Banyak Nyamuk! hiks..hiks..


Ih, apaan sih lihat-2? aku kan maluu... 
Hari ini, masih semendung kemarin. Awan abu-abu penuh H2O terlihat enggan berarak, menyempurnakan lukisan langit yang terlihat kelabu. Sepertinya cuaca hari ini masih seperti kemarin, tak berubah dan tak hendak menjanjikan kecerahan.
Seperti hari-hari lainnya sejak balik ke Aceh, aku bersiap mengantar Intan ke sekolah dan berniat untuk segera balik ke rumah karena mendung tak menjanjikan keceriaan untuk melajukan kendaraanku seperti Sabtu-Sabtu lainnya. Ritualku setiap Sabtu adalah mengemudi berkeliling kota, usai menurunkan Intan di sekolahnya. Aku menemukan kebahagiaan tersendiri dengan mengemudi, bersendirian mengelilingi kota, atau menuju pantai UleeLheu di pagi hari, sambil mendengarkan radio. Nikmat banget rasanya sobs.
Namun pagi ini, sebelum menutup pintu garasi, Umiku telah berpesan agar segera pulang begitu usai menurunkan Intan, ga usah keliling-keliling kota apalagi ke pantai. Cuaca sedang tidak baik, pesan beliau singkat. Aku hanya mengangguk. Umi memang paling takut ke pantai sejak tsunami melanda Aceh tujuh tahun lalu. Trauma. Aku mencoba memaklumi larangan ini dan Ok saja. Maka setelah menurunkan Intan di sekolahnya, akupun melajukan Gliv balik ke rumah. Ga usah kemana-mana, mending blogging atau baca buku aja deh… batinku.
Obrolan santai pun terjadi di meja makan, kala aku, Rizal (sibungsu), ayah dan umi sarapan pagi. Eh ayahku, bisa-bisanya mengangkat topik tentang masa laluku yang begitu malu-maluin. Sudah kubayangkan, Rizal akan tertawa tergelak-gelak mendengarnya. Namun tak sopan benar melarang ayah mengulang cerita itu… maka aku bersiap untuk ikutan tertawa aja deh…
Sobats, dulu....aku memang benar-benar gadis kecil yang pemalu, dan malu-maluin deh  Salah satu kisahnya adalah seperti ini…. 
ððððð
Suatu Senin di tahun 1976, Pak Abdullah merasa badannya kurang sehat, dan berniat untuk ijin tidak masuk kantor. Maka ditulisnya sebuah surat yang ditujukan kepada atasannya mengabarkan keadaan dirinya dan minta diijinkan untuk cuti sakit. Surat ini akan dititipkan pada koleganya, Amin, yang setiap pagi akan melintas di depan gang rumah mereka dengan sepeda motornya, menuju kantor. Jadi untuk urusan delivery surat, tidak ada masalah.
Karena dirinya benar-benar kurang sehat, maka dipanggilnya lah putri nya untuk menitipkan surat pada Pak Amin.
“Nak, tolong kamu berdiri di depan gang kita, titipkan surat ini pada Oom Amin saat Oom Amin lewat nanti ya nak.” Sebuah amanah yang sederhana dan tidak memberatkan. Apalagi rumah mereka dan ujung gang sama sekali tidak jauh. Bahkan dari teras, pandangan mata kita bisa langsung dilayangkan ke ujung gang dan melihat siapa yang melintas di jalan raya (jalan raya di kampung, tentu tak se heboh lalu lintas di kota lho sobs).
Alaika mengangguk, mantap hatinya menjalankan amanah itu. Diambilnya dengan santun amplop dari tangan sang ayah, dan melangkah meninggalkan rumah. Hatinya dengan tenang dan damai menanti kedatangan Oom Amin, yang cukup akrab dengan keluarga mereka. Jadi tidak ada alasan baginya untuk malu apalagi takut menyetop Oom Amin nanti, kaji pikirannya.
Namun ternyata, hati nan damai dan tentram tadi, seketika menjadi gemuruh badai laut Selatan saat mendengar deru motor Oom Amin dari kejauhan. Jantungnya berdegup kencang. Duh… kenapa rasa malu dan takut itu berlomba menguasai hatinya? Gawat. Namun degup dan deru jantung yang bergemuruh itu tak mampu diredam, membuatnya salah tingkah. Bahkan saat Oom Amin melambatkan laju kendaraannya, menyapa dirinya, dia hanya tersenyum dan bertindak tolol!
“Lho Al, kok di jalan? Ada apa? Nunggu siapa?” Sapa si Oom Amin ramah, seperti biasanya.
“Ga nunggu siapa-siapa Oom.. , mau main…” Jawabnya salah kaprah.
“Ayo sana pulang nak, jangan main di jalanan, sana main di rumah aja… Oom ke kantor dulu ya nak!”
Alaika mengangguk, dan membiarkan kolega sekaligus sahabat ayahnya itu berlalu. Sementara amplop putih, amanah sang ayah, masih utuh ditangannya.
Menyadari bahaya ‘kemarahan’ sang ayah yang mengintai, akibat ketidakberanian nya menyerahkan amplop ‘amanah’ ke Oom Amin, yang telah hilang dari pandangan, rasa panik pun timbul. Duh, gimana nih? Harus bilang apa ke ayah?
Tak mampu berfikir kreatif mencari alasan pembelaan diri, kembalilah Alaika ke rumah dengan amplop putih masih ditangan. Belum sempat menghadap, sang ayah sudah duluan menyamperi dan kaget melihat sang putri menangis, berlinang airmata, dan amplop putih MASIH DI TANGAN.
“Lho, kok nangis nak? Ada apa? Terus suratnya kok belum dikasih ke Oom Amin?”
Bertubi pertanyaan itu, dan hanya jawaban konyol yang terlontar.
“Banyak nyamuk yah…. Sakit kali digigitnya…, hu..hu..hu…”
Duh, ga nyambung banget alasannya. Sang ayah paham benar. Prihatin hatinya, bagaimana mengubah sikap pemalu yang begitu kuat bersemayam di hati putrinya ini. Ini tak bisa dibiarkan, harus segera ditangani dengan baik dan benar, agar kelak putrinya dapat tumbuh menjadi anak yang pemberani, dan mampu bersosialisasi.

ððððð
Sobats, itu adalah salah satu cuplikan kisah konyol masa kecil akibat sifatku yang sangat pemalu dan sulit sekali bersosialiasi, yang tiba-tiba kembali diungkit ayah menjadi joke yang menyemarakkan Sabtu mendung pagi ini di meja makan kami sobs… , cuplikan kisah memalukan lainnya juga pernah aku tulis disini…
Tak dapat dipungkiri bahwa sifat pemalu dan ketidakmampuanku dalam bersosialiasi saat itu, begitu menguatirkan ayah bunda, namun mereka percaya bahwa setiap anak adalah istimewa. Setiap anak punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tinggal bagaimana cara mereka, para orang tua terutama, juga bantuan lingkungan sekitar dalam membentuk karakter si anak ke depannya. Berusaha keras meminimalisir sisi negative ini sedapat mungkin dan mengoptimalkan sisi positif yang dimiliki si anak. Sehingga dengan sisi positif yang semakin menonjol, akan membuatnya berani tampil penuh percaya diri.
Itu juga yang diyakini ayah bundaku, sehingga dengan sabar mereka mencoba menuntunku, menumbuhkan minatku untuk berani berbaur dengan teman-teman baru, baik di sekolah maupun di lingkungan yang baru (berbaur/bersosialisasi dengan anak-anak para sahabat ayah misalnya, para sepupu, dan lain sebagainya). Selain gigih mengajak ku serta dalam berbagai acara yang diadakan kantor ayah, tentunya yang melibatkan anak-anak, juga ayah dan bundaku sering sekali mendongengkan aku kisah-kisah inspiratif tentang anak-anak yang gagah berani.
Alhamdulillah, walau cukup sulit untuk membuatku berani bersekolah, akhirnya sifat pemalu dan malu-maluin itu berhasil juga pergi dariku, hingga kemudian aku bisa tumbuh menjadi seorang anak yang cukup percaya diri, selalu masuk kedalam lima besar di kelas….
Dari seorang pemalu kelas kakap, gadis kecil itu kini tumbuh dewasa, bahkan telah menjadi ibu bagi seorang gadis remaja 16 tahun bernama Intan Faradila, yang Alhamdulillah sama sekali tidak mewarisi sifat pemalu ibunya ini J.
Siapa sangka jika gadis kecil dengan sifat pemalu tingkat dewa itu akhirnya malah mendapat kesempatan untuk berkecimpung di dunia kemanusiaan, berbaur dengan manusia lainnya dari berbagai bangsa, bekerja bahu membahu penuh koordinasi, kerjasama dan sosialisasi dengan pelbagai sektor, dalam rangka meringankan beban para korban bencana yang terjadi di suatu daerah/wilayah/Negara.

Menuliskan kisah ini, aku jadi teringat akan sebuah giveaway diadakan bundanya Vania, bertemakan kisah tentang anak yang kurang berhasil atau dicap kurang mampu bersosialasasi/kuper di masa kecilnya, namun mengalami perubahan positive membanggakan di masa depannya.
Walaupun giveaway yang diadakan mba Thia sudah ditutup, aku berharap semoga kisah ini dapat sedikit melegakan hati mba Thia yang sedang kuatir akan perkembangan Vania, yang saat ini sepertinya kesulitan dalam bersosialisasi. Rasa cemas adalah hal yang wajar, mengingat kita, sebagai seorang ibu, tentu sangat berharap hal terbaik bagi ananda. Tapi percaya dan yakin deh mba, Vania akan baik-baik saja. Hanya butuh waktu, usaha dan konsistensi kita sebagai orang terdekatnya, dalam mengusahakan perubahan ke arah yang lebih baik baginya.
Adakah sobats juga pernah memiliki kisah konyol yang layak dibagikan untuk memancing senyum dari bibir-bibir yang sedang bermuram durja? Yuk dishare di kolom komentar ya sobs…. J


28 comments

  1. Hahahaha...
    Aku sampe sekarang suka malu cuma karena hal sepele wkwk,
    tapi anehnya kalau gak sisiran dua minggu ke kampus, nggak malu aku... ahahahaha~

    ReplyDelete
  2. hehehe... betul mbak,, setiap anak itu istimewa :)

    weleh ,, kenapa nggak keburu ma ma GAnya mbak Thia ?

    ReplyDelete
  3. hehe masa kecilnya pemalu toh mbak,,mungkin semua org juga mengalami hal itu ya sipat pemalu dengan beriringnya kedewasaan berangsur berubah,,termasuk mbak al yg pd akhirnya bekerja yg di bidang kemanusiaan,,hrs jauh dari rasa sifat pemalu,,:)

    ReplyDelete
  4. " setiap anak adalah istimewa. Setiap anak punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing " Sangat setuju sekali.

    ReplyDelete
  5. banyak nyamuk dirumahku...
    gara-gara aku malas bersih-bersih...
    wkwkwkwkwkwk....

    hidup selalu berubah mbak...
    seperti halnya dirimu, akupun dulu tergolong anak yang introvert, susah bergaul, susah bersosialisasi, alhamdulillah diperjalanan waktu aku bisa bermetamorfosa (kupu-kupu kali...hehehe) hingga akhirnya aku ditunjuk oleh teman utk sharing dan jadi motivator (walau tdk sekelas mario teguh) tapi bagiku suatu yang luar biasa, dari seorang yg pemalu dan keluar keringat dingin bila berbicara di depan banyak orang berubah menjadi seorang yang bisa berbicara di depan stage dihadapan banyak orang...

    ReplyDelete
  6. @Tebak Ini Siapa
    hehe, tapi denganku dirimu ga malu kan Un?

    justru kalo ga sisiran dua minggu, rambutmu keliatan makin bagus lho! :D hehe

    ReplyDelete
  7. @cah_kesesi_ayutea
    yup. every child is special.
    aku baru ingat akan GA nya mba Thia justru di paragraf2 terakhir, dan begitu aku cek, ternyata GAnya closed already. Yo wes, ga jadi deh diikutkan GA nya...

    untuk GAmu, sabar ya say, setorannya segera menyusul... hehe

    ReplyDelete
  8. @al kahfi
    iya mas.... pemalu tingkat dewa pula itu. Untung ga nurun ke Intan. Tapi Alhamdulillah, beriring dengan bertumbuhnya kedewasaan, sifat pemalu yang begitu parah akhirnya terkikis juga... :)

    ReplyDelete
  9. @Djangkaru Bumi

    Yup, karena setiap anak adalah istimewa, maka kita selaku orang tua harus pinter2 melihat dan mengoptimalkan keistimewaan yang dimiliki si anak, dan meminimalisir kekurangannya... benerkan sob? :)

    ReplyDelete
  10. @Tebak Ini Siapahihihihi, gak malu apa gak pake malu un ??? :P

    ReplyDelete
  11. @Insan Robbani

    hehehe, konyol amat ya mas? masak nangis gara-gara digigit nyamuk.. padahal nyamuk nya pun entah dimana... hihi.

    Yup, setiap anak memang punya kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana orang tua dan lingkungan sekitar membentuknya. Mengoptimalkan kelebihannya dan meminimalisir kekurangan itu... Insyaallah dengan usaha yang konsisten, semua akan berjalan dengan baik...

    ReplyDelete
  12. terkadang sya mendapatkan fakta yg bsa di pertanggung jawabkan. ini beberapa teman saya, tadinya ia pemalu, suka gampang nangis kalo main sma temen2nya, ke sekolah juga mudu di anter sma org tuanya... tapi setelahnya ia dewasa ia jauh lebih pintar, pandai bergaul dan sesekali punya prestasi di bidang akademinya. itu terjadi bukan hanya sma satu teman, mungkin beberapa atau tiga teman.

    ReplyDelete
  13. He..he..
    Ternyata masa kecilnya adalah gadis yang pemalu to. Tapi untunglah sang ayah dan ibu menyadarinya. Jadi bisa dituntun secara pelan-pelan. Dan didikan itu ternyata berhasil. Sekarang sobat Alaika telah menjadi ibu pemberani dan multi talenta kan.

    ReplyDelete
  14. mbak Al, Vania itu anaknya Thia 'kan? kok mbak keke yang kuatir? atau aku yang salah paham nih?
    baca ulang lagi ah

    *kira2 komentar yg ini akan hilang lagi ga ya hiks*

    ReplyDelete
  15. kok dejavu ya mbak
    tadi pas pula kongkow sama teman masa SMA dulu, terus ngobrol2 masa lalu.
    di depan suamiku mereka ceritalah soal aku yg dari dulu cuma jadi anak bawang. yang gak ada suaranya. beda banget sm sekarang, merepet aja kerjanya :D dan gak ada lagi Nique yang pemalu itu.
    perubahan itu adalah sesuatu yang pasti, dan kukira Vania pun masih panjang jalannya untuk menjadi pribadi yang lebih terbuka nantinya. Insya Allah!

    ReplyDelete
  16. hmm, pemalu memang sifat yang menggalaukan, masalahnya setiap orang pasti akan dihadapkan pada suatu masa dimana harus muncul di depan orang banyak, saya juga dulu pemalu, dan kayaknya sekarang masih.. xexexexexe kalo ngomong di depan umum entah kenapa suka jadi suaranya berubah nerves banget... hadu hadu hadu, masih harus banyak belajar

    ReplyDelete
  17. @nicamperenique
    Oops!! Salah tulis aku mba, trims telah mengingatkan mba, wes tak ralat tuh mba..... makasih ya..

    ReplyDelete
  18. @nicamperenique
    Haha, ternyata banyak orang cerewet dan suka merepet, yang ternyata dulunya adalah pemalu yaaa..? hihi.

    Yup, perubahan adalah sesuatu yang pasti, yang paling penting adalah bagaimana kita mengusahakan agar perubahan itu bergerak ke arah yang positif, ya kan mba?

    ReplyDelete
  19. @Yayack Faqih
    Iya mas Yayack, intinya adalah bagaimana peran orang tua dan lingkungan dalam mengarahkan, membimbing dan membantu si anak untuk mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan, begitu ya mas?

    ReplyDelete
  20. @HP Yitno
    Iya bung, aku pemalu yang malu-maluin. Hehe

    Alhamdulillah berhasil juga tumbuh menjadi wanita yang tidak lagi malu2in yaaa.... hihi.

    ReplyDelete
  21. wah saya ingat masa lalu saya. dulu di sekolah saya jarang sekali bicara dan bersosialisasi. bahkan dicap pendiam sama teman2. sebenarnya saya jadi pendiam karena pernah ditegur 'keseringan jajan mi-mi bungkus', berasa tersinggung saya langsung jadi pendiam dan tidak suka bicara ma orang. nah lo kagak nyambung kan. gawat diriku dulu. sensitif akut ui. hehehe untung sekarang tidak lagi. kebayang kalo masih begitu

    ReplyDelete
  22. @candra dewi
    Yang paling sulit adalah saat pertama harus muncul dan berbicara di depan orang banyak, itu bener2 bikin gugup. Tapi setelah itu, yang kedua ketiga dan seterusnya, Insyaallah akan lancar kok.... ya kan?

    ReplyDelete
  23. @hima-rain
    waduh, ternyata dulu kamu sangat sensitif ya Hima... untung sekarang sudah jadi Hima yang penuh percaya diri dan pemberani kan? :)

    ReplyDelete
  24. kunjungan perdana di blog sobat. salam kenal ya sob

    ReplyDelete
  25. Pasti kebanggaan tersendiri klo bisa bermanfaat untuk orang lain... :D

    BW mbak buat mempererat silahturahmi... sklian baca2.. ^^

    aq tnggu knjungan bliknya sklian follbacknya yah mbak.... hehehhe

    salam blogger mbak.... ^^

    ReplyDelete
  26. Mau cerita masa kecilku masih banyak nyamuknya mbak, nenti aja deh hahaha...

    Lucu juga mbak al ceritanya :)

    ReplyDelete
  27. wahhhhh hebat si mbak ini, alhamdulilah,

    ReplyDelete
  28. Hmmm... Share tempatku kerja aja ya, mbak! Tepatnya Bekasi Barat! :gak siang, gak malem, panas, gerah! Nyamuknya juga banyak, gak bisa tidur, ngantuk, akhirnya kerja pun gak smangat! Huhuhu

    ReplyDelete