Yuk Go Green and Save the Earth
Sebuah judul yang menyiratkan sebuah rasa bimbang yang berat ya Sobs? Dan itulah yang sedang aku alami akhir-akhir ini. Rasa yang kian menyerang jiwa dan mendesak di hati untuk diputuskan dengan segera. Bukan, bukan masalah cinta atau rumah tangga Sobs, apalagi pekerjaan atau hubungan dengan para tetangga. Hehe. Tapi ini adalah menyangkut pilihan terhadap sentuhan akhir untuk novel Selingan Semusim.
Yup, masih ingatkan Sobs, novel perdanaku itu, yang karena beberapa hal, terpaksa mendekam beberapa lama di percetakan. Kendala pertama yang membuat novel ini tertunda dicetak adalah karena dilema terhadap penggunaan kertasnya. Keinginan kuat di hatiku untuk mendukung gerakan go green and save the earth, membuat aku berkeras menghemat penggunaan kertas [baca; kertas HVS/putih]. Kan kertas dihasilkan dari menebang pohon yang jumlahnya semakin sedikit di bumi ini? Nah, kalo kita bisa sedikit saja berhemat, artinya pepohonan di hutan juga bisa kita pertahankan kan Sobs?
Maka, berupayalah kami mencari kertas buram yang terbaik, sayangnya sekian lama mencari, si kertas yang aku maksud ga juga kunjung bertemu, hingga akhirnya, jadilah kami memilih si kertas buram yang ada saja. Dan Alhamdulillah, hasil cetaknya tak kalah dengan kertas yang aku inginkan sebelumnya, yang juga merupakan kertas daur ulang.
Kendala kedua.
Adalah sebuah pemandangan lumrah di toko buku, bahwa setiap bukunya selalu dibungkus dengan rapi [wrapping] menggunakan plastik. Dan pernahkah Sobats memperhatikan nasib si plastik pembungkus tadi, sesaat setelah kita mengoyaknya dalam rangka meloloskan si buku?
Ya, dalam hitungan sekian detik, dia akan menjadi 'sampah'. Tak tanggung-tanggung, menjadi sampah plastik yang akan butuh waktu 50-100 tahun untuk diurai. Wow!
Dan, novel Selingan Semusim ini dicetak sebanyak 1000 eksamplar, artinya akan menggunakan 1000 lembar plastik pembungkus, yang otomatis akan menjadi 1000 lembar sampah plastik untuk mencemari lingkungan, merusak bumi. Hiiii, serem juga ya Sobs? Dan siapkah aku untuk itu? Oh my God, percuma donk aku sekian tahun involved di lembaga PBB, di unit waste management [pengelolaan persampahan], jika ujung-ujungnya aku turut merusak lingkungan dengan sengaja seperti ini. No Way! Ini nggak boleh terjadi.
Maka, akhirnya, berfikirlah aku dan beberapa teman untuk memberikan sentuhan akhir yang lain daripada yang lain, bagi Selingan Semusim yang akan segera ready to be released.
Hm, awalnya sempat terfikir untuk membuat kantong dari kertas lilin, selain akan tampil elegan, kantong kertas itu nantinya bisa dipakai untuk keperluan lain oleh si pemilik novel. Tapi setelah berfikir berulang kali, ide ini memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Akhirnya Sobs, ide ini pun muncul, dan seperti inilah kemasan Selingan Semusim yang kini siap meluncur ke tangan para sahabats yang telah melakukan pemesanan. :)
Well Sobs, hari telah larut, dan saatnya menuju peraduan, yuk istirahat yuk Sobs! Good nite and good rest yaaa...
Sebuah judul yang menyiratkan sebuah rasa bimbang yang berat ya Sobs? Dan itulah yang sedang aku alami akhir-akhir ini. Rasa yang kian menyerang jiwa dan mendesak di hati untuk diputuskan dengan segera. Bukan, bukan masalah cinta atau rumah tangga Sobs, apalagi pekerjaan atau hubungan dengan para tetangga. Hehe. Tapi ini adalah menyangkut pilihan terhadap sentuhan akhir untuk novel Selingan Semusim.
Yup, masih ingatkan Sobs, novel perdanaku itu, yang karena beberapa hal, terpaksa mendekam beberapa lama di percetakan. Kendala pertama yang membuat novel ini tertunda dicetak adalah karena dilema terhadap penggunaan kertasnya. Keinginan kuat di hatiku untuk mendukung gerakan go green and save the earth, membuat aku berkeras menghemat penggunaan kertas [baca; kertas HVS/putih]. Kan kertas dihasilkan dari menebang pohon yang jumlahnya semakin sedikit di bumi ini? Nah, kalo kita bisa sedikit saja berhemat, artinya pepohonan di hutan juga bisa kita pertahankan kan Sobs?
Maka, berupayalah kami mencari kertas buram yang terbaik, sayangnya sekian lama mencari, si kertas yang aku maksud ga juga kunjung bertemu, hingga akhirnya, jadilah kami memilih si kertas buram yang ada saja. Dan Alhamdulillah, hasil cetaknya tak kalah dengan kertas yang aku inginkan sebelumnya, yang juga merupakan kertas daur ulang.
Kendala kedua.
Adalah sebuah pemandangan lumrah di toko buku, bahwa setiap bukunya selalu dibungkus dengan rapi [wrapping] menggunakan plastik. Dan pernahkah Sobats memperhatikan nasib si plastik pembungkus tadi, sesaat setelah kita mengoyaknya dalam rangka meloloskan si buku?
Ya, dalam hitungan sekian detik, dia akan menjadi 'sampah'. Tak tanggung-tanggung, menjadi sampah plastik yang akan butuh waktu 50-100 tahun untuk diurai. Wow!
Dan, novel Selingan Semusim ini dicetak sebanyak 1000 eksamplar, artinya akan menggunakan 1000 lembar plastik pembungkus, yang otomatis akan menjadi 1000 lembar sampah plastik untuk mencemari lingkungan, merusak bumi. Hiiii, serem juga ya Sobs? Dan siapkah aku untuk itu? Oh my God, percuma donk aku sekian tahun involved di lembaga PBB, di unit waste management [pengelolaan persampahan], jika ujung-ujungnya aku turut merusak lingkungan dengan sengaja seperti ini. No Way! Ini nggak boleh terjadi.
Maka, akhirnya, berfikirlah aku dan beberapa teman untuk memberikan sentuhan akhir yang lain daripada yang lain, bagi Selingan Semusim yang akan segera ready to be released.
Hm, awalnya sempat terfikir untuk membuat kantong dari kertas lilin, selain akan tampil elegan, kantong kertas itu nantinya bisa dipakai untuk keperluan lain oleh si pemilik novel. Tapi setelah berfikir berulang kali, ide ini memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Akhirnya Sobs, ide ini pun muncul, dan seperti inilah kemasan Selingan Semusim yang kini siap meluncur ke tangan para sahabats yang telah melakukan pemesanan. :)
Ban kertas [banded] yang digunakan untuk mengikat novel Selingan Semusim, yang setelah dilepas dari bukunya, dapat dipakai sebagai pembatas halaman. |
Alhamdulillah, lega rasanya hati ini karena tidak jadi menggunakan plastik pembungkus. Bahagia rasanya telah turut serta mengurangi produksi sampah plastik, dan semoga terobosan ini tidak mengurangi nilai dan estetika novel Selingan Semusim ya Sobs.
Bagi Sobats yang telah melakukan pemesanan, harap bersabar ya, Insyaallah akan dapat segera dikirim ke alamat tujuan. Dan bagi yang berminat untuk memiliki Selingan Semusim, silahkan melakukan pemesanan langsung ke alamat email:
smartgarden3@gmail.com atau admin@alaikaabdullah.com
YM ; alaika_abdullah@yahoo.com
harga: @Rp. 38.500 [belum termasuk ongkir]
Saleum,
Al, 18 Maret 2013
Borobudur Hotel, Jakarta