My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Yang hobbi traveling atau sering bepergian ke luar kota atau bahkan ke luar negeri, baik karena keperluan pribadi, keluarga atau pun tugas, pasti sering donk mesan atau booking hotel? Jika dulu, secara klasik, opsi memesan hotel adalah dengan cara datang langsung ke hotel (direct booking), atau paling banter booking via telepon, maka kini, di era teknologi informasi yang kian pesat, di mana Agen Travel Online (OTA) mulai mengemuka, dengan berbagai kemudahan yang ditawarkannya pula, seperti penawaran diskon, voucher serta kepraktisan plus kenyamanannya, maka tak heran jika para travelerpun kini bermigrasi ke opsi pesan hotel yang satu ini (via OTA) dan saying good bye to direct booking method. Etapi, masih banyak juga sih yang suka cara klasik. :)

Discussing about direct booking, yang mana kita langsung go show ke hotel yang kita tuju untuk menginap, sebenarnya sih, sering nguntungin juga, lho. Misalnya aja, kita masih bisa nawar harga kamar lho ke resepsionisnya agar lebih murah. Kan terkadang kalo sedang sepi, kamar-kamar masih bisa dapat diskonan toh? 


Tapi sayangnya cara ini, yang dianggap sebagai cara kuno, memiliki terlalu banyak kelemahan. Seperti, kadangkala kita tidak bisa memilih kamar sesuai dengan yang kita inginkan. Misalnya saat kita memiliki beberapa hotel favorit di tujuan wisata yang sering kita gunakan sebagai tempat menginap dan hotel-hotel tersebut memiliki kamar-kamar spesial yang memiliki pemandangan menarik.
Karena jumlah kamar-kamar spesial tersebut sangat sedikit, seringkali kamar-kamar tersebut sudah diisi atau sudah diambil orang ketika kita datang. Misalnya, kita menginginkan kamar yang lokasinya dekat dengan kolam renang, atau kamar yang memiliki pemandangan langsung ke arah laut, atau pemandangan kearah alam terbuka.

Selain itu, pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat musim liburan nasional, seringkali hotel penuh dan pilihan kamar menjadi semakin berkurang bahkan no more available. 

Sekedar tips bagi Sobats yang mungkin berencana untuk pergi travelling ke luar negeri, metode direct booking sangat tidak dianjurkan mengingat tujuan wisata seperti: Singapura, Jepang, Korea, dan beberapa negara terkenal yang memiliki obyek wisata menarik, baik di Asia maupun Eropa dan Amerika pada saat peak season akan sangat merepotkan. Apalagi jika kita tidak memiliki referensi tentang hotel lain yang bisa kita datangi apabila tidak mendapatkan kamar di hotel yang kita tuju.
Berbeda halnya dengan memesan hotel melalui agen online, metode modern ini terasa begitu menguntungkan terutama bagi pelanggan. Beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan misalnya:

Kita bisa hunting kamar hotel yang sesuai dengan budget, sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan selera bahkan jauh-jauh hari sebelumnya.

Kita memiliki kesempatan yang besar untuk membandingkan harga karena tidak terburu-buru atau waktunya tidak mepet.

Kita memiliki kesempatan yang juga besar untuk mendapatkan kamar yang paling kita inginkan di sebuah hotel.

Kita tidak perlu khawatir tidak akan mendapatkan kamar pada saat tiba di tujuan wisata.

Terasa lebih nyaman dan tenang karena tidak harus memikirkan hotel ketika melakukan perjalanan.

Bukan sekali dua kali agen online menawarkan diskon atau voucher yang membuat harga hotel terasa sangat murah.

Memesan kamar melalui agen online tergolong aman dan tetap bisa di cancel serta mendapatkan refund jika sewaktu-waktu kita terpaksa harus membatalkan kunjungan setelah memesan hotel dan membayarnya.
Jadi, jika kita bandingkan untung-rugi memesan hotel dengan metode direct booking atau booking melalui agen online, rasa-rasanya, booking hotel melalui agen online jauh lebih menguntungkan, lebih praktis, dan lebih nyaman.
Apalagi metode pembayarannya juga cukup beragam mulai dari menggunakan internet banking, SMS banking, bisa juga melalui ATM, atau bahkan transfer melalui bank. Tidak hanya itu, jika Sobats memiliki kartu kredit juga ok banget lho untuk dijadikan alat pembayarannya. Eh, pake paypal juga bisa, tuh! Asyik ya jaman sekarang? Ga perlu ribet lagi. :) 

Aih, mau traveling lagi, ah! 
Setiap kita, pasti ga ingin lah, ya, berhubungan [baca: kesandung] dengan urusan hukum. Eits, menyebut kata hukum, pasti yang kebayang di benak kita itu adalah penjara, kejahatan, narkotika, kekerasan dalam rumah tangga, sengketa dalam rumah tangga, sengketa tanah dan warisan atau hal berat lainnya, ya kan?

Padahal, sadar atau tidak sadar, dalam keseharian kita hampir selalu bersentuhan dengan masalah/peristiwa hukum, lho. Kebanyakannya adalah urusan perdata. Misalnya saja, nih, Sobs, urusan sewa menyewa rumah/apartemen, urusan bayar SPP kuliah, urusan jual beli tanah, maka surat perjanjian atau bukti jual belinya itu, adalah hasil dari peristiwa hukum, toh?  Hanya saja kita sendiri lupa memaknainya. Karena, ya itu, tadi, Sobs. Ingatan kita hanya terpaku pada hal-hal berat yang menyeret kita pada masalah hukum. Kesannya, hukum itu adalah sesuatu yang sulit, berat dan susah dipatuhi. Berurusan dengan hukum adalah momok. Itu yang sering tersugesti di benak kita, betul enggak, Sobs?

Dan bicara tentang hukum, jadi ingat akan sebuah kasus berat (bagiku sih berat) yang harus aku hadapi pada suatu masa. Sekitar tahun 2008. Aku dan mantan suami, pecah bahtera. *hayyah, bahasanya puitis banget, Al, ga cocok deh masuk dalam judul yang ini, hehe.

Jadi, ceritanya, aku dan suami tuh terkendala untuk lanjutkan perkawinan. Hati dan pikiran memaksaku untuk menggugat cerai. Namun, masa itu, di Aceh, bukanlah hal yang gampang menggugat cerai, apalagi jika si mantan berkeras tak mau diceraikan. Maka aku pun harus mengumpulkan poin demi poin yang bisa menjadi alasan utama kenapa aku harus bercerai. Salah satu poin yang bisa aku angkat dan telak adalah karena kekerasan dalam rumah tangga, yang terjadi beberapa kali di dalam masa perkawinan tahun terakhir itu. Iya lah, siapa coba yang rela disakiti, enak aja, babe gue aja kagak pernah nyakitin, kok ini, dia yang nyakitin? Eits, tunggu dulu! Siap-siap deh elu, ya!

Maka, aku pun googling, mencari tahapan langkah menggugat cerai. Disarankan untuk menggunakan jasa pengacara, atau kalo ga sanggup bayar, mending cari bantuan LBH, deh. Begitu saran si Mbah. Dan nama sebuah LBH yang khusus diperuntukkan bagi kaum wanita, langsung klik di hati. Aku pun menyiapkan langkah. Selaku anak teknik, aku tuh terbiasa bekerja dengan data yang lengkap dan terstruktur. Maka aku pun menyiapkan berkas, sesuai panduan dari link yang aku temukan waktu itu. Thanks to information technology, bahkan saat itu aku temukan tutorial membuat berkas perkara gugat cerai, lengkap dengan istilah bahasa hukumnya, yang kalo ditanya sekarang, aku justru lupa. Dan berkas yang aku buat waktu itu, sungguh bikin pengacara dari LBH itu, Kak Nita, namanya, takjub.

'Wah, Kak Alaika, kalo semua klien saya sedetil dan serapi ini, pasti pekerjaan kita akan jauh lebih cepat dan mudah. Saya sangat terbantu dengan berkas yang kakak siapkan.'

Dan memang benar, Kak Nita langsung bertindak, dan proses gugat cerai pun dimulai. Tak gampang memang, karena si mantan berkeras untuk bertahan, bahkan menggunakan jasa pengacara juga. Namun, Allah tidak tidur. Doaku dijabah, dan kami pun memenangkan perkara. Itu kisahku dahalu, di mana era belum semudah ini. Masa-masa di mana mencari pengacara bukanlah hal yang mudah, apalagi mencari yang budgetnya memang pas di kantong kita.

Namun kini?

Justika.com, bursa online para praktisi hukum di Indonesia.
bursa online para pengacara

Yup, bursa online yang satu ini memang terhitung baru, Sobs! Jika selama ini kita hanya tau bursa online atau marketplace untuk berbelanja product atau jasa yang umum-umum saja, maka kini, kecanggihan teknologi telah menginspirasi Justika.Com untuk diluncurkan dalam rangka memenuhi kebutuhan kita-kita yang membutuhkan bantuan dari para praktisi hukum yang ada di bursa mereka.

Iya, bursa online. Jadi di sini, nih, kita bisa temukan pengacara/advokat, Notaris bahkan Penerjemah tersumpah, sesuai lokasi kita berdomisili maupun budget yang kita inginkan, lho! Ha? Sesuai budget? Kok bisa?
Ya, bisa lah, karena di Justika.com, kita bisa berkonsultasi terlebih dahulu secara online dan gratis, mengutarakan persoalan yang kita hadapi, dan meminta bantuan solusi sesuai dengan budget yang kita miliki. Pihak Justika akan memberi kesempatan untuk para praktisi hukumnya meresponse permintaan kita. Mereka akan mengirimkan proposal penawaran berikut tarif yang mereka kenakan. Bagi kita, hal ini justru memberikan keuntungan, karena kita bisa memilih yang klik di hati juga klik di dompet, toh?

Ha? Semudah itu? Masak seh, Al?

Iyes, semudah itu, lho! Dan, Sobs, selain dari kasus-kasus hukum yang berat, kita juga bisa memanfaatkan jasa para praktisi ini untuk persoalan-persoalan yang lebih ringan lainnya, lho. Misalnya nih, butuh bantuan untuk membuat surat perjanjian pra nikah, surat perjanjian kerjasama, perjanjian jual beli dan lain sebagainya, kita bisa banget menjaring notaris, di Justika, lho!
Juga, ketika kita butuh penerjemah tersumpah, yang konon katanya bayarannya mihil bin ekslusif, maka di Justika [dot] com, kita bisa banget menemukan penerjemah tersumpah, yang sesuai dengan budget kita, lho!

Keren, ya, Sobs? Selain dari uraian di atas, masih ada yang lebih spektakuler, lho. Jadi di Justika dot com ituh, juga tersedia banyak artikel edukasi yang bisa kita baca agar kita melek hukum. Program edukasi ini, kalo menurutku sih, emang kece badai. Masyarakat awam yang memang males berurusan dengan hukum, karena terkesan sulit itu, bisa banget mengupgrade pengetahuannya akan hukum melalui edukasi online yang disertakan di dalam website Justika, lho!

Disadari atau tidak, jika saja kita berkenan sediakan waktu untuk memperoleh edukasi, maka masyarakat Indonesia akan jadi orang-orang yang melek hukum dan terpelajar. Siap untuk membangun nusa dan bangsanya. Iya enggak, Sobs? Apalagi kini sudah ada marketplace atau bursa online di mana para para praktisi hukum ini bisa ditemukan melalui 'tarian jemari'. Yup, kapanpun kamu butuh bantuan, klik Justika.com aja, deh! #bekinghukum

Sobats juga punya pengalaman dalam peristiwa hukum? Pernah punya kasus berat? Share yuk di kolom komentar!
Catatan tentang Justika [dot] Com,
Al, Bandung, 5 October 2016
Resignation. Diakui atau tidak, mengundurkan diri dari sebuah pekerjaan pasti menyisakan kesedihan. Sedih karena harus berpisah dengan para kolega yang keakrabannya memang sudah pada peringkat 'sahabat'. Dan walo ini bukanlah kali pertama aku harus meninggalkan kantor untuk tidak kembali lagi, karena selaku pekerja kemanusiaan yang bekerja per project, adalah hal yang lumrah bagi kami untuk beralih dari satu project ke project lainnya. Namun tetap saja, rasa sedih itu selalu hadir di hati, karena..., ya itu, tadi. Harus meninggalkan/berpisah dengan kolega-kolega yang sudah seperti keluarga sendiri. Hiks...

Dan kali ini, setelah setahun lebih bergabung di sebuah kantor Kedutaan Besar negara sahabat, aku pun dihadapkan pada situasi sulit. Harus memilih antara terus bekerja di sini, dan tetap tinggal di ibukota, atau memenuhi panggilan nurani, untuk kembali ke my second hometown, Bandung, di mana dua orang bidadari syurga *pinjem kata-kata mas Ipho Santosa, bertempat tinggal. As I used to write down in my blogpost, ayah dan ibuku memang akhirnya hijrah ke Bandung, meninggalkan Banda Aceh, agar lebih dekat ke kami, anak-anaknya yang kini bertempat tinggal di tanah Jawa.

Tadinya sih, ga ada masalah sama sekali meninggalkan mereka berdua di rumah baru ini. Keduanya happy menikmati masa tua di tanah Pasundan yang sejuk, udaranya bersih dan memang pas untuk menikmati masa-masa pensiun. Namun, siapa sangka jika kemudian Allah malah memberikan ujian. Ayahanda yang begitu riang, ternyata terkena serangan jantung, dan akhirnya membutuhkan perawatan dan perhatian ekstra. Dan setelah menempuh berbagai pemeriksaan dan tindakan medis, bahkan sudah bersiap untuk maju ke tahap by pass jantung, ealah, akhirnya oleh tim dokter di Harapan Kita, malah disarankan untuk kembali saja ke Bandung, hidup dengan cara yang sehat dan bahagia, tanpa perlu lakukan by pass. Alasannya? Kondisi ayah yang sudah lanjut usia, plus status hasil pemeriksaan ini itunya, disimpulkan bahwa sebaiknya ayah tak perlu dibypass. Kuatirnya justru kondisinya akan memburuk jika dipaksakan by pass.

Jadi? Ya begitulah. Kami pulang ke Bandung, dengan hati bingung. Antara hepi ga perlu lakukan by pass, yang adalah operasi besar dan bikin was-was, tapi juga kuatir akan kesehatan ayah selanjutnya. Namun yang luar biasanya adalah, di tengah wajah-wajah kami yang bingung itu, justru ayah dengan bersemangat mengajak kami untuk bersyukur. "Mari kita bersyukur ke hadirat Allah, Ayah yakin, Allah pasti punya solusi yang terbaik. Kita pasrahkan saja kepada Allah. Dia pemilik kehidupan, Ayah dan kita semua hanya dipinjamkan nyawa untuk sementara, jadi kita harus siap kapanpun Allah menginginkannya kembali." MAKJLEB! Speechless. I have no idea what is in his mind. Hiks....

Sejak itu, aku jadi was-was jika berjauhan dengan ayah dan ibu. Hati tak tenang, apalagi jika malam tiba. Yang namanya penyakit jantung itu... tak pernah bisa kita duga kapan datang serangannya. Aku teramat sangat kuatir jika membayangkan serangan itu datang tengah malam, sementara di rumah sana hanya ada ayah dan ibu. Kebayang gimana paniknya ibu yang sudah sepuh, harus membawa ayah ke rumah sakit, sementara ibu tak bisa menyetir mobil. Dan aku sendiri, akan butuh kurang lebih 3 jam untuk sampai Bandung, dan itu artinya bisa saja aku kehilangan momen dan bisa berakibat fatal. Duh, aku ga ingin semua bayangan ini jadi kenyataan. Aku ga ingin menyesal di kemudian hari, apalagi jika mengingat hal-hal buruk yang pernah aku lakukan terhadap keduanya di masa lalu.

Baca juga: I was deleted and blocked

Maka, aku pun berdoa siang dan malam, agar ada celah bagiku untuk bisa kembali ke Bandung. Di satu sisi, aku memang masih sangat membutuhkan pekerjaan ini agar kelangsungan kuliah Intan di President University tidak terkendala. Tau sendiri kan, Sobs? Kuliah di kampus ini ampun dije biayanya..., hiks. Namun di sisi lain, aku kuatir akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan jika aku masih bertahan di ibukota ini.

Jalan itu dibukakan.

Ya, Alhamdulillah. HE is the best facilitator, yang tak hanya mengabulkan doa-doa namun juga memfasilitasi keinginan baik. DIA menjawab doaku dengan indah. Aku menamakannya buah dari silaturrahmi dan networking.
Yup, jadi suatu siang, aku dan Nchie Hanie, my soulmate, berkunjung ke klinik DF, untuk konsultasi dan ditreatment oleh dr. David. Kalo ga salah tuh, aku akan jalani treatment kantung mata, deh, siang itu. Nah, setelah treatment, kami ngobrol santai lah sejenak dengan si dokter kece ini. Dan dalam obrolan ini, tercetuslah keinginanku untuk pulang ke Bandung kembali, dan sekarang lagi cari-cari kerjaan untuk penyambung kehidupan juga kuliah Intan.

Nah, si dokter kece bilang bahwa saat ini ada sebuah perusahaan yang digawangi oleh para dokter estetika, sedang membutuhkan jasa seorang operation manager, yang juga cakap berbahasa Inggris (karena banyak relasi dan calon klien mereka berasal dari luar negeri) untuk memastikan perusahaan ini bisa berjalan dengan baik. Karena selama ini, perusahaan ini hanya dijalankan dan dimanage oleh para dokter ini, yang notebene adalah pada sibuk semua. Juga karena ritme kerja para dokter tuh, biasanya kan single fighter, jadi mereka tuh butuh seorang profesional untuk bener-bener memanage perusahaan ini. Dan si dokter kece menyampaikan bahwa jika aku tertarik, aku boleh ngasih CVku ke dia untuk diteruskan ke perusahaan ini.

Aku, so pasti menyambut baik tawaran ini, donk. CVku pun melayang ke inbox email si dokter kece, dan dalam beberapa hari kemudian aku mendapatkan panggilan interview yang disampaikan oleh perusahaan ini via emailku. Alhamdulillah. Walo ini masih langkah awal, setidaknya aku sudah masuk ke dalam tahapan long list. Mudah-mudahan bisa lanjut ke dalam shortlist nantinya. Aamiin.
Waktu terus berjalan, proses demi proses berlanjut, hingga kemudian aku sampai juga berhadapan dengan komisaris utama perusahaan ini, untuk diinterview olehnya. Alhamdulillah, wawancara terakhir dengan Bapak Komisaris Utama yang ternyata adalah seorang dokter estetika terkemuka di tanah air ini, berlangsung dengan lancar, dan aku melihat bahwa beliau menaruh kepercayaan dan harapan untuk kami dapat bekerjasama. Kalimat pamungkas beliau adalah, 'Alaika boleh fikir-fikir dulu, deh, ya. Nanti jika memang berminat dengan penawaran kami, dan ingin mencoba, mari kita sama-sama membuka kesempatan untuk bekerjasama dalam memajukan perusahaan ini, ok?' Sungguh aku terkesan akan kehumble-annya.

Dan, kemudian...,  peluang baik mana lagi yang harus aku abaikan, Sobs? Ketika doa-doa dijabah dengan segera, dan jalan dimudahkan, haruskah aku menampik dan membuang kesempatan? Alhamdulillah. Aku meyakini, ini adalah jalan yang Allah bukakan bagiku, agar bisa mendampingi ayah ibu, melalui kekuatan silaturrahmi dan networking serta kemampuan diri dalam menjalani tahapan demi tahapan proses rekrutmen.

Farewell 

Sungguh, berkali-kali mengakhiri masa kerja, yang namanya rasa sedih karena perpisahan, selalu saja membasahi hati. Walo bagaimana pun, aku cukup terkesan oleh kata-kata perpisahan dari para diplomats, yang menyalami dan mendoakan hal-hal terbaik bagiku, ayah dan ibu ke depan nanti. Hm, jadi haru, deh. Dan juga aku sungguh tersanjung saat para diplomats ini menyampaikan dan berterima kasih untuk kebersamaan kami selama ini, serta kinerja baikku selama ini. Alhamdulillah, dan lagi-lagi aku tersanjung saat mereka juga menyampaikan keyakinan mereka bahwa kantor berikutnya di mana aku nanti akan bekerja pasti akan happy to have me in their team, karena menurut mereka, aku tuh orangnya jujur, supportif, berkinerja baik dan a very quick learner. Aih, hidungku hampir memanjang saking haru dan bangga. Haha.

Kesan spesial dari perpisahan lainnya adalah perpisahanku dengan Teh Ipah dan Nabila, juga bu Yuyun. Teh Ipah adalah office girl di kantor kami. Orangnya baik banget. Nabila adalah sekretaris duta besar dan bu Yuyun adalah koki kedutaan. Ketiga orang ini sudah seperti keluarga bagiku di kantor ini. Penuh perhatian dan kami merasa akrab dan terbuka antara satu sama lain.

Nabila Fatma Giyanti
Atas: Aku dan Nabila
Bawah: Teh Ipah dan Aku
Tentang Nabila, karena umurnya dua tahunan di atas Intan, jadi aku justru menganggapnya lebih seperti anak ketimbang kolega, haha. Namun, jangan salah, karena eikeh, termasuk emak gahol, haha, maka Nabila juga gampang berkomunikasi denganku karena katanya sih 'ibu orangnya nyambung banget! Asyik deh, bekerjasama dan main sama ibu!'. Hehe. Iya lah, kan ibu blogger, dan juga social media enthusiast!

Dan, kepergianku, tentu membekaskan kesedihan di hati Nabila. I know that. Karena selama ini, selaku orang yang sudah malang melintang di dunia perkantoran, dengan segala irama suka-dukanya, tentu dara manis ini beranggapan bahwa aku jauh lebih tau dibanding dirinya yang masih fresh graduated. Walau sebenarnya, menurutku pribadi, cewek manis lulusan Hubungan International salah satu universitas negeri di Jakarta ini, cukup smart dan bisa banget diandalkan dalam bekerja, sih. Namun, mungkin sugesti negatif yang (mungkin) secara tak sengaja tertanam di hatinya oleh sikap beberapa kolega di kantor, membuatnya merasa gimana... gitu.

Well, back to my farewell with Nabila. Sungguh, aku terharu akan perhatiannya. Bahkan di saat terakhir aku berkantor, gadis ini ternyata sudah mempersiapkan sebuah bingkisan perpisahan. Yang sungguh bikin aku haru. Padahal, Nab, we will meet again, dear! Soon, around. You will still be able to reach me anytime on my Whatsapp, mail, call or anywhere we wish. 

Dan, Sobs, sungguh, persembahan dari Nabila ini bikin aku meleleh, speechless. Nab, I love you, wishing you all the best. My God Bless you where ever you are. Aamiin.

Coba, deh, Sobs, lihat persembahan darinya ini..... gimana aku ga meleleh, coba? Sebuah lukisan wajahku, dibuat dari barisan untaian kata yang akhirnya membentuk sebuah wajah. Awesome, sangat! Thanks again, dear Nabila. *Bighug.


Catatan spesial,
My Resignation from Kedutaan Besar sebuah negara sahabat,
Al, Margonda Residence, 1 Oktober 2016


Intan Anak Tetangga, yup, kalimat itu langsung bikin aku ngakak, ketika diceritakan oleh ibu gurunya Intan ke aku, nun jauh, di masa lalu, kala Intan masih duduk di sekolah Taman Pendidikan Al-Quran (TPA). Oya, sebenarnya kisah ini udah lama banget hingga bikin aku lupa sama sekali, namun barusan blogwalking ke postingannya Mba Enci Harmoni tentang buah hatinya di sekolah. Jadi keingat deh akan kisah lucu Intan, belasan tahun lalu.

Jadi ceritanya gini, nih, Sobs! Intan tuh, anaknya mandiri dan supel banget. Gampang banget berteman dengan siapa pun, dan ini beda jauh dengan sifat emaknya (di masa kecil) dahulu, yang pemalu dan penakut.

Baca juga: Alaika Yang Pemalu dan Malu-maluin

Nah, karena aku dan ayahnya Intan sama-sama bekerja, maka untuk urusan antar jemputnya Intan, tentu bukan hal yang mudah. Tapi Alhamdulillahnya, kami itu tinggalnya bertetangga (sebelahan rumah) dengan ibu gurunya Intan. Bu Fifi, namanya. Nah, Alhamdulillahnya lagi, bu Fifi ini emang baik banget, dan juga karena kami temenan, bu Fifi memang menawarkan diri agar Intan berangkat dan pulang sekolah bersamanya dan Lala (anaknya bu Fifi, yang juga adalah teman sekelas Intan). Siplah. Alhamdulillah, donk. Dan pulang sekolah, Intan diasuh oleh Nek Titi, ibu pengasuhnya, yang sudah seperti ibu sendiri bagiku, tinggalnya juga bertetanggaan.

Seperti halnya Lala, anaknya bu Fifi, Intan juga termasuk anak yang supel banget, seperti yang aku ceritakan di atas ituh. Dan karena sama kecilnya, sama pula seragamnya, keduanya memang terlihat mirip. Hanya saja Intan, tuh, hidungnya jauh lebih mancung dari Lala, hingga suatu hari, pernah tuh, Intan minta dipendekin idungnya biar mirip Lala. Haha. Ada-ada ajah! Oya, Intan juga anaknya punya jiwa sosial yang tinggi, lho. Suka bawa jajanan yang banyak ke sekolah, terus dibagi-bagiin ke teman-temannya. Hadeuh, emak bisa tekor, donk, kalo anaknya begini terus! Haha. Bu Fifi sampai bilang gini, deh.

'Kak, ini Intan luar biasa jiwa sosialnya, masak makanan di bagi-bagi ke teman sampai dia sendiri makannya cuma sedikit doang. Awalnya aku curiga apa makanannya ga enak, tapi tuh, anak-anak pada makan dengan bersemangat. Aku cicip, enak, kok! Ampun, deh. Ini si Lala juga jadi ikut-ikutan bagi-bagi makanan. Bersedekah, katanya.' Hayyah.

Suatu malam, aku dan bu Fifi lagi duduk nyantai di teras rumah. Biasalah, bercerita tentang perkembangan Intan dan Lala di sekolah. Nah, bercerita lah bu Fifi tentang kejadian suatu siang, sambil tertawa.

'Kak, tadi siang ada cerita lucu, lho! Kan kami naik angkot. Seperti biasa, Intan dan Lala duduk berdampingan, di sampingku. Nah, ada ibu-ibu yang memperhatikan keduanya. Ngajakin ngobrol kedua anak-anak ini. Wah, cantik-cantik banget ini. Sekolah di mana, nak? Tanya si ibu. Lala yang menjawab. Di TPA Istiqomah, bu. Nama saya Lala. Nama Saya Intan, sambut Intan juga. Lalu si ibu nanya lagi, Intan dan Lala sudah kelas apa? Keduanya serentak menjawab Kelas Nol Besar, bu. Haha. Terus si ibu bertanya lagi. Ini mamanya ya? " Fifi diam sejenak. Aku masih mendengarkan. Lalu lanjutnya,

'Aku senyum-senyum aja. Membiarkan Lala menjawab karena aku lihat, tuh anak, udah langsung mau menjawab. Iya, bu. Ini mama saya. Lalu tau enggak Kak, Intan lanjut dengan kalimat apa? Hihi.'

Aku penasaran donk.... 'Apa?' serbuku kepo.

'Intan langsung bilang, kalo Intan, anak tetangganya, bu. Umi Intan kerja, jadi ga dianterin Umi. Intan bareng sama bu Fifi, tetangga kami, ya kan, bu Fifi? Haha. Antara terenyuh dan pengin ngakak aku kak. Soalnya Intan tuh menjelaskannya dengan ceria, tanpa beban dan bangga gituh, menunjukkan kemandiriannya. Hehe. Dan si ibu juga pinter, langsung bilang gini. Oya? Wah, Intan jago, masih kecil udah mandiri, ya! Kata si ibu sambil mengacungkan jempol. Dan Intan langsung bangga.'

Hehe, Nak..., Nak. Kamu tuh, bikin Umi terenyuh, deh. Walo kamu bangga dengan kemandirianmu, tapi Umi sedih, ga bisa ngantarin apalagi nungguin atau jemput kamu ke/dari sekolah, karena Umi dan Ayah harus kerja. Maafkan Umi, ya, Nak. Tapi..., Umi memang bangga sama kamu, sayang! You are my sunshine, yang dari kecil ternyata memang sudah diciptakan untuk tangguh dan mandiri. I am proud of you, Nak! Love you endlessly!

Well, Sobs, punya kisah lucu tentang polah ananda? Share yuk, di kolom komentar.

Tentang Intan,
Al, Bandung, 29 September 2016
beli pulsa online
Solusi Cerdas di Ujung Jemari

Hari ini, pengen cerita tentang hal yang bener-bener bikin mati gaya. Mati gayanya gara-gara kehabisan pulsa, nih, Sobs! Pasti pernah donk ngalami momen tragis nyebelin seperti ini? Lagi di jalan, tiba-tiba kudu nelpon seseorang yang memang ga bisa dihubungi lewat koneksi data internet (whatsapp, telegram, atau messenger lainnya) karena si orang yang ingin kita hubungi itu memang cuma bisa dihubungi pake saluran telepon. Nah, kalo udah begini situasinya, rasanya emang bener-bener mati gaya, deh, yaaaaa!

Aku sendiri termasuk yang sudah jarang menggunakan pulsa telepon untuk berbicara dengan seseorang. Karena mostly the contact numbers on my phone tuh udah menggunakan WA, telegram atau setidaknya FB Messenger, deh, sehingga komunikasiku dengan orang-orang yang ada di kontak list itu, sudah lebih mudah dan irit. Ya melalui fasilitas salah satu messenger itu, deh. Namun, berkomunikasi dengan ibu atau ayah, terkadang, mereka itu ga selalu terhubung dengan paket data lah, ya. Sehingga ada masa di mana mereka tuh ga bisa dihubungi melalui telegram/WA. Yaaa, namanya juga orang yang udah sepuh, teteup aja lebih suka bicara melalui telepon daripada ketak ketik sampe jari keriting di atas layar hape yang luasnya tak seberapa ituh. Hehe.

Gawat, Setrikaanku di rumah masih terhubung ke listrik!

Kejadiannya baru tiga hari lalu, jadi masih fresh banget di ingatan dan bikin suasana gimanaaa, gituh. Baru saja turun dari komuter line, dan akan lanjut ke halte busway untuk perjalanan selanjutnya ke kantor. Dan ingatanku melayang ke setrika yang kabelnya masih tersambung cantik ke saklar listrik, karena aku lupa mencabutnya dan pastinya si setrikaan masih nyala donk hingga saat ini. Hadeuh, panik donk. Etapi..., ga boleh panik, Al. Keep calm..., tenang, batinku menenangkan diri, padahal hati udah dag dig dug juga sih. 

Duh, gimana ini? Masak harus pulang lagi ke apartemen, sih? Bisa telat donk eikeh. Pak Bos bisa manyun dan ga enak banget ntar mukanya. Etapi, sik..., sik, kan ada ibu dan ayah di apartemen. Sip. Tinggal telpon aja dan minta tolong ayah atau ibu untuk nyabut colokannya. Aman, dah! Problem solved, lah, yaaa. 

Namun, Sobs! Siapa coba yang ga kesel ketika nomor sudah di-dial, eh ternyata pulsa eikeh kagak cukup, bo'! Sebel kan? Huft. Tapi hari gini, apa sih yang ga mudah? Segala transaksi sudah bisa dilakukan dari ujung jemari khaaan? Maka, aku pun melipir ke pinggiran, cari tempat duduk biar aman bertransaksi. Biasanya sih, aku beli pulsa online tuh via internet banking ajah. Gampang dan mudah. Tinggal buka halaman net banking via hape, siapkan tokennya, masukkan data transaksi dan proses. 

Etapi, Sobs! Coba, deh. Token biru, si alat perang utama untuk transaksi net banking yang aku simpen di dalam pouch tempat aku menaruh alat tulis, kok malah ga kebawa! Pouchnya tertinggal di meja kerja, di rumah. Hadeuh, emang lah yaaa, kalo udah ada kendala yang satu, kendala yang lain pasti mengikuti, deh! Hiks.... sebeeeel! Setrikaan masih menyala...., token net banking ga kebawa, pulsa ga bisa diisi.... hayyah! Perfecto! Panik? Ga boleh, atuh lah! Harus tenang. Hehe.

Banyak jalan menuju Roma, toh? Dan beli pulsa kan ga hanya bisa melalui net banking, bisa juga di mart-mart terkemuka kan? Bisa juga ke teman yang jualan pulsa. Etapi, ada yang lebih praktis lagi sekarang, mah! Beli pulsa juga udah bisa di toko online yang menyediakan fasilitas ini, lho! Tapi bayarnya kudu piye? Kan masalahnya ga bawa token, gimana mau net banking, sementara aku ga aktifkan fasilitas m-banking?

Bisa lho, beli pulsa online di toko online dan bayarnya via mart terkemuka lainnya. 

Yup, kecanggihan teknologi memang diperuntukkan untuk memudahkan para penggunanya, lho! Dan toko online yang satu ini, termasuk salah satu yang memanjakan customernya dengan berbagai cara. Salah satunya ya ini, memberi keleluasaan bagi customernya dalam memilih metode pembayaran. Lupa bawa token? Masih bisa bayar via mart terkemuka. Asyik. Kalo beli pulsa di mart terkemuka kan bisa juga toh, Al? Ga perlu kerja dua kali, langsung aja beli di sana.  

Bisa, sih. Tapi terkadang kan kudu ngantri juga waktu masukin data transaksinya. Kalo kita ke martnya hanya untuk bayar aja, kan udah saving waktu, udah motong step entry data. Iya, toh? 
Nah, maka aku milih untuk beli pulsa via toko online ini, deh. Stepnya juga gampang banget, lho!
Beli pulsa online di tokopedia

Dan untuk kasusku, yang lupa bawa token sehingga ga bisa melakukan pembayaran via net banking, aku pilih metode pembayaran via indomaret deh, karena mart yang satu ini ada di stasiun di mana aku berada saat itu. Sip. Caranya gampang banget, lho! Seperti yang aku bikin di info grafis di atas, tuh, Sobs!

Alhamdulillah, kepanikan hari itu berakhir smoothly. No more tragedy and all of my activities conducted positively. Kalo kamu, pernah alami hal-hal yang bikin mati gaya? Share donk di kolom komentar....
catatan kecil,
Al, Bandung, 28 September 2016
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • It's Me!
  • Lelaki itu, Ayahku
  • Serunya Outdoor Activities di Trizara Resorts
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes