak hal menarik yang menjauhkan diriku dari net connection sih… habis di Singapore itu semuanya serba mahal…. Hiks…hiks. Jadi mikir deh untuk beli simcard dan konek ke net. Habis dari Rupiah or Ringgit, begitu ditukar ke Sing dolar langsung menciut deh fulusnya. Huks..huks…


Well lovely readers,

Mau nulis apa ya hari ini, di waktu yang sempit ini, karena dari tadi pagi tuh ya, ngenet di café hanya untuk balas-balas email kantor yang udah menumpuk. Semua harus di response. Walau status cuti, tetap aja harus responsive, apalagi untuk hal-hal yang memang membutuhkan keputusanku, ya harus difollow up dunk.

Hari ini ada beberapa email crusial menyangkut budget project untuk 8 bulan kedepan, yang tentu saja harus segera dikasih input dan komen sehingga kolegaku dikantor sana dapat menjalankan pekerjaannya. Terus ada juga beberapa pekerjaan lain yang sebenarnya bikin makan hati. Lho, kok iso makan ati toh?

Hm… ya gitu deh, biasalah, namanya juga kerja, pasti ada enak dan tak enaknya. Dan mungkin dimana2 juga begitu ya? Working environment, pasti ada enak dan tak enaknya. Pasti ada yang namanya like and dislike. Pasti ada….., dan seterusnya. Mending demi keamanan bersama ga usah dibahas kali ya? Hehe. Yang penting cek and balas email sudah selesai. Koordinasi dengan para kolega juga sudah selesai. Bahkan batere laptopku pun tinggal 46% lagi nih, meaning that I have to full fill all the need immediately before the battery go die. :-)

Di café ini sobs, kita sih boleh aja ngenet sepuas hati dan selama mungkin, asaaaaaal…. Batere kita kuat aja. Karena ga disediain colokan listriknya. Jadi para customer of course dibatasi waktu singgahnya, sehingga ga merugikan mereka tuh ya….


Well readers, saat ini aq dan putri tercinta sedang ngenet di sebuah café di depan apartemen (tempat tinggal) suami di daerah Putra Height, Subang Jaya, Selangor, sebuah negara bagian di Malaysia. Hari ini adalah hari kedua kami berada disini setelah tiga hari lalu menghabiskan liburan di Singapore. Liburan di Singapore terpaksa dibatasi 3 hari saja karena suamiku harus mulai bekerja kembali hari ini, sehingga tinggallah aq dan Intan putriku, menghabiskan waktuku di sekitar daerah ini. Sebenarnya dari pagi tadi kami berencana untuk jalan-jalan ke Mid Valley, tapi karena ada beberapa pesan darurat dari kantorku terpaksa pagiku dihabiskan dengan cek dan balas email serta responding the office need. Nah, rencananya, setelah ini barulah kami akan jalan-jalan ke Mid Valley atau Sun way Pyramid deh.. kan udah siang nih, takutnya ga terkejar kalo jalan-jalannya terlalu jauh.


Well sobats,


Karena udah bener-bener lowbat, terpaksa deh updatenya aq habiskan sampai disini dulu ya, will back to you soon dengan artikel yang lebih berisi dan menarik dweh…. Hehe.


Cheers,


ALaika


Karena jemari tak sempat berjabat,

Karena raga tak bisa bersua,

untuk kata yang membekas luka,

Maaf darimu selalu kupinta, mari hapus segala dosa

Selamat Idul Fithri, Minal Aizin walfaizin,

Mohon maaf lahir dan batin.



Hai..hai..hai, apa kabar semuanya? Mudah-mudahan tetap dalam lindungan Allah dan kondisi prima yaaa….

Hm… apalagi dalam tiga hari ini, pastinya beragam hidangan terhampar di atas meja, slurp.. Ingat lho sobats, jangan jadikan ajang balas dendam yaaa… hehe.


Well lovely readers,


Melanjutkan postingan sebelumnya nih, dimana akhirnya diriku diijinkan untuk berlebaran di rumah, ga harus di rumah sakit, (Horray..!!). Nah, walau dalam kondisi yang masih harus banyak istirahat, suamiku setuju untuk melanjutkan rencana kami ‘tour lebaran’. The tour will be started by travel to Bireuen first. Bireuen ini adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, kurang lebih 4-5 jam perjalanan dari kota tempat tinggalku, Banda Aceh. Kami berangkat kemarin pagi dan of course hari ini sudah mulai berkunjung dari satu ke satu rumah family yang ada di Bireuen ini. Maklum, udah lama ga berkunjung kesini sobs.

Rencana pagi ini akan lanjut bersilaturrahmi ke tempat saudara yang tinggalnya lumayan jauh masuk ke pedesaan, asyik… bisa lihat hijaunya persawahan, pepohonan, hm.....

Baru nanti malam tour akan dilanjutkan ke Medan. Kami memutuskan untuk menitipkan saja mobil di rumah oom yang di Bireuen ini, melanjutkan perjalanan ke Medan via Bus, karena di Medan hanya untuk transit, Minggu pagi akan lanjut ke Kuala Lumpur via airasia.

Duh, jadi ga sabar deh ih, mau fly back to Kuala Lumpur, dan lanjut ke Singapore. Walau masih ada rasa perih di perut, but it make me exciting imagine the fun o f the tour. Dan yang paling special adalah, trip ini adalah hadiah ultah untuk putri semata wayangku, Intan yang kemarin genap berusia 15 tahun. Happy Birth Day ya nak, moga panjang umur, sehat selalu, tambah cerdas dan semakin luhur budi pekertinya. Umi is so proud of you my dear. Alhamdulillah atas anugerahMu ya Allah. Tetapkan kami selalu dalam lindunganMu ya Rabbi. Amin.


Well sobats,


Udah mau beranjak lagi nih, so see you in the next post yaaa…..
Again, minal aizin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin.


Cheers,





Alaika


Dear lovely readers,


Pakabar semuanya, semoga semuanya dalam keadaan sempurna yaaa….. Udah pada kenyang donk ini?
Tarawihan ga? Hayo.. tinggal malam ini lho sobats….

Diriku juga sangat ingin sebenarnya bertarawih di penghujung Ramadhan ini, tapi mau gimana coba….? Ditengah keceriaan menyambut Idul Fithri, eh diriku harus opname di Harapan Bunda karena satu dan lain hal pada kandunganku, hiks..hiks.


Dan meng-update postingan tadi siang, this posting is a quick update in regard my latest situation, bahwa, akhirnya peralatan kuretasi harus merenggut janin yang sedang berusaha berkembang dirahimku. Kandunganku tak dapat diselamatkan, sehingga demi keselamatan ibundanya, dirinya harus diluruhkan. Maafkan Umi ya nak…. I do sorry since we really-really hope to have you with us. Hiks..hiks.


Readers…. Sedih banget rasanya, apalagi kehadirannya sudah sekian lama kami nantikan. Tapi apa mau dikata, Allah sang sutradara, tentu Maha Tau yang terbaik bagi hambaNya. Pasrah diri ini pada keputusanMu ya Rabbi. Beri hamba keikhlasan dan kekuatan dalam melanjutkan kehidupan ini. Trims telah memberikan hamba pendamping yang begitu setia menguatkan langkahku dan seorang putri berbakti yang penuh kasih dan pengabdian. Alhamdulillah Ya Allah.


Mudah-mudahan besok pagi sudah bisa pulang, siapa juga yang betah berlama2 di Rumah Sakit. Yuk semangat ah, harus segera sembuh. Tapi kepala masih pusing dan berkunang-kunang niiiii….
Hiks..hiks.


Pokoknya besok pagi harus pulang, harus. Sobats, mohon doanya yaaa…..
Daku mau tidur dulu, lanjut besok pagi yaaa…. Good nite my lovely readers… mimpi indah…

Wassalam.


Cheers,


Alaika
Dear lovely readers,

Duh lama banget ga nulis ya? Setahun? Let me check the latest one I posted ya…

Ya ampun, postingan terakhirku tanggal 15 Maret 2011 di lanjutan Selingan Semusim.

Wuih, lama nian diriku tenggelam dalam lautan pekerjaan. Kalo lautannya tenang hanya beriak kecil mah ga apa-apa sob, ini? Weleh…weleh, pekerjaan campur aduk yang udah diluar jalur Term of Reference terpaksa harus dilakoni.

Begini ini deh nasib pekerja, kapan ya bisa jadi bos untuk diri sendiri?

Hm…. Tenang Alaika…. Tenang, you will be the boss for yourself one day in the future, tahun depan? Mudah2an. Yup, Juli 2012, I hope I will ready for that. Amin Ya Allah….

Lho…lho..lho, kok malah jadi curhat dot com sih? Piye iki, tadinya mau nulis opo toh? Jadi ngelantur ngalor ngidul gini deh.


Well readers, back to the topic and related to my busy busy work, ternyata Allah punya jalan tersendiri dalam mengistirahatkan hambaNya.

Baru kemarin hatiku (bukan hanya hatiku sih, tapi hati semua staff di organisasiku) berbunga-bunga. Gimana ga berbunga-bunga coba?
Tahun ini, dalam menyambut lebaran suci Idul Fithri, akhirnya organisasiku memutuskan mengikuti kebijakan Pemerintah Indonesia untuk ikutan memberikan libur (cuti bersama) bagi staff nya. Dan ini artinya, kami boleh ikutan libur bahkan tanpa perlu potong cuti gitu lho, dengan syarat, para staff pada hari Senin (29 Agustus 2011) nanti berstatus ‘working at home’, jadi ga harus hadir di kantor.
Hehe… United Nation itu ya… teteup aja….. tapi what everlah, yang penting ga harus ngantor.
Masak seh hari terakhir puasa dimana semua orang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut hari kemenangan, kita harus berkutat dikantor?


Satu kegembiraan lagi, semua staff yang udah ngisi form cuti untuk tanggal 1-2 September 2011 (hari raya ketiga dan keempat), nah boleh membatalkan form cutinya, why? Karena lagi-lagi organisasiku mengikuti kebijakan Pemerintah Indonesia. Jadi kita ikutan libur juga dihari-hari tersebut, walau statusnya teteup……’working at home’. Hehe.


Well lovely readers,

Kebayangkan betapa bahagianya hatiku menyambut kesempatan langka ini?
Udah tersusun berbagai rencana nih untuk mengisi hari-hari bahagia mendatang. Kemarin, aq mengisinya dengan beres-beres rumah, terus siangan keluar berdua putri tercinta, shopping and shopping melengkapi kekurangan-kekurangan persiapan lebaran. Terus sorenya jalan-jalan (driving, aq tuh emang senang banget driving, ya Allah, jangan sampai ganti professi jadi sopir suatu hari nanti deh… amit..amit donk Allah..).

Singkat cerita, aq dan putriku menghabiskan waktu berduaan secara bahagia sampai akhirnya berbuka puasa.

Nah, baru menjelang shalat Isya, perutku tiba-tiba terasa sakit luar biasa, rasa-rasanya seperti akan haid gitu deh, padahal aq kan sedang isi 7 minggu. Mana suami masih di negeri orang lagi.. hiks…hiks.

Akhirnya dengan ditemani putri tercinta dan adik yang setia, aq menemui dokter pribadiku dan akhirnya blio mengirimku ke Rumah Sakit Harapan Bunda. Ya ampun… baru satu hari bebas tugas kantor dan siap-siap menyambut hari kemenangan in a very happy and fun way, kok malah kini jadi mendekam di rumah sakit. Lebih sedihnya lagi, dokter memperkirakan akan perlu melakukan kuretasi jika pendarahan ini belum berhenti juga. Hiks..hiks..hiks lagi deh. Oh Tuhan… padahal kami sedang bahagia banget dengan kehadiran janin ini, ya iyalah, anak pertamaku sudah kelas satu SMA, belum punya adik, eh giliran mau dapat adik kok malah kayaknya ada gangguan seperti ini…


How ever, semua kejadian memang sudah disuratkan oleh sang penulis scenario, dan selaku pemain, kita tentunya harus memainkan peran ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga Allah memberi yang terbaik and I believe that HE will.
So, daripada stress dan malah bikin my bleeding become worst, mending berpikir positif deh, toh namanya kehidupan, Plus Minus pasti berlaku dengan pasti.


Masalahnya adalah, aq tuh paling ga bisa hanya tiduran doank, nonton tv tanpa kegiatan lainnya.
Jadilah aq minta anakku nyalain laptop, dan pasang meja diatas tubuhku agar aq bisa menulis dengan nyaman sambil rebahan. Dan……. Alhamdulillah, sakit ini memberiku kesempatan posting my new artikel setelah sekian lama break.


Well readers,

Dokternya udah masuk nih dan kaget sedikit marah melihat aq sibuk memainkan jari jemariku diatas laptop ini.

‘lho bu, bukannya saya minta ibu istirahat, kok malah kerja?’

Weks, ampun deh, untung dokter ini tampan dan simpatik, jadi walau agak-agak marah tetap aja enak dipandang. Hihi.

‘ga kerja kok dok, hanya posting sebuah artikel aja kok di blog saya’.

‘oh ibu ada blog? Bagi saya linknya ya, nanti saya kunjungi’.

Wah, kalo dikunjungi oleh dokter ini, berarti harus ngedit kalimat diatas dweh. Hahahahaha. Ah biarin ah.

‘Bentar ya dok, udh selesai nih, tinggal posting.’


Well readers,

Sekian dulu updatenya ya, mau diperiksa dulu nih, moga-moga babyku masih bisa bertahan ya.. mohon doanya ya sobats. Will back to you soon.


Cheers,

Alaika
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Pesan Google agar Aman nge-Job Review dan tetap Terindeks
  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • It's Me!
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Srikandi Blogger di mataku.
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes