My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Sebuah negeri bernama Belarus. Belarus? Nama apa itu? Itulah yang terlintas di benakku saat pertama mendengar kata ini. Yup, saat itu, sekitar tiga tahunan yang lalu, kami [keluargaku] berkonference chat via skype antara Aceh - Istanbul, membicarakan rencana adikku melamar dan menikahi seorang gadis cantik asal negeri ini. Gadis dari Belarus? Belarusia? Apa sebuah negeri pecahan Rusia? Dan aneka tanya berkembang di benak kami [aku, ayah ibu dan adik lainnya] akan negeri ini. Sambil tetap online dan mendengarkan pembicaraan, jemariku langsung tanya ke mbah Google deh. Dan si mbah yang baik hati ini, langsung deh menghamparkan sebuah penuturan yang diambil dari temannya, si mbah Wiki.


Sumber: Google, Map Belarus

Ternyata Belarus itu adalah sebuah negeri republik, di belahan Eropa Timur dengan ibu kota negara bernama Minsk. Secara administratif dibagi menjadi 6 provinsi dan sebuah kota khusus. [sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Belarus].

Selanjutnya Mbah Wiki melanjutkan penuturannya bahwa Belarus adalah sebuah negeri pedalaman yang sebagian besar - relatif datar dan memiliki rawa yang besar [Polesia adalah daerah rawa terbesar]. Juga memiliki banyak sungai dan danau. Ada sekitar 11 ribu danau di Belarus lho, namun sebagian besar danau itu lebih kecil daripada 1/2 km persegi [124 hektar].  Tiga sungai utama mengaliri negeri ini, yaitu Sungai Neman, Sungai Pripyat, dan Sungai Dnepnr. Dan banyak lagi info dari Mbah Wiki yang membuat aku terheran-heran. Boleh ikut heran dengan melihat info lengkapnya di rumahnya Mbah Wiki, ya, Sobs! :D

Yang membuat aku dan keluargaku paling heran adalah, darimana adikku yang tinggal di Istanbul sana, bisa menemukan gadis cantik dari negeri pedalaman Eropa Timur ini? Ckckck. Bukan hanya itu, kapan dan bagaimana caranya adikku bisa begitu fasih berbahasa Rusia pula? Sebuah bahasa yagn melihat alfabetnya saja cukup membuat mataku menyipit dan pikiran lelah, gegara ga paham cara bacanya. Hehe.

huruf sirilyk
Gimana coba mau baca rangkaian huruf ini, Sobs? :D

Well, balik lagi ke Belarus, kemarin, 31 July 2013, tepat di hari ulang tahunku, atas ijin Allah, aku dan Ayah, akhirnya menjejakkan kaki ke negeri yang selama ini hanya ada di angan dan menyimpan rasa penasaran di alam pikiran. Subhanallah, Alhamdulillah. Kado terindah bagiku pribadi, dari seorang adik yang telah sekian tahun menetap di negeri orang [Istanbul]. Thanks a lots my lil bro!

Landed safely di Minsk International Airport, yang letaknya 42 km di sebelah timur ibukota Minsk, disambut dengan indahnya pemandangan pepohonan tinggi yang terlihat sejauh mata memandang [hutan pinus atau pohon apa gitu], menjanjikan sebuah negeri yang hijau, lengang dan indah. Cuaca saat ini sih kabarnya summer, tapi begitu turun dari pesawat, tubuhku dapat langsung merasakan sejuknya hembusan udara segar, disertai wajah-wajah Eropa yang bersama-sama turun dari pesawat. Kayaknya hanya aku deh yang berhijab! Haha.

Antri di bagian imigrasi [passport control] lumayan lama, apalagi adikku ketinggalan lembaran medical insurance yang telah dibeli oline. Ternyata kami diminta untuk membeli lagi, ga mahal sih, hanya sekitar 20 ribu rupiah kita. Tapi antrinya lagi itu, yang bikin lama. Belum lagi petugas imigrasinya tidak begitu lancar berbahasa Inggris, jadinya adikku harus ikut mendampingi dan menjelaskan dengan bahasa Rusia ke si petugas tentang namaku yang sedikit berbeda antara di visa dan di kartu imigrasinya. Huft.

Tentang Visa

Tidak seperti Turkey, yang memang telah cukup moderen dan membuka lebar pintu negerinya bagi para wisatawan, dengan tak hanya menyediakan VOA [visa on arrival] tapi malah menyediakan visa online application [beli online] agar wisatawan mudah dan praktis, sebaliknya Belarus, masih standard sekali dalam pelayanan aplikasi visa.

Seperti standar prosedural umumnya, maka visa di-apply haruslah dari negera di mana si wisatawan berasal. Jadi untuk kami bertiga [aku, adik dan ayah] haruslah dari Indonesia. Dan itu akan butuh sekitar 1 bulanan pengurusan, mengingat undangan [sponsorship] dari Belarus [dalam hal ini, adik iparku bertindak sebagai pengundang [sponsor]] baru akan sampai ke Indonesia [the hard copy of invitation] paling cepat 2 minggu. Namun, Alhamdulillahnya, berkat koneksi/relasi dan usaha gigih keduanya [adikku dan istrinya], akhirnya visa untuk ke Belarus ini berhasil kami dapatkan di hari ke 5 kedatangan kami di Istanbul. Diurus via konsulat jenderal Belarus yang ada di Istanbul. Alhamdulillah, jika Allah menghendaki, pasti akan ada jalannya, ya, Sobs! :)

Back to Belarus, negeri lengang [kabarnya hanya berpenduduk sekitar 10 jutaan jiwa] ini, membuatku tercengang. Pemandangan sejuk dengan hamparan ladang gandum [sayangnya udah panen, jadi cuma bisa menatap sisa2 batang gandumnya sih] di sisi kiri kanan jalan, diselingi oleh 'hutan' pinus yang hijau, sungguh membuat perjalanan kami terasa menyenangkan.

Kiri ke kanan : Ladang gandum, Jalan raya dari bandara menuju kota Minsk

Kiri ke Kanan: Tugu Minsk, Perumahan di pedesaan

Udara summernya yang tetap sejuk, jelas bikin daku tetap bergaya dengan coat merah kesayangan deh ih! Haha. *Teteup, yang namanya narsis sulit disingkirkan yak? Hehe.Satu hal yang membedakan negeri ini dengan negara dari daratan Eropa lainnya, yaitu tingkat ke-lengang-an jalanannya itu lho!
Ini negeri kok sepi banget yak? Ga kayak negeri-negeri yang berada di daratan Eropa lainnya deh. Ga pula seperti Istanbul yang tak pernah sepi. Penasaran banget hatiku untuk segera meng-eksplorasi negeri cantik ini deh, Sobs! Apalagi bangunannya yang berciri khas Eropa itu lho, jalanannya yang mulus dan bersih. Wow banget untuk segera dijelajahi.


Sobats juga ikut penasaran untuk exploring si negeri semut ini lebih jauh? Ih, kok negeri semut sih Al? Nantikan ceritanya di episode berikutnya ya, Sobs! Yang pasti, Sobats akan terkagum-kagum deh kenapa aku dan adikku menjuluki negeri cantik ini sebagai negeri semut atau pun negeri rayap! See you in this post ya, Sobs!

Sepenggal catatan dan kenangan perjalanan di Belarusia,
Al, catatan lama yang dipindah ke virtual corner ini.
Bandung, 26 Maret 2015

Ini judul bukan sembarang judul lho,  Sobs, tapi baru aja kejadian tadi siang! *Aih, elu ML di toilet, Al?*
Eits!  Enak aja, jangan sembarangan nuduh, ya, Sobs! Daku dan si kekasih hati (suami) belum pernah, lho,  ya ML di sembarang toilet,  kecuali di bathroom kamar hotel keren yang memang asyik untuk berasyik masyuk, itu mah sering, hehe. *malah buka rahasia*.

Well, back to the topic,  tentang ML di toilet, ceritanya emang masih fresh from the oven nih,  Sobs! Jadi,  siang tadi,  aku,  Intan,  Dijah,  Bibah (anaknya Dijah)  plus Ama,  sohibku, berencana naik Bandross,  itu lho,  bus dua tingkat yang jadi salah satu icon keren kota Bandung. Nah, sebelum naik Bandross, kami makan siang dulu donk di sebuah resto Sunda, di seputaran situh. 

Nah, setelah pilih meja, duduk manis sambil milih menu dan menanti menu pilihan disajikan, kamipun secara bergantian ke toilet. Dimulai dengan Dijah. Agak lama memang, adik angkatku ini di toilet sana, tapi karena asyik ngobrol, kami jadi ga terlalu peduli, sih.  Apalagi tadi Dijah bilang bahwa dia mau ganti pembalut, jadi wajar donk kalo lama. 
Etapi,  nongol-nongol, si emaknya Bibah ini malah muncul dengan wajah merah padam seraya merepet (ngedumel).

'Gilak aja,  masak di resto besar kayak gini, ada yang main di WC! hih, bikin malu aja! pake jilbab pula itu perempuannya!'
Kami langsung melongo. Kata 'main'di dalam kalimat Dijah itu sebenarnya cukup jelas menggambarkan apa yang dimaksudkannya, tapi takut salah, aku pertegas lagi. Dan Dijah malah lebih memperjelasnya.

'Iya, kakak. ML di atas kloset, lupa ngunci pintu. Aku kan ga tau kalo ada orang di dalam, aq putar handlenya dan kebuka deh. Ealah, mereka lagi indehoi di atas kloset. Masih berjilbab, rok kebuka setengah,  dada juga.  Hadeuh! Kayak ga ada tempat lain ajah! Masak di warung seh? Di toilet pulak! Pake jilbab pulak! Bikin malu wanita muslimah lain ajah!'

Aseli, kami hanya bisa melongo, kaget. Dan ikutan penasaran menanti Dijah menunjukkan pasangan yang berasyik masyuk di wc tadi. Pastinya mereka akan melewati meja kami donk nanti kalo akan keluar dari resto ini, secara kami kan duduk di dekat pintu keluar.
Etapi, yang dinanti tak kunjung muncul, bahkan sampai makanan yang kami pesan tinggal separuh, pasangan mesum itu belum juga nongol. Dijah udah bolak balik melontarkan keheranannya. 
'Apa ada jalan keluar lain selain dari pintu ini ya, Mbak?'

Aku dan Ama juga penasaran sih, pengen lihat pasangan mesum itu siapa atau kayak mana seh? Tapi kemana mereka, ya? Apa memang ada pintu lain untuk akses keluar masuknya?
Sedang bertanya-tanya seperti itu, tiba-tiba Dijah berseru sambil menunjuk ke sepasang orang muda dua puluh limaan tahun gitu deh, yang berjalan terburu-buru ke sebuah Honda Jazz, di area parkir.

'Ya ampun, Mbak,  itu mereka. Haha, buka jilbab ceweknya! Biar ga kukenali lagi kali ya? Tapi aku ingat banget muka cowoknya juga pakaian yang mereka pakai kok! Ckckck. Naik mobil keren tapi masak seh ga punya duit untuk sewa kamar?'

Celoteh Dijah membuat mata kami mengarah ke pasangan yang telah masuk ke mobil itu dan terburu-buru melaju keluar area parkir.
Hm...,  bener juga. Ga mungkin deh ga punya duit untuk sewa kamar, dan yang pasti, pasangan ini bukanlah suami istri. Ya iyalah, kalo pasutri,  ga mungkin aja numpang ML di warung orang,  di wc pulak,  hehe.

Aji gile emang, apa enaknya,  ya, Sobs? ML di tempat2 seperti itu. Kan ga nyaman, yak? Sebersih2nya toilet sebuah resto, tetap aja ga akan asyik lah,  ya? Etapi, gimana kalo ternyata...,  ini karena pengaruh kejiwaan? Akan ada sensasi tersendiri yang mereka dapatkan jika berhasil ML di toilet seperti itu mungkin? *Hayyah, dibahas!  Hehe.*

Well, apa pun itu, memang itu urusan mereka seh, tapi rasanya malu kan kalo sampai ketahuan seperti itu. Sampai harus buka jilbab segala saking malunya. Hihi. *ga kukuw deh ngebayangin betapa malunya mereka tadi saat Dijah tiba-tiba datang membuka pintu toilet itu dan mendapati mereka sedang ehem-ehem begituh.*

Nah,  Sobats,  begitu deh ceritaku hari ini. Kalo Sobats sendiri, punya cerita apa nih hari ini?

Sekedar sharing, 
Ak,  Bandung,  22 April 2015
Kopdar Akbar Guru Blogger Nasional? Ha? Lho, ikutan acara ini, Al? Kan dikau bukan guru? Kok bisa ikutan acara Kopdar Guru Blogger Nasional gitu, sih? Emang boleh gituh? 

Aih, ya boleh banget dunk! Acara yang digelar dalam rangka memperingati hari ulang tahun pertama Komunitas Sejuta Guru Bogger Nasional ini memang terbuka untuk blogger umum dan lintas komunitas. Makanya, saat seat untuk mengikuti acara ini dibuka via grup Blogger Reporter Indonesia kemarin itu, aku langsung daftar deh. Dan pagi ini, begitu tiba di tekape [Gedung Indosat], Jl. Medan Merdeka Barat, No. 1, Jakarta Pusat, team blogger Bandung [Alaika, Nchie Hanie, Bang Aswi, Teh Ida, Evi, Gery dan Widya] langsung bertemu dengan teman-teman blogger dari berbagai komunitas, yang sebenarnya sih itu lagi itu lagi orang-orangnya, hehe. Ada yang dari Warung Blogger, Kumpulan Emak Blogger, Blogger Reporter Indonesia, Blogger Guru, Relawan TIK, dan aneka komunitas lainnya. Dan yang bikin wownya tuh, Sobs, acara ini dihadiri oleh lebih kurang 350 peserta, lho! Wow, banget yak?

Eh, by the way, nih, Sobs, kayaknya ada beberapa dari Sobats yang bertanya-tanya tentang Komunitas Sejuta Guru Ngeblog [KSGN] ini khaan? Well, sebelum mengulas reportase ala Alaika Abdullah tentang acara keren ini, yuk aku brief [jiaaah] dikit tentang KSGN, yuk!

KSGN adalah sebuah komunitas non profit yang digagas oleh Om Jay [Bapak Wijaya Kusumah], aktif sejak tanggal 9 Februari 2014, bergerak di bidang sosial, dan terbuka bagi siapa saja [pendidik] yang ingin mengembangkan dirinya menjadi lebih berkualitas. Hingga kini, KSGN beranggotakan teman-teman pendidik dari berbagai tingkatan dan tersebar di seluruh Indonesia.

Nah, udah mulai jelas kan, Sobs, tentang Komunitas Sejuta Guru Ngeblog ini? Dan hari ini, kami semua berada di gedung megah milik Indosat ini, untuk mengikuti rangkaian agenda keren yang sudah disusun dalam menyambut anniversary KSGN. Yup, pastinya, sebagaimana agenda-agenda Kopdar yang sering digelar dengan bekerjasama Indosat, selain manfaat dari sharing keren yang dibagikan para narasumber, maka hadiah-hadiah pun bertaburan deh di dalam acara ini. Penasaran? Yup, keep reading ya!

KopDar Blogger Guru Nasional
Bekerjasama dengan Indosat

Bertajuk KopDar Akbar Guru Blogger Nasional Bersama Indosat, acara ini dimulai dengan tampilnya duo MC yaitu Mbak Meti Medya dan Mas Ivan, yang secara kocak menghidupkan suasana. Keduanya secara kompak cuap-cuap mengulas secara singkat tentang agenda acara ini.

Acara resmi dimulai dengan pembacaan doa secara khidmat oleh Pak Ustad Bayu Sulistiawan, diamini oleh seluruh peserta acara.
Lantunan Lagu Indonesia Raya, selanjutnya dilantunkan dengan gegap gempita, penuh rasa bangga oleh seluruh hadirin yang berdiri penuh penghormatan. Sungguh, menyanyikan lagu kebangsaan negeri tercinta ini, selalu saja mampu mengungkit rasa bangga dan haru, dan salutku terhadap almarhum Bapak Wage Rudolf Supratman, yang telah dengan gemilang menciptakan bait-demi bait penuh semangat, Lagu Indonesia Raya. 

Usai lantunan lagu kebangsaan, maka rangkaian seremonial dilanjutkan, berupa kata sambutan dari Om Jay, selaku penggagas dan founder KSGN, yang bercerita sekilas tentang KSGN dan tujuan didirikannya komunitas ini. Bisa dilihat pada paragraf awal ya, Sobs, tentang KSGN, tuh!

Selanjutnya, Mba Gina dari Indosat tampil dengan materi [penjelasan keren] tentang launching Guru Era Digital [GED] Indosat dan Bincang Guru Era Digital. Udah pada tahu belum tentang Forum Indosat ICITY? Itu lho, sebuah forum yang berfungsi sebagai online Support Community yang didayai oelh komunitas pengguna Indosat. Menawarkan solusi, bantuan dan informasi seputar gadget, layanan Indosat, minat serta aktivitas komunitas. Nah, bagi yang belum mendaftar, ayo atuh main ke Indosat ICITY dan mendaftarkan diri di sana yaa! 

Bincang Guru Berprestasi

Yang namanya Kopdar, apalagi Kopdar Guru Blogger Nasional, sudah pasti donk diisi dengan aneka sharing inspiratif seputar para pendidik, yang juga hobby ngeblog. Motivasi, suka duka dan apa yang telah mereka hasilkan atau petik dari kegiatan mereka ngeblog. Dan sungguh, mendengarkan sharing ini, bikin melongo, lho, Sobs, bahwa di era digital ini, banyak lho guru-guru yang telah melek untuk menggunakan media blog sebagai sarana berbagi ilmu, baik bagi anak-anak didiknya, maupun teman sejawat bahkan siapa pun yang ingin menimba ilmu dari tulisan-tulisannya. 

Sebagai contoh, sharing dari Ibu Amiroh Adnan, yang menyediakan blognya [amiroh.web.id] sebagai e-learning tool [sarana pembelajaran] bagi para pembacanya. Atau kisah inspiratif dari Bapak Dedi Dwitama, yang tulisan-tulisan inspiratifnya, mengantarkannya ke popularitas [dalam arti positif lho ya], dan mendapatkan banyak sekali undangan-undangan untuk menjadi narasumber dalam berbagai acara, baik di dalam negeri mau pun di luar negeri. Wew, ajigile ya? Dari ngeblog lho! Yup, ngeblog telah mengantarkan mereka ke popularitas dan tebaran manfaat bagi para pembacanya. 

Kisah inspiratif lainnya juga ditebarkan oleh seorang guru keren dari desa Jambekumbu, Jawa Timur. Guru SD negeri yang mengaku belum pernah ke Jakarta ini, lebih dasyat lagi sharingnya, Sobs!
Mengelola blog keren bertajuk 'Ayo Mendidik' beralamat di ayomendidik.wordpress.com, Bapak guru yang rendah hati ini sengaja memilih tagline ' Mengajar sehari, menginspirasi seumur hidup'. Dan sesuai dengan tulisan-tulisan yang dipilah per kategori di blognya itu, Pak Subakri menebar inspirasi. 

Tongsis Reportase dan Menjadi Guru Blogger di Era Digital

Nah, agenda yang satu ini juga termasuk yang paling ditunggu-tunggu donk oleh para blogger? Sayangnya, saat tulisan ini diturunkan *hayyah, diturunkan, hehe*, jadwal tampilnya Om Onno tuh belum tiba, Sobs! Sementara tulisan ini sudah harus disubmit ke panitia [guna mengikuti lomba live blogging] tuh, sebelum agenda ini tiba. Jadi, bagi Sobats yang penasaran akan sharing ilmu keren ini, jangan sungkan untuk balik lagi nanti, ya! Tenang, as always, aku akan dengan senang hati meng-update tulisan ini atau malah nanti akan bikin postingan khusus untuk 'Tongsis Reportase dan Menjadi Guru Blogger di Era Digital]. *Apa sih, yang enggak buat elo, Sobs!*

Tulisan ini dipersiapkan dalam rangka mengikuti 
lomba Live Blogging pada acara Kopdar Guru Blogger Nasional 
Bekerjasama dengan Indosat


Reportase ala Alaika Abdullah
Al, Jakarta, 15 Maret 2015

Malam ini, gerimis dan angin begitu solid berkolaborasi, hasilkan cuaca dingin yang bikin jemari dan pikiran tak lagi kompak berkoordinasi. Inginnya sih segera berlari menyusup ke bawah selimut yang telah menghampar diri. Namun, ingatan yang melayang pada salah satu sesi di dalam acara Workshop Blogger Peringati Hari TB, yang dilaksanakan pada 3-5 Maret 2015 kemarin, sungguh membuatku tak ingin menuruti keinginan hati.

Sesi itu sengaja dipergunakan oleh panitia untuk mengundang empat orang penderita [pasien] TBC untuk berbagi kisah [suka duka] selama kuman TBC menyerang dan menggerogoti dirinya. Sungguh, sebuah sesi yang mampu mengundang haru para audience, menghipnotis kami hingga tak berkutik karena ada perih susupi tenggorokan oleh haru yang menyesak.

Kau Tinggalkan Aku Karena TB

Wanita ini memperkenalkan diri. Dewi, namanya. Geulis, charming, luwes pula cara berbicaranya. Berkisah bahwa kehidupannya begitu indah sebelum kuman TBC menggerogoti dan menyerang paru-parunya. Bersuamikan seorang lelaki baik hati, yang tentu saja sangat dicinta dan mencintainya. Namun, perubahan demi perubahan berangsur balik arah. Kuman TBC yang bersarang di dalam tubuh, seakan mengkudeta cinta kasih sang suami. Lelaki baik itu justru frustasi sendiri menyaksikan sang istri yang berjuluk 'pasien TB'. Bukannya memberi dukungan agar si istri kuat di dalam menghadapi cobaan, sabar di dalam menjalani perobatan. Yang ada malah memutuskan untuk meninggalkan [Talak] sang istri. Ya elah! Nasib.... nasib! Sudah jatuh malah ketimpa tangga pula. Mungkin itu lah pepatah yang paling tepat untuk Teh Dewi. 

Lalu, frustasikah Teh Dewi oleh perlakuan sang suami? TIDAK. Sakit sih, tapi tak mampu membuatnya frustasi apalagi sampai bunuh diri. Justru perbuatan sang suami, memicu dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya adalah wanita yang tegar, kuat dan pantang menyerah. Boleh saja dia kehilangan suami, tapi dia tak akan membiarkan kuman jahat TBC membuat dirinya kehilangan nyawa! Maka, semakin kuat tekad Teh Dewi untuk menjalani perobatan secara berkelanjutan. Tiada putus, sehingga tak heran, jika dalam waktu yang telah diprediksi, Teh Dewi berhasil sembuh! Tak mudah memang, menjalani perobatan TBC yang memang harus dilakoni setiap hari, tanpa henti. Namun, apa sih yang tak akan dilakukannya demi kesembuhannya? 

Waktu berlalu, Teh Dewi pun sembuh sempurna. Pemeriksaan medis telah membuktikannya. Ditambah pula dengan kesehatan tubuhnya yang dulu kurus kering, berangsur telah pulih berisi kembali. Kesembuhan yang merupakan anugerah luar biasa, membuat Teh Dewi ingin menjadi manusia yang jauh lebih berguna bagi sesama, terutama bagi para pasien TB lainnya. Diantaranya adalah dengan rajin mengunjungi klinik di mana dirinya mendapat perobatan, dan memberi support/dukungan bagi teman-teman yang sedang down oleh terjangan TB. Mulai pula Teh Dewi berinteraksi di dunia maya. Lewat akun fesbuknya, Teh Dewi mulai menebar semangat kehidupan, terutama bagi teman-teman yang sedang bernasib serupa. Tak lupa pula, Teh Dewi menyisipkan foto-foto dirinya yang telah segar dan cantik kembali. Tak disangka, sang mantan suami, turut mengintip dan diam-diam mengagumi, bahkan mencoba untuk meminangnya kembali alias minta rujuk. Dan tahukah Sobats apa jawaban Teh Dewi? 

"NO WAY!" Ya, cuma dua kata itu. Dua kata yang aku yakin mampu memulangkan segala sakit hati yang pernah ditimbulkan oleh sang mantan suami, manakala dirinya terpuruk dahulu. Tepuk tangan pun menggema di ruang Alamanda, Aston Tropica Hotel, tempat di mana kami sedang berada saat itu, mendengar dua kata yang diucapkan oleh Teh Dewi itu. Yup, sepakat, Teh! Itu jawaban yang paling tepat untuk seorang lelaki pecundang seperti itu. Enak di elu ga enak di gue dunk itu, ya, Teh? Hehe. 

Yup, begitulah, TBC memang kejam. Menggerogoti tubuh tanpa kenal ampun [kecuali di stop dengan pengobatan intensif], juga menimbulkan efek sosial yang luar biasa. Ya seperti kisah Teh Dewi di atas. Ini baru satu kisah lho, Sobs! Nantikan kisah [testimoni] dari Teteh lainnya, pada postingan berikutnya yaaa!

TBC Memang mudah menular, namun, sosialisasi akan TBC, cara mengenali, mengobati dan mencegahnya, adalah gerakan massif yang sangat diperlukan dalam membantu edukasi masyarakat agar sigap dalam memberantas TBC itu sendiri. Jangan lari, tapi Kenali, Temukan dan Sembuhkan Pasien TBC agar kita tidak ditularinya. 
oleh-oleh dari acara Workshop Blogger Peringati Hari TB
Al, Bandung, 11 Maret 2015
Peringatan Hari TB




TBC [seharusnya] Tak Lagi Menjadi Momok. Yup, seharusnya sih begitu, ya, Sobs? Tapi, jujur, aku sendiri dulunya sering gusar jika mengetahui ada teman, sodara atau handai tolan yang tervonis menderita TBC atau yang juga ngetrend dengan sebutan TB [baca Ti Bi]. Bukannya tak berempati, tapi takut ketularan! Aih, betapa naif dan jadi malu sendiri deh mengingat hal ini. Untungnya, itu dulu, puluhan tahun lalu. Etapi, teteup aja diriku merasa malu hati jika menemukan orang-orang yang memandang TB sebagai momok, lalu menjauhi si penderitanya. Terus teringat akan diriku yang dulu pernah acted like that lah! *Tutup muka pake rangkaian mawar merah*

TBC
TBC, memang merupakan penyakit yang sangat dan gampang banget menular! Eits, jangan dulu lari apalagi menghindar seperti itu dunk, ah! TBC itu BISA banget disembuhkan lho! Dan taukah, Sobats, jika pengobatan TBC sampai tuntas itu diberikan oleh pemerintah kepada para penderita TBC di negeri ini secara FREE alias GRATIS? Yup, beneran, lho! Pengobatan yang sebenarnya akan memakan biaya total kurang lebih 100 juta rupiah itu diberikan secara GRATIS oleh Pemerintah! Kurang baik apa lagi coba, Sobs!

Hanya saja, kurangnya sosialisasi akan hal ini, baik tentang cara mencegah, menghadapi penderita dan mendukungnya, membuat penyakit ini menjadi sesuatu yang dipandang sebelah mata tapi juga mengerikan oleh kebanyakan masyarakat kita. Membuat banyak masyarakat yang masih menghindar bahkan mengucilkan penderita ketimbang mendukungnya untuk sabar dan setia berobat. Seperti cerita beberapa penderita yang dimintai untuk memberikan testimoni seputar pengalaman mereka menjalani perobatan TB yang dideritanya, yang dikisahkan di dalam workshop yang digelar oleh Subdit TB Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan KNCV Tuberculosis Foundation Indonesian Team.  Nah, kebetulan, sebagai blogger keren diriku termasuk yang beruntung mendapatkan undangan menghadiri workshop yang digelar sejak tanggal 3-5 Maret 2015 di Aston Tropica Hotel, Bandung.

Sekilas Tentang TBC dan gejalanya

Berkesempatan mengikuti workshop ini, sungguh memberikan masukan yang sangat berarti bagiku. Tak hanya menjadi lebih jelas dan aware tentang TBC, tapi juga jadi lebih paham akan derita baik secara fisik mau pun batin yang dialami oleh para penderita TBC. 

Penyakit TBC sendiri adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosa, yang berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam [BTA]. Penularannya juga mudah banget, nih, Sobs!


Pay your attention, please. Bakteri ini menyebar melalui udara pada saat penderita TBC batuk atau bersin. Jika saja bakteri ini sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru kita, maka dia akan berkembang biak menjadi banyak dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Terhadap tubuh yang lemah [daya tahan tubuh yang rendah], infeksi bakteri ini lebih mengerikan lagi, Sobs! Dia akan dengan semena-mena menghajar dan menguasai seluruh organ tubuh, seperti; paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening dan lain-lainnya lagi. Namun umumnya, yang kerap diserangnya adalah paru-paru, sih! Serem, yak? Keseraman ini akan meningkat lebih tajam dan kejam lagi bagi mereka yang tinggal di daerah yang padat, dengan lingkungan yang tidak terpelihara dengan baik. Bakteri TBC ini akan happy banget tuh berada di daerah yang seperti ini, nih, Sobs! 

Gimana sih menandai penyakit ini? Ngeri juga ih kalo dibiarkan dengan begitu saja.
Yup, TBC memang harus diberantas. Dimulai dari mengenali gejala umum yang sering menyertai penderitanya, yaitu ditandai dengan batuk berdahak yang lebih dari 2 minggu, demam, batuk darah, nyeri di dada, berkeringat pada malam hari padahal tidak beraktivitas plus menurunnya nafsu makan serta berat badan. 

Untuk gejala khusus, bisasanya tergantung pada organ tubuh yang diserangnya. Jika terjadi penyumbatan pada sebagian saluran bronkus [saluran yang menuju ke paru-2], akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, maka akan menimbulkan suara seperti sesak napas.

Jika ada cairan pada rongga pleura [pembungkus paru-paru], maka biasanya akan disertai keluhan sakit pada dada.

Jika mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Ih, serem yak?

Pada anak-anak, dapat mengenai otak [lapisan pembungkus otak] dan biasa disebut meningitis [radang selaput otak], gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Cara Pengobatan TBC

Jika saja pemerintah tidak menganggarkan anggaran khusus untuk biaya pengobatan/pemberantasan TBC ini hingga tuntas, maka dapatlah dibayangkan betapa para penderita TBC akan semakin terpuruk. Biaya aslinya itu mahal, lho! Kurang lebih 100 jutaan akan dibutuhkan untuk seorang penderita agar dapat menjalani perawatan/pengobatan hingga tuntas. Untungnya, pemerintah komit untuk hal ini. TBC memang harus diberantas, karena dasyatnya ancaman bakteri TB ini dalam menyerang manusia lainnya. Bayangkan, Sobs, satu penderita TBC itu, punya kemampuan menularkan ke 15 orang lainnya, lho! Ngeri banget, kan? Makanya, Pemerintah Indonesia [begitu juga dengan negara-negara lainnya], komit banget dalam menganggarkan dana demi pemberantasan TBC ini. Tinggal penderita-penderitanya ini, nih, yang terkadang justru suka menyerah di tengah jalan [pengobatan] karena tak tahan oleh efek samping yang timbul dari pengobatan itu. 

Back to cara pengobatan TBC, setelah dinyatakan positif TBC, maka pasien haruslah diberi obat yang harus diminum secara teratur sampai tuntas selama 6 [enam] sampai 8 [delapan] bulan berturut-turut. Lamanya masa minum obat ini memang tergantung pada berapa lama terjadinya konversi positif TBC ke negatif TBC itu sendiri, sehingga setiap pasien akan mengalami masa yang berbeda, namun umumnya sih dalam rentang waktu antara 6-8 bulan gitu deh. 

Pasien memang harus mau minum obat secara teratur lho, karena pasien TBC yang tidak mau menkonsumsi obat bisa berakibat pada kematian, karena bakteri ini terkenal sangat kejam dalam menginfeksi. 

Selama masa pengobatan diperlukan pemeriksaan dahak pada tahapan awal, satu bulan sebelum masa pengobatan berakhir dan pada akhir pengobatan. 

Meminum Obat TBC secara tidak teratur atau berhenti sebelum waktunya itu berefek buruk lho! Mengapa? Karena kuman di dalam tubuh akan menjadi kebal terhadap obat sehingga pengobatan akan lebih lama dan lebih mahal karena jenis obatnya akan berbeda. Penderita TBC jenis ini pun dikategorikan ke dalam kategori penderita TB MDR [Multi Drug Resistant] -> akan dibahas pada postingan berikutnya yaa. Kuman yang kebal obat ini dapat ditularkan pula kepada orang lain di sekitar penderita TBC jenis ini. 

Efek Samping dari Obat TBC


efek samping obat TBC
sumber gambar : flyer Stop TB
milik Subdit TB, Dirjen PPPL,
Kementerian Kesehatan RI, 2013
Banyak dari pasien TBC menjadi ogah-ogahan bahkan akhirnya berhenti di tengah jalan pengobatan. Alasan kebanyakannya adalah karena mereka lelah oleh efek samping yang ditimbulkan dari mengkonsumsi obat-obatan TBC yang memang tidaklah sedikit dan butuh rentang waktu yang begitu panjang. Alasan lainnya adalah capek, bosan, sakit dan hilang kesabaran karena lama banget sembuhnya juga menjadi alasan mereka untuk berhenti berobat. Adapun beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh rangkaian obat TBC adalah seperti yang terlihat pada gambar di samping ini, nih, Sobs. 

Atas Kiri : Lesu, hilang nafsu makan, mual, sakit perut.
Atas Kanan; Kesemutan sampai rasa terbakar di kaki
Kiri Bawah: Nyeri sendi
Kanan Bawah; warna kemerahan pada air seni [Urine]

Di sinilah dukungan keluarga dan orang-orang tercinta sangat dibutuhkan dalam mensupport para pasien agar tidak lelah berobat. Mereka harus diyakinkan dan didukung untuk berobat sampai tuntas, karena sebenarnya, dukungan ini bukanlah untuk kesembuhan mereka semata, melainkan juga untuk kepentingan kita [orang-orang di sekitar pasien itu sendiri] lho, agar TIDAK TERTULAR. 

Well, Sobats, postingan ini adalah postingan awal dari rangkaian postingan tentang TBC, oleh-oleh dari mengikuti workshop Blogger Lawan TB yang digelar oleh Subdit TB, Dirjen PPPL, Kementerian Kesehatan RI yang bekerjasama dengan beberapa sponsor. See you in the next post, ya! 














Al, Bandung, 10 Maret 2015


Gambar diculik dari RCTI Oke

7 Manusia harimau, wew! Bagi para penggemar sinetron laga yang berbalut pula dengan misteri, pasti udah familiar banget donk dengan sinetron yang satu ini? Aku sendiri, sebenarnya bukan orang yang suka mantengin TV, apalagi keranjingan nonton sinetron. Bukan sok antipati sih, tapi seperti kita ketahui sendiri, sinetron-sinetron yang tayang di televisi-televisi tanah air kita dewasa ini, rasanya gimanaaaa gitu. Mostly, critanya pasti bergulir dan berputar-putar seputar cinta, harta dan tahta. Dibalut pula oleh cemburu, dengki dan berbagai lelaku saling menjatuhkan dan menghancurkan satu sama lainnya. Jadilah aku semakin males nonton TV dan malah menenggelamkan diri di indahnya berinteraksi dan menyerap ilmu di dunia maya *gaya banget yak, menyerap ilmu, bo'.* Hihi

Etapi, bermula dari Icha [si anak gaib] dan Intan [putriku] yang getol menggosipkan kegantengan dan kerennya jurus-jurus si Radjo Langit dan Gumara, aku pun akhirnya mengalihkan mata dan telinga sejenak ke layar kaca yang mereka tonton dengan begitu serius setiap pukul 9 malam kala itu. Dan, aih, 7 manusia harimau? Samakah dengan 7 manusia harimau yang ada di novelnya Motinggo Busye itu? Yang pernah aku lahap ketika usiaku masih berseragam putih abu-abu dahulu?

Dan, benar saja. Intan dengan antusias menceritakan rangkuman kisah-kisah pada episode sebelumnya, dan jujur, langsung mampu memaku mata dan telingaku pada layar kaca, mantengin adegan demi adegan laga yang sedang berlangsung di sana. Dan, ow ow ow! Para pemainnya kece badai inih! Ow ow, siapa pula ini? Lelaki muda bermata indah dan tajam bak Pakistani Man ini? Yang langsung disambung oleh Icha, 'itu namanya datuk Humbalang, Bunda!' Haha. Atuk Humbalang? Siapa pula dia? Terus ada pula tokoh Gumara, Radjo Langit, Pitaloka, Karina dan entah siapa lagi para aktor dan aktris yang bagi mataku terasa baru alias aku tak mengenalnya. *Aih, kemana aja kamu, Al?*
Yang aku familiar hanya aktor/aktris seperti Willy Dozan, Adjie Pengestu dan Merriam Bellina. Ah iya, aku juga familiar dengan datuk Abu alias Sigit Hardadi. Ketahuan deh usia eikeh, nih!

Para pemain sinetron 7 Manusia Harimau
Ki-Ka : Gumara, Atuk Lebai Karat, Radjo Langit, Ratna, Limbubu, Atuk Abu dan Humbalang.
Dan, kesanmu, Al? 

Hm. Aku suka dengan ide membawa cerita di novel ini ke layar kaca, yang tentu saja akan mengalami edit-ubah-modifikasi untuk konsumsi para pemirsa layar kaca. Tidak seperti sinetron sejenis [berbalur misteri] yang juga tayang di layar kaca milik salah satu stasiun televisi swasta tanah air, 7 Manusia Harimau menurutku memang Indonesia banget! Ga meniru atau mengcopy-paste ide cerita dari negara lain. Seperti alur cerita sang penulis, Om Motinggo Busye, kisah ini memang diangkat dari cerita rakyat/legenda masyarakat Bengkulu, yang tentu saja melaluinya, membuat kita jadi lebih tahu akan kisah, kebiasaan/kultur masyarakat, adat istiadat, lelaku/praktek serta local wisdom [kebijaksanaan daerah] setempat yang dalam hal ini adalah desa Kumayan, Kayu Lima, Bengkulu.

Tak hanya bercerita tentang kepercayaan/praktek perdukunan yang masih begitu kental di daerah ini, namun sinetron 7 manusia harimau ini dikemas apik dengan paduan sains, misteri, dan tradisi masyarakat Bengkulu serta menampilkan pemandangan alam yang membuat mata cukup terhibur. Yang sedikit mengecewakan, menurutku sih, ya, pada proses transisi perubahan para tokoh dari tubuh manusia menjadi harimaunya. Animasi ini masih terlihat kurang sempurna, but so far, it's fine lah!
Buktinya, aku masih setia tuh searching di youtube jika satu dua episodenya malah tertinggal gegara tidak berhasil ketemu televisi. Hehe. Maksudnya apaan, Al, tidak berhasil ketemu televisi?

Ya iyalah, jika aku sedang tidak menginap di kosanku karena sedang 'ngedora/mengembara', ya aku pasti akan mengejar ketertinggalan episode itu via you tube. Banyak banget 'relawan'2 yang mengupload tayangan 7 manusia harimau ini di you tube lho! Keren deh! Thanks to the volunteers! Eh, btw, the volunteers ini kan dapat 'cring-cring' juga kan ya?

Penasaran akan sinetron favoritku ini? Yuk, pantengin deh tuh RCTI, Oke, pada pukul 19.45 wib setiap harinya. Pasti Sobats akan bertemu dengan para tokoh keren ini, deh!

Ah iya, aku tuh paling salut dengan Merriam Bellina, lho! Ini aktris kawakan, pinter banget berakting deh! Memerankan diri sebagai ratu siluman jahat yang ingin memangsa [mengambil tulang sengkang] si harimau ketujuh alias Gumara, dengan segala tipu daya liciknya. Suka banget deh aku dengan peran ciamik yang berhasil dibawakan oleh Mer. Ga semua orang kan sukses berperan sebagai orang jahat alias penjahat dengan apik? Nah, Mer mampu melakukannya dengan sangat baik! Penasaran? Coba deh melipir ke RCTI dan pantengin sinetronnya yaaa!

sekedar sharing,
Al, Bandung, 25 Februari 2015
Hotel Bersejarah dan Bebas Nyamuk Peninggalan Belanda di Medan, memangnya ada? Eits, belum tau ya? Kan penjajah yang satu ini memang terkenal rajin membangun gedung/bangunan cantik bergaya khas Eropa. Salah satunya nih, yang ada di kota Medan. Sobats pernah mendengar nama Hotel Mijn De Boer? Pasti pada geleng-geleng kepala, deh, ya? Sama! Aku juga langsung blank kalo disebut dengan nama itu, ga akan familiar. Tapi kalo disebut dengan nama Hotel Inna Dharma Deli, sih, paham banget. Dulu waktu masih tinggal di Medan, sering banget tuh, aku melewati hotel bergaya Belanda ini, jika ingin ke Petisah.


Hotel Mijn De Boer (Inna Dharma Deli) (photo; geheugenvannederland.nl)

Nah, bicara tentang Hotel yang terkenal dengan nama Inna Dharma Deli ini, pada masa kejayaannya memang tercatat sebagai salah satu hotel ternama di kota Medan, lho, dan kerap dikunjungi oleh tamu-tamu istimewa dari berbagai belahan dunia. Mulai dari kunjungan tamu kehormatan dari negeri Belanda seperti Ratu Wilhemina, Pangeran Schaumburg-Lippe, sampai dengan Raja Leopold II dari Belgia. Dan berdasarkan kisah dari pendirinya, yaitu Aeint Herman De Boer, hotel antik yang berdiri pada tahun 1898 ini memang bukanlah hotel yang berkategori murah di Medan, lho!

Dengan bermula dari tujuh kamar hotel, sebuah restoran dan bar saja, hotel yang berlokasi di Jalan Balai Kota, Medan Petisah, Medan ini berhasil mengembangkan bisnisnya. Salah satu spesialisasi yang ditawarkan oleh Hotel Mijn De Boer saat itu adalah hotel yang bebas dari nyamuk. Maklum saja, gigitan nyamuk merupakan momok bagi kulit warga-warga Eropa yang terkenal cukup sensitif.

Seiring dengan berjalannya waktu, dan semakin harumnya hotel ini, maka meningkat pula minat para pesohor dan warga Eropa lainnya untuk menginap di sini, sehingga dirasakan bahwa kamar dan fasilitas yang tersedia sudah tak mampu lagi menampung animo tamu yang ingin menginap, sehingga tepat pada tahun 1909, sang pengelola memutuskan untuk memperluas bangunan hotelnya dan menambah kapasitas kamar hingga mencapai 400 kamar. Wow! Empat ratus kamar pada tahun 1909? Kereen, yak?

Nama Hotel Mijn De Boer semakin di atas angin, dan bisa dibilang telah memasuki masa kejayaannya pada masa itu. Terlebih lagi dengan sajian spesial yang menjadi semacam signature di restoran hotel ini. Sajian spesial tersebut adalah kue tradisional Speculaas, yang dipadu dengan olahan rempah-rempah khas tropis Nusantara. Bahkan, pamor hidangan ini sampai ke Bangkok, Singapura, bahkan sampai pula ke Hongkong. Kue ini juga biasanya digemari jauh sebelum perayaan St. Nicholas yang diperingati setiap tanggal 5 Desember.

Dan bicara tentang kisah sejarah, nih, Sobs, ada kisah yang cukup menarik, lho, dari hotel ini. Yaitu sebuah kisah yang datang dari salah satu pahlawan nasional Indonesia. Menurut cerita, Sutan Sjahrir kecil pada masanya kerap mencari nafkah di lingkungan sekitar Hotel Mijn De Boer ini. Beliau berprofesi sebagai musisi jalanan alias pengamen bermodalkan kepiawaian memainkan biola. Lantaran bangunan mewah ini dipenuhi oleh orang-orang kulit putih yang notabene berasal dari kalangan bangsawan, maka permainan musik biola pastinya diterima di telinga mereka lah, yang tentunya memberi peluang bagi sang pahlawan kita, Sutan Takdir, untuk mengumpulkan pundi-pundi berkat kemahirannya tersebut.

Hotel Mijn De Boer Masa Kini

Lalu, di manakah Hotel Mijn De Boer itu kini? Tenang, Sobs, masih ada di tempatnya kok. Hanya saja, jika Sobats mencarinya dengan nama Hotel Mijn De Boer, maka Sobats tidak akan berhasil menemuinya, karena hotel bersejarah dan bebas nyamuk peninggalan Belanda ini, kini telah berganti nama menjadi Hotel Inna Dharma Deli. Jadi pastikan bahwa Sobats tidak salah menyebut namanya, ya! Hehe. Oya, hotel bersejarah ini kini berada di bawah pengelolaan PT National Hotels and Tourism Corp Ltd. yang tak lain merupakan perusahaan plat merah dari lingkungan Kementerian Pariwisata, yang fokus di bidang jasa perhotelan dan restoran.

Kendati sudah berada di lain manajemen, beberapa ciri khas hotel ini tetap dipertahankan, yang tentunya bertujuan untuk  menggaet lebih banyak tamu yang menginap, juga pastinya untuk melestarikan salah satu warisan sejarah yang ada di Medan ini. Hotel Dharma Deli ini sejatinya adalah gabungan dua unit hotel yang ada di Medan, yaitu Hotel Wisma Deli dan Hotel Dharma Bakti. Nama hotel yang terakhir disebutkan merupakan bekas bangunan Hotel Mijn De Boer yang asli.

Nah, Sobs, ingat ya, jika berkunjung ke Medan, jangan lupa untuk menginap atau berkunjung ke hotel antik ini! Jangan lupa, take some pictures as well!

catatan sejarah bangunan antik
Al, Bandung, 20 Februari 2015



Sejenak Hening Bersama Adjie Silarus. Pernah mendengar nama lelaki yang satu ini, Sobs? Siapa dia? Aih, belum pernah dengar? Oh, sering bahkan pernah ikut kelasnya? Waah! Asyik dunk kalo sudah pernah ikutan kelas meditasinya!

Yes, Adjie Silarus, tak salah lagi. Cowok ganteng berpembawaan kalem ini, cocok banget dengan profesi yang dilakoninya kini, deh! Psikolog yang juga meditator ini, bener-bener mampu menularkan ketenangan bagi orang-orang di sekitarnya, deh!

Terbukti, kami, emak-emak anggota Learning Forever grup, yang menang tantangan menulis dengan hadiah 'bertemu dan ngobrol asyik bareng Adjie Silarus', langsung terkesima dan seakan terhipnotis untuk ikutan 'hening' bersamanya.

Suara riuh para emak, yang tadinya seakan tak mampu direndahkan volumenya, langsung ketularan gaya lembut dan 'hening'nya Mas Adjie. Wew! Amazing!

Sebagai pengagum sosok yang satu ini, sebenarnya sudah lama aku ingin punya kesempatan bertemu dengannya. Pernah terlintas di dalam hati, kapan ya bisa ngobrol-ngobrol dengan Mas Adjie secara gratis? Iya dunk, kalo dengan cara bayar, pasti mahal kan ya? Dan Alhamdulillahnya, Teh Ani Berta tiba-tiba bawa jalan keren. Bikin tantangan dengan hadiah tak terduga. Hadiah yang tadinya 'ngobrol asyik dengan Rachel Maryam, eh malah berganti dengan 'ngobrol bareng Adjie Silarus!' Wew, superb! Ini mah namanya rezeki!

Dan, di sinilah kami pada hari Minggu, 15 Februari 2015 kemarin. Sesuai janji, kami berkunjung ke tempat pelatihan, dan boleh bertemu langsung untuk ngobrol santai, bahkan berlatih sejenak dua jenak bagaimana bermeditasi. Asyik!

Between Yin and Yang, between Being and Doing

Suaranya yang lembut, kalem, di ruangan nyaman penuh kaca sepanjang dinding ruangan, sungguh bikin kita semua seakan berada di sebuah tempat yang gimanaaa gitu. Jujur, aku suka banget dengan ruangan ini. Bisa untuk yoga, bisa untuk meditasi, dan bisa pula untuk berlatih aerobik seraya melihat indahnya pantulan tubuh saat beraksi. *aih, kok malah ngayal!

Jika para tokoh lainnya, secara mainstream mengelukan untuk bertindak cepat, tangkas dan beberapa langkah berlari ke depan, maka sebaliknya dengan Mas Adjie. Lelaki ini malah anti mainstreaming, dengan gebrakannya yang mengajak orang-orang di sekitarnya untuk diam, hening sejenak! Yup, karena menurutnya, manusia-manusia di jaman moderen ini, seakan berada dalam keadaan rush. Terburu-buru, bergerak terus seakan tiada henti, demi mengejar atau menggapai sesuatu/goal.  Sudah tak lagi seimbang antara Yin and Yang, Being and Doingnya. Padahal jika direnungkan sejenak, bahkan tubuh kita ini pun membutuhkan istirahat. Tak hanya tubuh, bahkan pikiran juga butuh 'diam dan hening' agar bisa berfikir jernih, agar mampu memikirkan tindak lanjut demi mencapai tujuan itu sendiri.

Yin dan Yang, tentu kita sering mendengar tentang filosofi Timur ini, yang menurut filosofi Barat lebih dikenal dengan istilah Being and Doing.

Pada dasarnya, Yin/Being, adalah kemampuan untuk menerima [nerimo] atau mengikhlaskan setiap kejadian yang menimpa diri kita. Kemampuan untuk mendengar, berdiam sejenak seraya merenungkan, di mana di dalamnya nanti akan muncul ketenangan diri, sehingga pikiran akan punya space untuk berfikir lebih jernih. 

Sementara Yang/Doing, adalah lebih kepada obsesi yang menguasai diri kita, lebih kepada misi, tujuan dan aksi yang harus dan segera ingin kita lakukan dalam mencapai misi atau tujuan/cita-cita kita. 


Nah, aku yakin bahwa kita juga sependapat dengan Mas Adjie ya, Sobs? Bahwa insan dunia saat ini, di tengah canggihnya technology, sudah semakin tenggelam di dalam 'Yang/Doing'-nya, sehingga tak lagi seimbang dengan Yin/Beingnya. Aku sendiri sempat tercenung lalu mengiyakan. Bener juga. Aku, selama ini begitu getol mengejar impian, obsesi, bergerak cepat seakan takut terkalahkan oleh gerakan cepat orang-orang di sekelilingku. Seolah-olah rezeki akan habis jika aku berhenti sejenak.


Ya Allah, pantes saja aku merasa lelah. Jiwaku lelah. I need to balance my being and doing, nih! Hehe.

Memang tak salah sama sekali sih, mengejar impian, bergerak cepat dalam upaya menggapainya. Namun, tentunya jika segala sesuatunya dilakukan dengan seimbang, maka hasilnya pun tentu akan maksimal. Mas Adjie memberi contoh, untuk bisa melompat jauh tinggi ke atas, tentu kita perlu menjejak tanah terlebih dahulu sebagai landasan lompatan, bukan? Makanya, di dalam aksi, tentu ada reaksi. Di dalam Yin, harus balance dengan Yang. Balancing your Being and Doing to get optimum result! 

Obrolan santai dan menarik ini, tentu saja membuahkan pertanyaan ini itu dari kami semua untuk sang meditator, yang tetap kalem dalam memberikan jawaban. Kalem, tapi tak berarti tiada tawa ceria di dalamnya lho, Sobs! Namanya juga emak-emak udah berkumpul, tetap saja celotehannya [walo dalam volume rendah] mampu menghasilkan gerai tawa di seluruh ruangan hening itu. *Hidup emak2!

Belajar hening atau diam itu memang bukan perkara sekali-dua klik. Perlu proses memang. Perlu latihan. Memulainya dengan niat dan keberanian mengambil keputusan. Karena, untuk berubah, kita butuh keberanian prima dalam mengambil keputusan, karena akan ada konsekuensi terhadap apa yang kita putuskan itu. Misalnya, jika kita merasa, bahwa pekerjaan yang kita lakoni saat ini, sudah tak lagi nyaman bagi diri. Sudah membuat kita terlalu tergesa-gesa, terlalu larut di dalam Yang/Doing, maka bukanlah perkara mudah saat kita ingin menghentikannya dan beralih ke pekerjaan lain. Tidak mudah memang, bahkan butuh keberanian untuk beralih dan meninggalkan zona nyaman. Di sinilah kita perlu melatih 'hening/diam' sejenak itu, sehingga kita tak panik, dan mampu berfikir jernih di dalam menyesuaikan diri dengan keadaan, atau merubah dan membenarkan situasi yang mungkin melenceng dari yang kita harapkan.

Dan tetap saja, belajar hening atau diam itu tidak mudah. Butuh niat, latihan dan komitmen untuk melaksanakannya. Butuh kemampuan 'mendengar'kan [Yin] secara utuh, dan ikhlas untuk mengurangi keinginan berbicara [Yang] yang terlalu banyak. Menarik banget ya, Sobs? Jadi pengen ih, berlatih meditasi hening sejenak ini, dan juga berkemampuan untuk bisa 'mendengarkan' dengan lebih baik. Karena ternyata, mendengarkan itu jauh lebih baik daripada berbicara banyak lho! Karena sesungguhnya, dengan menyediakan diri untuk mendengarkan keluh kesah orang lain, utamanya orang yang kita cintai, sebenarnya kita sedang membantu orang tersebut berfikir lebih jernih, bahkan sedang membuka jalan bagi orang itu dalam menemukan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapinya.

Dalam buku keduanya, 'Sadar Penuh Hadir Utuh', Mas Adjie menuliskan bahwa;

Untuk memberikan diri kita secara utuh kepada sesama, terutama kepada orang yang kita cinta, kita harus hadir utuh terlebih dahulu. Bukan hanya sebagian di sini, tapi sebagian di masa lalu atau pun di masa depan. Mindfullness! Sadar Penuh, Hadir Utuh, kini, pada saat ini.
Sungguh sebuah buku yang menarik ya, Sobs? Penasaran akan buku yang berisi artikel sederhana tentang pengalaman sehari-hari manusia bersama sisi yin, being, dan bagaimana melatih sisi yin, being ini? Yuk pantengin informasi peluncurannya nanti ya, don't missed it!

catatan dari 'ngobrol asyik bersama Adjie Silarus
Al, Bandung, 17 Februari 2015



Pencuri bisa berada di celah manapun, be aware! Mungkin kalimat inilah yang paling cocok sebagai catatan atas kejadian yang menimpaku hari ini. Jika bulan lalu, dompet manisku terserang kanker kritis gegara harus membeli hape baru, karena hape lama [si onyxberry dan OPPO] hilang sekaligus, akibat keteledoranku, maka hari ini, kisah tragis ini kembali terulang. Hiks..., padahal aku tuh udah berupaya banget untuk menjaga backpack ungu tercinta, agar tak ada tangan nakal yang menjamah apalagi merampas isinya.

Hari ini, agendaku cuma satu. Ikut meeting untuk persiapan sebuah event nasional yang akan bertuan rumah di Kota Bandung, yang akan diselenggarakan beberapa bulan ke depan. Meeting bertempat di sebuah ruangan keren nan canggih, dengan melibatkan petinggi-petinggi dari Jakarta [Pusat] serta para petinggi dari Kota ini plus kami-kami [Meti Mediya, Nchie Hanie dan aku sendiri] dari Relawan TIK Kota Bandung. Oya, ada juga tambahan peserta dari komunitas lain.

Rapat berlangsung dengan lancar dan interaktif, sama sekali tak ada tanda-tanda mencurigakan pada backpack ungu tercinta yang sengaja aku simpen di belakang kursi yang aku duduki. Hanya saja, karena kami tiba terlambat, jadi kami kebagian kursi paling belakang deh, tapi ga papa juga kali, kan ini ruang rapat, dan pesertanya juga pasti orang-orang dengan attitude yang baiklah. Jadi aku tak terlalu mengkhawatirkan tas kami itu. Bahkan feeling-ku yang biasanya tajam, tetap terasa tenang bahkan hingga kami pulang. Masih sempat sih tadi hangout sebentar di taman, kongkow-kongkow bersama Meti dan Nchie serta rekan-rekan dari Jakarta sambil makan cuanki. Dan tasnya? Duduk manis dunk di sampingku. Sejak kehilangan hape tempo hari, aku memang telah meningkatkan level kesiagaan, agar kehilangan itu tidak terulang lagi.

Tapi siapa sangka, jika malam harinya, saat hendak mengambil Macsy [my Macbook air] dari dalam backpack, eh si paddy [my ipad] telah tiada? Shock dan ga percaya. Kubongkar seluruh isi tas hingga bertumpahan keluar. Tas itu kosong sudah, dan ipad tersayang sama sekali ga kelihatan. Ampyun deh. Oh Tidak! Masak terulang lagi sih? Hiks....

Masak sih hilang? Masak sih dicuri? Masak sih di ruangan tadi ada personil yang memiliki virus 'maling'? Masak sih..., masak sih... pun bermunculan di fikiran. Kucoba mengingat-ingat kembali, tapi telusuran flashback ingatanku menunjukkan bahwa backpack ungu ini hanya duduk manis di belakang kursi, karena tadi aku hanya membukanya untuk mengambil alat tulis dan buku catatan doank, setelah itu, duduk manis lagi di situ. Bahkan untuk bagian laptop dan ipad, sama sekali tidak aku buka, karena sedang ingin fokus pada rapat yang sedang berlangsung. Juga, langsung pulang ke rumah tanpa singgah ke mana pun lagi setelah itu. Jadi siapa yang ambil? Oh My God..., hiks.

Mencoba untuk ikhlas sih, sambil tetap ngarep. Jika memang rezekiku, semoga aplikasi 'find my ipad' bisa menolong paddy untuk kembali padaku. Namun jika memang bukan lagi rezekiku, semoga yang ambil kena batunya! Hehe.

Etapi, di balik semua itu, mungkin sudah saatnya kita semakin mengingat, bahwa yang namanya kesempatan atau peluang yang tercipta, biasanya akan mengundang terjadinya kejahatan kan? Bahkan terhadap orang-orang yang berakhlak baik pun, jika ada kesempatan, dipicu pula oleh adanya kebutuhan, maka kejahatan pun bisa terjadi. Kejahatan itu bisa terjadi di mana saja, bahkan di tempat terhormat dengan personil yang penuh akhlak baik sekali pun, tetap saja ada oknum-oknum yang tidak ber-attitude baik kan? 

Jadi, tiada cara lain selain meningkatkan kewaspadaan, karena kejahatan bisa tercipta di celah mana pun selagi ada peluang dan kemauan si pelakunya. Be aware! Semoga coretan ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjadi lebih berhati-hati.

catatan tentang sebuah pembelajaran,
Al, Bandung, 13 Februari 2015


#SID 2015 - Safer Internet Day, dari kemarin memang sudah memenuhi lini masa twittter mau pun status-status di Facebook, Path, Instagram dan akun-akun sosial media lainnya. Tak hanya itu, Relawan TIK Kota Bandung, mewakili RTIK Jabar, juga sudah heboh mempersiapkan diri untuk tugas dadakan yang dititahkan oleh Pak Bos [baca : Om Fajar Erri Dianto] untuk menghelat acara peringatan Safer Internet Day aka Hari Internet Aman Sedunia ini.

Sebenarnya sih ingin mengadakan event yang setidaknya seperti tahun lalu, berupa seminar yang diadakan di Hotel Lodaya, sih, namun..., mengingat waktu yang dadakan, yaitu H-1, maka diputuskanlah untuk memperingati hari istimewa ini dengan sebuah cara yang berbeda, namun tetap bermakna dan tentu saja bergema. Gimana caranya? Penasaran, Sobs?

Untungnya, nih, RTIK Jabar dan Kota Bandung mendapat dukungan penuh dari Pak Kadis Kominfo Jabar, lho. Yaitu Pak Dudi, yang orangnya low profile banget. Tadinya, aku sempat ngebayangin, bahwa seperti kebanyakan pejabat penting lainnya, si bapak pasti penuh dengan birokrasi deh ini, e ternyatah, Sobs, keren banget lho! Supportif dan nyaman untuk diajak bekerjasama sukseskan acara. Bahkan beliau menawarkan tempat/venue serta fasilitas keren lho untuk adakan acara ini. Di mana? Ya di ruang rapat beliau yang keren dan canggih ituh!

Sehubungan dengan waktu yang terbatas dan dana yang tak ada, hihi, maka, jadilah kami menghelat acara peringatan #SID2015 dengan sebuah tele-discussion, melalui fasilitas Vmeet [Virtual Meeting] juga Google Hangout. Jadi acara hari ini, murni online, dengan merangkul partisipan dari OPD/instansi pemerintah daerah di bawah Diskominfo Jabar, menggunakan fasilitas Vmeet, dan juga rekan-rekan RTIK Nasional, menggunakan fasilitas Google Hangout. Wuft, ga nyangka deh, jika acara dadakan ini bisa berlangsung dengan keren dan lancar!



Bersama Wujudkan Internet Ramah Anak

Bukan ingin menyaingi slogan bersama wujudkan kehidupan ramah lingkungan, makanya #SID2015 mengambil tema Bersama wujudkan internet ramah anak, sih, namun memang dikarenakan begitulah situasi yang ingin kita wujudkan saat ini. Kita semua pasti menyadari, bahwa internet saat ini tak mungkin lagi kita lepaskan dari kehidupan sehari-hari. Baik untuk manusia dewasa, anak usia sekolah hingga ke anak usia dini, kini sudah familiar dengan dunia yang satu ini. Ya, dunia maya, ibarat pisau bermata dua, yang jika salah mengendalikannya, justru akan memakan/membahayakan si pemegang atau peggunanya. 

Utamanya untuk anak, yang pada usia ini berada pada usia yang selalu ingin tau. Membimbing mereka secara bijak untuk mampu berinternet secara baik dan aman, adalah sebuah keniscayaan. Namun, membimbing anak-anak masa kini bukanlah hal yang gampang, di mana semakin kita larang, maka akan semakin penasaran untuk mencobanya. Sehingga tak heran, jika kemudian, banyak orang tua/guru di sekolah, yang menemukan smartphone si anak/murid yang berisi konten pornografi, asusila dan berbagai konten negatif lainnya. Mengapa? Karena cara melarang dan memberi pengertian itu yang mungkin kurang tepat. 

Jadi, di dalam memperingati Hari Internet Aman Sedunia [Safer Internet Day] hari ini, daku [Alaika Abdullah] dan Meti Mediya, dibantu oleh Nchie Hanie di belakang layar [online socialization], mewakili RTIK Kota Bandung, mendapatkan mandat untuk mensosialisasikan flyer-flyer berisi tips berinternet sehat dalam rangka mewujudkan internet ramah anak, kepada para audience telediscussion tadi. Alhamdulillah, acara dadakan ini dapat terselenggara dengan baik, berkat kerjasama super antara crew Vmeet-Diskominfo dan RTIK Kota Bandung. 

Ah iya, pasti Sobats juga penasaran kan akan isi flyer-flyernya? Yuk, pantengin, deh, gambar-gambar di bawah ini, dan silakan share bagi siapa saja yang membutuhkannya, yaaa. :)

Bagi para emak/bapak/kakak/ dan kerabat nih, kudu dipantengin dan terapin ke 6 tips ini yaaa. :)
Dan berikut adalah tambahan berupa 9 tips menjaga anak tetap aman di internet. Catet, ya, Sobs!



Dan, ini adalah kunci utama, yang tak hanya perlu diingat oleh anak-anak kita, namun bagi kita juga, kudu diingat dan dipraktekin nih, ga bole lupa, agar akun-akun kita aman terkendali, serta selancaran kita di dumay pun aman terkendali pula. So, be aware!

internet ramah anak

Nah, Sobats tercintah, itulah sedikit rangkuman dari acara yang berhasil kami helat tadi siang, semoga ada manfaat yang dapat dipetik. Yuk, bersama kita wujudkan internet ramah anak, yuk!

rangkuman sharing dari peringatan Safer Internet Day,
Al, Bandung, 10 Februari 2015


Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • Lelaki itu, Ayahku
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • It's Me!
  • Jawaban Untuk Sahabat

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes