Sebuah negeri bernama Belarus. Belarus? Nama apa itu? Itulah yang terlintas di benakku saat pertama mendengar kata ini. Yup, saat itu, sekitar tiga tahunan yang lalu, kami [keluargaku] berkonference chat via skype antara Aceh - Istanbul, membicarakan rencana adikku melamar dan menikahi seorang gadis cantik asal negeri ini. Gadis dari Belarus? Belarusia? Apa sebuah negeri pecahan Rusia? Dan aneka tanya berkembang di benak kami [aku, ayah ibu dan adik lainnya] akan negeri ini. Sambil tetap online dan mendengarkan pembicaraan, jemariku langsung tanya ke mbah Google deh. Dan si mbah yang baik hati ini, langsung deh menghamparkan sebuah penuturan yang diambil dari temannya, si mbah Wiki.
Ternyata Belarus itu adalah sebuah negeri republik, di belahan Eropa Timur dengan ibu kota negara bernama Minsk. Secara administratif dibagi menjadi 6 provinsi dan sebuah kota khusus. [sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Belarus].
Selanjutnya Mbah Wiki melanjutkan penuturannya bahwa Belarus adalah sebuah negeri pedalaman yang sebagian besar - relatif datar dan memiliki rawa yang besar [Polesia adalah daerah rawa terbesar]. Juga memiliki banyak sungai dan danau. Ada sekitar 11 ribu danau di Belarus lho, namun sebagian besar danau itu lebih kecil daripada 1/2 km persegi [124 hektar]. Tiga sungai utama mengaliri negeri ini, yaitu Sungai Neman, Sungai Pripyat, dan Sungai Dnepnr. Dan banyak lagi info dari Mbah Wiki yang membuat aku terheran-heran. Boleh ikut heran dengan melihat info lengkapnya di rumahnya Mbah Wiki, ya, Sobs! :D
Yang membuat aku dan keluargaku paling heran adalah, darimana adikku yang tinggal di Istanbul sana, bisa menemukan gadis cantik dari negeri pedalaman Eropa Timur ini? Ckckck. Bukan hanya itu, kapan dan bagaimana caranya adikku bisa begitu fasih berbahasa Rusia pula? Sebuah bahasa yagn melihat alfabetnya saja cukup membuat mataku menyipit dan pikiran lelah, gegara ga paham cara bacanya. Hehe.
Well, balik lagi ke Belarus, kemarin, 31 July 2013, tepat di hari ulang tahunku, atas ijin Allah, aku dan Ayah, akhirnya menjejakkan kaki ke negeri yang selama ini hanya ada di angan dan menyimpan rasa penasaran di alam pikiran. Subhanallah, Alhamdulillah. Kado terindah bagiku pribadi, dari seorang adik yang telah sekian tahun menetap di negeri orang [Istanbul]. Thanks a lots my lil bro!
Landed safely di Minsk International Airport, yang letaknya 42 km di sebelah timur ibukota Minsk, disambut dengan indahnya pemandangan pepohonan tinggi yang terlihat sejauh mata memandang [hutan pinus atau pohon apa gitu], menjanjikan sebuah negeri yang hijau, lengang dan indah. Cuaca saat ini sih kabarnya summer, tapi begitu turun dari pesawat, tubuhku dapat langsung merasakan sejuknya hembusan udara segar, disertai wajah-wajah Eropa yang bersama-sama turun dari pesawat. Kayaknya hanya aku deh yang berhijab! Haha.
Antri di bagian imigrasi [passport control] lumayan lama, apalagi adikku ketinggalan lembaran medical insurance yang telah dibeli oline. Ternyata kami diminta untuk membeli lagi, ga mahal sih, hanya sekitar 20 ribu rupiah kita. Tapi antrinya lagi itu, yang bikin lama. Belum lagi petugas imigrasinya tidak begitu lancar berbahasa Inggris, jadinya adikku harus ikut mendampingi dan menjelaskan dengan bahasa Rusia ke si petugas tentang namaku yang sedikit berbeda antara di visa dan di kartu imigrasinya. Huft.
Tentang Visa
Tidak seperti Turkey, yang memang telah cukup moderen dan membuka lebar pintu negerinya bagi para wisatawan, dengan tak hanya menyediakan VOA [visa on arrival] tapi malah menyediakan visa online application [beli online] agar wisatawan mudah dan praktis, sebaliknya Belarus, masih standard sekali dalam pelayanan aplikasi visa.
Seperti standar prosedural umumnya, maka visa di-apply haruslah dari negera di mana si wisatawan berasal. Jadi untuk kami bertiga [aku, adik dan ayah] haruslah dari Indonesia. Dan itu akan butuh sekitar 1 bulanan pengurusan, mengingat undangan [sponsorship] dari Belarus [dalam hal ini, adik iparku bertindak sebagai pengundang [sponsor]] baru akan sampai ke Indonesia [the hard copy of invitation] paling cepat 2 minggu. Namun, Alhamdulillahnya, berkat koneksi/relasi dan usaha gigih keduanya [adikku dan istrinya], akhirnya visa untuk ke Belarus ini berhasil kami dapatkan di hari ke 5 kedatangan kami di Istanbul. Diurus via konsulat jenderal Belarus yang ada di Istanbul. Alhamdulillah, jika Allah menghendaki, pasti akan ada jalannya, ya, Sobs! :)
Back to Belarus, negeri lengang [kabarnya hanya berpenduduk sekitar 10 jutaan jiwa] ini, membuatku tercengang. Pemandangan sejuk dengan hamparan ladang gandum [sayangnya udah panen, jadi cuma bisa menatap sisa2 batang gandumnya sih] di sisi kiri kanan jalan, diselingi oleh 'hutan' pinus yang hijau, sungguh membuat perjalanan kami terasa menyenangkan.
Sumber: Google, Map Belarus |
Selanjutnya Mbah Wiki melanjutkan penuturannya bahwa Belarus adalah sebuah negeri pedalaman yang sebagian besar - relatif datar dan memiliki rawa yang besar [Polesia adalah daerah rawa terbesar]. Juga memiliki banyak sungai dan danau. Ada sekitar 11 ribu danau di Belarus lho, namun sebagian besar danau itu lebih kecil daripada 1/2 km persegi [124 hektar]. Tiga sungai utama mengaliri negeri ini, yaitu Sungai Neman, Sungai Pripyat, dan Sungai Dnepnr. Dan banyak lagi info dari Mbah Wiki yang membuat aku terheran-heran. Boleh ikut heran dengan melihat info lengkapnya di rumahnya Mbah Wiki, ya, Sobs! :D
Yang membuat aku dan keluargaku paling heran adalah, darimana adikku yang tinggal di Istanbul sana, bisa menemukan gadis cantik dari negeri pedalaman Eropa Timur ini? Ckckck. Bukan hanya itu, kapan dan bagaimana caranya adikku bisa begitu fasih berbahasa Rusia pula? Sebuah bahasa yagn melihat alfabetnya saja cukup membuat mataku menyipit dan pikiran lelah, gegara ga paham cara bacanya. Hehe.
Gimana coba mau baca rangkaian huruf ini, Sobs? :D |
Landed safely di Minsk International Airport, yang letaknya 42 km di sebelah timur ibukota Minsk, disambut dengan indahnya pemandangan pepohonan tinggi yang terlihat sejauh mata memandang [hutan pinus atau pohon apa gitu], menjanjikan sebuah negeri yang hijau, lengang dan indah. Cuaca saat ini sih kabarnya summer, tapi begitu turun dari pesawat, tubuhku dapat langsung merasakan sejuknya hembusan udara segar, disertai wajah-wajah Eropa yang bersama-sama turun dari pesawat. Kayaknya hanya aku deh yang berhijab! Haha.
Antri di bagian imigrasi [passport control] lumayan lama, apalagi adikku ketinggalan lembaran medical insurance yang telah dibeli oline. Ternyata kami diminta untuk membeli lagi, ga mahal sih, hanya sekitar 20 ribu rupiah kita. Tapi antrinya lagi itu, yang bikin lama. Belum lagi petugas imigrasinya tidak begitu lancar berbahasa Inggris, jadinya adikku harus ikut mendampingi dan menjelaskan dengan bahasa Rusia ke si petugas tentang namaku yang sedikit berbeda antara di visa dan di kartu imigrasinya. Huft.
Tentang Visa
Tidak seperti Turkey, yang memang telah cukup moderen dan membuka lebar pintu negerinya bagi para wisatawan, dengan tak hanya menyediakan VOA [visa on arrival] tapi malah menyediakan visa online application [beli online] agar wisatawan mudah dan praktis, sebaliknya Belarus, masih standard sekali dalam pelayanan aplikasi visa.
Seperti standar prosedural umumnya, maka visa di-apply haruslah dari negera di mana si wisatawan berasal. Jadi untuk kami bertiga [aku, adik dan ayah] haruslah dari Indonesia. Dan itu akan butuh sekitar 1 bulanan pengurusan, mengingat undangan [sponsorship] dari Belarus [dalam hal ini, adik iparku bertindak sebagai pengundang [sponsor]] baru akan sampai ke Indonesia [the hard copy of invitation] paling cepat 2 minggu. Namun, Alhamdulillahnya, berkat koneksi/relasi dan usaha gigih keduanya [adikku dan istrinya], akhirnya visa untuk ke Belarus ini berhasil kami dapatkan di hari ke 5 kedatangan kami di Istanbul. Diurus via konsulat jenderal Belarus yang ada di Istanbul. Alhamdulillah, jika Allah menghendaki, pasti akan ada jalannya, ya, Sobs! :)
Back to Belarus, negeri lengang [kabarnya hanya berpenduduk sekitar 10 jutaan jiwa] ini, membuatku tercengang. Pemandangan sejuk dengan hamparan ladang gandum [sayangnya udah panen, jadi cuma bisa menatap sisa2 batang gandumnya sih] di sisi kiri kanan jalan, diselingi oleh 'hutan' pinus yang hijau, sungguh membuat perjalanan kami terasa menyenangkan.
Kiri ke kanan : Ladang gandum, Jalan raya dari bandara menuju kota Minsk |
Udara summernya yang tetap sejuk, jelas bikin daku tetap bergaya dengan coat merah kesayangan deh ih! Haha. *Teteup, yang namanya narsis sulit disingkirkan yak? Hehe.Satu hal yang membedakan negeri ini dengan negara dari daratan Eropa lainnya, yaitu tingkat ke-lengang-an jalanannya itu lho!
Ini negeri kok sepi banget yak? Ga kayak negeri-negeri yang berada di daratan Eropa lainnya deh. Ga pula seperti Istanbul yang tak pernah sepi. Penasaran banget hatiku untuk segera meng-eksplorasi negeri cantik ini deh, Sobs! Apalagi bangunannya yang berciri khas Eropa itu lho, jalanannya yang mulus dan bersih. Wow banget untuk segera dijelajahi.
Ini negeri kok sepi banget yak? Ga kayak negeri-negeri yang berada di daratan Eropa lainnya deh. Ga pula seperti Istanbul yang tak pernah sepi. Penasaran banget hatiku untuk segera meng-eksplorasi negeri cantik ini deh, Sobs! Apalagi bangunannya yang berciri khas Eropa itu lho, jalanannya yang mulus dan bersih. Wow banget untuk segera dijelajahi.
Sobats juga ikut penasaran untuk exploring si negeri semut ini lebih jauh? Ih, kok negeri semut sih Al? Nantikan ceritanya di episode berikutnya ya, Sobs! Yang pasti, Sobats akan terkagum-kagum deh kenapa aku dan adikku menjuluki negeri cantik ini sebagai negeri semut atau pun negeri rayap! See you in this post ya, Sobs!
Sepenggal catatan dan kenangan perjalanan di Belarusia,
Al, catatan lama yang dipindah ke virtual corner ini.
Bandung, 26 Maret 2015
Bandung, 26 Maret 2015