Pernah dan berani menjambak rambut setan, Sobs? Haha. Aku pernah lho! Dan baru saja kejadian hari Selasa kemarin tuh! Jadi ceritanya begini, kita-kita nih [Relawan TIK Bandung] ketiban hadiah tiket dari sesepuh RTIK Jabar nih, alias Om Fajar Erri Dianto. Bukan tiket sembarang tiket lho, tapi tiket keren bin ajib untuk masuk ke TSM! Tau kan TSM? Itu lho, Trans Studio Mal, Bandung. Nah, jumlah tiket juga ga tanggung-tanggung deh. 13 tiket, gretong! Nah, karena berlebih untuk personil inti RTIK Bandung, maka itu tiket kita hibah dunk bagi para blogger Bandung terpilih. Kompensasinya apa? Ada dunk. Kita-kita nih kudu ngereview tentang sesuatu [ntar aku ceritain pada postingan khusus yaa!].
Dan, sepakatlah kami untuk berkunjung dan having fun seharian suntuk di TSM. Tepatnya pada hari Selasa, 30 Desember 2014 kemarin, sekitar jam 10an sudah ready di entrance gate of TSM. *emang sih, eikeh telat dikit. Hihi.
Udah bisa ngebayangin dunk jika having fun di TSM ini bakalan seru abis? Yess, serunya pake bingits! Kami mencoba berbagai wahana yang beneran nguji adrenalin lho! Etapi, untuk postingan kali ini, sesuai judul, maka yuk langsung aku ceritain tentang tragedi Jambak Rambut Setan yuk!
Terpaksa deh eikeh jambak rambut Setannya.
Hanya aku, Intan, Bang Aswi dan Ummi Bindya yang 'punya nyali' untuk memasuki wahana yang satu ini. Dunia Lain, namanya. Nchie Hanie dan Olive, Tian Lustiana dan Marwah, serta Efi, memilih untuk bermain di wahana lain, sementara Meti Mediya dan kedua bodyguard juniornya, tadinya sih ingin ikutan ke Dunia Lain, tapi pas di pintu masuk, urung, karena kedua body guard sepertinya ragu dan atut. Hehe. Jadilah kami berempat yang tetap meneruskan langkah. Tadinya, aku sendiri agak ragu juga sih untuk masuk kesana, jika harus berjalan kaki. Bukan apa-apa, aku takut, jika berjalan kaki itu, kan kesempatan untuk berinteraksi dengan para 'setan' yang ada di sana lebih besar tuh, dan takutnya, aku refleks memukul mereka nantinya. Haha. Tapi karena kata Bang Aswi, kita akan naik kereta, maka aku pun meneruskan niat deh. Intan, walau agak takut, ikutan emaknya deh.
Jadilah kami masuk. Di pintu masuk sudah dicegat duluan untuk foto oleh tim dokumentasi TSMnya. Dua kali jepret, lalu kami pun berjalan masuk ke dalam. Suasana remang dan bau dupa dan aroma bunga apa gitu, langsung bikin hati mengkeret, bulu kuduk merinding. Udah sempat curiga, jangan-jangan emang harus jalan kaki nih, karena beberapa puluh langkah sudah, kami belum bertemu dengan kereta yang dimaksud. Hingga akhirnya, ketemu juga dengan kereta [satu kereta memuat 4 personil] yang akan membawa kami touring the Dunia Lain area.
Dan, petualangan pun dimulai dengan bergeraknya si kereta secara perlahan. Memasuki lorong demi lorong gelap, yang dinding-dindingnya dilekatkan foto-foto tua nan seyeeem. Ada juga [bukan bayangan] kuntilanak yang menggantung di dinding lorong, rambut terjurai, jendela-jendela dari tembok yang kami lewati bergerak membuka dan menutup sendiri dengan perlahan. Persis di film-film misteri. Intan sudah mulai menggenggam tanganku. Terasa begitu dingin jemari putriku itu. Kulihat Ummi, yang duduk di depanku, mulai merapat memeluk Bang Aswi. Aku sendiri? Nehi. Aku ga takut, karena sudah duluan setting in mind, bahwa para setan yang di sini, pasti setan buatan alias manusia sejati yang menyamar sebagai hantu, untuk nakut-nakuti kita. Terus, jika pun salah satu dari mereka adalah setan benaran yang menyusup, pura-pura aja ga tau. *Itu sih trik eikeh dalam berhadapan dengan Dunia Lain selama ini.
Jambakanku [ga terlalu keras sih] pada rambutnya, tak urung membuat kepalanya miring mengarah kepadaku. Untung saja wignya itu tidak lepas. Si 'hantu' berucap, "Aduh, sudah tugas saya begini atuh, Bu. Jangan begitu atuh, Bu. Saya cari makannya begini. Maaf atuh, Bu." Kereta pun berlalu.
Duh, aku jadi sedih. Menyesal juga telah menjambaknya. Padahal si akang ini kan menjalankan tugasnya, sebagai 'hantu'. Aih, ingin kuhentikan kereta yang telah melaju, tapi tentu saja tak mampu. Ada sedih yang menggumpal di dada. Kuajak Bang Aswi untuk mengulangi touring sekali lagi, khusus untuk minta maaf padanya, etapi si Bang Aswi bilang, "udah deh, Mba Al. Ga papa lah, ga usah balik lagi deh. Dia juga maklum kok."
Aku hanya mampu menghela napas. Ada sesal di dada. Terngiang suara lirih sang 'hantu'. Mungkin dia tak pernah menyangka akan ada orang yang berani menjambaknya seperti tadi. I am so sorry, 'hantu'. Maaf yaaa. Hiks.
Pernahkah Sobats mengalami hal serupa? :)
Dan, sepakatlah kami untuk berkunjung dan having fun seharian suntuk di TSM. Tepatnya pada hari Selasa, 30 Desember 2014 kemarin, sekitar jam 10an sudah ready di entrance gate of TSM. *emang sih, eikeh telat dikit. Hihi.
Udah bisa ngebayangin dunk jika having fun di TSM ini bakalan seru abis? Yess, serunya pake bingits! Kami mencoba berbagai wahana yang beneran nguji adrenalin lho! Etapi, untuk postingan kali ini, sesuai judul, maka yuk langsung aku ceritain tentang tragedi Jambak Rambut Setan yuk!
Terpaksa deh eikeh jambak rambut Setannya.
Hanya aku, Intan, Bang Aswi dan Ummi Bindya yang 'punya nyali' untuk memasuki wahana yang satu ini. Dunia Lain, namanya. Nchie Hanie dan Olive, Tian Lustiana dan Marwah, serta Efi, memilih untuk bermain di wahana lain, sementara Meti Mediya dan kedua bodyguard juniornya, tadinya sih ingin ikutan ke Dunia Lain, tapi pas di pintu masuk, urung, karena kedua body guard sepertinya ragu dan atut. Hehe. Jadilah kami berempat yang tetap meneruskan langkah. Tadinya, aku sendiri agak ragu juga sih untuk masuk kesana, jika harus berjalan kaki. Bukan apa-apa, aku takut, jika berjalan kaki itu, kan kesempatan untuk berinteraksi dengan para 'setan' yang ada di sana lebih besar tuh, dan takutnya, aku refleks memukul mereka nantinya. Haha. Tapi karena kata Bang Aswi, kita akan naik kereta, maka aku pun meneruskan niat deh. Intan, walau agak takut, ikutan emaknya deh.
Jadilah kami masuk. Di pintu masuk sudah dicegat duluan untuk foto oleh tim dokumentasi TSMnya. Dua kali jepret, lalu kami pun berjalan masuk ke dalam. Suasana remang dan bau dupa dan aroma bunga apa gitu, langsung bikin hati mengkeret, bulu kuduk merinding. Udah sempat curiga, jangan-jangan emang harus jalan kaki nih, karena beberapa puluh langkah sudah, kami belum bertemu dengan kereta yang dimaksud. Hingga akhirnya, ketemu juga dengan kereta [satu kereta memuat 4 personil] yang akan membawa kami touring the Dunia Lain area.
Dan, petualangan pun dimulai dengan bergeraknya si kereta secara perlahan. Memasuki lorong demi lorong gelap, yang dinding-dindingnya dilekatkan foto-foto tua nan seyeeem. Ada juga [bukan bayangan] kuntilanak yang menggantung di dinding lorong, rambut terjurai, jendela-jendela dari tembok yang kami lewati bergerak membuka dan menutup sendiri dengan perlahan. Persis di film-film misteri. Intan sudah mulai menggenggam tanganku. Terasa begitu dingin jemari putriku itu. Kulihat Ummi, yang duduk di depanku, mulai merapat memeluk Bang Aswi. Aku sendiri? Nehi. Aku ga takut, karena sudah duluan setting in mind, bahwa para setan yang di sini, pasti setan buatan alias manusia sejati yang menyamar sebagai hantu, untuk nakut-nakuti kita. Terus, jika pun salah satu dari mereka adalah setan benaran yang menyusup, pura-pura aja ga tau. *Itu sih trik eikeh dalam berhadapan dengan Dunia Lain selama ini.
Hingga kemudian, sampailah kami di sebuah sudut, di mana kereta semakin melambat lajunya, ditingkahi dengan kehadiran sesosok gaib yang muncul sekonyong-konyong. Itu makhluk, mendekat dan merunduk ke arah Ummi Bindya, yang langsung membuat sohib bloggerku ini menjerit. Lalu si hantu pun berpindah ke Intan yang juga histeris. Bukannya segera berlalu, ini hantu malah ber-ciluk-ba ria dengan putriku. Duh, bisa pingsan nanti putriku jika dibiarkan terus begini. Si hantu sepertinya tak hendak berpindah padaku, malah bertahan di Intan. Maka kuulurkan jemariku ke rambutnya. Refleks kujambak rambutnya seraya berseru keras, "Hey, jangan takut-takuti anak saya! Kalo dia jantungan gimana???"
Jambakanku [ga terlalu keras sih] pada rambutnya, tak urung membuat kepalanya miring mengarah kepadaku. Untung saja wignya itu tidak lepas. Si 'hantu' berucap, "Aduh, sudah tugas saya begini atuh, Bu. Jangan begitu atuh, Bu. Saya cari makannya begini. Maaf atuh, Bu." Kereta pun berlalu.
Duh, aku jadi sedih. Menyesal juga telah menjambaknya. Padahal si akang ini kan menjalankan tugasnya, sebagai 'hantu'. Aih, ingin kuhentikan kereta yang telah melaju, tapi tentu saja tak mampu. Ada sedih yang menggumpal di dada. Kuajak Bang Aswi untuk mengulangi touring sekali lagi, khusus untuk minta maaf padanya, etapi si Bang Aswi bilang, "udah deh, Mba Al. Ga papa lah, ga usah balik lagi deh. Dia juga maklum kok."
Aku hanya mampu menghela napas. Ada sesal di dada. Terngiang suara lirih sang 'hantu'. Mungkin dia tak pernah menyangka akan ada orang yang berani menjambaknya seperti tadi. I am so sorry, 'hantu'. Maaf yaaa. Hiks.
Pernahkah Sobats mengalami hal serupa? :)
sekedar sharing,
Al, 31 Desember 2014