My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty

Memiliki tablet tersohor sekelas Samsung Galaxy Tab adalah hal yang tak terfikirkan olehku sebelumnya. Kedatangannya sebagai hadiah dari kompetisi blog yang diadakan oleh Falcon Pictures kini menambah koleksi gadget canggih yang ada di galleryku. Halah, kayak udah banyak ajaaa? Padahal juga baru punya sebuah Macbook Air, sebuah Blackberry dan pocket camera! Haha… sok gaya deh Alaika ini.
Nah, kehadiran gadget canggih ini tentu membuat aku terbengong-bengong sobs! Maklum deh, aku belum pernah berkenalan dengan OS android sih. Kok rasanya begitu asing bagiku. Beda banget dari ipad. Apalagi kehadirannya di tanganku adalah saat-saat menjelang aku berangkat ke Bandung kemarin. Jadi jelas ga punya banyak waktu untuk belajar dari adikku yang memang masternya android.
Samsung Galaxy Tabs yang kuberi nama Laxy ini langsung berada di tangan si adik begitu Laxy sampai. Yup, malam itu, adalah malam terakhir aku di Banda, besok pagi udah harus berangkat. So ga ada waktu lagi deh, jadi langsung aja aku berikan pada adikku untuk diupgrade OSnya. Oya, OS bawaannya sih masih ber OS android 4.0 (Ice Cream Sandwich). Nah saran adikku adalah agar di upgrade aja ke OS android 4.1 alias Jelly Bean. OS terbaru.
Antara mengerti dan tidak akan konsekuensinya, aku langsung iyakan. Terlebih setelah dijelaskan oleh adikku bahwa dia akan nge – root tabletku terlebih dahulu, baru di Jelly Bean kan, kira-kira begitulah yang kutangkap. Aku yang gaptek ini sih nggih2 wae. Yang penting Laxy ku makin canggih. Itu saja. Haha.
Besok paginya, Laxy sudah terduduk manis di meja makan. Lho, emangnya Laxy makan nasi? Hihi. Ya ga lah sobs, si Laxy sengaja diletakkan disitu agar aku melihatnya dengan segera begitu aku bangun pagi. Kuambil dan kunyalakan Laxy, yang sudah berpenampilan layar yang keren! Berbeda dari kemarin. Sempat was-was juga tadi malam, soalnya melakukan rooting berarti mendobrak system, dan menggugurkan garansi. Tapi Alhamdulillah, adikku berhasil melakukannya dengan baik, soalnya udah ahlinya sih. J
Lalu siangnya, berangkatlah aku ke bandara, diantar ayah bunda dan Intan tercinta. Di pesawat aku ditemani oleh Laxy, membaca e-novel. Enjoy deh pokoknya. Aku belum menemukan keanehan pada Laxy.
Nah, sesampai di Bandung, dan terkoneksi dengan internet, barulah aku terbengong2…. Kok browsernya ga friendly banget. Ada beberapa blog teman yang aku kunjungi, tak mampu dibuka, baru kebuka, eh si browser langsung ketutup alias balik ke menu home screen.
Aneh. Ga enak banget pake android. Itulah kesanku saat itu. Tapi aku berfikir lagi, bukan androidnya yang ga enak, tapi akunya yang gaptek. Itu baru benar!
Aku telephone adikku dan utarakan kendalanya. Eh dia dengan santai menjawab. Take it easy, you will be able to handle it easily, after browsing and read the solution. Go to android group and find out the way there. Kakak pasti bisa.
Huuuuuuuuu!!!!!! Sebel.
Ga ada cara lain. Aku ke BEC, langsung ke Samsung nya, tanya tanya, dan kecewa. Begitu mereka lihat Laxy, langsung ketahuan deh kalo Laxy ku seharusnya masih pake ice cream sandwich, ini sdh ketinggian, udah Jelly Bean.
Iyalah, Laxy kan amandel-an, jadi ga bisa banyak2 makan ice cream mas! Hehe.
Karena garansinya sudah gugur, mereka menyarankan agar aku ke tempat service yang biasa melakukan jail break. Hm…. Susah juga kalo seperti ini. Aku jadi repot deh, karena jauh dari adikku. Coba dekat dia, pasti beres urusan ini. Tak berhasil menemukan tukang service, aku putuskan pulang saja. Dan keesokan harinya, aku habiskan setengah hari untuk browsing.
Kata kunci yang kupakai adalah ‘browser terbaik untuk Jelly Bean’. Aku yakin bahwa kesalahannya terletak pada browser bawaan si Jelly Bean ini deh. Lalu beberapa group yang diberikan oleh Mbah Google memberi pengetahuan baru bagiku. Aku mencari yang terbaik dan mencobanya. Manually.
Disarankan untuk menggunakan Dolphine Browser. Kucoba, dan it works! Keren. Kini aku tak bermasalah dalam berkunjung ke situs manapun. Browsernya tetap setia terbuka sampai aku bosan sendiri. Hehe.
Satu solusi teratasi. Berarti aku harus set Dolphine as my default browser! Done.
Hari ini, aku berkunjung balasan ke blognya mas Aditya  yang sedang menayangkan postingan tentang cara menonton tv online. Menarik banget. Aku langsung ikuti panduannya. Kan asyik tuh bisa nonton TV atau film dari Laxy. Namun sayang seribu kali sayang sobs! Muncul pesan agar aku menginstall flash player pada device ku. 
Gampang, fikirku. Tinggal go to Play store dan unduh dari sana. Ternyata oh ternyata sobs. Flash Player sudah pecah kongsi dari Play store. Flash Player no more supported android device.
Penasaran, aku googling cari info. Ternyata benar sobs. Kudapatkan informasi senada seperti ini;
"Sebagaimana dikabarkan oleh google beberapa waktu lalu, google telah memisahkan ikatan dengan adobe flash dan mulai menawarkan teknologi web pada versi terbaru android, Jelly Bean. Meskipun banyak pengguna yang mungkin tidak bermasalah dengan platform multimedia tersebut, pastilah ada beberapa situs yang masih didukung flash."
Intinya adalah untuk Jelly Bean terutama, there is no more Flash Player! Oh No!
Tapi aku yakin, pasti akan ada solusi di group-group pengguna android deh. Dan benar saja sobs. Ini dia dia solusinya…. Kucoba berbagi in case sobats juga se gaptek aku ya… haha.
Sumber info dari sini :
 Download:
•  Adobe Flash Player 11.1.apk
•  Dolphin Browser HD 8.5.1.apk
Procedure:
•  Download the two files above and copy them in your internal or external SD; or you can just download them directly on your mobile phone.
•  Install the files using a file manager.
•  Open Dolphin Browser,go to settings and choose an option for Flash Player – Always On or On demand.
NOTE: It will only work on Dolphin Browser. Never update Dolphin Browser in Play Store. Latest version will not support Flash Player on Jelly Bean.
Tried and tested working on my Samsung Galaxy S II – GT-I9100 running Custom ROM Paranoidandroid Jelly Bean 1.95 and CM10.
Aku pun mengikuti langkah ini… termasuk mengganti versi Dophine Browserku (yang baru aku install kemarin) ke yang lebih lama, yaitu yang direkomendasikan di atas. Karena Dolphine versi baru telah meng-off kan opsi Flash Player nya. Jadi sebagai catatan nih sobs, JANGAN PERNAH MENGUPDATE Dolphine Browser nya yaaaa… tetap aja bertahan di versi lama itu. J
Dan….. Taraaaa…. It really really works lho sobs! 
Alhamdulillah.

gambar pinjem dari buku ini
Dear sobs…
Postingan ini adalah lanjutan dari kisah rehab rekon Aceh – Nias pasca tsunami yang telah tayang pada postingan ini dan sesuai janji, kali ini aku akan coba untuk bercerita segamblang mungkin, tentang proses rehab rekon bidang perumahan, yang pastinya adalah merupakan topic yang sudah sobats tunggu-tunggu, iya kan? Hehe.
Data mencatat bahwa hasil kolaborasi antara gempa bumi berskala 9,1 SR dan gelombang tsunami setinggi pohon kelapa itu telah membuat wilayah ini porak poranda dan menjadikan masyarakat yang tersisa (para penyintas) harus hidup dalam derita. Kehilangan belahan jiwa dan orang-orang terkasih, handai tolan, tempat tinggal, dan lingkungan sekitar. Bencana ini juga sukses menjadikan mereka kehilangan mata pencaharian dan memusnahkan asa…
Tercatat 139.195 (seratus tiga puluh Sembilan ribu seratus Sembilan puluh lima) rumah yang hancur, rusak dan tidak layak lagi untuk ditempati. Yup, tentu ini bukan sebuah angka biasa. 139.195 buah rumah harus dibangun atau rehab!
Dan siapa yang berani bilang bahwa ini adalah hal yang gampang? TIDAK ADA! Semua orang tau bahwa urusan mencari  dan mempersiapkan tanah, mendata calon penerima manfaat, membangun rumah dan segala prasarana, termasuk tata ruang yang dibutuhkan untuk membangun permukiman dan menempatkan para korban bencana ke rumah-rumah tersebut, adalah merupakan pekerjaan maha berat.
Lalu darimana memulainya?
Tiada pilihan lain. Bumi yang porak poranda, kerusakan yang luar biasa dan kehilangan serta rasa sakit yang diderita, membuat insan-insan yang tersisa ini harus pasrah, kalo tidak boleh dibilang putus asa. Manut dan berterima kasih atas uluran tangan para penolong yang Tuhan kirimkan kepada mereka.
Sebagai tempat berlindung darurat, tenda-tenda pun didirikan sebagai tempat perlindungan sementara bagi para penyintas. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, bahan tenda jelas tidak berumur panjang dan cepat lapuk akibat hujan dan panas. Oleh karenanya, penting untuk mencarikan alternative tempat tinggal lain bagi para penyintas.
sumber gambar koleksi pribadi
Shelter dan Barak, kemudian menjadi alternative bagi para penyintas untuk beralih dari tenda. Departemen Pekerjaan Umum, juga beberapa NGO pun bergegas menyediakan dana serta membangun barak dan shelter, sementara pemerintah daerah (pemda) sigap mencarikan lokasi untuk lahan berdirinya barak dan shelter untuk para pengungsi.
Tentu kedua tempat berteduh ini adalah diniatkan untuk sementara waktu saja.  Sebagian barak dan shelter berdiri di atas tanah milik pemerintah, baik pemda, Tentara Nasional Indonesia atau pemerintah pusat, dan sebagian lagi di atas tanah milik warga atau yayasan pesantren.
Beberapa LSM ikut berpartisipasi dalam mendirikan sejumlah barak. Barak tidak hanya dilengkapi dengan fasilitas fisik seperti sanitasi, tetapi juga fasilitas sosial dan kemanusiaan. Pada Desember 2006, jumlah titik barak menjadi 190 titik.
Pengelolaan barak dan shelter berada di bawah manajemen pemerintah daerah. Tanggung jawab operasional barak secara khusus berada di bawah muspika masing-masing kecamatan yang terdiri atas camat, danramil dan kapolsek. Camat melaporkan kepada bupati atau walikota untuk hal-hal yang tidak mampu diatasi. Gubernur sebagai kepala daerah bertanggung jawab kepada Menteri Sosial terkait dengan penanganan barak secara keseluruhan.
Departemen Sosial mengalokasikan bantuan kehidupan yang kemudian familiar dengan istilah ‘jadup’ (jatah hidup) mencakup biaya beras, lauk pauk dan makanan tambahan. Bagi para pengungsi korban tsunami, hingga istilah ‘jadup’ menjadi begitu akrab di telinga dan mungkin kelak akan tetap setia menempel di benak  mereka..
Seringkali penghuni barak tidak sepenuhnya adalah warga yang sebelumnya tinggal di tempat barak tersebut berada. Lokasi barak tidak selalu mencerminkan lokasi asal penghuninya. Selain itu, terdapat barak-barak yang tidak terletak di daerah tsunami, jauh dari daerah bencana, seperti di Jantho, Samahani dan Sibreh di Aceh Besar yang dihuni sebagian besar oleh pengungsi dari Aceh Jaya.
gambar pinjem dari sini
Luasnya wilayah bencana, besarnya kerusakan infrastruktur, dan lumpuhnya aparat pemerintahan setempat, membuat penanganan barak pun berbeda-beda antara satu kecamatan dan kecamatan lain, masing-masing melakukan improvisasi. Sejumlah barak menerima banyak bantuan, sebagian lagi justru kekurangan. Kualitas kehidupan di barak menjadi sangat tergantung pada kemampuan ketua barak dalam berkoordinasi dengan camat dan berbagai upayanya dalam mencari bantuan dari berbagai pihak. Di sisi lain, sebagian barak menyuburkan sikap bergantung pada bantuan. Belakangan seiring berjalannya waktu, sanitasi, privasi, dan fasilitas anak di beberapa tenda maupun barak pun dinilai kurang layak huni.
gambar pinjem dari sini
Menyediakan ratusan ribu rumah bagi para korban tsunami bukanlah hal yang mudah. Apalagi tragedy ini bukanlah tragedy yang lazim terjadi, bahkan boleh dibilang sebagai hal yang sangat jarang terjadi, sehingga belum ada pembelajaran atau lesson learnt yang dipetik, yang dapat dijadikan guide atau petunjuk dalam rangka membangun kembali sekian banyak rumah bagi para korban bencana seperti ini. Singkat kata, para pelaksana rehab rekon harus bekerja tanpa panduan yang kongkrit!
Mereka harus bisa menyediakan ratusan ribu rumah bagi para korban dalam waktu 4 tahun! Menganut konsep ‘build back better’ atau membangun kembali yang lebih baik. Maka bidang perumahan dan permukiman pun harus menerapkan hal yang sama. Perumahan yang dibangun, tidak asal bangun, tapi harus rumah yang layak, lebih baik dan tahan gempa.
Darimana dan bagaimana memulainya? Siapa saja yang akan mendapat bantuan? Para korban yang rumah miliknya hancur atau rusak saja kah? Lalu bagaimana dengan para penyewa, yang rumahnya hancur juga? Bantuan seperti apa yang harus diberikan kepada mereka? Akankah si penyewa mendapatkan rumah juga? Lalu si pemilik rumah yang disewa itu bagaimana? Digantikah rumahnya? Dan berbagai pertanyaan yang saling susul menyusul.
Data yang tidak valid dan masih tumpang tindih, adalah kenyataan yang berada di depan mata, dan membutuhkan kerja keras untuk mengurut kembali sehingga data yang tersaji untuk pemenuhan jumlah rumah yang harus dibangun/rehabilitasi adalah sesuai dengan yang dibutuhkan. Agar para korban benar-benar mendapatkan haknya.
Pendataan calon penerima bantuan perumahan dilakukan melalui pendekatan berbasis masyarakat desa, karena merekalah pihak yang paling memahami dan tau persis siapa (korban) yang berhak menerima bantuan serta tempat tinggalnya sebelum terjadi bencana.
Setiap anggota masyarakat yang merasa sebagai korban bencana aktif mendaftarkan diri ke KP4D (Komite Percepatan Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Desa) untuk didata dan diverifikasi serta divalidasi. KP4D merupakan kelompok masyarakat korban di tingkat desa dengan anggota dari unsur2 perangkat desa dan tokoh masyarakat desa terkait. KP4D sendiri melakukan pendataan secara aktif terhadap korban dan kelayakannya untuk mendapatkan bantuan. Hasil akhir proses ini adalah berupa daftar korban yang berhak menerima bantuan perumahan.
Daftar ini kemudian diumumkan di tempat-tempat tertentu sebagai bentuk uji public dan selanjutnya dilaukan rembuk warga dengan melibatkan sebanyak-banyaknya warga masyarakat. Dengan cara ini diharapkan bahwa para calon penerima rumah bantuan adalah benar-benar penyintas dari warga setempat yang dikenal oleh masyarakat luas di desa yang bersangkutan.
Proses ini kemudian diakhiri (jika sudah valid di tingkat desa) dengan finalisasi data yang disahkan oleh geuchik (kepala desa), tuha peut, KP4D dan camat masing-masing wilayah.
Data yang telah dihasilkan ini, kemudian akan diverifikasi lagi oleh petugas dari Komite Verifikasi dan Penertiban Penerima Manfaat Bantuan Perumahan (Komvertib). Komite ini bertugas untuk verifikasi ulang dan penertiban terhadap dugaan-dugaan adanya penyimpangan penerimaan bantuan.
BRR NAD – Nias, memang telah berupaya melakukan tahapan dan verifikasi berlapis, untuk melindungi para korban mendapatkan haknya, dan menghindarkan adanya orang-orang yang mendapatkan apa yang tidak menjadi haknya.
Namun…. Seperti yang telah kita ketahui bersama, banyak temuan mengungkapkan bahwa ada penduduk yang bahkan mendapatkan bantuan rumah yang berlebih! Bahkan ada penerima bantuan yang mendapatkan rumah, padahal dia sama sekali bukan korban tsunami!
How can it be? Siapa yang harus disalahkan? Para pelaku rehab rekon kah? Atau para pendata level desa? Sebagai orang-orang yang paling tau siapa yang korban dan siapa yang bukan?
Tentu sobats dapat menjawabnya sendiri dengan logika. Di tengah kesempitan yang begitu menjepit, masih ada penguasa di level bawah sana, yang tega mengambil kesempatan! Memanipulasi data. Masyaallah.
Lalu apakah BRR tinggal diam menemukan kecurangan-kecurangan ini? Tentu tidak. Para oknum yang terbukti menyalahi aturan (mendapatkan bantuan yang bukan haknya), telah dilaporkan ke kepolisian untuk tindakan lebih lanjut.
BRR dan para pelaku rehab rekon lainnya, tak hanya melibatkan masyarakat desa terkait dalam hal verifikasi data beneficiaries, tapi juga berusaha merangkul masyarakat untuk turut serta dalam berbagai aktifitas lainnya, seperti penataan ruang desa, perencanaan prasarana dan sarana dasar pada kawasan desa, penelusuran status kepemilikan lahan dan peruntukannya, dan aktifitas lainnya. 
Menggunakan pendekatan berbasis pada masyarakat setempat berarti menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam proses perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Dengan pendekatan seperti ini, masyarakat memegang peranan penting untuk membangun kembali desanya yang rusak bahakan hancur. Pendekatan seperti ini diyakini bisa memastikan agar warga punya rasa memiliki pada desanya dan merawat hasil-hasil pembangunan yang dihasilkan oleh desanya sendiri.
Oya sobs, untuk juga sobats ketahui, banyak sekali jenis bantuan yang diberikan dalam bidang perumahan permukiman ini lho. Bukan hanya bantuan pembangunan rumah bagi para korban yang rumahnya hancur oleh bencana ini, tapi bantuan juga diberikan bagi korban yang rumahnya mengalami kerusakan. Besarnya bantuan tentu dipertimbangkan sesuai dengan tingkat kerusakan si rumah itu sendiri. Lalu bentuk bantuan lainnya adalah bantuan yang diberikan bagi para korban, yang adalah pendatang dari luar daerah, yang berstatus sebagai penyewa rumah, yang rumah tersebut hancur atau rusak oleh tsunami. Untuk kasus seperti ini, bantuan diberikan berupa uang tunai (pada awalnya) bagi korban, yang dapat dipakai untuk menyewa rumah lainnya, atau dijadikan DP bagi cicilan rumah di tempat lain. Atau bantuan berupa akan dibangunkan rumah baginya, jika dia memiliki lahan (dimana pun lahan itu berada, sejauh masih di wilayah tersebut).
Berbicara tentang pembangunan perumahan dalam proses rehab rekon bukan perkara singkat. Banyak hal yang harus disampaikan, namun mengingat ini adalah sekilas info, maka aku rasa cukup sekian dulu aja postingan bidang perumahan ya sobs… untuk informasi lebih detil nya, sobats semua bisa membaca buku seri BRR bidang Perumahan yang bisa di akses disini. Informasinya lengkap banget deh sobs disana…. J
Para pelaksana rehab rekon telah berupaya semaksimal mungkin memenuhi komitmennya. Pada April 2009, BRR NAD Nias mengakhiri masa tugasnya, dan menyerah terima kan hasil pekerjaan beserta sisa pekerjaan yang masih harus dituntaskan (yang masih sedikit lagi) kepada pemerintah daerah. Selanjutnya adalah tugas Pemerintah Daerah untuk menuntaskan dan memoles apa-apa yang telah dihasilkan oleh para pelaku rehab rekon, termasuk meniadakan barak.
Sejauh ini, Aceh dan Nias telah jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Khususnya Aceh, kita akan tercengang melihat gedung-gedung sekolah yang telah begitu indah dan berkualitas, termasuk mutu pendidikannya yang telah jauh meningkat. Kita akan tercengang melihat mulusnya jalanan hingga ke jalan desa, akan indahnya tata ruang desa, kecamatan dan kota. Kita akan berdecak kagum melihat kemajuan provinsi yang sempat kehilangan asa karena dihantam tsunami.
Namun, dibalik kesuksesan itu, tentu ada noda yang tak bisa dipungkiri. Seperti pemberitaan bahwa hingga kini, masih ada manusia yang tinggal di barak-barak pengungsi….  Benarkah itu? Berapa persen dibandingkan keberhasilan yang telah dicapai? Dan layakkah menyalahkan pelaku rehab rekon? Bukankah harusnya tugas pemerintah menindak lanjutinya? Menyelesaikan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi menuju rampung kala itu? (2009?). Dan kini? 2012 telah tiga perempat terlalui, masih belum beres juga? Semoga Pemerintah Daerah berkenan untuk klarifikasi ya jika berita itu tidak benar, dan hendaknya menindak lanjuti hingga tuntas jika berita itu benar... 

Yah… semoga dengan pemerintah baru ini, Pemda Aceh dapat menuntaskan pekerjaan yang (sedikit) tersisa ini ya sobs…. Yuk sama-sama kita doa kan yuk…..

Picture taken from here

Sudah beberapa hari ini aku batuk-batuk terus, padahal sejak di Bandung aku sudah coba mengurangi konsumsi aneka gorengan yang begitu menggiurkan lho. J Jangan-jangan ada yang nyebut-2 namaku nih? #Ih, Geer banget yak?
Eits… ternyata beneran lho sobs, ada yang menyebut-2 namaku di blognya. 
Postingan mba Nique adalah tentang acara ‘Kick Andy’ yang sedang menampilkan kisah para pencari keadilan. Sobats bisa lihat langsung di postingan mba Nique deh. Dan paragraf inilah yang membuat aku batuk-batuk sobs…. J
“Pada bagian inilah saya teringat lagi pada masa silam, ketika seorang oknum dilantik oleh Presiden masa itu menjadi pucuk pimpinan tertinggi di satu provinsi. Kasus boleh beda, tapi esensinya sama. Bagaimana orang-orang ini bisa dihargai setinggi itu? Bolehlah kasus yang menimpa kami tak terdengar Presiden masa itu, tetapi yang menimpa warga Aceh ini BUKAN cuma 1-2 orang tapi banyak. Buktinya mereka masih menempati barak-barak yang TERNYATA dibangun oleh NGO-NGO itu di tanah sewaan. Sepertinya mbak Alaika pasti lebih tahu banyak kebenaran kasus ini, karena lama bekerja di NGO toh. Mirisnya, sekarang barak-barak itu dipungut sewanya oleh si pemilik tanah.”
Yup, tak dapat dipungkiri bahwa gempa bumi berskala 9,1 SR yang disusul oleh gelombang dasyat yang menghumbalang pesisir Aceh dan pulau-pulau sekitarnya hingga 6 kilometer ke arah daratan, telah dengan sukses melayangkan 126.741 nyawa manusia, 93,285 orang hilang, 500.000 orang kehilangan hunian, sementara 750.000 an orang mendadak berstatus tunakarya.
Pada sektor privat, yang mengalami 78 persen dari keseluruhan kerusakan, 139.195 rumah hancur atau rusak parah, serta 73.869 lahan kehilangan produktivitasnya. Sebanyak 13,828 unit kapal nelayan raib bersama 27.593 hektare kolam air payau dan 104.500 usaha kecil menengah.
Pada sektor publik, sedikitnya 669 unit gedung pemerintahan, 517 pusat kesehatan serta ratusan sarana pendidikan hancur atau mandek berfungsi.
Selain itu, pada subsektor lingkungan hidup, sebanyak 16.775 hektare hutan pesisir dan bakau serta 29.175 hektare terumbu karang rusak atau musnah.
Kerusakan dan kehilangan tak berhenti di situ saja. Pada 28 Maret 2005, gempa berskala Richter 8,7 mengguncang Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara. Sebanyak 979 jiwa melayang dan 47.055 penyintas kehilangan hunian. Dekatnya episentrum gempa yang sebenarnya merupakan gempa susulan dari gempa 26 Desember 2004 itu semakin meningkatkan derajat kerusakan bagi Kepulauan Nias dan Pulau Simeulu.
Dunia semakin tercengang. Pilu. Tangan-tangan terulur dari segala penjuru dunia. Manusia dari berbagai suku, agama, budaya, afiliasi politik, benua, pemerintahan, swasta, lembaga swadaya masyarakat serta badan nasional dan interasional mengucurkan perhatian, bantuan dan empati kemanusiaan yang luar biasa besar.
Aceh dan Nias berlimpah akan dana. Namun adalah hal yang tidak mudah, melakukan proses membangun kembali permukiman, sekolah, rumah sakit dan prasarana lainnya di atas lahan yang telah porak poranda. Di atas desa yang sebagiannya malah telah terkikis dan bahkan tenggelam dalam lautan. Dan bukan hal yang mudah membujuk masyarakat untuk bersedia di relokasi ke tempat lain karena desanya yang lama sudah tak aman lagi untuk ditempati.
Program pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi) harus pula mencakup upaya membangun kembali struktur sosial di Aceh dan Nias. Trauma kehilangan handai-taulan dan cara untuk menghidupi keluarga yang selamat mengandung arti bahwa program pemulihan yang ditempuh tidak boleh hanya berfokus pada aspek fisik, tapi juga nonfisik. Pembangunan ekonomi pun harus bisa menjadi fondasi bagi perkembangan dan pertumbuhan daerah pada masa depan.
Sungguh sebuah usaha yang tidak mudah. Apalagi di Aceh, yang tantangan dan kendalanya menjadi berlipat. Pasalnya, selama 30-an tahun, bagi sebagian masyarakat di Aceh, sikap anti-Pemerintah Indonesia atau antimiliter bukan isapan jempol belaka. Hal mana yang akhirnya membuahkan kondisi  yang kurang menguntungkan, sehingga dibutuhkan pendekatan tersendiri dan khas. Konflik pula lah yang pada akhirnya berperan membuat Aceh – daerah kaya hasil bumi – menjadi kawasan tertinggal dan miskin.
Lain pula halnya dengan Kepulauan Nias, yang minus konflik separatis, namun derajat ketertinggalan dan kemiskinannya malah lebih memprihatinkan. “Takdir” sebagai wilayah terluar Indonesia secara geografis telah menempatkan Nias sebagai kawasan yang terpinggirkan. Akibatnya, akses terhadap pengembangan social-ekonomi menjadi terbatas, tertinggal dan hampir ‘terlupakan’.
BRR NAD – Nias, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 2 Tahun 2005 yang kemudian dikukuhkan sebagai Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2005 diberi mandate untuk memimpin proses rehabilitasi dan rekonstruksi (pemulihan) Aceh – Nias pasca tsunami. Maka, dengan bahu membahu dan bekerjasama dengan lebih dari 350 lembaga swadaya masyarakat pelaksana proses rehab rekon lainnya, lembaga ini pun memimpin proses rehab rekon di kedua kawasan yang tertimpa bencana tersebut. Mencoba memberikan yang terbaik.
Namun….. serangkaian kelemahan sudah pasti dimiliki berbagai lembaga ini. Dan wajar donk, mengingat mereka diutus bukan untuk membangun real estate, yang lahannya memang telah tersedia, dan layak and ready to build. Mereka dikirim ke arena  yang telah porak poranda, dengan kondisi masyarakat yang sedang kehilangan asa. Tanpa ‘peta’, tanpa ‘kompas’.
Kritik berhamburan di sana sini. Sebagian rumah yang dibangun belum ditempati penyintas, sementara masih saja ada penyintas yang seolah tidak mau meninggalkan barak.
Para penghuni barak berkeras untuk tidak pindah dengan alasan rumah yang disedikan belum sesuai dengan keinginan mereka atau kebiasaan setempat. Listrik dan sanitasi belum tersedia, permukiman pun jauh dari tempat mereka biasa mencari nafkah. Selain itu, ada sejumlah penyintas yang dengan penuh harap menanti-nanti agar permohonan dana bantuan rehabilitasi rumah diluluskan BRR seperti dan sebesar yang mereka minta.
Harian Kompas bahakan pada 16 Januari 2009 menurunkan berita bahwa ada 2000-an KK yang belum menerima rumah di Aceh Barat dan Banda Aceh hingga akhir 2008. Data BRR sebaliknya menunjukkan bahwa saat itu total yang belum memperoleh rumah di Aceh pada akhir 2008 adalah 346 KK. Itupun seluruhnya telah memiliki alokasi rumah yang sedang dan siap di bangun dalam dua-tiga bulan. Lalu siapa sebagian besar dari 2000-an KK tadi? Hasil verifikasi yang dilakukan BRR menunjukkan bahwa banyak di antara mereka yang ternyata mengaku sebagai ‘korban tsunami’ dengan harapan memperoleh rumah gratis.
Pro dan kontra adalah hal yang lumrah terjadi dalam setiap lini kehidupan. Dalan setiap lapisan persoalan. Begitu juga dengan proses rehab-rekon Aceh – Nias pasca tsunami. Adalah hal ideal jika mampu mencapai kinerja 100 persen. Namun dimana sih hal ideal bisa diwujudkan dalam keadaan nyata?
Bagi para pelaksana rehab-rekon, adalah hal yang lumrah jika capaian yang berhasil diraih 95 persen, namun yang dipermasalahkan adalah justru 5 persen, Itu adalah hal yang sangat manusiawi. Dan tidak menjadikan itu sebagai aral pematah semangat dalam melanjutkan proses rehab-rekon.
Pihak yang terlibat sedemikan bervariasi. Masing-2nya memiliki persepsi dan opini yang berbeda. Dengan belasan ribu proyek yang dikelola badan ini – dalam rentang waktu yang sama dan dimulai hampir bersamaan – cukup mudah bagi siapa saja untuk mengambil ‘manfaat’.
Pertanyaan yang lebih mendasar; masih adakah hikmah yang dapat dipetik, baik dari yang 95% maupun yang 5 % itu?
Sobats…. Postingan ini sudah terlalu panjang dan mungkin sudah cukup membosankan, untuk itu, akan segera aku akhiri dulu dengan mengutip kalimat dari kepala Badan Pelaksana BRR NAD – Nias, Bapak Kuntoro Mangkusubroto, yang sering beliau pakai untuk menenangkan kami, para staffnya yang down oleh cercaan/kritikan pedas yang sering hinggap kala kami sedang bekerja.
“Bekerja untuk para penyintas bukanlah perkara mudah. Ini bukan seperti pekerjaan membangun real estate, yang kita masuki dari nol dan dapat memulainya dnegan rapi dan sistematis. Pasalnya, membangun suatu kawasan yang telah hancur oleh bencana alam berbeda dari konstruksi pada galibnya. Kehancuran yang terjadi sedemikian menyeluruh sehingga BRR tidak dapat membangun bermodalkan perencanaan yang runut. Segala sesuatu, rumah, jalan, jembatan, pelabuhan, sekolah, pasara, apa pun – perlu dibangun secara bersamaan, secara parallel.
Orang yang mencari rumah real estate adalah orang-orang yang bahagia. Sedang yang kita bantu adalah orang-orang yang kehilangan pasangan hidup, anak, orang tua dan rumah. Secara kejiwaan, para penyintas berada dalam kondisi tidak seimbang. Tidak mudah menebak kemauan mereka, yang senantiasa berubah. Sudahlah, lakukan saja. Kita tidak kehilangan anak istri, tapi mereka? Yang kita bantu memang orang-orang yang sedang kesusahan”.
Well sobs…. Mudah-mudahan postingan ini dapat memberikan sedikit gambaran tentang situasi rehab-rekon pasca tsunami di Aceh dan Nias…

Nantikan kisah lanjutannya di postingan selanjutnya yaaa…. J
Sumber informasi:
http://www.scribd.com/doc/91932961/Seri-Buku-BRR-Buku-1-Kisah




Tulisan ini hanya berupa catatan penting seorang ibu dalam rangka mendokumentasikan momen demi momen berharga yang mengisi kehidupannya dan sang buah hati. Dan karena My Virtual Corner adalah sebuah blog yang juga merupakan diary online of mine, maka postingan berikut didedikasikan untuk meng-abadikan sebuah peristiwa sederhana yang bagiku dan Intan sih rasanya sangat istimewa...
Namun, tetap sih, Sobs, harapanku postingan ini dapat menjadi sajian manis penyambut kedatangan sobats ke rumah maya tercinta ini, yang karena satu dan lain hal, membuat diriku tak berkesempatan untuk mengisinya dengan postingan-postingan berharga seperti biasanya... (halah... yang bener ajaaa? emang postingan biasanya berharga gitu? hihi)
Well Sobs, yuk lanjut yuk….
Jumat, 31 Agustus 2012,
malam hari sekitar pukul 19.30 wib.
Intan terus saja menguntit pergerakanku hingga membuatku sulit melepaskan diri. Berpindah ke meja makan, eh dia ngekor kesana, walau tangannya tak lepas ketak ketik di BB nya. Terpaksa aku pindah lagi ke ruang TV sambil menenteng Macsy (laptop mungil kesayangan). Ih, gimana mau lanjut design kartu ultahnya kalo anaknya terus-terusan menguntitku? Bisa-bisa ga surprise lagi dunk ntar. Padahal aku udah acting bahwa seolah-olah aku lupa besok adalah tanggal 1 September, yang adalah hari ulang tahunnya Intan.
Dan dari sore terlihat putri tercinta ini sedikit manyun, melihatku yang cuek dan sepertinya nothing will be happen for surprising her birthday. Kecewa, terselip di wajah mungilnya. Awan kelabu itu tak mampu dia sembunyikan dan aku membiarkannya saja agar rencana tengah malam nanti berlangsung sukses.
Akhirnya Allah memberikan jalan juga agar Intan dapat lepas dariku dan membuatku leluasa mendesign kartu ultah untuknya. Jalan ini adalah melalui panggilan ayahku, agar aku masuk ke kamarnya, dan membantunya sebentar mempermanis power point yang berisi presententasinya di acara beliau besok.
Mendekam di kamar ayah, membuatku tenang menyelesaikan kartu yang tak seberapa indahnya itu sih… apalagi mengingat hari telah malam, dan aku masih harus keluar rumah untuk beli kue tart mungil for the surprise.
Dengan alasan harus ketemu teman yang baru sampai dari Jakarta, dan ketemunya dalam suatu rapat di Hermes Palace hotel, maka Intan pun ga neko-neko. Hanya berpesan agar aku hati-hati di jalan dan jangan pulang larut malam. J
Sebuah tart super mungil dan sebuah lilin kecil pun berpindah ke tanganku dari my-Bread bakery. Tinggal bagaimana menyelundupkannya ke dalam rumah nantinya….  Beberapa belanjaan berupa roti tawar dan aneka kue lainnya pun aku sertakan untuk mengkamuflase si kue tart, agar tak langsung keliatan Intan saat aku masuk ke rumah nanti.
Dan Alhamdulillah, tak lebih dari jam  21.00 wib, aku sudah tiba di rumah kembali. Lengkap dengan alat perang yang aku selundupkan dengan leluasa karena putri tercinta sudah masuk ke kamar dan asyik dengan lappie nya sendiri.
Kubujuk dia untuk tidur lebih cepat (agar nanti jam 12 teng bisa aku bangunkan untuk surprise nya), eh anaknya malah minta perpanjangan waktu. Ternyata Intan sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Duh… gimana ini kalo jam dua belas belum selesai? Bisa gawat! Ga sempurna donk surprisenya….
Terpaksa aku turun tangan membantunya. Bekerja di dua laptop. Intan lanjut di lappie nya dan aku di Macsy, membantu mencari bahan-bahan yang dibutuhkan Intan. Hingga akhirnya jam 22.36 wib, pekerjaan rumah itu selesai. Kubujuk Intan untuk segera shalat Isya dan kemudian kami pun tidur. Terpaksa aku berpura-pura ngantuk berat, dan ingin tidur bareng Intan di bed nya.
Alhamdulillah, permata hati itu tak butuh waktu lama untuk terlelap. Seperti juga aku. Tapi tenang sobs! Untuk keamanan, aku sudah setel alarm agar tidur kami tak kebablasan. Berdua kami tidur lelap saling berpelukan dalam damai. Bermimpi indah dengan cerita masing-masing lah pastinya… hehe. Hingga kemudian, alarm itu berbunyi nyaring. Dan menjadi teramat nyaring karena menjerit di tengah keheningan malam.
Yup, 23.45 wib, aku punya waktu 15 menit untuk ke dapur, buka kulkas, ambil kue tart dan nyalakan lilin serta memposting ucapan selamat ultah dan kartu ultah di fb Intan tepat pd jam 12 teng nanti.
Suasana begitu hening, karena sebenarnya di keluargaku, sama sekali tak ada tradisi merayakan hari ulang tahun. Hari istimewa ini lewat dengan begitu saja, tanpa ucapan selamat secara khusus apalagi tiup lilin segala. Paling banter, di malam hari ulang tahun, ayah dan umiku akan berucap, ‘wah hari ini kakak (aku), atau adek…. (menyebut nama adikku yang ber-ultah) ulang tahun, semoga panjang umur, sehat selalu dan jadi anak yang soleh/solehah…. Murah rezeki dan sukses selalu, amin.’ Hanya itu.
Makanya malam ini, sengaja ayah, umi dan Rizal (adikku) tak aku libatkan dalam kejutan ultah untuk Intan ini. Bergerak sendirian, kupersiapkan kejutan sederhana bagi putri tercinta ini. 
Banyak hal yang menggerakkan aku untuk memberikan kejutan ini baginya. Pertama adalah karena Intan adalah putri tercinta. The only princess I have. Kedua adalah karena Intan sendiri adalah anak yang paling care terhadap orang tuanya (aku terutama), yang sering sekali memberikan kejutan di hari ulang tahunku. Ketiga adalah agar hatinya tak terluka, mengingat dan yakinnya hatiku, bahwa di ultahnya kali inipun, sang ayah pasti akan lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun putri satu-satunya itu. Keempat, karena Intan memang layak mendapatkan kejutan ini.
So….. here is the surprise!
Selamat Ultah dan kartu ucapan hasil kreasi sendiri, posted on Intan’s facebook.    


Masih dalam kantuk yang luar biasa, mata itu terbuka dan setengah enggan bangkit dari tempat tidur, dan bola mata itu bersinar dan senyumnya merekah menatap sebuah tart super mungil dihiasi sebuah lilin yang tak kalah kecil, bertengger dan menerangi kegelapan...
Setelah kusyuk berdoa, lilin itu pun dipadamkan Intan dengan senyum bahagia..... 
Keesokan paginya, postinganku di facebook pun berbalas... :)
Hanya ini yang dapat Umi berikan dihari ulang tahunmu nak, semoga engkau selalu sehat dan senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT... menjadi anak yang solehah, cerdas dan berguna bagi siapapun... amin.

Well sobs...semoga postingan ini dapat menjadi bacaan ringan bagi sobats semua yaaa.... trims telah berkunjung dan semoga diriku bisa segera aktif menulis lagi... kangeeeen tau! 


Eh iya, selamat bermalam minggu dan have a great nite yaaa...


Saleum hangat dari Bandung.
Bergurat kesedihan menyayat hati...
Walau burung besi ini BELUM membawaku pergi..
Kurindu engkau wahai permataku..
Walau baru seperempat hari kita dipisah waktu...

My dear Diamond,
I am away is not for a good bye. Just being there for temporary...
Be my good good girl as usuak, and keep being patient and smart my dear..

Mom's love is only for you, as always! :)
Umi berangkat dulu ya nak.. :(

Huft, kok rasanya jadi cengeng seperti ini ya? Padahal bukan sekali ini saja Intan aku tinggal pergi. Tapi kok kali ini rasanya begitu berat. Ada rasa perih yang menyayat saat "saying good bye" tadi pagi. Saat putri tercinta turun dari Gliv dan memasuki gerbang sekolahnya.

Nak, Umi pergi ga akan lama, hope to come back soon to take u with me..

@coretan sendu menanti boarding time.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Pesan Google agar Aman nge-Job Review dan tetap Terindeks
  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • It's Me!
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak
  • Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • KETIKA OTORITAS ALLAH DIAMBIL ALIH

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes