My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Kulit wajah, seringkali memiliki banyak masalah. Mulai dari keluhan kulit berminyak, wajah berjerawat, kulit wajah terlalu kering, keriput, hingga ke wajah yang dipenuhi oleh flex hitam (melasma) atau masalah hyperpigmentasi lainnya.

Sebagai bagian paling penting dari tubuh, sudah pasti kita ingin memiliki kulit wajah yang tanpa masalah. Lembut, kencang, kinclong, bebas jerawat dan bersih tanpa noda atau flex. Sayangnya, itu hanya keadaan ideal yang sulit untuk dicapai. Apalagi jika tanpa perawatan. Sengatan sinar ultra violet dari matahari, jelas menjadi salah satu penyebab utama timbulnya masalah pigmentasi pada kulit wajah kita, selain tentu saja dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lainnya. Lalu, apakah noda-noda hitam ini ga bisa diatasi?

Bisa banget, donk!

Cara Alami Hilangkan Flex Hitam
Cara Alami Hilangkan Noda Hitam/Flex
Ada beberapa cara tradisional dan alami yang dapat dicoba untuk menghilangkan si noda hitam ini, sih. Diantaranya adalah dengan menggunakan jeruk nipis yang dibelah dua dan digosokkan pada wajah seputar noda hitam itu, diamkan hingga mengering lalu bersihkan dengan air hangat, lalu bilas hingga bersih dengan air biasa. Ulangi secara rutin hingga si noda menipis dan menghilang.

Cara alami lainnya adalah dengan air rendaman teh, yang dibiarkan semalaman, baru kemudian rendaman teh ini dioleskan pada bagian wajah yang bernoda hitam hingga mengering, lalu bilas dengan air bersih. Ulangi secara rutin hingga si noda menipis dan menghilang.

Atau bisa dicoba juga dengan cara alami lainnya yaitu penggunaan sari mentimun dan tomat yang dijadikan masker. Kedua buah-buahan ini diparut, lalu ditempelkan di wajah yang bernoda layaknya memakai masker, biarkan hingga kering, lalu bilas dengan air bersih. Ulangi secara rutin hingga si noda menipis dan menghilang.

Namun...,

jika cara ini belum juga membawa hasil. Maka jangan keburu kuatir dulu, Sobs! Masih ada cara lain yang bisa kita tempuh berkat kemajuan teknologi canggih saat ini. Di sektor kecantikan/estetika sendiri, telah hadir banyak sekali teknologi canggih untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan teknologi laser. Ada lho teknologi laser khusus untuk atasi masalah hyper-pigmentasi. Namanya Laser Qswitch! Laser jenis ini selain untuk hilangkan flek hitam di wajah, juga bisa banget untuk atasi problema kulit seperti melasma, lentigo solaris dan masalah kulit lainnya yang 'mengotori' bagian kulit lainnya.

Teknologi Laser Qswitch untuk Hilangkan Flex Hitam Pada Wajah.


Bersahabat dengan dr. Dave itu lebih dari berkah. Eits, dilarang GR ya, dok! Habis perhatiannya itu, lho!

Suatu ketika, dalam perjalanan balik ke rumah habis turun dari gunung Gambung Sedaningsih. "Kapan kamu ada waktu, dilaser lagi, yuk! Tapi yang ini bukan untuk hilangkan scars, tapi untuk hilangkan flek-flek hitam di wajah kamu, tuh!"
Tuh kan? Baik banget? Thanks untuk perhatiannya ya, Dok! 😊 Seperti yang pernah aku tulis di beberapa artikel sebelumnya, kulit wajahku pernah dilaser juga oleh dr. Dave di Lineation Center dalam rangka menghilangkan bekas jerawat (scars) hingga wajahku kembali mulus dan licin. Alhamdulillah.

Namun karena aktivitas outdoor yang membuat kulit wajahku sering banget terkena paparan sinar ultra violet, tak terhindarkan, si noda hitam pun mulai mengemuka. Cream malam yang diberikan dr. Dave untuk menipiskan si noda hitam ini sepertinya tak mampu bekerja cepat dalam meremove si noda-noda hitam ini, sehingga dr. Dave jadi gemes untuk menindaklanjutinya melalui treatment laser Qswitch. 

Wajah polos sebelum laser.
Persiapan untuk anestesi
Maka, di hari yang telah disepakati, teknik laser ini pun dilakukan terhadapku. Sakit? Ga sama sekali, sih! Kan sebelum dilaser, kita dianestesi dulu biar kulit wajah kebal, jadi ga sakit. Proses anestesi melalui olesan krim anestesi di seluruh wajah, dan dilakukan melalui dua kali olesan/layers. Olesan pertama selama 30 menitan, baru olesan berikutnya ditambah lagi di atas permukaan sebelumnya dan berlangsung selama 30 menitan lagi. Sukses bikin wajah terasa sebesar tampah dan kulit serasa setebal kulit badak, haha.



Merah banget ya bekas lasernya?
Foto ini diambil sesaat setelah laser.
Karena sudah kebal, maka saat sinar laser itu mengobrak abrik bagian kulit yang dituju, sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit. Ya, ada sedikit sih, seperti digigit semut gitu. Barulah setelah efek anestesi menipis maka si kulit wajah akan terasa panas dan sedikit nyeri. Tapi, demi kulit kembali bersih dari noda, sakit sedikit ga masalah toh?

Oya, jika pada laser fraxel (menghilangkan bekas jerawat), maka wajah kita ga boleh kena air dulu sebelum hari ketiga, maka laser qswitch, ga pantang terkena air. Jadi setelah 24 jam, wajahku boleh langsung kena air deh.
Asyik, jadi bangun tidur keesokan harinya, udah boleh langsung dicuci wajahnya dengan sabun. Olesin nutri cream, sunscreen dan bahkan boleh pake bedak. Tapi aku sendiri ga pake bedak dulu sih, cukup nutri cream dan sunscreen aja dulu, pake bedak dan make up-nya ntar aja, setelah wajah kembali normal (ga merah-merah lagi).

Dan ga pake lama, kira-kira seminggu kemudian, wajahku udah kinclong dan berseri, Sobs! Lihat deh! Ya kan? Ya kan? 😁

Kamu juga mengalami masalah pigmentasi? Cobain deh ke dokter kulitmu, dan find out solusinya. Atau mau langsung ke dr. Dave? Yuk...!

Lineation Center
Jalan Leumah Neundeut No. 10 - Setrasari - Bandung.
Telepon: 022-2010593
Whatsapp/telegram: 0812 2190 6850


Catatan Malam,
Al, Bandung, 25 October 2017

Ini yang kesekian kalinya aku menjejakkan langkah di Lobby The Trans Luxury Hotel Bandung. Jika biasanya aku langsung melangkahkan kaki menuju lift, untuk mencapai The Restaurant yang berada di lantai 3 hotel ini, atau menuju lantai 18 di mana The 18th Restaurant and Lounge berada, maka kali ini, aku hanya perlu meneruskan langkah ke bagian cafe yang berada di lobby hotel mewah ini saja. Para peserta Worskhop terlihat sudah duduk manis di sofa-sofa empuk yang tersedia di sana. Segelas kopi berwarna coklat (?) menyambutku sebagai welcome drink. Rasanya?

The Trans Luxury Hotel
Welcome drink yang asli bikin seger. Paduan kopi dan lemon.
Kebayang asem pahit berpadu di satu wadah? 😊
Rasanya sungguh ngagetin lidah! Soalnya aku udah beranggapan bahwa kopi tanpa gula itu enggak banget! Pahit, bro! Etapi, tunggu dulu. Ini katanya tanpa gula. Hanya dibubuhi perasaan lemon. Jadi paduan pahit dan asam kan ya? Tapi..., kok rasanya.... boleh juga nih? Haha.

The Workshop

Workshop tentang cara Kopi Illy sedang berlangsung
Workshop hari itu baru saja berlangsung. Pak Arief dan Mas Raka sedang menjelaskan all about the coffee. Bicara tentang kopi, memang bicara tentang rasa. Pahit, adalah rasa utama kopi, yang bagiku sendiri, enggak banget sih. Ku tak suka kopi pahit. Bagiku, kopi harus manis, karena yang aku suka hanyalah aromanya, untuk rasa, I hate the bitter taste. Poor me! 😀 Etapi, mencicipi kopi berpadu lemon tadi, kok lidahku mencecap sebuah sensasi yang asyik ya? Ops, ini kah kali pertama lidahku mulai bersahabat dengan kopi tanpa gula? 😱 Wow! Ternyata enak jugak!

Illy Coffee

Aku sendiri, baru kali ini mendengar nama ini. Eits, where have u been, Al? 
Padahal perusahaan roasting kopi Italia ini sudah berdiri dari tahun 1933, lho! Fokus mengolah kopi jenis arabika terbaik yang didatangkan dari 9 negara yaitu Brazil, Guatemala, Ethiopia, Costa Rica, India, Coumbia, New Guinea, Kenya dan El Savador.

Uniknya lagi, bijian kopi Illy ini, saat dicemil (what? Kopi dicemil?) rasanya sama sekali ga pahit, lho! Aneh ya? 😊 Kok bisa sih?

Selain tasting the coffee, dalam acara ini, partisipan akan diajak untuk membuat kopi sendiri gitu deh, mulai dari meraciknya hingga ke art-nya. Jadi bisa belajar menghias si kopi hingga cantik ala-ala kafe ternama gitu deh. Wuih, seru kan? Can I? Jadi penasaran euy!

Cara Penyajian dan Hubungannya dengan Kualitas Rasa

Yup. Sekilas, menyeduh kopi itu gampang banget! Apalagi jika kopinya kopi sachetan kan? Eits, ini kita ga bicara tentang kopi sachetan, karena sesungguhnya kopi sachetan itu bukan lah kopi yang sebenarnya. Ops! Kumaha atuh, saya mah udah kadung cinta sama kopi sachetan. Haha.

Yes, menyeduh the real coffee ada tekniknya, lho! Komposisi air dan kopi juga temperatur air nya pun kudu diperhatikan, karena saling berpengaruh terhadap cita rasa dan kualitas hasil seduhannya. Menurut mas barista sih, ga boleh lebih dari 100 ml air saja untuk satu porsi kopi.

Jadi sekarang udah tau kan kenapa kopi buatan kita rasanya biasa saja, sementara yang dihasilkan oleh mesin khusus pembuat kopi ini rasanya pas banget di lidah, dan sensasinya begitu mewah penuh kenikmatan? 😀

The Tools

Untuk menghasilkan kopi yang nikmat ala cafe ternama, sudah pasti diperlukan tools yang oke punya dan memang diperuntukkan untuk menghasilkan kopi berkualitas international seperti kopi illy ini. Apa aja tools-nya?

Mesin. 

Mesin penyeduh kopi Illy pun tak hanya satu. Disesuaikan dengan fungsi dan tujuan akhirnya. Ada yang diperuntukkan untuk skala kantor atau rumah, hingga yang untuk skala kafe/komersial.

Mesin Penyeduh Kopi Illy

Mesin Penyeduh Kopi Illy

Kapsul Kopi Illy


Jadi selain mesinnya yang spesial, untuk menyeduh kopi berkuallitas sekelas kopi Illy ini, memang dibutuhkan takaran yang terukur/tepat. Karenanya, bubuk kopi Illy ini dikemas di dalam kapsul tersendiri, yang hanya bisa untuk sekali pakai, jadi benar-benar terukur takarannya. Selain itu, kemasan ini juga terjamin dari segi higinitasnya.

Kopi dalam kemasan kapsul hijau adalah kopi yang tingkat kafeinnya rendah, sedangkan kapsul berwarna merah adalah kopi espresso, sementara yang berwarna hitam adalah kapsul untuk kopi hitam atau dark coffee, di mana paling lama roastednya, sehingga pekat hasilnya.

Latte Art

Nah, ini yang dari tadi aku tunggu-tungguh, nih! Kalo menyeduh kopi, menggunakan tools yang sudah tersedia kan gampang yak? Tinggal ikutin prosedur. Namun finishing alias menghiasnya sebelum kita sajikan kepada tamu atau customer ini lho yang butuh teknik dan keahlian tersendiri. Di sini lah yang namanya pengalaman alias jam terbang sangat pegang peranan. Practise make perfect is really hold a solid point here! 

Latihan dan jam terbang memang sangat menentukan. Terbukti dalam praktek latte art ini, Sobs! Haha. Jadi, di penghujung workshop, kami diberi kesempatan oleh Mas Raka, sang barista untuk mencoba keahlian latter art. Menghias si kopi latte, dan ga main-main, ini dikompetisikan lho! Hihi.

Dan hasilnya? Kelihatan banget mana yang pernah melakukannya, mana yang sama sekali tak pernah menyentuh apalagi melakukannya, dan mana yang memang sudah terbiasa melakukan latte art ini.

Wanna see? Look at the image below deh! 

Kreasi sang barista, cakep ya?
Karya beberapa dari kami.
Ki-ka: Karya Bang Aswi, Opi dan Saya. Awas, jangan diketawain lho!
Having Illy Caffee di The Lounge

Kopi memang tak terpisahkan dari kebanyakan orang. Tak pula lepas dari sebuah jamuan. Selalu saja ada si hitam ini hadir melengkapi sebuah kebersamaan. Melengkapi sebuah agenda. Menikmatinya di sela-sela rapat kerja, pertemuan formal maupun informal, berkumpul dengan rekan mau pun kerabat, selalu mampu dihangat-rekatkan oleh kehadirannya. Kopi Illy, kini hadir di The Lounge, The Trans Luxury Hotel Bandung, melengkapi kebersamaan para tamu hotel mewah ini, diiringi oleh live musik nan elegan di ruangan yang bertabur design interior mewah nan klasik.

Sekilas tentang Illy Caffee,
di The Lounge - The Trans Luxury Hotel Bandung
Al, Bandung, 21 Oktober 2017
Siang itu, Sabtu, 14 Oktober 2017. Matahari bersinar lumayan terik, dan lalu lintas seperti biasa. Macet. Sabtu di Kota Bandung, gitu, lho! 😊  Mengantisipasi telat sampai lokasi, maka aku berinisiatif berangkat jauh lebih cepat, mengingat driving a car pasti akan butuh waktu yang jauh lebih lama daripada naik ojek online (ojol). Sebenarnya sih, pengennya naik ojol aja, etapi apa daya, ojol dan taxol (taxi online) sedang dimisuh-misuh oleh para pendemo sehingga mereka sementara waktu jadi 'beku' di Kota Bandung dan juga bagian Jawa Barat lainnya! Hiks...

Well, anyway, back to the topic. Agendaku hari itu adalah menghadiri undangan dari Alfamart yang akan meluncurkan 35 Koleksi Medallion Star Wars episode I-VII, di mana 7 medallionnya adalah versi limited editions, yang kini bisa didapatkan di gerai-gerai Alfamart!

Star Wars Medallions Limited Editions
Star Wars Medallions
Sumber Foto: Tian Lustiana
Ha? Alfamart kerjasama dengan Disney? Wow, keren! Segala ada ih di Alfa inih!

Yup, begitulah. Menjelang ulang tahun yang ke 18, Alfamart bermitra dengan Disney dan meluncurkan promo 35 koleksi Medallion Star Wars yang khusus dipersembahkan bagi para pecinta dan kolektor Star Wars. Acara peluncuran ini berlangsung meriah banget, dihadiri oleh Marketing Communication Manager Alfamart dan Star Wars Community Bandung. Eits, ternyata yang hadir bukan hanya member Star Wars Community (SWC) Bandung lho, ada juga member SWC dari daerah lain seperti Bogor. Mereka hadir dengan atribut Star Wars gitu, deh! Seru lihatnya, euy! 😀

Star Wars Community Bandung

Acara berlangsung seru, di mana diadakan juga lelang medallion yang disambut dengan sangat antusias oleh para member of the community, tapi membuatku melongo, karena baru kali ini melihat orang yang begitu antusias menaikkan harga demi memenangkan pelelangan, dan membawa pulang si medallion-nya. Wow! Seorang bapak yang aku lupa namanya itu pun berhasil memenangkan pelelangan setelah melontarkan ucapan 1.750.000 rupiah. Medalion itu pun berpindah tangan kepadanya, membuatku geleng-geleng kepala. Haha. Semahal itu? Oh... ckckckck....

Eits, jangan putus asa dulu. Kini kita bisa banget mendapatkan 3 biji medallions (per paket) di Alfamart cukup dengan membayar 15 ribu rupiah, lho! 

Ah, yang bener, Al! 
Iya, beneran kok! Cobain deh ke Alfamart sekarang, lengkapi koleksi kamu dengan mendapatkan koin-koin medallion itu di gerai-gerai Alfamart terdekat!

Tentang peluncuran koin-koin (Medallions) Star Wars
Yang sekarang available di Alfamart
Al, Bandung, 20 Oktober 2017
Body Rafting di Sungai Citumang Bikin Nagih!
Ember, cyin! Having body rafting di sungai Citumang itu emang bikin nagih pake banget, lho! Apalagi bagiku, yang memang suka banget dengan kegiatan outdoor yang satu ini. Jika sebelumnya aku beberapa kali ikutan rafting di Pengalengan, di mana raftingnya menggunakan perahu karet, yang pastinya seru banget dan bikin adrenalin melonjak, maka kali ini, aku berkesempatan untuk having fun with the activity called body rafting! 
Body rafting
Serunya Body Rafting di Sungai Citumang
Image taken by: Salman Biroe
Yes! Jadi yang rafting adalah badan kita langsung, tanpa perahu karet. Rasanya gimana? Rasanya pasti seru lah! Apalagi yang akan menjadi tempat untuk body rafting ini adalah di Sungai Citumang. Yang terkenal memiliki air yang jernih, bening dan dingin menyejukkan! Huft, rasanya aku ga sabar menanti pergantian malam ke pagi hari deh, saking pengen segera menikmati body rafting ini.

Aktivitas Outdoor di Hari Kedua Staycation di HAU Citumang

Hari masih gelap ketika aku terbangun oleh gemericik air sungai Citumang yang mengalir di bawah Peti Kemas yang telah disulap jadi kamar tidur di HAU Citumang. Peti Kemas? Yang bener, Al? Tidur di Peti Kemas? Emang ga panas? 
Ya enggak lah, Sobs! Peti Kemas yang ini beda! Menginap di dalamnya memberi sensasi tersendiri, lho! Ga percaya?
Baca deh di:  Sensasi Seru Tidur di dalam Peti Kemas

Melipir ke HAU Citumang ini memang memberi arti tersendiri bagiku. Rasanya bagai berada di negeri khayangan, di mana ada telaga bening yang airnya jernih menyejukkan. Ada kicauan burung yang bersahut-sahutan, mengajak kita membuka mata setelah istirahat malam. Ada ikan-ikan yang berlari kesana kemari di dalam air sungai yang bergemericik menciptakan simfoni tersendiri. Duh, sungguh sebuah surga yang menjanjikan kedamaian tersendiri!

Bersiap untuk having fun outdoor di Sungai Citumang. Yeaay!
Picture taken by @SalmanBiroe
Apalagi agenda kedua dari staycation kami adalah beraktivitas outdoor! Wow! Siapa yang ga akan hepi diajak body rafting. Etapi, sebelum body rafting, kami diajak untuk menikmati terapi kaki oleh ikan terlebih dahulu, lho!
Terapi kaki oleh ikan? Maksudnya gimana, sih, Al?

Terapi Kaki oleh Ikan Nilam

Terapi kaki di sungai citumang
Serunya Terapi Kaki
di kolam Citumang
Picture by Salman Biroe
Yup. Jadi ada aktivitas yang menarik banget nih yang bisa kita nikmati di area wisata Citumang, sebelum kita ke aktivitas utamanya alias body rafting, Sobs! Aktivitas apa kah itu, Al?
Nah, aktivitas paling menarik yang berhasil bikin orang tergelak-gelak adalah aktivitas terapi kaki menggunakan ikan Nilam. Jadi tuh, sungai Citumang itu tak hanya berair jernih menyejukkan, tapi di dalamnya juga berkembang biak ikan nilam. Yaitu ikan khas sungai Citumang, ukurannya kecil-kecil bergigi runcing (kayaknya, haha), hobinya tuh makanin sel-sel kulit mati yang ada di kulit kita. Jadi kalo yang kita rendam ke dalam kolam terapi adalah kaki, maka kaki kita akan dikerubungi oleh gerombolan si berat ikan nilam, mematuk-matuk dengan ganas hingga kita kegelian atau bahkan serasa kesetrum! Sensasinya itu, lho! Bikin gimanaaaa gituh! Beranikah kita mencelupkan wajah ke kolam terapi itu? Oh, NO! Seyeeeem! Langsung kebayang ikan piranha! 😅

Body Rafting di Sungai Citumang

Ini, Sobs! Paling menyenangkan dan memberikan sensasi tersendiri, dan selalu bikin aku pengen balik ke sini, lagi dan lagi! Habisnya, aktivitas body rafting ini asyik banget, sih! Etapi, body raftingnya rame-rame ya, kalo sendirian mah ga asyik, garing! Makanya kalo mau main ke sini, bareng teman atau keluarga, ya! Biar seru. 😀

Ok, Body Rafting. Jika selama ini kita mengenal rafting, yang menggunakan perahu karet itu, maka di sungai Citumang ini ga pake alat bantu, Sobs! Eh pake sih, yaitu pelampung. Ya, pelampung doank. Dan sensasinya luar biasa. Dinginnya air sungai yang jernih itu, beneran ngangenin, deh! Nih, aku, sambil nulis artikel ini aja, udah pengen balik ke sana lagi, untuk body rafting! 

Bersiap untuk body rafting, setelah terapi kaki by Ikan Nilam
Picture taken by @SalmanBiroe
Adalah Aa Jalu yang menjadi pemandu dari kegiatan Body Rafting ini. Pemuda lokal ini orangnya lempeng tapi kocak. Wajahnya serius gitu lho, Sobs, tapi niatnya untuk becanda itu tinggi banget, haha.

Anyway! Si Aa yang udah pengalaman banget akan kegiatan body rafting ini, meminta kita untuk mulai masuk ke sungai yang dinginnya nyusss! Adeem dan bening banget! Pendeknya, kita semua hepi banget deh disuruh nyebur ke dalam air sungai ini. Yang ternyata, di dalamnya juga banyak terdapat ikan Nilam. Dan begitu tubuh kita diam tak beraktivitas, maka jangan heran jika tiba-tiba kaki, tubuh, atau tangan kena setrum oleh gigi-gigi tajam si ikan nilam ini. Haha. Makanya kudu bergerak (gerakin kaki ala-ala berenang gitu, deh!).

Nah, sungai Citumang yang dipakai untuk rafting ini panjang berliku. Ada yang dangkal, ada juga yang lumayan dalamnya. Tapi karena kita semua menggunakan pelampung, maka walau ga bisa berenang pun, kita mah pede aja. Ga akan tenggelam toh?

Yang serunya, body rafting ini bukan sekedar menghanyutkan diri di arus sungai, lho! Tapi ada beberapa tempat di mana kita bisa uji nyali!

Uji Nyali dari Ketinggian. 

Yup! Apalagi kalo bukan melompat dari ketinggian ala-ala Deni si Manusia Ikan. Menurut si Aa Ajum, ada 3 titik uji nyali yang patut dicoba oleh setiap peserta uji nyali body rafting, yaitu titik 7 m, 3, serta titik lompatan dari tali yang membuat kita harus bergelantungan ala Tarzan. Nah, untuk ketinggian 7 meter di atas sungai, dimulai oleh Leon, Mas Nuz dan aku lupa sih siapa yang satunya lagi. Untuk sampai ke sana tuh, kita kudu naik dari dinding sungai yang dirambati oleh akar-akar pohon.

Ketiga peserta uji nyali pertama ini pun sudah berada di titik di mana mereka harus melompat. Tapi ya ampun. Ternyata, kalo sudah di ketinggian gitu, ga boleh banyak mikir lagi, ya, Sobs? Kudu langsung lompat (kalo perlu sambil merem deh) agar pikiran dan ketakutan datang menghadang.

Terbukti hal ini berlaku pada Mas Nuz. Si Pakde ini, berdiri penuh keraguan di atas sana. Dan sepertinya telah dikuasai oleh ketakutan sehingga membuatnya terpaku sekian lama untuk berani melompat ke dalam sungai. Dan..., berhasil kah si Pakde menjemput keberanian yang telah raib itu?
NO! Haha. Mas Nuz gagal terjun, malah memilih untuk turun kembali ke ke bawah melalui jalan naik tadi, yaitu dari akar-akar pohon, which is proses turunnya justru jauh lebih sulit. Haha.
Dan gara-gara peserta kloter pertama udah jiper, peserta kloter berikutnya pun jadi mundur teratur, deh! Atut euy! Haha.

Sungai Citumang memiliki beberapa spot di mana kita bisa melompat dari ketinggian, yang tingginya bervariasi. Dan pada ketinggian yang tak terlalu tinggi, serunya, hampir semua dari kami memang berani melakukannya, bahkan berulang-ulang. And it's so fun lho!
Sungai Citumang Body Rafting
Melompat ala-ala Tarzan gini emang seru banget! Byuuur!
Picture taken by @SalmanBiroe
Aku sendiri, begitu excited untuk lagi dan lagi melompat ala-ala Tarzan ini, lho, Sobs! Rasanya seru banget saat tubuh kita byuuurrr ke dalam air sungai yang jernih dan dingin itu. Seru pisan! Rasanya ga ingin udahan, deh! Etapi, si Aa Ajum sudah punya permainan lain lagi lho, yang tentunya tak kalah asyik.

Kereta-keretaan ala Citumang.

Yup, adaaaa aja! Lihat deh!
Sungai Citumang
Serunya bermain mengapung di dinginnya air sungai Citumang,
Membentuk kereta-keretaan yang ditarik oleh si Aa Ajum.
Picture belongs to Salman Biroe
Body Rafting
Serunya bermain mengapung di dinginnya air sungai Citumang,
Membentuk kereta-keretaan yang ditarik oleh si Aa Ajum.
Picture belongs to Salman Biroe
Lokasi Wisata Citumang
Serunya bermain mengapung di dinginnya air sungai Citumang,
Membentuk kereta-keretaan yang ditarik oleh si Aa Ajum.
Picture belongs to Salman Biroe
Surga Tersembunyi milik para Dewi

Ini cerita outdoor hari ketiga. Sesuai rencana, maka setelah sarapan, kita memutuskan untuk hiking. Mengambil jalan yang sering dipakai oleh para wisatawan mancanegara, yang katanya sih medannya lumayan melelahkan karena menanjak dan melalui hutan. Aku sih hepi mendengarnya. Karena hiking gitu lho!

Dan, jadilah kami mengikuti langkah kaki si Aa Ajum, yang memandu kami hiking pagi itu. Kami melangkah sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Satu persatu ada yang sudah mulai ngos-ngosan karena memang medannya ternyata lumayan juga.

Ada juga yang sebentar-sebentar bertanya pada si As berwajah lempang hobi bergurau itu, apakah masih jauh? Haha. Lelah ni ye?

Dan, ternyata, Sobs! Akhirnya, lelah itu berbayar sempurna! Lihat deh! Kami menemukan telaga milik para Dewi!
Lokasi Wisata Citumang
Surga Tersembunyi Di Lokasi Wisata Citumang,
Picture belongs to Alaika Abdullah
Sungai Citumang
Surga Tersembunyi Di Lokasi Wisata Citumang,
Picture belongs to Alaika Abdullah
Surga Tersembunyi Di Lokasi Wisata Citumang,
Picture belongs to Alaika Abdullah
Siapa yang tak akan hepi bisa berada di surga tersembunyi
seperti ini, kan?
Picture belongs to Alaika Abdullah

Ingin Body Rafting di sini juga, Sobs?

Bisa banget, lho! Cukup dengan budget 85 ribu rupiah aja, kita udah bisa sepuas hati menikmati aktivitas outdoor ini, lho! Sepuasnya! Jika kita bawa rombongan, bisa dapat diskon spesial pula! Oya, Sobs, selain jaket pelampung, kita juga bisa meminta ban sebagai salah satu properti selama kita beraktivitas body rafting ini. Jadi silakan pilih mau yang mana ya!

Terus, Al, itu kudu nginep di HAU Citumang kah untuk bisa ikutan body rafting gitu?

Eits, ga harus kok. Kita boleh datang khusus untuk kegiatan body rafting aja tanpa nginep alias PP (pulang pergi), atau mau nginep di tempat lain, atau nebeng di rumahnya Aa Ajum? Hehe.

Jadi, kapan nih mau ngajak rombongan sirkus mu untuk body rafting di sini? Jangan lupa dimulai dengan terapi kaki dulu ya, biar ngakak berjamaah sebelum terjun bebas ke dalam dinginnya air sungai Citumang! 😁

Serunya body rafting di sungai Citumang,
Al, Bandung, 21 October 2017

Promo Voucher Tiket Masuk Waterbom PIK Bikin Picnic Makin Sip.
Image from: bambideal.id
Yes, siapa coba yang gak suka picnic? Apalagi jika picnic-nya ke area wahana permainan air seperti waterbom? Pasti pada suka kan? Nah, aku juga suka. Walo udah emak-emak banget gini, tapi namanya bermain air, apalagi di wahana permainan waterbom yang begitu menantang, seluncuran pake ban, atau tanpa ban, dari tempat yang begitu tinggi, rasanya sesuatu banget, lho! Sensasinya ketika kepala dan tubuh disambut air itu, lho! Sungguh! Bikin adrenalin meningkat tajam. Mengguncang! 😁

Dan biasanya picnic kayak gini sih enaknya rame-rame kan? Makanya aku udah ngebujuk Intan dan papanya untuk picnic bareng ke waterbom Jakarta, tepatnya yang di Pantai Indah Kapuk itu, lho! Kan dekat banget tuh tempatnya dari mess-nya si papah. Lagian, udah lama juga sih ga picnic bareng kayak gini. Pasti seru tuh meluncur dari ketinggian, bertiga di atas sebuah ban kuning cerah, jejeritan histeris but happy, dan akhirnya byuurrr, masuk ke dalam air bening di bawah sana. Wow! Ngebayanginnya aja udah bikin hati ceria, hepi tak terkira. Kudu jadi nih. Ntar kalo aku lagi jadwal visit si papah, ngebujuk Intan untuk merapat ah, biar jadi nih keseruan bermain air di waterbom PIK.

Etapi, kalo bertiga gini, tiga tiket kerasa berat juga sih! Satu tiket seharga 270 ribu rupiah itu rasanya lebih dari lumayan, lho! Apalagi jika dikalikan 3, totalnya jadi 810 ribu rupiah juga bo'! Mihil amat yak untuk sebuah keseruan dan kebahagiaan. *Insting emak-emak mulai naik ke permukaan deh. Kekeupin kartu kredit maupun debit. Haha.

Eits, untungnya Intan hadir dengan solusi terbaik. Anak gadis tercinta ini kirim sebuah link yang langsung bikin hatiku hepi. 'Voucher Diskon Promo Waterbom PIK' judulnya, yang pastinya langsung bikin jemariku tak sabar untuk click the link and found the info! Wohoo! Ini mah, berita terbaik malam ini, sayang!

"Promo Voucher Diskon Tiket Masuk Waterbom Pantai Indah Kapuk Jakarta' - Judul ini menyambutku hangat begitu aku tiba di halaman BambiDeal website. Jujur, aku baru tau nih tentang BambiDeal. Jadi langsung kepoin home and about-nya, yang ternyata adalah website daily deals yang menawarkan produk dan jasa dari toko offline dan online dengan harga special. Wah, bookmarked langsung deh ini!

Back to the link, yang memang sedang menawarkan Voucher Diskon untuk Diskon Tiket Masuk ke Waterbom Pantai Indah Kapuk, memang merupakan info paling kece bagiku, yang tentunya akan langsung di-oke-in deh by Papa Intan. Habis harganya murah banget! Lihat deh!

Dari 270 ribu turun hingga ke 80 ribu rupiah per tiket.
Wow! Kapan lagi?
Image from: bambideal.id
Murah banget kan? Dari 270 ribu rupiah, turun hingga ke 85 ribu rupiah! Wow, dikalikan 3 jadinya cuma 255 ribu rupiah! Gile banget ini, mah! Kudu beli malam ini juga. Pake uang sendiri dulu, ah, ntar baru nagih ke si papah! Haha. *teteup, emak-emak mah ga mau buntung. Kudu untung, yak!

Yuk, Sobs, ikutan main ke Waterbom Pantai Indah Kapuk, yuk, mumpung lagi diskon nih. Dapatkan voucher diskonnya di BambiDeal, masih ada 64 hari waktu tersisa lho untuk promo ini, per hari ini lho, ya! (10 Oktober 2017)

Diskon voucher di BambiDeal
Beneran bikin hepi!
Al, Bandung, 18 Oktober 2017
Cap Bokong Penuhi Turunan Gunung Burangrang
Ini adalah lanjutan dari kisah sebelumnya (baca di sini). Kisah pendakian Gunung Burangrang, yang telah sukses memberikan pembelajaran tersendiri bagiku. Bagi teman-temanku yang lain juga hendaknya, sih! Dan sesuai janji, maka tulisan ini adalah lanjutan cerita sebelumnya, di mana di saat menanjak, kami membutuhkan tenaga dan kehati-hatian luar biasa karena medannya yang terjal, licin dan gelap (mendakinya di tengah malam).

Ternyata, Sobs! Seperti yang sudah aku kisahkan sebelumnya, proses menuruni turunan Sang Burangrang ini tak kalah melelahkan. Bukan hanya itu, turunan curamnya, di tambah landasan/pijakan yang masih licin, membuat kami gedebag gedebug ke tanah, sukses menjejakkan bokong di sepanjang jalanan curam itu, sehingga tak berlebihan jika judul artikel kali ini aku jadikan "Cap Bokong Penuhi Turunan Gunung Burangrang".

Baca kisah sebelumnya: Tertatih Mencapai Puncak Burangrang and I Made It

Tadinya sih, aku kira proses turun tentu akan jauh lebih mudah. Karena ga perlu mengangkat kaki dan paha sedasyat saat menanjak. Etapi, ternyata enggak begitu, Sobs! Jangan salah! Hehe. Proses turun, yang awalnya membuatku begitu bersemangat, karena telah istirahat, telah tidur, dan kembali berenergi, justru perlahan tapi pasti, menyumbang lelah dan berhasil (lagi dan lagi) bikin aku DOWN!

Perjalanan turun justru dua kali lebih sulit dari perjalanan naik, padahal sudah terang benderang. Bahkan di seperempat sisa perjalanannya, aku terpaksa menyeret langkah, karena paha terasa berat banget dan gemetaran!

Faktor umur kah ini? Kalo menurut dr. Dave, pemilik Lineation Center  ini mah, BUKAN! "Ini karena kamu BOLOS latihan! Jadi fisik kamu ga kuat. Jadi loyo!" Ops!

Yup, kerasa banget emang, Sobs! Olahraga, latihan fisik emang penting banget dalam persiapan untuk pendakian seperti ini. Pendakian ini sama sekali ga sama dengan pendakian ke puncak Gunung Gambung Sedaningsih dulu, di mana kami bisa mendaki seraya ha ha hi hi. Ini butuh napas, stamina, dan semangat baja. Semangat aja ga cukup. Tapi semangat BAJA dan latihan fisik!

Menuruni Bukit Tak Semudah Menuruni anak Tangga.

Yes. Awalnya sih, aku nyantai. Bahkan Lily sempat berujar, itu si Oma yang satu kok gesit banget ya, turunnya. Tadi waktu naik kepayahan minta ampun, ini turun kok udah sampai sana.

FYI, gelar Oma dilekatkan begitu saja oleh dr. Dave kepada kami bertiga. Alasannya sih sebagai terapi mental yang akan bikin kami berusaha untuk TIDAK seperti Oma-oma. Supaya kami berusaha gesit. Haha. Bisa aja nih si dokter! Lebih kocaknya lagi, gelar Oma Gembrott malah dilekatkan kepada Lily, terapi mental agar Lily semakin gesit dan berupaya untuk tidak gembrot. 😀😂  Padahal kita bertiga kan langsing dan singset, dok!

Anyway, aku yang tadinya gesit, bergerak lincah menuruni jalanan yang tadi malam hingga subuh itu kita pakai menanjak, maka kini kami menggunakannya untuk menuruni Sang Burangrang yang menjulang. Kepercayaan diriku memang tumbuh dengan kekayaan cahaya yang dilimpahkan sang mentari. Namun, ternyata, Sobs! Keok jugak di seperdelapan sisa perjalanan. Huft!

Burangrang Mountain
Menuruni Gunung Burangrang itu, ternyata lebih melelahkan daripada mendakinya!
Photo taken by: Nature Walk Bandung
Tired but Happy!
Picture taken by: Nature Walk Bandung
Menyeret Langkah saat Energi Telah Terkuras.

Sekuat apa pun semangat yang mengaliri diri, jika energi memang telah terkuras, ya tetap saja akan letoy! Paha dan kedua kakiku terasa begitu lemah. Lutut gemetar. Energiku memang telah terkuras. Sungguh, menuruni turunan licin Sang Burangrang memang sangat melelahkan. Bagiku. Entah bagi yang lain. Dan kuyakini benar kata-kata dr. Dave, bahwa latihan fisik memang KUDU banget untuk dilakoni sebagai persiapan sebuah pendakian. Apalagi dengan medan yang terjal seperti ini. Hadeuh!

Seperdelapan sisa perjalanan, langkahku melemah. Efeknya, rombongan pun jadi melambat laju turunnya. Walau mereka melangkah cepat di depan, mau tak mau mereka tentu harus menanti, ya, dengan istirahat menanti aku dan Nchie (yang setia menemani) jauh di belakang. Deden akhirnya pun jadi ikut mundur ke belakang, menemani bahkan membantu memanggul daypack-ku yang terasa berat dan membebani langkah, sehingga kini aku bisa melangkah lebih bebas dan ringan. Namun, tetap tertatih. Haha. Kuyakini diri, bahwa semangat yang masih tersisa ini pasti akan mampu membawaku kembali, hingga ke tempat di mana mobil Toyota Avanza yang kami carter kemarin telah menanti.

Kaki Kram dan Sulit Melangkah hingga beberapa hari.

Alhamdulillah, akhirnya, walau dengan langkah terseret, akhirnya aku berhasil juga mencapai lokasi meeting point. Avanza putih itu telah menanti sejak 30 menit yang lalu. Tak terkira syukurku menjangkau tempat itu. Sebuah saung yang terletak di pinggir jalan itu pun langsung menjadi tempat empuk bagi kami mengistirahatkan diri. Selonjoran adalah sebuah kenikmatan tiada tara. Apalagi ditemani sebotol cold tea yang kami beli di kios tak jauh dari saung. Hm..., nikmat! Alhamdulillah.

Tak satu pun yang bersuara saat perjalanan pulang ke Lineation Clinic. Kelelahan yang mendera membuat kami langsung lelap begitu si akang driver menjalankan mobilnya. Baru terjaga saat mobil telah berhenti karena memang sudah sampai ke tujuan. Alhamdulillah.

Tak menunggu lama, kami menuju kendaraan masing-masing untuk kembali ke rumah. Pesan dr. Dave untuk kembali besok sore ke klinik ini, guna fisioterapi adalah penyejuk hati dan harapan bagiku untuk bisa berjalan normal kembali. Hehe.

Yes, Dok! Besok aku balik ke sini. Fisio, sepertinya memang fisioterapi obat bagi kesembuhan kakiku kembali, deh!

Dan, Sobs! Sungguh, tak terkira rasa syukurku pada Ilahi, yang di sisa energi yang masih tersisa tadi, ternyata ku masih disayang oleh-Nya. Diberikan tenaga dan semangat serta keyakinan untuk terus melangkah. Plus, diberikan sahabat-sahabat yang begitu baik dan solid penuh kebersamaan dan rasa kasih. Duh, dr. Dave, Nchie, Lily, Deden dan Uki, haturnuhun pisan untuk perjalanan kita, ya! Aku belajar banyak banget, dan akan rajin-rajin olahraga, hehe.

Kapok naik gunung, Al? 
Hm, enggak donk, tapi kudu persiapan yang bener mah untuk ke depannya! 😊

catatan penuh pembelajaran,
pendakian Gunung Burangrang,
Al, Bandung, 17 Oktober 2017




Hari ini, aku ingin berbagi sebuah cerita! Cerita paling mengesankan, penuh perjuangan, haru, airmata yang mungkin tak disadari oleh teman-teman satu timku yang lainnya, dan rasa syukur yang tak teruraikan oleh kata-kata, karena aku berhasil kembali sampai di rumah dengan selamat, walau tertatih! 

Yup. Ini pengalamanku mendaki sebuah gunung, yang bagi para pendaki pro mungkin dianggap hanya setinggi 2.050 mdpl. HANYA. Tapi bagiku, di usiaku yang 47 tahun ini, itu bukan HANYA, tapi SANGAT tinggi.

Karena perjalanan kesana, Masyaallah, bagian bumi-MU yang satu ini kok GA ada bagian datarnya, sih, ya Allah? MENANJAK terus dari awal? Udah itu, terjal dan sulit pula. Licin jugak! Mana senterku (headlamp) mati pulak! Hadeuh! *Di situ saya merasa down!

Ya! Headlamp yang baru kubeli dan baru saja kuisi dengan 3 butir batre AAA energizer, kok malah Konsleiting! Padam. Sehingga melangkahlah aku di dalam keremangan cahaya (hasil nebeng dari teman lainnya), sungguh bikin badmood dan miris, sedih, nangis! 

Sebuah perjalanan yang juga mengajarkanku akan pentingnya kekompakan dan solidaritas pertemanan. Thanks to the whole team! 😍  Love you, all!

Pendaki Pemula, yang Memilih Pendakian Malam Hari

Pendakian Gunung Burangrang
Foto dulu lah sambil menanti jemputan.
Ki-Ka: Uki, Nchie, Lily, Deden, Alaika, dr. Dave
Yes! Kami berenam saja, dari sekian anggota Grup Nature Walk Bandung yang bersepakat untuk melakukan pendakian malam itu, Minggu dini hari, sekitaran pukul 01.30 wib. Dari ke enam kami, hanya Deden dan Uki yang masih berada di rentang usia anak muda, yaitu antara 24 - 26 thn, sementara yang lainnya, yaitu aku, Nchie, Lily Tasman dan dr. Dave sudah berada di rentang usia 40-an ke atas. Aku sendiri malah sudah 47 thn.

Saat itu, tak ada keraguan sama sekali di dalam diri akan kemampuanku mendaki hingga ke puncak. Sejak dulu, aku memang tak pernah memasukkan faktor usia dalam kesanggupanku melakukan sesuatu. Insyaallah, pasti sanggup, itu sugesti positifku, sebagai penyemangat dan penjaga bara api di dalam diri. Tentu saja karena selama ini juga terbukti bahwa daya tahan tubuhku masih oke banget untuk diajak bekerjasama dalam berbagai kegiatan outdoor yang menguras energy, sih.

Sayangnya, aku lupa memasukkan faktor latihan fisik yang konsisten di dalam bagian dari persiapan pendakian ini. *ituh, Al! 😀

Gunung itu Bernama Burangrang
Pendakian Gunung Burangrang
Gunung ini lah yang hendak didaki, bernama Gunung Burangrang
Awalnya, adalah Gunung Puntang, yang menjadi tujuan pendakian kami. Keinginan untuk menjejakkan kaki di Puncak Meganya pada ketinggian 2.223 mdpl bermula dari keberhasilan kami sebelumnya dalam menjejakkan kaki di puncak Gunung Gambung Sedaningsih, Pengalengan dan puncak Gunung Manglayang (yang Manglayang ini aku ga ikutan, karena sedang berada di Aceh saat teman-teman melakukan tektokan ini). Ah iya, bagi yang belum ngeh, TEKTOK adalah istilah untuk pendakian yang tidak bermalam, jadi sifatnya adalah PP (pulang pergi).

Pendakian Gunung Puntang

Namun, sehari sebelum pendakian, justru kami mendapatkan kabar bahwa karena alasan keamanan, ternyata Gunung Puntang ditutup untuk sementara waktu. Padahal kami sudah menyiapkan kaos pendakian dengan tulisan Gunung Puntang lho, di belakang si kaosnya. 😁 Yah, apa boleh buat, pasti akan ada hikmahnya. *catet!
Jadilah kami mengalihkan tujuan pendakian, dan dari hasil voting, terpilihlah Gunung Burangrang  yang kami tuju. Agenda kegiatan, tetap mengikuti agenda awal, baik jam keberangkatan mau pun tektokannya. Hanya tujuannya saja yang dialihkan.


Menuju Gunung Burangrang

Aku bahkan belum tau di mana Gunung Burangrang itu. Makanya langsung googling to find out about this phenomenal mountain. Namun, dari hasil googling pula, kutemukan kesimpulan beberapa pendaki yang telah ke puncaknya, bahwa view yang ditemukan di sana itu, tak sepadan dengan beratnya medan pendakian. Hm..., kita lihat nanti deh!

Gunung Burangrang ini ternyata berada di kawasan Bandung Utara, akses jalannya melalui alun-alun Cimahi - Jl. Kolonel Masturi - Parongpong - Sekolah Polisi Negara dan masuk ke arah Kp. Legok Haji. Untuk menuju kesana, kami sudah carter sebuah toyota avanza yang siap mengantar dan menjemput kami ke dan dari sana nanti. Meeting point adalah di DF Lineation Center, dengan biaya perorang untuk antar/jemput ini adalah IDR. 125 ribu per orangnya. 

Meeting Point at Lineation Center


Lineation Clinic
Nongki cantik sambil menanti jemputan
Yes, seperti biasanya, meeting point paling aman dan mudah adalah di Lineation Center, Jl. Lemah Neundeut No 10, Setrasari - Bandung. Yang beda kali ini adalah, meeting time-nya adalah pukul 23.30 wib, jelang tengah malam! Karena keberangkatan ke sana diperkirakan sekitar pukul 01.30 wib. Jadi sebelum berangkat, kami masih bisa repacking, check and recheck dulu, atau tiduran sejenak sebelum berangkat. 

Aku sendiri sudah tiba di tekape sekitaran pukul 22.30 wib, soalnya driving a car in the midnight juga agak-agak gimanaaa gitu. Makanya aku percepat aja ke meeting point-nya, biar aman. Toh sesampai Lineation, justru aku bisa istirahat, tidur-tiduran dulu di sofa empuknya sebelum mobil jemputan datang. 

Pendakian itu pun dimulai!

Jreng...Jreng!

Deden, the chief of the team
Toyota Avanza yang membawa kami akhirnya sampai ke titik akhir perjalanannya. Kulirik jam tanganku yang telah menunjukkan angka 1.30-an, baru saja lewat tengah malam. Kami turun dari mobil, sementara si akang driver melajukan mobilnya untuk mencari putaran balik. Jalanan terlihat sempit diapit oleh rumah-rumah penduduk. Ini di mana? Pikirku yang masih dalam keadaan mengantuk. Kebanyakan dari kami memang memilih tidur selama perjalanan tadi (dari DF Lineation Clinic ke Kp. Legok Haji - di mana pendakian akan bermula). Tidur selama perjalanan adalah salah satu cara charging energy kan? Juga agar dalam pendakian nanti ga ngantuk, sih! 


Setelah mendapatkan daypack masing-masing, kami pun memulai langkah. Berbekal headlamp yang telah nempel cantik di kepala masing-masing, penerangan itu pun menuntun langkah kaki kami menuju ke awal area pendakian. Adalah Deden yang kami amanahi tugas menjadi ketua pendakian ini, karena memang anak muda inilah yang paling tinggi jam terbangnya dibanding kami semua. Jika peringkat kami adalah pemilik sabuk putih di level Taekwondo, maka Deden telah memiliki sabuk hitam? Hehe. Yes, anak muda pecinta alam ini memang telah malang melintang jejak kakinya di berbagai puncak gunung tanah air. Atau malah sudah sampai ke luar negeri segala? Entah lah, aku lupa menanyakannya. 😀


Aku melangkahkan kaki di belakang Lily, seingatku, di belakangku barulah Nchie. Cahaya benderang yang memancar strongly dari headlamp-ku (kan baru beli) memberi kepercayaan diri untuk melangkah dengan pasti, menyusul teman lainnya. Namun sayang..., di sinilah pemicu badmood itu berulah!

Baru beberapa langkah, mungkin sekitar 100 meteran, si headlamp bikin masalah! PADAM! O ow! Kucoba melepaskannya dari kepala, dan coba meng-on-off-kannya beberapa kali. Hasilnya tetap PADAM. Tak ada secercah cahaya pun yang mampu diberikannya. Astargfirullah... Tuhan, pertanda apa ini? Plis..., jangan sekarang. Biarkan aku lanjutkan perjalanan ini, plis... Neutulong lon, ya Allah. Doaku. 😑
Namun tetap saja, si headlamp tak juga menyala. Aku terpaksa melangkah dalam kegelapan, berbekal biasan cahaya dari headlamp teman-teman lainnya. Duh! Baru di awal sudah begini? Siapa yang ga langsung badmood coba?

Kami mampir di sebuah pondok di atas sepetak tanah datar. yang di dalamnya duduk seorang Bapak tua. Deden melaporkan niat pendakian kami ke si Bapak, lalu bergabung dengan beberapa anak muda yang sedang memanaskan air di atas sebuah tungku. Kayaknya akan bikin kopi. 
Kami pun saling menyapa dan berinteraksi dengan mereka, dan sepakatlah kami untuk mendaki bersama. Asyik. Rombongan yang tadinya hanya ber-6 kini jadi ber-11. Nambah teman seperjalanan rasanya lebih bersemangat, deh!

Namun hatiku masih miris dan risau. Sedih! Ku tak memiliki cahaya. Nyesal banget rasanya aku tak jadi bawa senter tangan sebagai cadangan. Duh. Kuutarakan pada dr. Dave masalah yang sedang kuhadapi, dan olehnya, dicoba perbaiki si headlamp itu. Teteup saja, PADAM!

Akhirnya sebuah senter jepit (emergency light) kecil mungil keluar dari daypack dr. Dave untuk bekalku menerangi langkah. "Nih, kamu pakai ini aja. Jepit aja di bagian dada, biar ga repot megangnya." Pandu si dokter kece itu. Kucoba ikuti petunjuknya dan mencoba cahayanya. Sip! Bolehlah! 

Ya Allah, lancarkan perjalananku malam ini ya Allah. 

Namun di balik doa itu, feeling-ku terasa negatif. Badmood bener-bener menguasai. Bahkan emosi pada si penjual headlamp menyelinap kuatkan rasa badmood itu sendiri. Huft. 

Mari kita Melangkah. Mari kita mendaki.

Setelah istirahat sekitar 15 menitan itu, kami pun membentuk barisan. Sesuai kesepakatan, maka Deden melangkah paling depan, sebagai penunjuk jalan dan the chief of the team, sementara salah satu dari kelima anak muda yang ikutan bergabung bersama kami, menjadi penutup rombongan. Aku ga tau apa istilahnya. Yang jelas, dia bersedia untuk berjalan paling belakang, untuk berjaga-jaga agar keseluruhan tim tetap bersama, ga nyasar. Good arrangement!

Kami pun memulai langkah dengan penuh semangat. Mencoba untuk tak banyak bicara karena memang perlu saving energy dan napas. Aku sendiri, mencoba bersahabat dengan emergency light mungil yang diberikan dr. Dave tadi. Alhamdulillah, dia bekerja dengan baik, memberiku penerangan sehingga langkahku terasa ringan. Namun, tak bisa dipungkiri, badmood gara-gara headlamp yang konsleit teteup bercokol di hati. Kucoba untuk berdialog dengan batinku, membujuknya untuk membantuku ringankan pendakian ini. 
Pendakian ke Burangrang
Tertatih melangkah di kegelapan malam

Etapi, langkah kami yang kian menanjak, kegelapan malam karena kami mulai masuk ke dalam hutan, jelas membuat cahaya langit terlihat redup. Emergency light mungil ini tentu tak maksimal lagi dalam menerangi langkahku. Terasa redup. Ditambah pula dengan landasan yang licin, terjal, dan rentan longsor karena tanah tak padat, membuat kami harus melangkah ekstra hati-hati. Apalagi kami sempat bertemu dengan pendaki lainnya yang terpaksa mendirikan tenda di tengah pendakian mereka, karena backpack milik salah satu dari mereka jatuh ke jurang. Hiii, serem. *Disini aku mulai waswas. Aku takut nyemplung ke jurang yang jaraknya hanya 7 atau 10 jari di sebelah kiri. Hayyah, cahaya mana cahaya! 

Tuhan, pendakian ini mulai terasa berat. Napas kami terdengar ngos-ngosan. Berpacu menderu. Huft. Kami masih melangkah, perlahan dan pasti. Mencoba menjejak seaman mungkin agar tak terpeleset di atas tanah licin itu. Namun apa dayaku, penerangan yang redup, membuat langkahku terasa semakin sulit. Untungnya Nchie dan dr. Dave secara bergantian membagikan cahaya dari senter mereka untuk terangi jalanku. Hingga perlahan tapi pasti, berhasil juga kami mencapai pos 1. Istirahat sejenak, lalu lanjutkan perjalanan. 

Pos 2, Memanjat, Menanjak, Berpegangan di akar dan dahan pepohonan,
dan kemudian mulai letoy.


Pendakian yang seakan tak berujung
Foto by Nature Walk Bandung
Pendakian panjang yang seakan tak akan berujung. 2.050 mdpl yang harus ditempuh. Dan medan yang sulit ini benar-benar menguji ketabahan dan kekuatan fisik. Langkah terus berlanjut, setelah tentu saja beristirahat di tempat-tempat dimana kami butuh untuk break. Rasanya adalah hal yang mustahil bertemu dengan tanah datar untuk sejenak saja, karena memang sesungguhnya lah medan tempur kali ini adalah TANJAKAN melulu hingga ke puncak. Belum lagi di banyak tempat kami harus berpegangan pada akar atau dahan pepohonan sebagai daya dukung agar bisa memanjat ke atas tanjakan, atau merunduk karena ada lekukan pepohonan atau tanah yang membentuk dinding. Aku hampir frustasi, karena selain fakir cahaya, juga staminaku mulai anjlok. Entahlah, mungkin karena kurang latihan fisik, sih.

Langkahku mulai terasa berat dan loyo. Namun tetap harus berlanjut, apalagi melihat teman-teman lainnya yang masih begitu bersemangat. Hebat euy stamina mereka. Bahkan Lily yang awalnya terlihat mulai ngos-ngosan, kini malah telah berhasil mendapatkan kembali semangatnya. Wow! Melihatku yang mulai kepayahan, Lily malah meminjamkan pool stick-nya (tongkat) untuk kupakai dalam meringankan pendakian. Thanks, Ly. 😊

Kehilangan Sunrise, dan Tertatih Mencapai Puncak

Seakan semesta sedang tak bersahabat denganku kali ini. Ibarat si tua renta, aku semakin down. Pahaku semakin berat saja, padahal aku sudah pakai pool stick dari Lily. Lelah dan loyo. Kedua kaki dan lutut semakin sulit diajak bekerjasama. Tinggal aku, Nchie dan dua anak muda (teman baru di pendakian) yang masih di belakang. Itu pun karena ketiganya setia menemaniku. Duh, aku jadi ga enak deh. Bikin langkah mereka terhambat seperti ini. Namun di sini juga aku jadi belajar memahami. Bahwa di sini lah sebenarnya sebuah kesetiaan diuji. Solidaritas pertemanan diperlihatkan. Bahkan orang yang baru kita kenal pun, bisa terlihat kualitasnya di pendakian seperti ini. Aku sungguh terharu dengan kebaikan semua teman-teman sependakian ini. 😇  Sempat juga terlintas sebuah pertanyaan di hatiku, apakah cukup kali ini saja aku mendaki, dan menyudahinya setelah ini? Jangan memaksa diri jika fisik sudah tak kuat lagi! Begitu bisik hatiku.

Nchie terus menyemangati, begitu juga kedua anak muda yang unyu-unyu ini. Ayo, Mba, dikit lagi. Tuh, udah keliatan puncaknya. Begitu juga dengan Deden, dr. Dave, Lily, dan Uki dari kejauhan mereka menyemangati, bahwa puncak sudah sebegitu dekat. Aku sendiri, berusaha memompa semangat diri. HARUS sampai di puncak. Ga lucu kan kalo aku memilih nongkrong di tengah jalanan terjal ini? Dan sudah pasti tak akan diijinkan aku menyendiri begini. Maka, sugesti positif yang aku bisikkan ke dalam diri adalah, AKU PASTI KUAT. Harus sampai ke puncak, walau tertatih. Karena sesungguhnya selama ini aku sanggup, kok! Dan bener saja, walau air mata mulai menggenang, berupaya keras mengusir si badmood yang begitu setia menghantui, kini cercah cahaya mentari yang bersemburat di ufuk Timur sungguh mencerahkan hati. Menimbulkan harapan dan semangat baru bagiku untuk terus mencapai puncak. Biarlah tak melihat sunrise, tapi berhasil sampai di atas.

Yes, I made it! We made it!

Alhamdulillah ya Allah. Semangat yang kembali, akhirnya mampu menuntun langkahku untuk berhasil sampai di atas. Puncak, yang tadinya aku harap adalah hamparan tanah datar yang luas, ternyata hanya sepetak tanah yang luasnya sebenarnya tak seberapa. Beberapa anak muda dari rombongan lain telah memasang 1 atau 2 tenda di sana. Kami menyapa mereka dengan ramah, lalu menyeberang ke hamparan tanah lainnya tak jauh dari tempat pertama.

Alhamdulillah. Ku benar-benar lelah. Lily langsung membentangkan plastik tipis yang dibawanya sebagai alas duduk kami. Lalu tanpa ba bi bu, aku langsung merebahkan diri. Tak peduli lagi dengan view puncak gunung yang entah bagaimana. Indah kah? Kurang indah kah? Ku tak peduli lagi. Aku lelah. Kubuka sepatu yang setia menemani langkahku, dan langsung tiduran di hamparan plastik yang dibentang Lily. Nchie, Lily, dr. Dave, dan yang lainnya sepertinya masih sempat foto-foto, atau malah ikutan selonjoran bahkan tiduran di matras yang mereka bawa? Entahlah.

Yang pasti, kami pun terhampar lelap tak lama sesudahnya. Haha. Pendakian ini, ampyun dijeee! 😁
Gunung Burangrang
Kehilangan Daya - Terkapar, Lelah!
Ki-ka Atas: dr. Dave - Deden
Kiri Bawah: Lily, Alaika, Nchie
Kanan Bawah: Uki
Foto by Nature Walk Bandung
Here We Are!

Yup. Pendakian mencapai ujung. Alhamdulillah. Tidur lelap kira-kira lebih dari 1 jam-an, kami kemudian bangun dan menyiapkan sarapan masing-masing. Aku sendiri lebih memilih minum energen sereal yang praktis, daripada membuat mie instant atau yang lainnya. Tak lama sesudahnya, kami pun taking pictures. Mendokumentasikan jejak langkah kami yang akhirnya berhasil menjejak puncak Burangrang ini. Dan?

Dan benar kata artikel-artikel yang kubaca sebelumnya, bahwa effort yang luar biasa untuk mencapai puncak ini, sesungguhnya tak sebanding dengan view yang kita dapatkan di sini. Lelah ini serasa kurang terbayar. Kata lainnya adalah, Burangrang kurang instagramable mah! Menurutku, loh ya! 😄,

Anyway, kami bersyukur telah sampai ke puncak gunung ternama ini. Dan here are the pictures! Tetap kece walo tubuh serasa luluh lantak kan?

Burangrang Mountain
Lelah ini, berbayar sudah!
Foto by Nature Walk Bandung.
Burangrang Mountain
Siapa yang ga hepi kalo sudah begini?
Tinggal mikirin turunnya nih. Haha.
Foto by Nature Walk Bandung.
Tertatih ke Puncak Burangrang, Cap Bokong Penuhi Turunan Burangrang. 😁

Tadinya sih, aku kira proses turun tentu akan jauh lebih mudah. Karena ga perlu mengangkat kaki dan paha sedasyat saat menanjak. Etapi, ternyata enggak begitu, Sobs! Jangan salah! Hehe. Proses turun, yang awalnya membuatku begitu bersemangat, karena telah istirahat, telah tidur, dan kembali berenergi, justru perlahan tapi pasti, menyumbang lelah dan berhasil (lagi dan lagi) bikin aku DOWN! Perjalanan turun justru dua kali lebih sulit dari perjalanan naik, padahal sudah terang benderang. Bahkan di seperempat sisa perjalanannya, aku terpaksa menyeret langkah, karena paha terasa berat banget dan gemetaran! Faktor magis kah? Atau faktor kelelahan?

Yang pasti, pendakian ini sungguh memberi pelajaran tersendiri bagiku, Sobs! Yuk, lanjut ceritanya di artikel berikutnya di sini ya! 😊


Pengalaman tak terlupa,
Mencapai Puncak Gunung Burangrang,
Al, Bandung, 16 October 2017
(2.446 kata)
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Pesan Google agar Aman nge-Job Review dan tetap Terindeks
  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • It's Me!
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Srikandi Blogger di mataku.
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes