Tulisan ini ditulis ketika diriku mendekam duduk termangu seorang diri (rame sih tapi ga saling kenal) di waiting room Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, menanti saat-saat boarding yang masih 10 menit lagi.
Lho, emangnya mau kemana AL?
Ga jauh-jauh kok sobs, cuma mau jalan ke Jakarta dan Solo/Yogya sebentar, mumpung sedang break pekerjaan. Ingin jalan-jalan sejenak memberikan reward bagi diriku sendiri yang telah sekian lama tenggelam dalam ritme kerja yang tak mengenal ampun. Huft. Ternyata, berakhirnya kontrak kerja adalah suatu yang begitu membahagiakan. Alhamdulillah. Jadi bisa istirahat sejenak, refreshing, baru kemudian cari-cari pekerjaan baru. Semoga Allah memberi jalan kemudahan untuk itu nantinya, Amin.
Well, back to the topic above, pasti sobats penasaran cerita apa nih yang akan aku persembahkan kali ini kan ya?ayo bilang iya, harus bilang iya biar Alaika ga kecewa, hehe
Masih merasa kangen akan seorang senior yang telah lebih dahulu pergi, kali ini aku ingin mengabadikan kisah lucu ini di dalam diary online tercinta ini, yang kuharapkan juga mampu mengukir senyuman di bibir para sahabats saat membaca kisah nyata ini..
Ok, let me start the story then...
Suatu pagi sekitar jam 10 wib, pertengahan tahun 2008, saat aku baru saja sampai di kantor. Eits, jangan menilaiku staff yang tidak disiplin lho, melihat aku ngantor jam 10....
Begini ceritanya sobs, kantorku itu ada dua saat itu, yang utama sekali adalah BRR NAD Nias, di Lueng Bata, dan yang kedua adalah berlokasi di salah satu gedung di kompleks kantor Gubernur Aceh ini. Nah, pertama sekali, sekitar jam 8.15 wib, aku harus nongol dulu di kantor 1, meeting pagi sebentar dengan big boss, baru lanjut ke kantor dua. Nah disinilah hampir seluruh jam kerjaku dihabiskan... (ih ga penting deh kayaknya apdetannya nih Al!)
Nah, kembali ke topic, saat aku sedang mengeluarkan peralatanperangku kerja, almarhum bu Ar, kolega seniorku, curcol deh.
"Al, tau ga kamu?" aku menghentikan aktivitas dan menatap heran ke wajahnya yang duduk tepat berhadapan dengan meja kerjaku.
"Ga bu!" jawabku polos, menggeleng. si Ibu terlihat kesal. Lalu lanjutnya..
"Ya jelas ga tau donk, orang kamu baru datang sih...!"
"Emang ada apa bu?" tanyaku. Kulihat kedua cewek (admin dan finance) juga berwajah kesal gitu.
"Puluhan tahun saya jadi pejabat, dan bergaul dengan begitu banyak pejabat Aceh lainnya, atau mitra kerja Aceh lainnya, baru kali ini saya temukan seorang yang sama sekali tidak mau menggunakan bahasa Indonesia to speak.!" Nada suaranya tinggi, kesal begitu kentara di intonasi modulasinya.
"Lho, emang siapa bu? terus dia bicara pake bahasa apa?" Aku jadi penasaran.
"Ga tau deh dia itu Aceh mana, sepertinya orang Pidie sih. Baru aja keluar, tadi Christian kesini, memperkenalkan dia ke kita dan minta agar si Aceh itu boleh nebeng sementara di ruangan kita sambil menunggu ruangan dia kelar. Dan tentu kita terima donk. Nah, begitu ditinggal si Christian, saya ajak ngobrol lah dia, eh, jawabnya kamu tau pake bahasa apa?"
"Bahasa apa bu?"
"Bahasa Inggris! masalahnya diakan orang Aceh gitu lho, dan kita juga pribumi, dan saya bicara ke dia juga pake bahasa Indonesia, lha jawabnya kok bahasa Inggris. Edan!"
Aku ikutan kesal juga sih, kebayangkan betapa sombongnya orang seperti ini.... betapa tidak cinta tanah airnya dia ini.... huft.
"Emang dia tugas dimana selama ini bu? Jangan-jangan lama di luar negeri, jadi lupa bahasa sendiri!" kucoba memberi argumen walau sebenarnya dalam hati aku berkata, 'masak sih bisa lupa dengan bahasa sendiri?"
"Tuh kamu tanya si Tina dan Ayu, mereka juga dengar dan lihat sendiri tadi, betapa sombongnya si Aceh itu!" Masih jelas kesalnya si ibu.
"Ya udah, kalo gitu kita kerjain aja nanti dia bu, gimana?" Saranku jahil, langsung diangguk setuju oleh Tina dan Ayu. Giliran aku yang kaget? Serius nih mau ngerjain orang, mau diapain? hehe.
Tak lama pintu terbuka dan seseorang itu masuk. Aku pernah mengenal orang ini deh, ketika aku mengawal pameran di Jakarta...
"Nyoe ureung jih kak! (ini dia orangnya kak)" seru Tina perlahan.
Meledak tawaku. Sungguh tak mampu kutahankan. Baik si orang baru (Si Aceh) maupun bu Ar, Tina dan Ayu melongo. Heran. Aku masih tertawa geli. Tapi ketika si Aceh mendekatiku, tentu donk ngakakku ku stop dulu.
"Hey Alaika, how are you? so glad to see you here..." disalaminya aku, hangat dan ramah.
"Hey Pak... I am good, thanks, how are you?" balasku.
"I am good too, so this is your office as well?" aku mengangguk dan melanjutkan.
"Yup, they said that you will work here for temporary?"
"Yes, my office is in renovation, so I have access from Ibu to work here." senyum ramah sambil menatap bu Ar.
Kutatap bu Ar, Tina dan Ayu geli. Mereka melongo, dan bu Ar nyelutuk dalam bahasa Aceh.
"Ka kupeugah? ka kaleun ke droe? han di tem peugah haba bahasa tanyoe keen? (sudah saya bilang? udah kamu lihat sendirikan? dia ga mau pake bahasa kita!"
Aku lanjutkan tawaku, geli, geli dan geli saat si Aceh pamit keluar sebentar, HPnya ketinggalan di ruang meeting katanya.
Aku terus tertawa, geli, geli dan geli. Penasaran, bu Ar membentakku (sambil becanda sih).
"Apaan sih kamu, ngakak begitu ga jelas sebabnya. Heran, salah makan apa kamu tadi pagi tuh Al?"
Tawaku makin deras. Geli, geli dan geli.
"Bu...bu.... gimana mau ngomong bahasa Indonesia atau bahasa Aceh bu? diakan orang NEPAL, jadi harus kursus bahasa Indo dulu donk kalo ibu ngotot minta dia berbahasa!" hahahahahahahha..... aku terpingkal-pingkal, apalagi melihat raut wajah bu Ar, Ayu dan Tina.... kaget lalu ikutan terpingkal-pingkal.
Meledaklah tawa membahana di ruangan itu. Hahahahahahaha..... sampai si Aceh masuk kembali, lengkap dengan HP di tangannya.
"Hey, what do I miss here? anything funny?"
Masih dengan tawa yang ditahan, bu Ar menjelaskan pada si Aceh... Dan yang membuatku salut dan makin hormat pada beliau, adalah saat beliau dengan jiwa besar meminta maaf pada si Acehyang ternyata bukan Aceh, karena telah berprasangka buruk padanya tadi.
Tentu si Aceh yang bernama Man Thapa ini, ikutan tertawa geli, malah ngakaknya jadi lebih keras dibanding kami semua...
hahaha....
tulisan ini diabadikan untuk mengenang seorang senior yang berjiwa besar, humoris dan legowo
makin kangen denganmu ibu...
Alfatihah ini untuk ibu
Rest in peace bu Ar!
Lho, emangnya mau kemana AL?
Ga jauh-jauh kok sobs, cuma mau jalan ke Jakarta dan Solo/Yogya sebentar, mumpung sedang break pekerjaan. Ingin jalan-jalan sejenak memberikan reward bagi diriku sendiri yang telah sekian lama tenggelam dalam ritme kerja yang tak mengenal ampun. Huft. Ternyata, berakhirnya kontrak kerja adalah suatu yang begitu membahagiakan. Alhamdulillah. Jadi bisa istirahat sejenak, refreshing, baru kemudian cari-cari pekerjaan baru. Semoga Allah memberi jalan kemudahan untuk itu nantinya, Amin.
Well, back to the topic above, pasti sobats penasaran cerita apa nih yang akan aku persembahkan kali ini kan ya?
Masih merasa kangen akan seorang senior yang telah lebih dahulu pergi, kali ini aku ingin mengabadikan kisah lucu ini di dalam diary online tercinta ini, yang kuharapkan juga mampu mengukir senyuman di bibir para sahabats saat membaca kisah nyata ini..
Ok, let me start the story then...
Suatu pagi sekitar jam 10 wib, pertengahan tahun 2008, saat aku baru saja sampai di kantor. Eits, jangan menilaiku staff yang tidak disiplin lho, melihat aku ngantor jam 10....
Begini ceritanya sobs, kantorku itu ada dua saat itu, yang utama sekali adalah BRR NAD Nias, di Lueng Bata, dan yang kedua adalah berlokasi di salah satu gedung di kompleks kantor Gubernur Aceh ini. Nah, pertama sekali, sekitar jam 8.15 wib, aku harus nongol dulu di kantor 1, meeting pagi sebentar dengan big boss, baru lanjut ke kantor dua. Nah disinilah hampir seluruh jam kerjaku dihabiskan... (ih ga penting deh kayaknya apdetannya nih Al!)
Nah, kembali ke topic, saat aku sedang mengeluarkan peralatan
"Al, tau ga kamu?" aku menghentikan aktivitas dan menatap heran ke wajahnya yang duduk tepat berhadapan dengan meja kerjaku.
"Ga bu!" jawabku polos, menggeleng. si Ibu terlihat kesal. Lalu lanjutnya..
"Ya jelas ga tau donk, orang kamu baru datang sih...!"
"Emang ada apa bu?" tanyaku. Kulihat kedua cewek (admin dan finance) juga berwajah kesal gitu.
"Puluhan tahun saya jadi pejabat, dan bergaul dengan begitu banyak pejabat Aceh lainnya, atau mitra kerja Aceh lainnya, baru kali ini saya temukan seorang yang sama sekali tidak mau menggunakan bahasa Indonesia to speak.!" Nada suaranya tinggi, kesal begitu kentara di intonasi modulasinya.
"Lho, emang siapa bu? terus dia bicara pake bahasa apa?" Aku jadi penasaran.
"Ga tau deh dia itu Aceh mana, sepertinya orang Pidie sih. Baru aja keluar, tadi Christian kesini, memperkenalkan dia ke kita dan minta agar si Aceh itu boleh nebeng sementara di ruangan kita sambil menunggu ruangan dia kelar. Dan tentu kita terima donk. Nah, begitu ditinggal si Christian, saya ajak ngobrol lah dia, eh, jawabnya kamu tau pake bahasa apa?"
"Bahasa apa bu?"
"Bahasa Inggris! masalahnya diakan orang Aceh gitu lho, dan kita juga pribumi, dan saya bicara ke dia juga pake bahasa Indonesia, lha jawabnya kok bahasa Inggris. Edan!"
Aku ikutan kesal juga sih, kebayangkan betapa sombongnya orang seperti ini.... betapa tidak cinta tanah airnya dia ini.... huft.
"Emang dia tugas dimana selama ini bu? Jangan-jangan lama di luar negeri, jadi lupa bahasa sendiri!" kucoba memberi argumen walau sebenarnya dalam hati aku berkata, 'masak sih bisa lupa dengan bahasa sendiri?"
"Tuh kamu tanya si Tina dan Ayu, mereka juga dengar dan lihat sendiri tadi, betapa sombongnya si Aceh itu!" Masih jelas kesalnya si ibu.
"Ya udah, kalo gitu kita kerjain aja nanti dia bu, gimana?" Saranku jahil, langsung diangguk setuju oleh Tina dan Ayu. Giliran aku yang kaget? Serius nih mau ngerjain orang, mau diapain? hehe.
Tak lama pintu terbuka dan seseorang itu masuk. Aku pernah mengenal orang ini deh, ketika aku mengawal pameran di Jakarta...
"Nyoe ureung jih kak! (ini dia orangnya kak)" seru Tina perlahan.
Meledak tawaku. Sungguh tak mampu kutahankan. Baik si orang baru (Si Aceh) maupun bu Ar, Tina dan Ayu melongo. Heran. Aku masih tertawa geli. Tapi ketika si Aceh mendekatiku, tentu donk ngakakku ku stop dulu.
"Hey Alaika, how are you? so glad to see you here..." disalaminya aku, hangat dan ramah.
"Hey Pak... I am good, thanks, how are you?" balasku.
"I am good too, so this is your office as well?" aku mengangguk dan melanjutkan.
"Yup, they said that you will work here for temporary?"
"Yes, my office is in renovation, so I have access from Ibu to work here." senyum ramah sambil menatap bu Ar.
Kutatap bu Ar, Tina dan Ayu geli. Mereka melongo, dan bu Ar nyelutuk dalam bahasa Aceh.
"Ka kupeugah? ka kaleun ke droe? han di tem peugah haba bahasa tanyoe keen? (sudah saya bilang? udah kamu lihat sendirikan? dia ga mau pake bahasa kita!"
Aku lanjutkan tawaku, geli, geli dan geli saat si Aceh pamit keluar sebentar, HPnya ketinggalan di ruang meeting katanya.
Aku terus tertawa, geli, geli dan geli. Penasaran, bu Ar membentakku (sambil becanda sih).
"Apaan sih kamu, ngakak begitu ga jelas sebabnya. Heran, salah makan apa kamu tadi pagi tuh Al?"
Tawaku makin deras. Geli, geli dan geli.
"Bu...bu.... gimana mau ngomong bahasa Indonesia atau bahasa Aceh bu? diakan orang NEPAL, jadi harus kursus bahasa Indo dulu donk kalo ibu ngotot minta dia berbahasa!" hahahahahahahha..... aku terpingkal-pingkal, apalagi melihat raut wajah bu Ar, Ayu dan Tina.... kaget lalu ikutan terpingkal-pingkal.
Meledaklah tawa membahana di ruangan itu. Hahahahahahaha..... sampai si Aceh masuk kembali, lengkap dengan HP di tangannya.
"Hey, what do I miss here? anything funny?"
Masih dengan tawa yang ditahan, bu Ar menjelaskan pada si Aceh... Dan yang membuatku salut dan makin hormat pada beliau, adalah saat beliau dengan jiwa besar meminta maaf pada si Aceh
Tentu si Aceh yang bernama Man Thapa ini, ikutan tertawa geli, malah ngakaknya jadi lebih keras dibanding kami semua...
hahaha....
makin kangen denganmu ibu...
Alfatihah ini untuk ibu
Rest in peace bu Ar!