My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty

Setelah menelurkan (jiaaaaah, kayak ayam aja bertelur) postingan panjang tadi malam, maka, kali ini aku ingin share postingan singkat yang baru saja terjadi di meja makan.

Para aktor dan aktrisnya adalah:

1. Alaika (udah pada kenal donk??y hehe

2. Kakek (Ayahnya Sri, sepupuku)

3. Nenek (Ibu barunya Sri, ibu kandung Sri telah meninggal dunia dua tahun lalu)

4. Nayla (putri bungsu Sri, umur 4,5 tahun)

5. Sri (Mama Nayla, alias adik sepupu Alaika).

Nayla adalah balita centil, gesit dan super aktif plus cerewet. Obrolan santai yang sedang mengalir damai berubah panas mengejutkan ketika si centil dengan penuh semangat berceloteh...

Nayla: Kek, kakek udah tua kan?

Kakek: "Iya donk" sambil melanjutkan suapan nasi ke mulutnya..

Nayla: "Nenek juga sudah tua kan.?"

Nenek: "Iya sayang, nenek dan kakek sudah tua, kenapa nak?"

Alaika dan Sri mulai kuatir, curiga tapi penasaran akan kelanjutan kalimat Nayla.

Benar saja sobs!

Nayla: "kalo kakek dan nenek sudah tua, kenapa menikah lagi?"

What?? Oh my God. Refleks kaki Alaika beraksi di bawah meja, mencari kaki Sri, yang tergagap mendengar celoteh Nayla.

Beberapa detik semua orang dewasa di meja makan itu terdiam. Terpana. Lalu kakek segera berucap,

"ayo makan..ayo makan!" Mencoba mengalihkan pembicaraan..

Notis:
Anak-anak jaman sekarang tak lagi seperti jamanku dulu. Anak2 sekarang sangat cerdas dan kuat daya ingatnya. Percakapan yang (mungkin) sering didengarnya di Sinetron, atau obrolan orang dewasa di sekitarnya, akan disave rapi di memory, lalu pada suatu ketika, akan keluar tanpa diduga dan membuat orang-orang dewasa tertegun.

Pembelajaran:
Bijaksanalah dalam berbicara dan berbuat, karena mata malaikat kecil itu melihat, mendengar dan menyimpan rapi di memori mereka untuk diucapakan kembali, untuk juga ditiru...

Anak-anak adalah peniru kelas kakap.

Saleum,
Alaika
Powered by Telkomsel BlackBerry®


Ini adalah tulisan 'buka-bukaan'. Ditantang oleh sebuah giveaway yang diselenggarakan oleh seorang sahabat blogger, untuk menuliskan cerita tentang masa lalu, kini dan nanti. Sebuah cerita atau kisah yang aku yakin bahwa tak semua orang mampu dan berani mengungkapkannya. Lalu, kenapa aku berani mengungkap kisah diri, yang belum tentu menginspirasi? Hehe.
Ya, karena..., Alaika gitu lho! Haha. 
Ga denk, karena ingin berbagi aja, siapa tau ada satu atau dua baris yang bisa dijadikan pembelajaran bagi Sobats yang membaca artikel ini. 
Well, mari kita mulai, yuk!

Masa lalu

Terlahir sebagai anak pertama yang baru beroleh adik saat usiaku memasuki tahun kelima, membuat kehidupan masa balitaku (di kampung) kesepian. Apalagi ibuku yang perfectionist dan sangat menjaga putri 'cantiknya' ini agar tetap bersih dan hygienist, membuat diriku jarang berhasil lolos untuk ikutan bergabung dengan bocah-bocah seusia yang asyik bermain tanah di halaman rumah. Yang bermain pasir atau main boneka-bonekaan di atas pasir atau tanah kering di lapangan tak jauh dari rumah. Selaluu saja ketahuan jika aku sejenak saja menikmati indahnya bermain debu dan pasir yang begitu menjanjikan kebahagiaan itu… huft! Memulai masa kecil di kampung halaman, nun jauh di salah satu desa di Kabupaten Pidie, Aceh, membuat aku tidak berkesempatan mengenyam pendidikan di Taman Kanak-kanak, karena saat itu Taman Kanak-Kanak belum masuk desa. Jadi pendidikan pertama yang aku peroleh adalah langsung ke Sekolah Dasar, dan itupun sulit banget bagiku untuk menyukai kegiatan yang satu ini.

Bersekolah bagiku adalah beban berat! Aku sangat pemalu!!Dua kisah paling malu-maluin dapat Sobats baca di sini.

Sifat pemalu tingkat dewa itu berhasil juga terkikis secara perlahan, berkat upaya keras ayah bunda, yang mencoba mem-baur-kan aku dalam berbagai kegiatan kantornya, yang melibatkan anak-anak. Atau selalu membawa aku melihat keramaian, memancing keberanianku untuk mencoba ikutan berbaur dalam keramaian itu, berinteraksi dengan para sepupu dan kerabat, dan berbagai usaha lainnya. Sehingga si gadis kecil pemalu itu, lambat laun mampu keluar dari istana putri malunya, dan berani menyapa dunia.

Memiliki tiga adik yang semuanya laki-laki, juga adalah pendukung perubahan sikap pemalu itu. Begitu mereka bertumbuh menjadi bocah-bocah kreatif yang bisa diajak bermain, mulailah kami menjadi satu team yang solid, yang siap mengalahkan lawan. Si gadis pemalu pun kemudian beranjak menjadi gadis tomboy, yang sempat bikin ibundanya kuatir karena tak pernah sekalipun mau menggunakan pakaian yang feminine. Mau jadi apa putrinya ini?

Pembawaan tomboy dan senang berteman dengan teman laki-laki, terus terbawa hingga aku memasuki perguruan tinggi. Jurusan yang aku pilih, otomatis menempatkan aku sebagai kaum minoritas (dilihat dari sisi gender) yang menyenangkan di kampus. Saat itu, tahun 1989, dari 80 orang mahasiswa baru di jurusanku, hanya ada 11 orang ceweknya..., sementara 69 personil lainnya adalah kaum cowok. Kebayangkan? 11 cewek ini otomatis menjadi wanita-wanita cantik (ya iyalah, masak ganteng?) yang menyemarakkan ruang kuliah, membangunkan semangat kebersamaan dan keceriaan kaum mayoritas tentunya.

Kami, sebelas wanita cantik ini pun menjadi sangat disayang oleh kaum mayoritas kami, selalu dibela jika ada cowok dari kampus lain yang mencoba iseng. Yup, bersekolah di Fakultas Teknik itu sangat menyenangkan lho, Sobs. Para cowok sangat memanjakan dan menyayangi kami, bunga-bunga yang memang jumlahnya sangan minim. Hehe.

Masa laluku yang terhitung sangat indah dan penuh warna cerah, mulai terkontaminasi oleh warna kelabu yang kian meng-abu-abu, sejak benda abstract bernama cinta menghampiri. Ditembak kakak kelas yang tampan dan baik hati, adalah hal yang sangat menggembirakan, walau sebenarnya aku sendiri ga tau persis apakah aku juga mencintainya. Tapi enak aja sih rasanya punya pacar. Ada rasa bangga gimanaaa gitu…. Hehe. Namun cinta ini bukan hanya butuh perjuangan oleh hatiku untuk menumbuhkan rasa cinta ini untuknya, tapi juga butuh perjuangan lain yang lebih besar, karena orang tuaku sangat tidak setuju aku pacaran, dengan siapa pun.

"Fokus kuliah wae, ojo neko-neko!" Kata ayahku, tentu saja dalam bahasa Aceh.

Cinta kami kemudian berjalan indah namun tertatih. Kami berusaha untuk mempertahankan cinta ini karena merasa sudah saling seiya sekata, dan dengan satu tekad, ingin menunjukkan pada ayah bundaku bahwa dia adalah calon yang sangat cocok dan pantas untuk aku. Putri satu-satunya ini. Namun apa hendak dikata, Sobs, ternyata cinta yang penuh perjuangan itu harus karam karena nahkoda tak hendak meneruskan pelayaran. Kehendak sang bunda jadi alasan utama si dia untuk melempar sauh dan menghentikan perjalanan. Kecewa? PASTI. Terluka? TENTU. Lalu berhentikah kehidupanku karenanya? TIDAK. Justru aku bersyukur dengan kenyataan itu, karena terbukti nahkodaku bukan seorang laki-laki yang tangguh. Tak sedikitpun aku percaya bahwa alasan utamanya adalah karena titah sang bunda. Kupercaya bahwa kapalku karam karena nahkoda ingin berpindah haluan.

Lalu? Apa langkahku selanjutnya? Hari pertama dan kedua, kupecahkan tangis di dalam bantal dan guling (agar isakannya teredam adanya). Hari ketiga kupaksa hatiku menghadapi kenyataan. Mensugesti diri bahwa cinta ini tak guna ditangisi. Tak hendak kurusak hati ini menangisi seorang laki-laki cemen. Kulatih diri menghadapi kenyataan dan melanjutkan kehidupan. Susah? SANGAT, apalagi kami satu kampus dan sering kuliah bersamaan. Huft. Susah banget, Sobs, masa-masa itu. Sulit meredam kepiluan hati ini, sulit menghalau air mata yang begitu sering ingin menyeruak.

Tapi keyakinan yang kuat bahwa ‘the show must go on', berkat bantuan Allah, berhasil juga kuhadapi semua prahara dan melanjutkan kehidupan.

Cinta keduaku adalah ayahnya Intan. Terjatuh (buah kali terjatuh, hehe) dengan tidak sengaja. Mengalir dari sebuah persahabatan. Menjelma karena kebersamaan dan rasa kasihan (semoga dia tidak membaca ini, hihi). Terulang kembali sebuah cinta backstreet, dan kembali diriku menjadi pembangkang bahkan akhirnya dicoret dari anggota keluarga dan tidak diperkenankan menggunakan nama Abdullah lagi di belakang namaku karena nekad menikah tanpa restu orang tua (sangat tidak layak untuk ditiru nih,  Sobs!). 

Merantau ke Medan bersama suami pilihan, membuatku menghadapi kenyataan baru. Hidup ini tidak gampang ternyata, Sobs. Jika selama ini aku menjadi anak emas yang tak kurang suatu apa, kini aku harus menghadapi kenyataan. Tak ada lagi nasi yang terhidang di atas meja, tak ada lagi pakaian rapi telah tersetrika. Semua harus dikerjakan sendiri. Lebih parah lagi, harus dicari sendiri. Harus kukelola sendiri. Apa yang mau dikelola? Uang saja belum punya…, hiks. 

Teringat kata ayahku, bahwa warisan paling berharga yang akan beliau wariskan kepada kami adalah PENDIDIKAN, bukan materi yang lain. Kini terbukti benar adanya. Warisan ayahku ini, gelar Insinyur Teknik Kimia, membuat sebuah posisi di salah satu perusahaan swasta pun berhasil aku dapatkan, tentu setelah melewati aneka interview dan perjuangan lainnya. Ayah Intan juga berhasil mendapatkan kontrak kerja baru dan kamipun memulai episode hidup prihatin, karena walau berposisi mentereng, jangan sangka gaji besar akan kita dapatkan. Apalagi jika perusahaan itu adalah milik kaum bermata sipit, di kota Medan pula, bisa dibayangkan sendiri betapa mereka meminimalisir gaji pribumi demi meningkatkan profit. Gajiku saat itu, Maret 1996 masih berada di rate 250 ribu rupiah perbulan. Memang sih, masih dalam lingkup UMP (upah minimum provinsi).

Satu pelajaran yang sangat bernilai yang aku petik dari akademi kehidupan yang aku jalani adalah bahwa faktor restu orang tua adalah berbanding lurus dengan faktor rezeki. Maka jangan harap pintu rezekimu akan terbuka lebar jika restu orang tuamu belum mengalir. Jikapun rezeki itu ada, mengalir deras, percayalah, dia tak ubahnya bagaikan rezeki harimau, yang deras masuk tapi deras juga keluarnya. Itu yang aku rasakan selama 9 tahun hidup dalam ‘pengasingan’ (terbuang dari keluarga).

Titik Balik (transisi masa lampau ke masa kini)

Sengaja aku menyebut posisi ini sebagai titik balik. Karena di posisi inilah titik balik kehidupanku dimulai. Doa panjang tiada henti, tiada lelah, yang berkelanjutan aku lantunkan dan pinta pada Ilahi Rabbi akhirnya berbuah manis. Walau harapanku..., bukan dengan cara tragis ini harus aku dapatkan. Namun aku percaya, segala sesuatu pasti akan ada hikmahnya. Doa panjangku agar terbuka kembali pintu hati Ayah Bunda, dijabah Ilahi Rabbi melalui sebuah bencana dasyat yang melanda kampung halaman.

Gempa besar yang mengguncang Aceh, mengundang gelombang maut bernama cantik, Tsunami, menggulung dan meluluhlantakkan apa saja yang berada di atas bumi Iskandar Muda. Termasuklah daerah tempat tinggal Ayah Bundaku. Yang Alhamdulillah, walaupun gelombang itu dengan kejam merendam dan menghancurkan sebagian rumah kami, namun Allah masih memberikan umur panjang dan kesehatan bagi keduanya serta adikku untuk melanjutkan kehidupan.

Pencarian panjang yang aku mulai di hari kedua tsunami, langsung setelah kakiku menjejak bumi yang telah porak poranda itu, berbuah hasil yang begitu membahagiakan di hari kelima pencarian. Tepat di tanggal 1 Januari 2005, pintu baja keping hati ayah bunda ku terkuak. Subhanallah, Alhamdulillah. Sungguh Engkau Maha Berkehendak ya Allah….

Pelukan hangat ibuku kala mengangkatku bangkit dari sujud di kakinya, sungguh membuat momen dan rasa bahagia itu abadi bersemayam di lubuk hati ini… Indah, mengharukan dan tak terlupakan. Pelukan welcome back dari ayahanda juga merupakan hadiah terindah di tahun baru 2005 itu. It’s so sweet. Semua akan indah pada waktunya. Aku percaya itu karena aku telah membuktikannya.

Maka, 1 January 2005 tak hanya merupakan tahun baru bagiku, tapi juga adalah titik balik dalam kehidupanku. Titik di mana kehidupanku mulai berjalan indah dan menakjubkan.

Seperti yang aku katakan di atas Sobs, aliran rezeki adalah berbanding lurus dengan restu orang tua, maka aku telah membuktikannya bahwa itu benar sekali. Setidaknya itu berjalan sempurna bagi kehidupanku.

Rencana awal kembali ke Aceh adalah untuk menemukan orang tuaku, membantu proses recovery rumah tempat tinggal ayah bunda, eh ternyata berbuntut panjang dan menyenangkan. Sebuah tawaran untuk bekerja di sebuah lembaga kesehatan internasional (Medical NGO) yang kala itu sedang intensif membantu proses tanggap darurat/emergency response terhadap para korban bencana, menghampiriku tanpa disangka-sangka. Sungguh tawaran menarik yang tentu tak mungkin aku lewatkan begitu saja. Berkesempatan untuk turut andil dalam proses penyembuhan/recovery Aceh paska tsunami adalah kesempatan emas untuk menunjukkan baktiku pada pertiwi. Ditambah pula dengan kompensasi gaji ber skala international, sungguh suatu bonus tak terfikirkan sebelumnya.
Maka mulailah aku menapaki kehidupan yang mulai bersinar terang. Jika siang mentari bersinar cerah, maka malam harinya bintang gemintang serta rembulan setia membagikan cahayanya. Hidupku damai, indah dan 'berduit'. Alhamdulillah.

Allah Maha Tau apa yang terbaik bagi makhlukNya. Aku yakin sekali akan hal itu. Begitu juga saat aku mencoba mengatasi kemelut yang melanda rumah tanggaku dengan ayahnya Intan... kira-kira dua tahun setelah kami diterima kembali oleh ayah bunda. Kucoba untuk mengkaji ulang secermat mungkin. Menganalisa setepat-tepatnya untuk menemukan solusi terbaik. Namun hasil analisa SWOT yang aku lakukan dengan cermat, membuatku mengambil keputusan. Tak mungkin melanjutkan pelayaran dengan nahkoda yang tak lagi sepaham. Kuputuskan untuk menurunkannya di sebuah pelabuhan dan mulai mengambil alih kemudi. Bahtera ini tak boleh karam, ada penumpang kecil yang butuh garansi untuk sampai dengan selamat di tujuan. Maka kuteruskan pelayaran dengan gagah berani, karena kuyakin sepenuhnya bahwa Ilahi Rabbi senantiasa bersama kami.

The show must go on, dan sekali lagi terbukti bahwa restu ayah bunda adalah berbanding lurus dengan aliran rezeki. Setidaknya bagiku. Bermula dengan Northwest Medical Teams, sebuah medical NGO asal Portland, Oregon yang sedang bantu Aceh paska tsunami, aku terjun menjadi pekerja kemanusiaan, yang bekennya disebut dengan humanitarian worker. Dari seorang chemical engineer yang berkecimpung dalam laboratorium (quality control) aku dilatih untuk bisa membantu proses trauma healing para korban tsunami. Subhanallah. Sungguh ilmu baru yang sangat berharga aku dapatkan, ketika seorang konselor asal Amerika didatangkan untuk mentraining kami, para staf nasional yang akan diperbantukan pada program ini.

Waktu bergulir dan aku pindah ke lembaga lainnya, karena masa emergency telah selesai dan mulai beralih ke development program. NGO tempatku bekerja selesai masa tugasnya dan bersiap kembali ke Portland. Sungguh suatu keberuntungan yang luar biasa bagiku, berkesempatan untuk bergabung di sebuah lembaga raksasa yang dibentuk oleh Presiden RI, SBY, bernama Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias (BRR NAD-Nias), dengan masa tugas 4 tahun. Kesempatan emas ini tentu tak aku sia-siakan. Gaji yang semakin menanjak tentu adalah penyemangat utama dalam menjamin totalitas dan loyalitas pada pekerjaan. ☺

Komplitnya tugas BRR NAD-Nias, kemudian aku berpindah ke sebuah NGO International yang khusus bergerak di bidang pemberdayaan para penyandang cacat. NGO asal Perancis ini bernama Handicap International, dan kiprahnya sungguh membuka mata dan hatiku. Bahwa betapa selama ini kita telah memandang sebelah mata kepada para penyandang cacat.

Subhanallah, beri berkah-Mu bagi lembaga2 yang masih peduli pada bidang yang satu ini ya Allah. Kebahagiaan tersendiri beroleh kesempatan untuk bergabung di NGO ternama ini. Batinku yang mulai matre, hehehe, ternyata bisa dengan mudah berkompromi, oke-oke saja ketika si bos (yang mewawancaraiku saat itu) mengatakan bahwa mereka tak sanggup membayar gajiku sebanyak yang biasa aku dapatkan di tempat yang lama (BRR NAD Nias). Mereka hanya mampu memberiku kepala 5 saja, adalah sepertiga dari yang biasa aku dapatkan. Apakah aku menerimanya karena tidak ada lowongan lain? Kutanya hatiku, ternyata bukan, Sobs. Panggilan batin untuk menyelami pekerjaan yang satu ini, yang begitu kuat memanggilku untuk sedikit menyumbangkan sumbangsihku bagi para penyandang cacat atau kerennya disebut people with disability.

Baru saja mengemban tugas sebagai Project Manager di kantor ini, tawaran lain yang begitu memanggil batin pun menyampiri. Tak dapat kupungkiri, tawaran inipun begitu menggoda. Kapan lagi mau masuk ke lembaga PBB jika tidak saat mereka membuka pintu. Maka dengan berat hati, setelah menimbang berulang-ulang, dan hasilnya tetap itu-itu lagi, akhirnya kulayangkan surat pengunduran diri pada bosku, memohon agar aku diijinkan meninggalkan jabatan yang baru beberapa bulan aku emban.

Pimpinan yang bijaksana itu, seorang Italiano, akhirnya melepas aku dengan berat hati. Namun sejujurnya dia akui, aku telah mengambil langkah yang tepat. Masuk lembaga PBB adalah impian hampir setiap insan pekerja kemanusiaan. Selain gajinya yang begitu ‘wow’ dan ‘wah’, juga akan mendongkrak curriculum vitae kita. Yang mana CV ini adalah modal atau nilai jual kita saat melamar pekerjaan.

Maka kemudian aku beralih ke salah satu badan di Lembaga PBB, dan bergerak di unit khusus bertajuk Tsunami Recovery Waste Management Program (TRWMP). Disinilah aku kemudian, berkecimpung di bidang pengelolaan persampahan, bekerjasama dengan dinas kebersihan beberapa kabupaten dan kota di Aceh dan Nias. Mencoba memberikan peningkatan kapasitas para eksekutif maupun legislative daerah agar lebih aware akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan benar, demi menggapai masyarakat yang sehat dan cerdas, serta kota/kabupaten yang bersih dan hygienist.

Tak terasa tujuh tahun telah berlalu, bahkan hampir memasuki tahun ke delapan. Akankah aku terus berkecimpung di dunia menyenangkan ini? Jika melihat pemasukan yang ditransfer ke rekening setiap bulan sih, aku akan jawab IYA. AKU INGIN.

Tapi aku memberanikan diri untuk menjawab TIDAK. AKU TIDAK INGIN selamanya menghabiskan waktuku dalam ritme kerja yang begitu dinamis. Tiada henti bahkan bisa dikatakan nonstop. Memang sih income yang diberikan seimbang dengan tenaga dan pemikiran yang kita donasikan. Tapi ADAKALAnya, RUPIAH tak lagi menjadi tolok ukur sebuah kebahagiaan.
Itu yang aku sadari, Sobs, dan karenanya, aku begitu bahagia saat kontrakku berakhir. Kuyakini batinku bahwa inilah saat yang aku tunggu-tunggu untuk memasuki masa kini dan masa depan.

MASA KINI

Berakhirnya masa kontrak di UNDP pada akhir 2012, membuatku bernapas lega. Aku begitu mencintai dunia menulis dan sungguh jatuh hati pada blogging. Menulis adalah terapi jiwa, yang tak hanya menyejukkan dan mengasah pemikiran, namun juga bikin hati bahagia. Aku merencanakan untuk break dulu dari dunia kerja kantoran, dan ingin ambil kursus tentang trading, plus memperdalam dunia tulis menulis. Singkat cerita, aku begitu bahasa dengan berakhirnya kontrak kerja di UNDP, karena melihat peluang untuk benar-benar menikmati dunia online yang begitu menggugah hati. Namun di sisi lain, tentu ada kesedihan karena konsekuensi dari 'tidak lagi bekerja kantoran' ini adalah 'tidak ada lagi transferan bulanan alias gajian'. Hehe. Beberapa tahun aku menikmati indahnya dunia tak bekerja kantoran, walo sebenarnya aku masih sering diminta untuk membantu teman atau kolega dalam menyelesaikan proposal, laporan dan semacamnya, untuk project-project yang sedang mereka tangani. Bahkan beberapa bulan kemudian justru berkantor lagi namun tidak resmi dan tetap bikin happy karena aku sedang tak ingin terikat. 

Hingga kemudian, tak dapat dipungkiri, kebutuhan sekolah Intan yang mulai memasuki perguruan tinggi, dengan biaya yang selangit, mau tak mau terpaksa mengubah keputusanku (yang tidak ingin bekerja kantoran) menjadi melirik lagi lowongan-lowongan pekerjaan yang sedang dibuka. Kata hati dan kenyataan terkadang memang bertolak belakang. Dan dengan berbagai pertimbangan, aku terpaksa melamar lagi. Hampir saja diterima di sebuah international NGO ternama, namun panggilan di Kedutaan Besar Turki terkesan jauh lebih menarik hati. Terlebih juga dikarenakan aku belum pernah bekerja di bidang yang satu ini, jadi lebih ke rasa penasaran akan ritme bekerja di kedutaan, akhirnya aku menerima tawaran kerja di sini. Yup, di Kedutaan Besar Turki - Jakart, akhirnya aku berkantor lagi. Hehe, terpaksa deh nunda dulu keinginan untuk berleha-leha di dunia virtual. 


CITA-CITA DAN HARAPAN MASA DEPAN

Aku lebih suka menggabungkan kedua tajuk diatas ini menjadi satu. Yuk kita sebut saja dengan istilah KEINGINAN MASA DEPAN.. Nah, jika cita-cita masa kecilku dulu pernah ingin jadi dokter, jelas tidak tercapai toh? Tapi pernah juga sih berangan ingin menjadi insinyur, dan begitu ditilik sekarang ini? Yes, I am an engineer lho. Hehe. Berarti cita-citaku tercapai donk. Lalu apakah cukup sampai disitu saja? TENTU TIDAK.

Idealnya sebuah perjalanan kehidupan harus memiliki logframe (logical frame work) alias kerangka kerja. Bener lho, logframe tak hanya dibutuhkan oleh sebuah project sebagai guideline mereka dalam melaksanakan project. Kehidupan individu, sebenarnya akan berjalan lebih mudah jika kita memiliki logframe juga, lho!

Lalu Al, apakah kamu punya log frame dalam menjalankan kehidupanmu?

Hehehe…. NGGA PUNYA, Sobs! Hihi. Baru juga terfikir sekarang nih untuk membuatnya secara lebih terinci. Serius lho, aku berkeinginan kuat untuk bikin logframe kehidupanku, jadi biar jelas langkah-langkah yang akan aku lakukan dalam mencapai goal/target masa depan. Nanti kalo udah jadi aku share yaaaa….. ☺

Ok, back to the topic. Keinginan masa depanku adalah, aku tuh ingin banget bisa memiliki passive income. Bagaimana caranya? Itulah yang akan aku tuangkan di dalam logframe nanti, Sobs. Sabar yaaa….
Terus ingin apalagi di masa depan Al? Hm..., aku ingin bisa menghasilkan uang dari rumah, menjadi ibu yang bekerja dari rumah atau dari mana saja yang aku suka, bekerja via internet. Menghasilkan rupiah atau dolar melalui internet? Caranya? Hm… ada beberapa cara yang sedang aku bidik, keinginan paling kuat adalah dengan menjadi trader online, baik di bidang saham mau pun forex.

Dan untuk mencapai itu, tentu aku harus belajar dengan disiplin tinggi. Ini yang sedang aku usahakan saat ini, lho, Sobs. Masih tahap belajar dan berharap suatu hari kelak, impian ini bisa terlaksana dengan baik. Doakan ya, Sobs! :) Kalo kamu, apa rencana masa depanmu, Sobs? Share donk di kolom komentar.... 

Alaika berkisah,
Al, Bandung, 27 Mei 2016

Ih, apaan sih lihat-2? aku kan maluu... 
Hari ini, masih semendung kemarin. Awan abu-abu penuh H2O terlihat enggan berarak, menyempurnakan lukisan langit yang terlihat kelabu. Sepertinya cuaca hari ini masih seperti kemarin, tak berubah dan tak hendak menjanjikan kecerahan.
Seperti hari-hari lainnya sejak balik ke Aceh, aku bersiap mengantar Intan ke sekolah dan berniat untuk segera balik ke rumah karena mendung tak menjanjikan keceriaan untuk melajukan kendaraanku seperti Sabtu-Sabtu lainnya. Ritualku setiap Sabtu adalah mengemudi berkeliling kota, usai menurunkan Intan di sekolahnya. Aku menemukan kebahagiaan tersendiri dengan mengemudi, bersendirian mengelilingi kota, atau menuju pantai UleeLheu di pagi hari, sambil mendengarkan radio. Nikmat banget rasanya sobs.
Namun pagi ini, sebelum menutup pintu garasi, Umiku telah berpesan agar segera pulang begitu usai menurunkan Intan, ga usah keliling-keliling kota apalagi ke pantai. Cuaca sedang tidak baik, pesan beliau singkat. Aku hanya mengangguk. Umi memang paling takut ke pantai sejak tsunami melanda Aceh tujuh tahun lalu. Trauma. Aku mencoba memaklumi larangan ini dan Ok saja. Maka setelah menurunkan Intan di sekolahnya, akupun melajukan Gliv balik ke rumah. Ga usah kemana-mana, mending blogging atau baca buku aja deh… batinku.
Obrolan santai pun terjadi di meja makan, kala aku, Rizal (sibungsu), ayah dan umi sarapan pagi. Eh ayahku, bisa-bisanya mengangkat topik tentang masa laluku yang begitu malu-maluin. Sudah kubayangkan, Rizal akan tertawa tergelak-gelak mendengarnya. Namun tak sopan benar melarang ayah mengulang cerita itu… maka aku bersiap untuk ikutan tertawa aja deh…
Sobats, dulu....aku memang benar-benar gadis kecil yang pemalu, dan malu-maluin deh  Salah satu kisahnya adalah seperti ini…. 
ððððð
Suatu Senin di tahun 1976, Pak Abdullah merasa badannya kurang sehat, dan berniat untuk ijin tidak masuk kantor. Maka ditulisnya sebuah surat yang ditujukan kepada atasannya mengabarkan keadaan dirinya dan minta diijinkan untuk cuti sakit. Surat ini akan dititipkan pada koleganya, Amin, yang setiap pagi akan melintas di depan gang rumah mereka dengan sepeda motornya, menuju kantor. Jadi untuk urusan delivery surat, tidak ada masalah.
Karena dirinya benar-benar kurang sehat, maka dipanggilnya lah putri nya untuk menitipkan surat pada Pak Amin.
“Nak, tolong kamu berdiri di depan gang kita, titipkan surat ini pada Oom Amin saat Oom Amin lewat nanti ya nak.” Sebuah amanah yang sederhana dan tidak memberatkan. Apalagi rumah mereka dan ujung gang sama sekali tidak jauh. Bahkan dari teras, pandangan mata kita bisa langsung dilayangkan ke ujung gang dan melihat siapa yang melintas di jalan raya (jalan raya di kampung, tentu tak se heboh lalu lintas di kota lho sobs).
Alaika mengangguk, mantap hatinya menjalankan amanah itu. Diambilnya dengan santun amplop dari tangan sang ayah, dan melangkah meninggalkan rumah. Hatinya dengan tenang dan damai menanti kedatangan Oom Amin, yang cukup akrab dengan keluarga mereka. Jadi tidak ada alasan baginya untuk malu apalagi takut menyetop Oom Amin nanti, kaji pikirannya.
Namun ternyata, hati nan damai dan tentram tadi, seketika menjadi gemuruh badai laut Selatan saat mendengar deru motor Oom Amin dari kejauhan. Jantungnya berdegup kencang. Duh… kenapa rasa malu dan takut itu berlomba menguasai hatinya? Gawat. Namun degup dan deru jantung yang bergemuruh itu tak mampu diredam, membuatnya salah tingkah. Bahkan saat Oom Amin melambatkan laju kendaraannya, menyapa dirinya, dia hanya tersenyum dan bertindak tolol!
“Lho Al, kok di jalan? Ada apa? Nunggu siapa?” Sapa si Oom Amin ramah, seperti biasanya.
“Ga nunggu siapa-siapa Oom.. , mau main…” Jawabnya salah kaprah.
“Ayo sana pulang nak, jangan main di jalanan, sana main di rumah aja… Oom ke kantor dulu ya nak!”
Alaika mengangguk, dan membiarkan kolega sekaligus sahabat ayahnya itu berlalu. Sementara amplop putih, amanah sang ayah, masih utuh ditangannya.
Menyadari bahaya ‘kemarahan’ sang ayah yang mengintai, akibat ketidakberanian nya menyerahkan amplop ‘amanah’ ke Oom Amin, yang telah hilang dari pandangan, rasa panik pun timbul. Duh, gimana nih? Harus bilang apa ke ayah?
Tak mampu berfikir kreatif mencari alasan pembelaan diri, kembalilah Alaika ke rumah dengan amplop putih masih ditangan. Belum sempat menghadap, sang ayah sudah duluan menyamperi dan kaget melihat sang putri menangis, berlinang airmata, dan amplop putih MASIH DI TANGAN.
“Lho, kok nangis nak? Ada apa? Terus suratnya kok belum dikasih ke Oom Amin?”
Bertubi pertanyaan itu, dan hanya jawaban konyol yang terlontar.
“Banyak nyamuk yah…. Sakit kali digigitnya…, hu..hu..hu…”
Duh, ga nyambung banget alasannya. Sang ayah paham benar. Prihatin hatinya, bagaimana mengubah sikap pemalu yang begitu kuat bersemayam di hati putrinya ini. Ini tak bisa dibiarkan, harus segera ditangani dengan baik dan benar, agar kelak putrinya dapat tumbuh menjadi anak yang pemberani, dan mampu bersosialisasi.

ððððð
Sobats, itu adalah salah satu cuplikan kisah konyol masa kecil akibat sifatku yang sangat pemalu dan sulit sekali bersosialiasi, yang tiba-tiba kembali diungkit ayah menjadi joke yang menyemarakkan Sabtu mendung pagi ini di meja makan kami sobs… , cuplikan kisah memalukan lainnya juga pernah aku tulis disini…
Tak dapat dipungkiri bahwa sifat pemalu dan ketidakmampuanku dalam bersosialiasi saat itu, begitu menguatirkan ayah bunda, namun mereka percaya bahwa setiap anak adalah istimewa. Setiap anak punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tinggal bagaimana cara mereka, para orang tua terutama, juga bantuan lingkungan sekitar dalam membentuk karakter si anak ke depannya. Berusaha keras meminimalisir sisi negative ini sedapat mungkin dan mengoptimalkan sisi positif yang dimiliki si anak. Sehingga dengan sisi positif yang semakin menonjol, akan membuatnya berani tampil penuh percaya diri.
Itu juga yang diyakini ayah bundaku, sehingga dengan sabar mereka mencoba menuntunku, menumbuhkan minatku untuk berani berbaur dengan teman-teman baru, baik di sekolah maupun di lingkungan yang baru (berbaur/bersosialisasi dengan anak-anak para sahabat ayah misalnya, para sepupu, dan lain sebagainya). Selain gigih mengajak ku serta dalam berbagai acara yang diadakan kantor ayah, tentunya yang melibatkan anak-anak, juga ayah dan bundaku sering sekali mendongengkan aku kisah-kisah inspiratif tentang anak-anak yang gagah berani.
Alhamdulillah, walau cukup sulit untuk membuatku berani bersekolah, akhirnya sifat pemalu dan malu-maluin itu berhasil juga pergi dariku, hingga kemudian aku bisa tumbuh menjadi seorang anak yang cukup percaya diri, selalu masuk kedalam lima besar di kelas….
Dari seorang pemalu kelas kakap, gadis kecil itu kini tumbuh dewasa, bahkan telah menjadi ibu bagi seorang gadis remaja 16 tahun bernama Intan Faradila, yang Alhamdulillah sama sekali tidak mewarisi sifat pemalu ibunya ini J.
Siapa sangka jika gadis kecil dengan sifat pemalu tingkat dewa itu akhirnya malah mendapat kesempatan untuk berkecimpung di dunia kemanusiaan, berbaur dengan manusia lainnya dari berbagai bangsa, bekerja bahu membahu penuh koordinasi, kerjasama dan sosialisasi dengan pelbagai sektor, dalam rangka meringankan beban para korban bencana yang terjadi di suatu daerah/wilayah/Negara.

Menuliskan kisah ini, aku jadi teringat akan sebuah giveaway diadakan bundanya Vania, bertemakan kisah tentang anak yang kurang berhasil atau dicap kurang mampu bersosialasasi/kuper di masa kecilnya, namun mengalami perubahan positive membanggakan di masa depannya.
Walaupun giveaway yang diadakan mba Thia sudah ditutup, aku berharap semoga kisah ini dapat sedikit melegakan hati mba Thia yang sedang kuatir akan perkembangan Vania, yang saat ini sepertinya kesulitan dalam bersosialisasi. Rasa cemas adalah hal yang wajar, mengingat kita, sebagai seorang ibu, tentu sangat berharap hal terbaik bagi ananda. Tapi percaya dan yakin deh mba, Vania akan baik-baik saja. Hanya butuh waktu, usaha dan konsistensi kita sebagai orang terdekatnya, dalam mengusahakan perubahan ke arah yang lebih baik baginya.
Adakah sobats juga pernah memiliki kisah konyol yang layak dibagikan untuk memancing senyum dari bibir-bibir yang sedang bermuram durja? Yuk dishare di kolom komentar ya sobs…. J


gambar pinjem dari sini dan di modif 

Ada yang langsung bisa menebak kemana arah postingan ini? :D
Yup. Bener bagi yang pemikirannya searah dengan apa yang hendak aku tuliskan ini, dan
No… bukan itu… bagi sobats yang tebakannya lain dengan yang aku maksud. #Ih, apaaan sih Alaika ini, pagi-pagi udah main tebak-tebakan? Ayo donk mulai ajah…

Ok ok, baik sobs, yuk kita mulai.
Kata hujan, tentu akan mengarahkan pemikiran kita akan butir-butir air yang tercurah dari langit (awan sih sebenarnya), jatuh bebas membasahi bumi. Dan jumlahnya bukan satu satu, tapi bertubi-tubi alias banyak, ya kan sobs?
Nah, hujan komen, tentu sobats sudah bisa membayangkan bahwa maknanya adalah komen yang disampaikan secara bertubi-tubi dan banyak. Senang? Tentu. Setiap blogger pasti akan merasa sangat bahagia jika banyak pengunjung yang datang, membaca postingannya dan meninggalkan komen yang berhubungan dengan artikel yang diposting.
Tidak akan jadi masalah besar juga sih jika ada satu dua visitor yang meninggalkan komen yang sama sekali tak berhubungan dengan artikel yang dipost (gimana mau berhubungan coba, membaca artikel aja tidak, tujuan kedatangan hanya untuk meninggalkan jejak), its okay, no worries.
Tapi….. ini dia nih sobs… jika ternyata si pengunjung ini, hanya dia dan dia terus, cuma ganti nama doank, isi komennya juga itu dan itu lagi, nah itu yang bikin kita jadi terganggu…. Bener ga sobs? Dan aku yakin banget jika kini sobats semua sudah ngeh kan siapa yang aku maksud?
Aku juga yakin banyak sobats yang juga mendapatkan kunjungan darinya, duduk diam di sebuah postingan sobats, lalu mulai beraksi, membombardir postingan kita dengan aneka komen yang satupun tak berhubungan dengan artikel yang kita tuliskan. Tujuan kedatangannya adalah untuk mempromosikan produk (kebanyakan obat-obatan herbal) yang dijualnya, berharap dengan berbagai nama yang digunakannya di setiap jejak yang ditinggalkan, maka si pemilik blog dan pengunjung lainnya akan tertarik untuk berkunjung dan membaca informasinya, syukur-syukur akan meng-order dagangannya….
Tapi jika di setiap postingan dia hujani komen serupa itu, aku yakin sekali, jangankan untuk mengunjungi blognya, untuk membaca komennya pun orang sudah tak sudi. Males. Ya kan?
Itu juga yang aku rasakan sobs. Sejak seminggu lalu hingga pagi ini, hujan komen dari sobat blogger yang satu ini, terus saja membanjiri artikel-artikel lama yang ada di halaman 'my virtual corner'. Bukannya ga boleh sih memberi komen banyak-banyak di blog kita, boleh saja. Tapi ingat lho, cara kita memberi komentar di sebuah postingan, di sebuah blog, juga akan mencirikan bagaimana kita lho. Memang sih, tak satupun komentar yang ditinggalkannya mengandung unsur negative apalagi SARA, sama sekali tidak. Hanya saja, komentarnya jelas-jelas menggambarkan bahwa dirinya itu, sama sekali tak membaca artikel kita, atau bahkan jangan-jangan judul artikel pun dia tak sempat melihatnya…saking ingin buru-buru berpindah ke artikel lain di blog kita, dan kemudian melakukan hal yang sama di blog lainnya.
Aku sampai heran lho sobs… kok bisa dan sanggup ya? duduk manis di depan laptop, meng-copy paste komen yang satu ke kolom komentar berikutnya, dan seterusnya… hingga ratusan komen tercipta setiap harinya… membanjiri halaman maya para sahabat? Apa menggunakan semacam robot ya? J entahlah.
Lalu apa yang aku lakukan menghadapi hujan komen ini?
Well, sebenarnya aku ingin pasang comment moderation sih, tapi mengingat diri sendiri yang tidak nyaman menemukan pesan ‘your comment will appear after approval’ muncul setiap aku meninggalkan jejak di blog beberapa sahabat, maka aku memutuskan untuk tetap membuat para sahabat yang berkunjung kesini merasa nyaman, tanpa harus memasukkan menunggu approval ku, tanpa harus memasukkan captcha segala.
Walau dulu untuk urusan captcha pernah juga aku pasang. Tapi permintaan/complain beberapa teman yang mengatakan captcha ini bikin mata mereka sakit dan harus melotot, hehe, maka aku tiadakan. Aku selalu berusaha untuk menjadi tuan rumah yang baik agar para tamu tersayang merasa nyaman dan betah berlama-lama di rumah mayaku ini….
Jadi yang aku lakukan adalah, aku membiarkannya saja. Biarin deh komen2nya menumpuk di setiap postingan, tanpa aku baca satu pun. Untungnya, aku terlebih dahulu mendapatkan notifikasi komen masuk, melalui gmail yang aku aktifkan di BB, sehingga system pushmailnya BB, langsung deh menyajikan setiap email masuk padaku. Tinggal lihat, dan begitu si pemberi komen adalah si X yang reseh, maka langsung deh report as spam, biar ga menuh-menuhin inbox.
Hari ini, baru jam segini nih, 10.25 wib, ada sekitar 150 komen dari oknum yang sama. Masyaallah, betah amat yaaaa? Apa ga capek tuh, 150 komen di setiap blog, bisa bikin kita ganti lensa kacamata deh tuh. hihi…
Tapi ya sudah deh, curhatnya sekian dulu sobs… mau jalan dulu nih, refreshing lain yang paling aku gemari selain writing adalah driving. So this is time for driving, yeeaaay!!

Oya, pasti banyak sobats yang mengalami hal serupa ya? Hujan komen, lalu apa yang sobat lakukan?





foto pinjem dari sini
Sobats, banyak kebetulan yang kemudian memberi arti penting bagi keseharian dan kehidupan kita. Seperti kali ini, berselancar di dunia maya, mencari artikel tentang cerebral palsy, eh nemu related artikel tentang pentingnya melindungi bayi dan batita dari goncangan. Penasaran kan, guncangan apa yang dimaksud? Oke, lets go on and read more....

Pagi ini, sambil menanti seorang teman, iseng aku ngubek-2 list of renungan, yang memang tersimpan 'forever' di Alaika's BB Group. Renungan yang sebenarnya aku sendiri belum membacanya bahkan sejak dikirimkan. Tak panjang kalimat yang tertuliskan disana, hanya seperti ini saja sobs...
Pembelajaran berharga bagi para orang tua dan anda yang akan menjadi orang tua... Silahkan baca kisah ini...

Lalu dengan sekali klik pada link yang dimaksud, maka diriku pun langsung dibawa ke sebuah kisah yang ringkasannya adalah seperti ini sobs...

Tersebutlah sepasang suami istri yang dikaruniai seorang putri cantik berumur 3,5 tahun. Memiliki seorang pembantu setia bernama mbok Nah. Memiliki sebuah mobil hitam keren, yang cicilannya masih dua tahun lagi.

Suami istri ini adalah ayah ibu yang seharian bekerja, sehingga otomatis pengurusan anak sehari-hari menjadi tugas mbok Nah.
Namun karena fungsi utamanya sebagai pembantu, maka wajar jika sebagian besar waktu mbok Nah habis untuk urusan, dapur dan sumur, sementara hanya sebagian kecil saja waktunya menjadi baby sitter, mencurahkan waktu bagi si putri cantik yang sedang bertumbuh bijak.

Nadia, si putri cantik pun tumbuh lincah, gesit, cerdas dan kreatif. Jarang sekali menangis, apalagi mengganggu pekerjaan utama mbok Nah. (Tentu saja Nadia jauh dari sifat cengeng, wong mbok Nah selalu menuruti keinginannya.. Mau main di teras silahkan, di. Garasi silahkan, di tempat tidur monggo..., dimana saja, ayo.. Asal jangan ganggu mbok..).

Suatu hari, mendung yang menggelayuti bumi, membuat ayah dan ibu Nadia, memutuskan untuk menggunakan motor saja ke kantor. Mobil biar aman di rumah saja. Siapa sangka justru keputusan inilah yang menjadi biang keladi penyesalan tak bertepi...

Seperti biasa, sepasang pasangan beda generasi, Nadia dan mbok Nah, sibuk dengan mainannya masing-2. Mbok Nah asyik dengan urusan dapur dan Nadia bermain di garasi. Mata cantiknya menemukan sebuah paku besar, berkarat, otak kanannya pun segera bereaksi.

'Wah, bisa untuk menggambar nih! Nadia mau bikin gambar mama dan papa ah...' Batinnya.

Lalu mulailah dia mencorat-coret pada lantai, tapi karena keramik adalah material yang sangat keras, tentu goresannya sama sekali tak berbekas.

Nadia pun pindah haluan, mobil hitam keren milik ayahnya menjadi perhatiannya. Didekatinya, dan mulai menarik satu garis. 'Yeay!! Bisa" Kegirangan, dia melanjutkan. Mengembangkan imaji kreatifitasnya. Garis demi garis ditariknya dengan bebas, hingga beberapa bentuk gambar, yang menurutnya adalah gambar mama, papa, Nadia, mbok Nah, kucing, bunga, pohon dan beberapa gambar lainnya pun berjejer memenuhi dinding mobil yang tadinya licin sempurna.

Tak ada satupun yang tau perubahan yang telah tterjadi pada mobil itu, apalagi ketika Nadia lelap dibuai Mbok Nah. Hingga di sore harinya, tak lama setelah si ayah dan ibu pulang dari kantor, usai memarkir sepeda motornya. Jeritan si ayah menggelegar memecah kesenyapan dan ketenangan di rumah itu.

"Ya ampun!!! Siapa yang melakukan ini? Kurang ajar! Mbok...!!!"

Tergopoh mbok Nah mendekati sang tuan, dan keterpanaan menatap hasil kreasi Nadia berubah menjadi kepucatan luar biasa di wajahnya. Kecut hatinya.

Belum lagi dirinya menjawab, suara manja bocah cilik menjawab, "pa... Itu Nadia yang gambar lho! Cantikkan?" Didekatinya ayahnya seraya memeluk paha ayahnya manja, seperti hari-2 lainnya saat sang ayah bunda pulang kerja.

Menemukan pelaku pengrusakan mobilnya, sang ayah murka. Disentaknya Nadia, sebilah kayu yang tergeletak di lantaipun menjadi senjatanya, menghajar Nadia. Bagai kesetanan, tangan kekarnya mengayunkan bilah kayu, memukulkannya berkali-kali ke tangan mungil darah dagingnya. Nadia menangis sambil minta ampun, mbok Nah mengusap airmatanya, perih, sementara sang ibu malah merestui perbuatan itu. Biar jadi pelajaran, pikirnya.

Tak henti melembamkan kedua telapak tangan, yang malah telah menorehkan luka, dibalikkannya kedua tangan putri kecilnya itu, dan dihantamnya lagi bilah kayu itu di atas punggung tangan Nadia. Perbuatan itu baru terhenti saat beberapa tetes darah Nadia mengucur dari sela jemari mungilnya.

Ayah dan ibu beranjak memasuki kamar, masih dengan emosi yang tak kunjung reda. Mbok Nah menggendong putri asuhannya, membersihkan luka2nya seraya ikut menangis, merasakan perih yang dirasakan putri mungil yang masih Balita itu.

Tengah malam, Mbok Nah terjaga saat putri asuhan yang tidur bersamanya malam itu mengigau. Dirabanya dahi Nadia yang memanas. Dicobanya kompres dengan air sejuk. Pagi harinya, mbok Nah melaporkan keadaan Nadia pada majikannya, yang hanya ditanggapi dengan menyuruh mbok Nah meminumkan paracetamol saja untuk Nadia...

Malam harinya, kembali Nadia tidur dengan Mbok Nah. Si ayah sama sekali tak menjenguk putri mungilnya. Sementara sang ibu, mengeraskan hati untuk tetap memberikan pelajaran pada putri tercinta. Hanya dilihat dari jendela saja, mengintip dari jauh untuk memastikan putri cantiknya hanya demam biasa.

Hari keempat, keadaan Nadia bertambah parah. Demam tinggi dan kedua tangannya yang luka serta lembam mulai bernanah. Mungkin karat pada paku telah beraksi sempurna dengan luka yang ditimbulkan oleh lecutan kayu. Tetanus? Bisa jadi.
Ayah dan ibu akhirnya membawa Nadia ke klinik dan oleh dokter di klinik diarahkan agar dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil ayah dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah.

"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu.

Si ayah dan ibu bagaikan disambar petir mendengar kata-kata itu. Dunia seakan runtuh tak bersisa.. , tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, bergetar tangan sang ayah menandatangani surat persetujuan pembedahan.

Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah mbok Nah.

Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.

"Papa.. Mama… Nadia tidak akan melakukannya lagi…. Nadia tak mau lagi papa pukul. Nadia tak mau jahat lagi… Nadia sayang papa.. sayang mama.", katanya berulang kali membuat si ibu gagal menahan tangisnya.

"Nadia juga sayang Mbok Nah.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Papa.. kembalikan tangan Nadia Untuk apa diambil.. Nadia janji tidak akan mengulanginya lagi! Gimana mau makan? Gimana Nadia main kalo ga punya tangan? Nadia janji tidak akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf.

Untuk kita yang telah menjadi orang tua dan atau calon orang tua. Ingatlah….semarah apapun kita, janganlah bertindak berlebihan. Sebagai orang tua, kita patut untuk saling menjaga perbuatan kita especially pada anak2 yg masih kecil karena mereka masih belum tahu apa2. dan ingatlah, anak adalah anugrah dan amanah yang dititipkan oleh TUHAN untuk kita. 

Selamat malam sahabat, semoga kisah ini bermanfaat bagi kita sekalian. Good nite dear friends, good rest and nice dream yaa...

Sumber inspirasi- link:
http://m.facebook.com/photo.php?fbid=277426622343596&id=177903475629245&set=a.177910638961862.46368.177903475629245&refid=17&_ft_=fbid.277426652343593

Saleum,
Alaika
Sent from my SmartBerry®

Dear sobats maya,

Sudah pernah baca kisah inspiratif yang ini belum ya? Jika belum, semoga kisah ini akan menambah wawasan dan cara bersikap kita dalam menyikapi kehidupan ya sobs... Mohon maaf belum sempat balas berkunjung ke rumah para sahabat karena diriku sedang kurang enak badan, hiks..hiks...

Langsung ke sajian utama yuk...

Alkisah,
Seorang guru sufi mendatangi muridnya yang akhir-akhir ini selalu bermuram durja...

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini? kemana perginya wajah bersyukurmu itu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid.

Sang Guru malah terkekeh dan kemudian berkata,

"Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru.

"Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.

"Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan sang guru, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya nikmat. Air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya,

Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

"Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana dan airnya mengalir menjadi sungai kecil"

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau."

Good nite dear friends, semoga kisah inspiratif ini bermanfaat bagi kita semua ya...

Thanks to my lovely friend yang telah setia membagikan kisah2 inspiratif di Alaika's BB Group.

Saleum,

Alaika
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Sobats,

Malam ini masih belum sempat BW, karena masih lelah oleh berbagai aktifitas di kampung halaman hari ini... Jiaah...

Ketemu Intan tercinta pagi ini, yang kemudian berangkat ke sekolah, ekskul, dan baru kembali siang hari. Dilanjut dengan aktifitasnya latihan musik untuk perpisahan anak-anak kelas tiga. Otomatis membuat kami belum sempat bercengkerama intens melepas rindu...

Sore hari aku menjemputnya, kuawali dengan menelphonenya, menanyakan apakah sudah jam pulang. Kaget setengah mati kala suara seorang pria menyahut dari seberang. Dari nomornya Intan. 'Apa-apaan ini? Kok HPnya sama orang lain?' Tapi batinku langsung berfikir cepat... Jangan-jangan HP nya Intan dicuri orang. Kuulangi lagi men-dial nomor Intan. Dijawab tapi tak bersuara. Kuulang lagi, tapi kini disambut dengan 'nomor yang anda tuju sedang tidak aktif!

Tamatlah sudah Henpon anakku. Intan... Intan! Kok bisa sih? Segera kupacu kendaraanku menuju tempat kursusnya. Eh anaknya malah sudah pindah lokasi. Intan dan teman-2nya sedang ke lokasi latihan besok. Kucoba menghubungi temannya, dan via temannya kuketahui bahwa Intan sudah diantar pulang. Menurut Intan pada temannya, Henpon Intan ketinggalan di mobil waktu uminya ngantar dia tadi. Mana mungkin tinggal di mobil, wong aku dari tadi di mobil dan menelphone ke nomornya, eh malah henpon dijawab oleh orang lain.

Kuputar kendaraanku pulang. Dan Intan kalang kabut mengubek-ubek mobilku, mencari henponnya. Mana ada lagi sih nak? Udah aman tentram di tangan si penemu/malingnya..

Dan jadilah mulai malam ini Intan tak berhenpon lagi. BB nya masih 'sekarat' dan sony ericson baru saja raib. Aku kesel banget dengan sikap teledornya ini deh sobs.. Hingga tak banyak komentar lagi deh. Kubiarkan Intan merenung memikirkan langkah selanjutnya.

Saatnya dia harus mencoba mengatasi sendiri masalahnya. Bukan sekali dua henponnya bermasalah. BBnya sendiri sudah menelan 1,5 juta untuk 3 kali perbaikan, dan sekarang JIM. sebelum BB yang ini, BB pertamanya seharga 5 jt juga raib. Trs beli lagi type yang sama, dan sudah 3 kali minta perbaikan. Sementara BBku sendiri sampe sekarang masih adem ayem tentram. Huft. Malam ini, sebuah HP nya lagi hilang.

Nak...nak! Umi capek ngurusin hal ini melulu... Coba pikirkan bagaimana solusinya? Mau beli BB lagi? Atau android? Boleh, tapi....dari tabungan Intan ya nak... Jatahmu untuk HP udah over limit, jadi kalo mau punya HP lagi, yuk umi temani tapi beli pake uang tabunganmu...

Dan, Intanpun mengangguk setuju. Yup, dia harus belajar bertanggung jawab. Membeli dengan hasil uang tabungannya, semoga akan menumbuhkan sense of belonging pada dirinya, so she will take care her goods.

Well sobs, begitu deh curcolku malam ini... Dan karena sudah malam, maka berkunjung ke rumah sahabats kita tunda besok ya sobs...

Sekarang ingin kangen-kangenan dengan Intan dulu nih. Good nite dear friends, good rest and nice dream.

Saleum,
Alaika

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Halo sobats maya tercinta,

Beberapa hari dilanda kesibukan tiada tara (jiaaah), membuatku tak sempat menyentuh laptop tercinta.., plus koneksi yang teramat lemot, jelas bikin aku kesulitan membuka pintu rumah maya tercinta ini... #alasan :D

Malam ini, sambil menikmati perjalanan via darat dari Medan ke Banda Aceh, aku kok tiba2 jadi kangen banget ya pada kalian semua.... Sobats maya yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung (lebay ah Al!) ...

Ok..ok... Iya deh sobs, hehe... Ga maksud lebay2an kok, saking kangennya pada sobats semua, sambil nunggu bis exclusive ini jalan, aku ingin bagi sebuah renungan penuh makna nih sobs... Kudapat dari seorang teman di BB group. Yuk kita simak yuuk...

Sepasang suami istri yang saling mencintai, akhirnya dikaruniai seorang putra setelah 11 tahun menikah.

Suatu pagi, kala si anak tersebut berumur 2 tahun, si ayah melihat sebotol obat yang terbuka. Kuatir akan terlambat tiba di kantornya maka dia pun meminta istrinya untuk menutup botol obat dan menyimpannya dilemari.

Sang istri yang sedang tanggung di dapur, menangguhkan untuk melaksanakan permintaan itu sejenak, eh malah akhirnya lupa untuk kemudian memenuhi permintaan sang suami.

Si anak yang memang sedang bertumbuh bijak dan aktif, dengan ceria mendekati botol obat yang terbuka itu. Layaknya anak kecil lainnya, dia pun
memainkannya dengan gembira.

Warna obat yang begitu menarik, membuatnya menuang isi botol, dan dengan tangan mungilnya memasukkan beberapa butir ke dalam mulut mungilnya. Lagi dan lagi, hingga akhirnya reaksi obat keras itu menghentikan aktifitasnya...

Menemukan sang anak yang telah tergeletak di lantai, si istri langsung melarikan si anak ke rumah sakit. Namun sayang, si anak tidak tertolong...

Si istri ngeri membayangkan bagamana dia harus menghadapi suaminya. Jantungnya makin berdegub kencang saat kedatangan sang suami ke rumah sakit.. Pasrah hatinya...namun 3 kata yang diucapkan suaminya, sungguh membuat siapapun terpana...

PERTANYAAN :
1. Apa 3 kata itu?
2. Apa makna cerita ini?

JAWABAN :
Sang Suami hanya mengatakan:
"SAYA BERSAMAMU SAYANG".

Reaksi suami yang sangat tidak disangka-sangka adalah sikap yang proaktif. Si anak sudah meninggal, tak kan mungkin mampu dihidupkan kembali. Tidak ada gunanya mencari-cari kesalahan pada sang istri.

Tidak ada yg perlu disalahkan. Si istri juga kehilangan anak semata wayangnya. Permata hatinya.

Apa yang si istri perlu saat ini adalah penghiburan dari sang suami & itulah yang
diberikan suaminya sekarang.

Jika semua orang dapat melihat hidup dengan cara pandang seperti ini maka akan terdapat jauh lebih sedikit permasalahan di dunia ini.

"Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil".

Buang rasa iri hati, cemburu, dendam, egois dan ketakutan kita.
Kita akan menemukan bahwa sesungguhnya banyak hal tidak sesulit yang kita bayangkan.

MORAL CERITA:
Cerita ini layak untuk dibaca. Kadang kita membuang waktu hanya untuk mencari kesalahan org lain/siapa yang salah dalam sebuah hub/dalam pekerjaan/dgn org yg kita kenal. Hal ini akan membuat kita kehilangan kehangatan dlm hub antar manusia.

Good nite dear friends... Wish me a safe trip ya sobs...

Saleum,

Alaika
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


gambar dari sini

Dua puluh tujuh hari berada di kota orang, Betawi, tak urung membuat rasa kangenku terhadap putri tercinta semakin memuncak. Walau mungkin rasa kangen ini tak sebanding dengan rasa rindu yang dimiliki oleh sang permata yang kini beranjak remaja. Kehidupan remaja yang mulai dipenuhi semarak warna warni, tentu membuatnya sibuk, oleh beragam aktifitas mulai dari belajar hingga ke aneka fun activities yang dimilikinya.
Laporan Maminya Intan (Mami adalah panggilan untuk Nenek bagi orang Pidie, Aceh), informed me that the diamond is very-very busy. Permata hatiku itu sibuk banget. Jam sekolah yang dimulai dari jam 8 pagi hingga 5 sore hari, totally membuatnya sibuk. Dilanjut dengan mengerjakan Pe-Er di rumah atau di tempat temannya, bahkan membuat Umiku tak punya waktu khusus untuk berbincang-bincang dengannya. Bahkan dikala tidur, (Umiku menemani Intan tidur di kamar, baru setelah Intan pulas, beliau pindah ke kamarnya sendiri), sedang asyik bercengkerama, eh Intannya sudah tidak menjawab, begitu dilihat, anaknya malah sudah tidur. Oalah…..
So? Well, aku tak kecewa jika akhir-akhir ini Intan tak meresponse status2 yang aku post di wall fbnya, karena sejak smart phone nya ‘sakit’ ternyata Intan belum berkesempatan mempertemukan sang BB dengan dokter spesialisnya. Intan keliatan fine-fine aja ber-Sony Ericson jadulnya, cukup ber-sms-an saja denganku tanpa always connected as before. Aku aja sih yang merasa kehilangan! Hiks..hiks…
Well, cukup intronya ya sobs. Dari tadi kok tulisannya masih belum jelas arahnya mau kemana…. Masih curhaaat melulu…
Sebenarnya postingan kali ini adalah ingin menorehkan sebuah kejadian masa lalu di diary online ku ini, agar Intan kelak tersenyum bahkan tertawa terpingkal-pingkal membacanya, dan menjadikan itu sebagai reminder untuk berjaga-jaga agar anaknya kelak tidak bertingkah yang sama. J
Sobats tentu penasaran kan akan apa gerangan yang telah dilakukan oleh Intan?
Baiklah, let me tell you the story…, lanjut yuuk..


Dalam rangka menyederhanakan beranda rumah maya tercinta ini, maka tanpa mengurangi rasa hormat, aku menyediakan special corner untuk memajang link maupun banner dari para sahabat tercinta, yang telah memajang banner maupun link ku di halaman maya mereka.
Dan sobs, sebelum kita memulai parade banner/link, inilah banner rumah maya tercinta ini, yang mungkin menarik minat sobats untuk bertukar banner. Monggo ya sobs….





Kode text area


Dan... Inilah Banner para sahabat yang telah bertukar Banner denganku...
Ta Daaa.... :)









Nurmayanti Zain





http://godeksfamily.blogspot.com





keb

KebunEmas.com

Komunitas Blogger Aceh
Dear sobats,

Pasti udah pada tidur nih? Ya iyalah, udah jam berapa ini Al? Emangnya kami kalong apa? Hehehe...

Okd sobs, aku juga ngantuk banget kok, tapi sebelum tidur neh sobs, boleh donk berbagi sebuah renungan kaya manfaat yang dikirim seorang teman di Alaika's BB Group?. Kuyakin, renungan ini bagus banget, bahkan bagi yang udah pernah baca sekalipun, tetap akan berguna lho.

Yuk baca lagi....

Kejadian bermula ketika seorang bocah mungil sedang asyik bermain tanah-debu. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan siang yang diadakan sang ayah. Kala hidangan telah tersaji indah dan menggiurkan, dan para tamu akan tiba, si bocah mungil, dengan kedua tangan menggenggam debu, masuk ke ruang makan. Ditaburkannya debu itu diatas makanan yang telah tersaji.

Terkejut sang ibu melihat kenyataan itu, panik dan marah tentu saja tak tercegah. Dalam amarah yang berupaya diredam, meluncurlah kata-katanya;

"idzhab ja'alakallahu imaaman lilharamain," TPergi kamu...! Biar kamu jadi imam di Haramain...!")
 
Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram...!!

Tahukah sobats, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu...??

Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.
 
Subhanallah.
Ini adalah teladan bagi para ibu , calon ibu, ataupun orang tua... hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya.

Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun.

"Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu.
Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian..."
(HR. Abu Dawud)

Well sobats tercinta,
Semoga bermanfaat ya...

Saleum,
Alaika
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


Melanjutkan postingan sebelumnya, seperti yang aku janjikan, kali ini masih tetap bercerita tentang sebuah permata berharga yang Allah berikan padaku sobs. Yup, Intan. Intan lagi Intan lagi, ga bosan apa? Hehe…
Maklum sobs, lagi kangen sama putri semata wayang, dan juga karena memang banyak banget kisah menarik antara kami yang ingin aku goreskan di diary online ini, agar nanti… in case salah satu dari kami mendahului, maka catatan indah ini mampu menjadi penghubung kerinduan….
So… walau sobats bosan, ayo tetap dibaca yaa… hehe.
Well, minggu pertama kehilangan BBnya, Intan memang betul-betul membiasakan diri untuk puas dengan HP jadul yang kini menjadi miliknya. Tak mengeluh, tak complain. Wong itu salahnya sendiri. Namun minggu kedua, mulailah setiap malam, Intan pinjam BBku, mengutak atiknya, access twitter and fb dari sana sambil tidur-tiduran setelah usai belajar.
Aku faham, dia menginginkan sebuah BB lagi. Tapi aku tak akan membelikannya lagi. Cukup sudah, dia harus belajar keras bagaimana menjaga miliknya sendiri. Lagipula umurnya masih dua belas tahun kala itu. Juga belum banyak pengguna BB di kelasnya. Biarkan dia dengan HP jadul yang memang pantas untuk orang yang belum cermat menjaga benda berharga miliknya.
Suatu hari, BB ku hang. Tapi aku tak menyalahkan Intan sebagai pelakunya kok. Walau begitu banyak applikasi yang telah didownloadnya di BBku itu. Aneka game berjejer memenuhi ruang applikasi. Tapi masak itu sih penyebabnya? Mbuh lah. Kubawa smartphoneku ke toko dimana aku membelinya untuk diservis. Dan olala…. Ternyata butuh waktu satu bulan untuk menyembuhkan penyakitnya. Huft. Lama beneeer. Terus selama dalam perawatan, aku harus pake HP apa donk? Aku ga punya HP cadangan lagi.
Akhirnya aku terpaksa beli sebuah Onyx lagi deh sobs… dan kebayangkan betapa girangnya hati Intan melihat aku menggenggam BB Baru? Pikiran nakalnya langsung membayangkan bahwa dirinya akan menggenggam Onyx lainnya bulan depan. Saat si Onyx yang sedang dirawat itu sembuh dari perawatannya. Aha!
Dan memang keberuntungan sedang berpihak padanya sobs…. Permata hatiku itu langsung mengecup pipiku dan memelukku erat saat kami mengambil si Onyx sebulan kemudian, yang sudah pasti langsung kuwariskan padanya dengan ratusan wejangan agar kali ini dia benar-benar menjaga benda berharga itu.
Kulihat Intan memang belajar untuk itu sobs. Dia mulai pandai merawat dan bertanggung jawab terhadap harta benda miliknya. Baik itu laptop, handphone maupun benda-benda lainnya. Namun ternyata, keteledorannya itu lho sobs….. tak sepenuhnya terobati.
Sepanjang perjalanannya, Onyx warisanku itu sudah memakan biaya perawatan lainnya yang tak tanggung-tanggung. Ganti touch pad, gara-gara si touch pad ga bisa gerak lagi sobs, butuh 450 ribu. Huft. Terus ganti casing gara-gara casingnya pecah akibat jatuh, juga 450 ribu. Eh seminggu, si casing baru yang konon kata pemiliknya adalah original, udah copot beberapa tombol di keypadnya. Karena sedang liburan di luar Indo, terpaksa ga bisa komplen, jadinya ganti casing baru deh disana. Juga menghabiskan dana yang setara dengan 400 ribu.
Lalu sebulan yang lalu sobs, sebelum aku ke Jakarta ini, BB nya Intan bermasalah dengan LCDnya, gara-gara si BB terhimpit laptop di dalam tasnya. Hadoh! Intan ini yaaa!!
LCD habis 600 ribu sobs. Sedih hatiku. Tapi apa boleh buat, daripada beli HP baru, dua jutaan juga untuk sebuah android kan? Mending keluarin 600 ribu deh agar aku dan Intan tetap bisa ber-BBM-an ria. Tapi tau ga sobs apa kejadian selanjutnya yang menimpa si BB itu?
BBnya hang!!! Padahal aku baru menyuntikkan pulsa bagi Intan khusus untuk memperpanjang BIS nya, agar internet di BBnya bisa berlanjut. Eh ga taunya si BB udah hang lagi.
Aku menyerah dan hilang kesabaran. Mulai berteriak pada Intan. Diapain sih BBnya itu? Heran deh, BB Umi dari awal beli hingga sekarang ga perlu diapa-apain, tetap bagus. Ini BB Intan, udah makan biasa berapa juta coba? Dan sekarang malah hang. Diapain sih nak? Ya ampun?
Dan seperti biasanya, jawabannya adalah ga tau. Mau dibawa servis dulu. Dan meredakan amarahku, Intan mengambil jalan tengah, dia akan bawa servis tuh BB dengan menggunakan dana dari uang tabungannya. Ok, deal. Kuharapkan agar nantinya dia akan punya sense of belonging dengan menggunakan uang sendiri untuk memperbaiki HPnya itu.
Hidup ini tidak gampang, untuk mendapatkan sesuatu, diperlukan sebuah usaha, kerja keras. Uang tidak datang dengan sendirinya. Ini yang harus dipelajari oleh putriku tersayang, yang tanpa sadar, selama ini, tujuh tahun ini, telah aku manja dengan materi. Mungkin aku telah salah bersikap, dan harus mulai mengajarkannya hidup prihatin, dan melatihnya untuk hidup bertanggung jawab
How ever, Mom loves you so much nak! Always. J
Well sobs,
Itulah sekilas curcol tentang Intanku, pernahkah sobat juga mengalami hal serupa? Monggo di share donk….
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • It's Me!
  • Lelaki itu, Ayahku
  • Hujan Komen
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Serunya Outdoor Activities di Trizara Resorts

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes