Love you, Dad. Yes, now and forever! Gimana enggak coba, Sobs! Kasih sayangnya itu, lho, luar biasa. Udah setua ini akunya, masih juga ditemani sampai ke halte busway, alasannya ga tega melepaskan anak perempuannya (helloooo, anak perempuannya ini udah 46 tahun lho, Yah! Hehe) jalan sendiri sepagi ini, di tempat yang masih asing. Oh, Yah, pagi-pagi gini engkau sudah meluluhkan hatiku. Hiks.... *haru banget deh.
Jadi ceritanya gini, Sobs. Besok, Kamis, 8 September 2016, adalah jadwal Ayahku konsultasi lagi dengan salah satu dokter jantung di rumah sakit Harapan kita, jadi hari ini, kudu periksa darah dan teman-temannya lagi deh sebelum menghadap si dokter. Nah, jadi tadi malam, kami sudah check ini di sebuah wisma di dekat rumah sakit agar lebih mudah mencapai rumah sakitnya dibanding tinggal di Depok, di tempatku. Jadilah kami (aku, Intan, Mamak dan Ayah) nginep di wisma itu. Dan kemarin siang, adikku yang jemput Mamak sama Ayah ke Bandung, langsung menuju wisma tadi.
Sementara Intan, dari kampus (Kota Jababeka) menjemputku ke kantor di sore harinya untuk sama-sama menuju wisma. Yang ya ampun, perjalanan dari Kuningan ke Harapan Kita itu luar biasa melelahkan. Tiga jam perjalanan hanya untuk jarak kurang lebih 14 km. Masyaallah. Aku sampai stress dan ingin rasanya memusnahkan sesuatu. Haha. *tanduk merah sempat keluar hingga 1 meter.
Dan pagi ini, karena ga kenal lokasi dan belum tahu rute perjalanan ke kantor, aku inisiatif donk untuk berangkat lebih cepat dari biasanya. Jadi jam 5 pagi aku udah siap tuh, dandan dan berpakaian which is masih pakaian kemarin (untung eikeh ga bau badan, haha), karena belum bawa pakaian untuk ke rumah sakit. Dan jam 1/2 enam udah di halte busway RS Harapan Kita, diantar si Ayah. Dan Ayah tercinta ini, bukannya langsung balik ke wisma, tapi malah masih berdiri menunggu sampai aku naik tangga penyeberangan, masuk ke halte dan masih juga menunggu dengan tatapan ke arahku, padahal jauh lho. Hingga aku akhirnya menelpon beliau dan memintanya untuk pulang ke wisma, kuatir nanti Mamak malah was-was, karena Ayah kok lama baliknya. Kan ceritanya kita nemeni orang sakit, yaitu si Ayah, ini kok orang sakitnya malah nganterin anak perempuannya ke busway segala. Hehe. Ayah.... Ayah.... I love you, so much and much much more, deh!
Entahlah, di satu sisi, aku begitu bahagia memiliki ayah yang sebaik ini. Namun di sebuah sudut lain sisi hati, ada pilu yang mengiris kalbu, mengingat putri tercinta tak memiliki ayah yang sebaik ini. Ayahku dan ayahnya Intan memang sangat bertolak belakang. Yang sabar ya, Nak. Ada Umi yang selalu menjadi umi dan ayah bagimu, kan, sayang? Juga ada abuchik dan mami yang penuh perhatian. Okey? Keep smile dan semangat menggapai masa depan, ya, nak! *kok malah jadi melow.
Udah dulu ah, ceritanya. Intinya cuma mau bilang, Every women may not be a queen for her husband, but she always be the princess to her father! Mungkin tak semua perempuan menjadi ratu di hati suaminya, namun di mata dan hati ayahnya, dia akan selalu menjadi tuan putri tersayang.
Tentunya, ini berlaku bagi sebagian besar anak perempuan, karena contoh nyata di depan mata, ada juga anak perempuan yang tak seberuntung itu, sih! Lucky me, poor Intan. Hiks....
Baca juga Between Queen and Princess
Jadi ceritanya gini, Sobs. Besok, Kamis, 8 September 2016, adalah jadwal Ayahku konsultasi lagi dengan salah satu dokter jantung di rumah sakit Harapan kita, jadi hari ini, kudu periksa darah dan teman-temannya lagi deh sebelum menghadap si dokter. Nah, jadi tadi malam, kami sudah check ini di sebuah wisma di dekat rumah sakit agar lebih mudah mencapai rumah sakitnya dibanding tinggal di Depok, di tempatku. Jadilah kami (aku, Intan, Mamak dan Ayah) nginep di wisma itu. Dan kemarin siang, adikku yang jemput Mamak sama Ayah ke Bandung, langsung menuju wisma tadi.
Sementara Intan, dari kampus (Kota Jababeka) menjemputku ke kantor di sore harinya untuk sama-sama menuju wisma. Yang ya ampun, perjalanan dari Kuningan ke Harapan Kita itu luar biasa melelahkan. Tiga jam perjalanan hanya untuk jarak kurang lebih 14 km. Masyaallah. Aku sampai stress dan ingin rasanya memusnahkan sesuatu. Haha. *tanduk merah sempat keluar hingga 1 meter.
Dan pagi ini, karena ga kenal lokasi dan belum tahu rute perjalanan ke kantor, aku inisiatif donk untuk berangkat lebih cepat dari biasanya. Jadi jam 5 pagi aku udah siap tuh, dandan dan berpakaian which is masih pakaian kemarin (untung eikeh ga bau badan, haha), karena belum bawa pakaian untuk ke rumah sakit. Dan jam 1/2 enam udah di halte busway RS Harapan Kita, diantar si Ayah. Dan Ayah tercinta ini, bukannya langsung balik ke wisma, tapi malah masih berdiri menunggu sampai aku naik tangga penyeberangan, masuk ke halte dan masih juga menunggu dengan tatapan ke arahku, padahal jauh lho. Hingga aku akhirnya menelpon beliau dan memintanya untuk pulang ke wisma, kuatir nanti Mamak malah was-was, karena Ayah kok lama baliknya. Kan ceritanya kita nemeni orang sakit, yaitu si Ayah, ini kok orang sakitnya malah nganterin anak perempuannya ke busway segala. Hehe. Ayah.... Ayah.... I love you, so much and much much more, deh!
Entahlah, di satu sisi, aku begitu bahagia memiliki ayah yang sebaik ini. Namun di sebuah sudut lain sisi hati, ada pilu yang mengiris kalbu, mengingat putri tercinta tak memiliki ayah yang sebaik ini. Ayahku dan ayahnya Intan memang sangat bertolak belakang. Yang sabar ya, Nak. Ada Umi yang selalu menjadi umi dan ayah bagimu, kan, sayang? Juga ada abuchik dan mami yang penuh perhatian. Okey? Keep smile dan semangat menggapai masa depan, ya, nak! *kok malah jadi melow.
Udah dulu ah, ceritanya. Intinya cuma mau bilang, Every women may not be a queen for her husband, but she always be the princess to her father! Mungkin tak semua perempuan menjadi ratu di hati suaminya, namun di mata dan hati ayahnya, dia akan selalu menjadi tuan putri tersayang.
Tentunya, ini berlaku bagi sebagian besar anak perempuan, karena contoh nyata di depan mata, ada juga anak perempuan yang tak seberuntung itu, sih! Lucky me, poor Intan. Hiks....
Baca juga Between Queen and Princess
goresan hati,
Al, Kuningan- Jakarta, 7 September 2016