My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty

Mendapat kiriman capture untaian kalimat di atas, dari seorang sahabat baik di wall facebook, sungguh membuat hati terenyuh. Dan, tiba-tiba saja hati ini basah! Oh Tuhan, semoga bait terakhir dari untai kalimat di atas tak pernah terjadi. 

If one day you feel like crying,... call me
I don't promise that I will make you laugh
But I can cry with you

If one day you want to run away
Don't be afraid to call me
I don't promise to ask you to stop
But I can run with you

If one day you don't want to listen to any body, call me
I promise to be very quiet

But,...
If one day you call and there is no answer....
Come fast to see me
Perhaps I need you.

Thanks for dropped them on my wall, semoga kamu selalu di sana kala daku memanggil yaaa. :) and thanks for your call today. 

sebuah catatan kaki,
Al, Bandung, 26 Januari 2014


Malam ini, bertempat di sebuah rumah mungil, kota Sukabumi, postingan ini meluncur bebas ke hadapan Sahabat semua. Lagi-lagi rilis via Blackberry dikarenakan koneksi internet yang becandanya keterlaluan banget. Ga ada sinyal! Huft. Maka, sambil tiduran akibat lelah driving seharian, here is the article in order to keep posting! #1Day1Post, kudu ditaklukkan. Hehe.

Driving! Ada yang menyukainya? Bagiku sendiri, mengemudi mobil adalah sebuah aktivitas yang sangat menyenangkan. Apalagi jika sedang stress, mengemudi adalah salah satu caraku meredakan stress. Apalagi jika drivingnya di malam hari, wah, rasanya happy banget. Driving sendirian, adalah hal yg paling aku suka saat sedang galau. Rasanya happy gimana gitu bisa berduaan dengan Gliv (Grand Livina) tersayang.
Nah, apa yang biasanya Sobats lakukan jika sedang stress?

Sekedar coretan menjelang tidur,
Al, Sukabumi, 25 Januari 2014
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Judul ini sudah bolak balik deh kayaknya jadi judul dan thema artikelku. Bukan sekedar memperkaya jumlah entry/postingan, tapi memang begitulah kata hati yang saat ini bergema.

Tinggal jauh dari putri tercinta, membuat kami sangat bergantung pada technology komunikasi dan tentu saja koneksi yang berjaya. Dan Alhamdulillah, akhir2 ini, koneksi baik di tempatku, Bandung mau pun di tempat Intan, Banda Aceh, cukup baik. Terutama saluran seluler. Sehingga, malam ini, diskusi kami berlangsung apik. Alhamdulillah. Dan Alhamdulillah juga, aku masih dipercaya oleh Intan untuk menjadi teman diskusi bisnisnya. Bahkan putri tercinta mengajakku untuk join bisnis dengannya. What? Ya Allah, anakku sudah dewasa! Sudah semakin intens berbisnis, dan barusan malah berdiskusi denganku tentang bagaimana memajukan dan mempromosikan bisnisnya via blog dan socmed. Oh my God! My litle girl is grew up! Udah gede! :)

Dan, obrolan via BBM pun berpindah ke saluran telefon, bicara lebih dari satu jam. Mulai dari bisnis, pelajaran, teman dekat hingga baca doa tidur. Ah, indahnya! Tak terbayangkan bagaimana jadinya kami jika tanpa kecanggihan technology. Bisa mati kutu deh diserang rindu. Thanks, Technology!

Sekedar catatan penutup malam
Al, Bandung, 24 Januari 2014
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Credit
Awan dan hujan sepertinya memang sahabat sejati. Ketika kandungan H2Onya mencapai batas atau melebihi kapasitas, langsung deh sang hujan mengambil peranan. Titik-titik air itu pun menjelma menjadi jarum-jarum kecil yang menghunus bumi. Basahi permukaan tanah juga dedaun dan pepohonan. Bangunan rumah mau pun gedung tak luput dari siraman, termasuk juga siapa pun yang sedang melintas tanpa perlindungan.

Hujan. Siapa yang tak suka hujan? Kuyakin, kehadirannya senantiasa dinanti, terutama oleh para petani untuk sirami padi dan palawija, juga dicinta oleh kanak-kanak yang gemar berlarian berhujan-hujanan. Namun, ketika curahannya tiada henti, disitulah keluh kesah mulai menggema, banjir melanda dan musibah merajalela. Seperti yang sedang terjadi saat ini, di berbagai daerah Indonesia dilanda musibah serupa. Banjir. Juga ibukota Jakarta tak luput dari musibah yang sama. Banjir, tak hanya memakan korban harta benda, tapi juga merenggut jiwa. Seperti halnya api, maka hujan pun punya pemeo yang sama. Kecil jadi kawan, besar jadi lawan.

Photo taken by Teh Dey
Namun, untuk kota Bandung sendiri? Agaknya kekompakan sang awan dan hujan telah berefek sempurna. Eits, jangan salah kira dulu. Efek sempurnanya adalah dalam hal mengembalikan udara kota Bandung! Duluuuu banget, sekitar tahun 2008, rasanya Bandung tuh masih Bandung [baca: berudara dingin] banget deh. Etapi, kok iya sekarang ini, main ke kota Bandung, bahkan tinggal di kota 'dingin' ini udah ga berasa lagi dinginnya? Benerkan, Sobats Blogger Bandung? Rasa dingin itu menguap, berganti panas akibat global warming yang juga telah berhasil menyentuh kota kembang ini. Huft. Suer deh, Sobs! Aku sampai bawa tiga selimut tebal [bed cover] kesayangan lho, waktu baru pindah kesini, untuk antisipasi dinginnya udara di kota ini. Tapi ternyata, Sobs? Udah ga sedingin dulu lagi. Apalagi di tempat tinggalku, ga perlu pake selimut sama sekali deh. Huft! Kuciwa. Hehe.

Tapi akhir-akhir ini? Hujan yang menyeluruh di seluruh tanah air ini, ternyata juga begitu setia membasahi dan mendinginkan udara kota kembang ini. Dan akibatnya? Hiiiii, dingiiiiin! Banget! Ini baru Bandung! Daaaaan, bed coverku berfungsi sempurna deh. Yuk, Sobs, tarik selimut yuk! Hehe.

Sekedar coretan,
Al, Bandung, 23 Januari 2014


Mie, adalah penganan yang paling diminati oleh banyak orang. Untuk orang Indonesia sendiri, mie pangsit, mie bakso, mie goreng, kwetiaw dan aneka olahan mie lainnya, adalah merupakan penganan yang tak lagi asing di lidah dan menjadi andalan untuk mengisi perut? Betul? :D
Tapi, banyak juga dari kita, yang selalu kuatir akan hal ini;  seberapa sehatkah mie itu? Berapa persenkah pengawet yang disertakan di dalamnya? Terbuat dari daging apakah baksonya? Dan lain sebagainya dan seterusnya. 

Apalagi dengan aneka isu yang suka merebak di lingkungan sekitar kita, tentang rumors yang mengatakan bahwa mie A, baksonya terbuat dari daging tikus, mie B kebanyakan formalin, dan aneka rumors lainnya yang menurut hasil investigasi adalah benar adanya, maka semakin was-was lah sebagian besar dari kita untuk sembarangan mengkonsumsi mie.

Aku sendiri adalah penyuka mie dan walau begitu banyak informasi yang berkembang agar kita berhati-hati dalam mengkonsumsi kuliner yang satu ini, tetap saja kerinduanku untuk mengkonsumsi mie, terutama mie pangsit-baso, tak bisa dikesampingkan. Apalagi ketika mendapat undangan dari Mie Roemah, yang mengundang 20an blogger untuk mencicipi sajian khas mereka, maka aku pun langsung mengiyakan. Sempat juga browsing ke facebook-nya untuk dapatkan info lebih lengkap. Wow, foto-foto aneka mie yang tersedia di sana begitu menggiurkan, dan lebih menariknya lagi, kabarnya mie yang disajikan di Mie Roemah adalah produksi Mie Roemah sendiri, yang artinya adalah bersih/hygienist, dan bebas pengawet pastinya. Maka, semakin tak ragu deh aku untuk hadir di sana nantinya.

Dan tepat di hari H, mengandalkan asisten setiaku, Mba GPS yang bersuara seksi, meluncurlah kami ke tekape. Aih, walau sudah dipandu oleh Mba GPS, teteup aja tradisi nyasar masih melekat di kehidupanku! Hadeuh. Apalagi ketika memasuki kompleks perumahan, ah, yang bener donk Mba, masak Mie Roemah lokasinya di dalam kompleks perumahan? Tapi setelah BBMan sama Neng Evie, ternyata emang bener lho, Mie Roemah itu letaknya memang di dalam kompleks perumahan, makanya dinamakan Mie Roemah. Hm, I see. 

Mie Roemah 

Pinjem Foto dari Kang Adi
Mie Roemah memang terletak di dalam kompleks perumahan, tepatnya di jalan Pasir Luyu V No 4, Bandung. Patokanku adalah Jalan BKR, ketemu Pom Bensin dan Alifa Mart, ada sign board 'Mie Roemah' menuju gang tepat di samping Alifa Mart. :D

Sesampai di tekape, aku disambut oleh Mba Widi [pemilik Mie Roemah], Neng Evie Sri Rahayu, Meti Medya, Kang Adi LeLucky dan beberapa teman blogger yang sudah duluan berada di tekape.  Asyik, jadi bisa langsung makan-makan deh ini, Haha langsung ada teman, ga sendirian! Dan memang, ga pake lama, pegawai Mba Widi pun menghidangkan penganan andalannya, Mie Roemah. Yeaaay!! 

Sumber Foto dari Mie Roemah Facebook
Gimana, Sobs? Kebayangkan lezatnya? Hm, nyam...nyam, yummy!
Kebetulan diriku kebagian menu Yamin Asin Ayam Rica, dan rasanya? Wow, yummy! Pas di lidah banget! Seporsi rasanya kurang bo'. Hehe. 

Ga berlebihan jika kukatakan mie yang satu ini terasa begitu nikmat dan pas di lidah. Mungkin karena mienya sendiri memang diproduksi langsung oleh 'Mie Roemah' dengan mengandalkan resep warisan keluarga. Dan satu hal yang paling ditekankan oleh Mie Roemah adalah bahwa mereka pantang menggunakan pengawet dan pengembang! Sehingga jelas aman bagi perut donk, termasuk perut ibu-ibu hamil dan anak-anak kan? Ah iya, selain bahan baku mie, Mie Roemah juga memproduksi sendiri bahan toppingnya seperti pangsit, bakso dan bahan ayam lainnya. 

Tadinya aku mengira bahwa Mie Roemah ini baru saja berdiri, e-ternyata, Sobs! Sudah ada sejak 4 tahun lalu lho, tepatnya pada tanggal 1 Desember 2009. Dan selama berada di sana, kami juga menyaksikan banyak customer yang datang silih berganti, menikmati sajian-sajian menu Mie Roemah. Tak hanya karena rasanya yang pas di lidah, tapi selain mienya yang diolah secara hygienist dan healthy, resto-nya sendiri juga memang cozy banget sih! Jadi ga heran jika banyak pelanggan yang datang berpasangan mau pun berombongan, untuk kongkow sambil mengisi perut. 

Terus gimana dengan pelanggan yang tak suka mie? Oops, jangan kuatir, Sobs! Mie Roemah juga menyediakan aneka penganan lain lho, seperti Nasi Campur Ayam, Ayam Goreng Kremes, Nasi Ayam Bakar, Ikan Goreng Mujair, dll. Untuk camilan sendiri, banyak juga pilihannya lho. 

Sumber Foto dari Mie Roemah Facebook
Gimana, Sobs? Cukup mengundang selera yaaaa? Tak hanya itu, kongkow-kongkow di sini juga bikin betah banget lho! Lihat aja nih pasukan Blogger Bandung, enggan beranjak euy!


Dan penasaran dengan pemilik Mie Roemah? Ini dia nih, Sobs! Mba Widi, yang sebelah kiri lho yaaa. :)


Nah, bagi Sobats penikmat aneka penganan mie, udah tau kan kemana harus mencari mie nikmat yang hygienist dan healthy? Emang agak jauh sih, tapi demi cita rasa nikmat, jauh dikit ga masalah kali yaaa. Hehe. Biar ga nyasar, sok atuh liat dulu map di bawah ini yaaa....


catatan kuliner,
Al, Bandung, 22 Januari 2014

Rasanya sudah seperti berabad lamanya Nita memendam kebencian pada Rafi, kakaknya yang tak seberapa ganteng dan sok perhatian itu. Ada saja tingkah lelaki itu yang membuat dirinya jengah. Dina, sahabat karibnya sering bilang, "Rafi tuh ga salah, dia peduli denganmu, makanya dia begitu memperhatikan dan selalu ada untukmu. Harusnya kamu bersyukur lho, Nit, punya abang yang begitu menyayangimu. Aku saja, akan bersyukur banget andai Allah memberiku seorang kakak sepertinya."

Ah, kamu ga tau sih. Coba kalo kamu di posisiku, pasti kamu akan muak dan jengah Dit! 

Dulunya, Rafi memang seorang kakak yang hangat, baik dan tidak seperti ini. Tapi sejak kematian suami Nita, justru Rafi tampil sebagai pelindung yang melebihi superhero dan ngalah-ngalahi bodyguard. Membuat Nita jengah sendiri. Kemana-mana, walau tidak terlihat di sampingnya, tapi anehnya, Rafi tuh tau aja setiap aktivitasnya. Apalagi jika Nita ketahuan dating atau kongkow-kongkow berduaan dengan cowok, hadeuh, habis deh, ada aja nanti petuah yang meluncur bebas dari bibir kakaknya yang tak seberapa tampan itu. Jadi janda tuh harus bisa menjaga sikap!

Ingin rasanya Nita mengadu pada ayah ibunya, tapi bagaimana? Keduanya malah telah terlebih dahulu menghadap sang Pencipta. Ah, sudahlah, hadapi saja Rafi dengan lapang dada. Begitu tekadnya suatu ketika. Namun tekad itu raib, setiap sang kakak yang masih melajang itu beraksi, menunjukkan superhero-nya. Dita juga yang jadi tempat pelariannya.

Malam itu, Nita tak lagi mampu menahan dirinya. Baru saja dia menghempaskan dirinya di tempat tidur, lelah setelah seharian meeting yang dilanjut dengan menemani tamu dan bosnya berkaraoke di sebuah cafe, eh si kakak yang super protektif menghubunginya. Menanyakan dari mana? Apa ga bisa menjelaskan pada bosnya agar tidak sampai harus bekerja hingga larut malam seperti itu? Agar Nita ingat untuk menjaga kesehatannya, bla..bla...bla. Akhirnya, mungkin dikarenakan lelah dan juga rasa tak suka yang sudah memuncak, rasa jengah yang telah terakumulasi sedemikian rupa, maka melalui percakapan telefon itu, kemarahannya meledak.

Ucapan penuh emosi yang meluncur dari mulut Nita, ditambah pula dengan aneka kata mutiara yang tak hanya pedas, akhirnya membuat Rafi terkesima. Tertohok tapi juga tersadar. Jika kelakuannya itu ternyata malah telah membuat adiknya terkekang. Telah menimbun kebencian terhadap dirinya dari sang adik terkasih. Satu-satunya saudara kandung yang dia miliki. Pedihnya lagi, Nita dengan begitu semena-mena, meluncurkan sebuah kata yang tajamnya mengalahi mata pedang sembilan benua. Tersadar dan juga terluka. Rafi menutup telefon tanpa sempat meminta maaf jika kelakuannya telah membuat adiknya terbelenggu selama ini.

Lajang tua itu, duduk bersimpuh. Termangu sekian lama, hingga akhirnya sebuah kesadaran membawanya ke kamar mandi untuk berwudhu. Bersujud di atas sajadah, lelaki itu bermohon kepada Allah agar petunjuk dan keselamatan dialamatkan Allah bagi adik terkasih. Sementara untuknya, dia berjanji untuk merubah sikap. Tak akan lagi terlalu ikut campur urusan adiknya. Toh sang adik telah dewasa, bahkan telah menjadi seorang ibu pula. Tak perlu lagi dia sibuk-sibuk menjaga apalagi mengurusnya. Aku akan menarik diri, begitu tekadnya.

Lalu Rafi menepati janjinya pada dirinya sendiri, tak lagi muncul secara intens di hadapan Nita. Tak juga ingin memantaunya lagi. Perlahan dia menghilang, walau tetap tinggal sekota. Rafi menyibukkan diri dengan urusannya sendiri, fokus pada bisnis kehidupannya pribadi.

Nita? Tentu Nita berasa beroleh anugerah akan perubahan ini. Merasa terbebas, tak ada lagi mata-mata! Hingga suatu ketika, dia mendapat telefon dari rumah sakit, bahwa Rafi, kakak semata wayang itu telah berpulang ke rahmatullah, oleh sebuah demam biasa. Tak ada penyakit istimewa, hanya demam biasa! Air mata tak mampu mengobati rasa kehilangannya, air mata tak mampu mengobati rasa sesalnya akan pertengkaran itu. Mendadak, dia rindu segala sikap dan perlindungan sang kakak! Kemana dia harus mencarinya kini?

Credit

Jangan pernah mengabaikan cinta kasih, kepedulian dan rasa rindu seseorang, karena bisa jadi kamu akan terbangun suatu hari dan menyadari bahwa kamu kehilangan bulan hanya karena kamu sibuk menghitung bintang.

sekedar coretan pembelajaran kehidupan
Al, Bandung, 21 Januari 2014 

Memiliki banyak sahabat adalah hal yang sangat menyenangkan. Memiliki banyak orang yang menyayangi kita adalah hal yang paling membahagiakan. Memiliki orang-orang yang setia untuk tertawa, bergembira dan berbahagia bersama kita, sudah pasti adalah sebuah anugerah yang luar biasa, yang terkadang sering membuat kita terlena dalam geliat bahagia dan tawa ceria. 

Hingga suatu ketika, tanpa angin tanpa hujan, sebuah cobaan datang menghadang. Sinar mentari yang selama ini begitu setia menerangi kehidupan kita, sinar rembulan dan gemintang yang begitu gemerlapan, kini redup, tak lagi hadir memancarkan cahayanya. Satu persatu atau malah secara bersamaan, teman-teman itu menjauh. Berbagai alasan pun meluncur sebagai pembenaran. Dan tinggallah segelintir mereka, yang masih mau menghibur. Tinggallah satu dua, yang terkadang malah bukan orang-orang yang selama ini nikmati gemerlapnya pancaran cahaya dan gelora kebahagiaan yang semarak kelilingi kita. Justru dia [segelintir mereka] yang masih setia. Ah, inilah kehidupan! 

Banyak pembelajaran kehidupan yang harus dengan jeli kita petik, karena Allah membalikkan suatu keadaan, bukan tanpa maksud dan tujuan. Ada hikmah yang harus mampu kita petik dari setiap kejadian bukan? Walau tidak gampang, aku yakin, kita pasti sepakat dengan quote di bawah ini;

Credit
Ingatlah bahwa ketika mataharimu sedang bersinar terang, maka siapa pun akan mendekat untuk mendapatkan manfaat cahayanya. Namun, kala badai datang menghadang, disitulah kamu baru tau siapa saja yang sungguh peduli padamu. 

Setuju, Sobs? So, who stay with you in the storm, trust them, they are truly care! 

sebuah catatan pembelajaran, alert myself,
Al, Bandung, 20 Januari 2014

Picture from here
Tentu banyak yang sepakat dengan isi quote di atas ya, Sobs?

Hujan turun karena awan tak lagi mampu menampung titik air yang semakin berat. 
Dan airmata jatuh karena hati tak lagi mampu menahan nyeri akibat luka hati...

Jadi jangan menyalahkan hujan jika tiba-tiba turun membasahi bumi, karena memang sang awan sudah jenuh alias tak lagi mampu memeluk butiran2 H2O yang semakin berat, semakin penuh. Mencapai titik jenuh, turunlah hujan. 

Begitu juga ketika melihat seseorang menangis, janganlah buru-buru membujuk apalagi menyuruhnya untuk segera berhenti. "Ssh...ssh, jangan nangis sayang, hentikan air matamu." Menurutku bukanlah kalimat yang bijak, karena ada kalanya, menangis itu justru releasing the pain, justru meredakan beban batin yang sedang mendera. Memang sih, menangis tak akan menyelesaikan masalah, tapi mampu membuat hati dan fikiran untuk lebih lega, sehingga setelahnya, otak akan lebih tenang untuk berfikir. Bener ga, Sobs?

Saat Intan menangis, aku sering membiarkannya terlebih dahulu untuk menumpahkan air matanya, paling hanya aku elus dan peluk dia dengan penuh kasih sayang. Tapi aku tak memintanya untuk segera berhenti menangis, karena menurutku, bola matanya juga butuh untuk dibasahi dan dibersihkan oleh air mata. Selain itu, air mata yang tersalurkan keluar, juga akan membantu redakan beban batin/kesedihan yang sedang menghampiri. Pasti banyak yang sudah mencobanya kan? And it's worked, wasn't it? Ga percaya? Coba deh! :)

sebuah catatan harian,
sekedar sharing opini,
Al, Bandung, 19 Januari 2014



Aku yakin, hari ini, dunia maya, utamanya blogspheres akan dipenuhi oleh taburan artikel bertajuk #KEBdiMataku. Kok Bisa? Ya bisa donk! Hari ini kan KEB berulang tahun, Sobs! Btw, udah pada familiar dengan KEB kan ya? Kuyakin, Sahabatsku, para perempuan blogger yang sering singgah ke halaman maya ini, rata-rata pasti telah pula bergabung di grup keren ini, ya kan, Sobs? *lirikparamemberKEB.

Etapi, tentu ada juga donk yang mungkin belum tau apa itu KEB. Terutama kaum Adam, yang selama ini mungkin hanya singgah sejenak di halaman maya ini, dan sering melewatkan beberapa postinganku yang berbicara atau menyebut-nyebut KEB. Well, apa sih sebenarnya KEB itu?

Tentang KEB

KEB adalah singkatan dari Kumpulan Emak Blogger, merupakan sebuah komunitas yang dibentuk via facebook group pada tanggal 18 Januari 2012, oleh seorang blogger kreatif bernama Mira Sahid, dengan sasaran merangkul semua perempuan Indonesia yang hobby menulis di blog [blogger], baik yang berdomisili di dalam mau pun di luar negeri. Komunitas unik ini berkembang pesat dan kini di usianya dua tahun telah beranggotakan lebih dari 1,437 anggota, dipenuhi oleh semangat untuk saling berbagi tulisan, pengetahuan, spirit, motivasi dan berbagai hal positif lainnya, baik melalui dunia maya [postingan di blog, kultwit di twitter mau pun interaksi di KEB FB Group]. Juga tentunya berbagi tulisan dan pengalaman dalam sebuah media keroyokan online/blog berjudul Rumah Emak serta semangat berbagi yang senantiasa digaungkan dalam berbagai kegiatan di dunia nyata [offline].

KEB, bukanlah komunitas blogger biasa. Meskipun berjuluk Kumpulan 'Emak' Blogger, tidaklah berarti bahwa member komunitas ini harus sudah menjadi emak alias berumah tangga. KEB terbuka bagi seluruh blogger perempuan, baik yang sudah menikah mau pun yang masih melajang/single. Sebutan Emak sengaja dipilih untuk menciri-khaskan Indonesia. :) Digawangi oleh para Makmin [admin] yang lincah dan gesit serta boards yang kreatif dan berpengalaman, menjadikan komunitas yang masih berusia 'bayi' ini berhasil menorehkan banyak kegiatan positif penuh manfaat, terutama bagi para anggotanya dan pastinya juga berimbas bagi masyarakat luas lainnya, seperti: Kontes Menulis; Hijab Class; berpartisipasi di dalam setiap acara besar seperti Nova Ladies Fair, Kompasianival 2012; KEB Peduli Bencana; Antologi buku KEB "Ngeblog Terapi Jiwa"; Kelas Online di grup FB KEB tentang blogging, penulisan, editing; perayaan HUT KEB; dan Pemilihan Srikandi Blogger 2013, dan banyak lagi event-event penting lainnya, termasuk yang saat ini sedang digarap adalah Seleksi Srikandi Blogger 2014. 

KEB Di Mataku

Adalah Mira Sahid, sang founder KEB yang langsung menarikku ke dalam grup yang baru dibentuknya kala itu. Dasar hobby nulis dan memang aku blogger sejati *jiaaah, maka senang-senang aja donk aku ditariknya ke dalam komunitas ini. Apalagi dengan tagline KEB "Inspirasi Perempuan, Kami Ada untuk Berbagi", kok rasanya klop banget di hati. Berada di grup yang dari hari ke hari semakin bertambah anggotanya ini, memang terasa nyaman banget. Beda dengan beberapa grup lain yang aku ikuti. Berinteraksi di dalam grup KEB, menghadirkan rasa keakraban tak berbatas antar sesama anggota. Kami bebas berinteraksi, bersenda gurau, berbagi ilmu dalam suasana yang akrab dan hangat tanpa harus merasa sungkan apalagi terjebak dalam suasana kaku. Aku yakin, member-member KEB yang lain juga akan sependapat denganku tentang hal ini. Bahwa KEB adalah 'rumah' yang teramat nyaman untuk saling kongkow dan berbagi ilmu. Itu pula yang membuatku betah berada di grup ini seharian, sembari mengerjakan tugas-tugas utama pastinya. :) 

Adaaa saja informasi dan event keren bermanfaat yang digagas oleh KEB, salah satunya adalah ajang pemilihan Srikandi Blogger 2013. Sebuah ajang yang ditujukan untuk memberikan penghargaan kepada para perempuan blogger yang sepak terjangnya mampu menginspirasi perempuan-perempuan lainnya, untuk berkarya baik dalam dunia maya [online] mau pun di dunia nyata. Apresiasi untuk blogger perempuan ini, memang baru pertama kalinya diadakan, dan oleh KEB. Aku pun menjadi salah satu peserta seleksi ini. Bukan, bukan karena ingin banget menjadi srikandi, tapi lebih kepada rasa cintaku pada KEB, sehingga aku merasa wajib turut serta memeriahkan perhelatan akbar ini. Namun siapa sangka, jika kemudian justru diriku yang terpilih menjadi Srikandi Blogger 2013. Alhamdulillah ya Allah. Rasanya? Wow banget donk! Dan kini? Setahun setelah perhelatan pertama, kini KEB sedang menyelenggarakan Pemilihan Srikandi Blogger untuk tahun 2014. Siapakah yang akan menjadi Srikandi Blogger 2014? Aih, tak sabar rasanya menanti para Srikandi terpilih tahun ini, untuk menambah jejeran para Srikandi, yang akan bergerak dan beraktivitas mengharumkan nama KEB. 

Saran dan Masukan

Selaku sebuah komunitas, apalagi yang masih berusia belia, bahkan bisa dikatakan masih 'bayi' yang berumur dua tahun, maka adalah wajar jika KEB masih harus meluangkan waktunya untuk memonitor dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya. Dalam banyak hal, bukankah Monitoring dan Evaluasi [M & E] itu sangat diperlukan dalam memastikan segala sesuatu dapat berjalan sebagaimana mestinya? 
Begitu juga dengan KEB, jika diibaratkan sebagai bayi yang berusia dua tahun, maka bayi KEB ini adalah bayi yang hyper aktif, sehingga membutuhkan emak yang super dalam rangka memastikan si bayi dapat bertumbuh dengan baik dan sehat serta terkendali. Artinya?

Artinya adalah bahwa Makmin dan Makboard serta tentu saja anggota-anggota KEB harus senantiasa membuka diri terhadap masukan-masukan, kritikan mau pun saran yang disampaikan demi kemajuan KEB itu sendiri. Masukan, saran dan kritik tersebut harus ditindaklanjuti dengan tangan terbuka, hati yang lapang dan kepala dingin, demi terwujudnya KEB yang sehat dan senantiasa menaungi anggota-anggotanya. Dalam event-event lomba, atau pemberian penghargaan, semisal Emak Of The Month, Seleksi Srikandi Blogger misalnya, hendaknya para juri atau penilai, mampu memberikan kriteria yang jelas sebagai dasar penilaian, sehingga tercipta transparansi yang jelas bagi para member KEB. 

Well, Sobs, berbicara tentang KEB memang tak akan ada habisnya. Soalnya KEB ini tak hanya di mata, tapi selalu di hatiku sih! Hehe. Jadi jika sudah bicara tentang Kumpulan Emak Blogger, rasanya susah berhenti deh! Habis, komunitas yang satu ini, telah banyak sekali memberikan manfaat bagiku, ya mulai dari teman-teman yang semakin banyak, networking juga bertambah, wawasan yang semakin luas, juga KEB telah mengantarkanku menjadi seorang Srikandi Blogger 2013, pada ajang pemilihan tahun 2013 kemarin. Alhamdulillah, banyak sekali manfaat yang telah aku petik dari perjalanan kehidupanku bersama KEB. Terima kasih KEB, bersamamu, aku merasa bahagia dan nyaman sekali. 

Selamat Berulang Tahun, KEB!
Semoga di usia dua tahun ini, KEB semakin jaya dan menjadi rumah 
yang semakin nyaman bagi kami semua.



Postingan serentak 
dalam rangka merayakan 
Ulang Tahun Kumpulan Emak Blogger yang Kedua,
Al, Bandung, 18 Januari 2014
Kisah sebelumnya bisa di baca di;
Petualangan Gaib,  Petualangan Gaib 2, Petualangan Gaib 3  dan Petualangan Gaib 4 


Iri hati dan dengki, adalah faktor penggerak timbulnya tindakan-tindakan negatif dan merugikan, yang senantiasa dilancarkan oleh siapa saja yang berhati picik. Hati yang picik jelas menodai akal sehat dan bahkan mengajarkannya untuk menghalalkan segala cara, logic mau pun unlogic, dalam mencapai maksud dan tujuan yang diidamkannya.  ~Alaika Abdullah~

Baru saja bernapas lega karena si datuk Srigala telah hengkang ke negeri antah berantah, dan baru saja hatiku bahagia karena Nenek bilang perobatanku sudah selesai dan kita sudah boleh 'tutup obat' agar sempurna kesembuhanku. Eh, sore ini, saat sedang memasak di dapur, sudah ada makhluk lain yang menari-nari  di sekeliling Dijah. Tentu saja mataku belum mampu menembus selubung gaib itu, Sobs, tapi pertengkaran mulut antara Dijah [aku hanya mendengar suara Dijah saja sih] dengan si makhluk itu, yang terjadi dengan sengit, membuat hatiku tak bisa untuk tak was-was. Ya Allah, apalagi sih ini? Enggak selesai-selesai!!

Dijah menjelaskan bahwa si Dodo, mantan mitra bisnisnya [seorang paranormal juga], mengirimkan setannya untuk membujuknya kembali bermitra seperti dulu. Aku sampai melongo mendengar penjelasan panjang Dijah, tentang kemitraan mereka dahulu. Kutangkap dengan jelas, betapa Dijah telah dibodoh-bodohi oleh Dodo selama ini. Tak hanya soal fee yang berat sebelah [lebih banyak untuk Dodo], tapi paranormal itu juga memanfaatkan keahlian Dijah untuk keuntungan dirinya sendiri. Dijah yang lugu dan polos, hanya bak kerbau dicucuk hidung saat diminta Dodo untuk menandatangani beberapa blanko kosong. Menurut Dodo, blanko itu berisi perjanjian kredit pembelian sebuah ruko untuk tempat praktek mereka, yang saat itu butuh tempat yang jauh lebih luas. Kredit itu akan mereka tanggung berdua. Namun pada kenyataannya? Blanko kosong itu jauh dari apa yang dikatakan Dodo, isinya adalah perjanjian mutlak Dijah, yang akan mengangsur cicilan hutang ratusan juta pada rentenir, dan uangnya mutlak dipakai Dodo untuk membeli rumah pribadinya. Ampun deh!

Jadilah Dijah kemudian terlibat hutang pada beberapa rentenir, dan sebagai akibatnya, satu persatu harta benda Dijah lewat dirampas rentenir, jika terlambat mencicil. Namun dasar Dijah, tetap saja perlakuan jahat Dodo saat itu, tak berhasil membuka mata hatinya. Tetap saja dia berteman dekat dengan Dodo dan istrinya, yang menurutnya sudah seperti abang kandungnya sendiri. Hingga suatu ketika, nenek sekeluarga berhasil membuka matanya, menunjukkan betapa jahatnya kelakuan Dodo, yang memanfaatkan Dijah dan kelebihan-kelebihan gaib Nenek. Barulah Dijah tersadar dan menarik diri. Dan efeknya? Sama seperti saat menarik diri dari datuk Srigala, Dodo pun kemudian blingsatan. Apalagi saat itu, Dodo berniat kuat untuk memperistri Dijah [jadi istri keduanya], dalam rangka menyerap ilmu dan kehebatan Dijah. Maka, niat Dijah memutuskan hubungan kemitraan mereka pun membuat Dodo marah.

Pinjem dari sini
Kemarahan yang tak mampu dikelola dengan baik, justru membuat akal piciknya bertambah picik. Namanya paranormal jahat, maka tindakan yang diambil pun related to magical thing lah! Ya santet! Dodo pun mengirim peneror gaib alias setan! Aih. Dan efeknya bagiku? Bertambah wawasan akan fenomena gaib! Itu jika aku mau menilainya secara positif. Jika menilai sekilas secara negatif, maka jawabanku akan menjadi hadeuh, ada-ada aja ini! Ga selesai-selesai ini urusan! Kapan mau pulang kampung?? Tapi melihat Dijah yang diteror dan butuh teman/pengawal, tentu saja aku dengan tulus hati ingin bertahan menemaninya. Apalagi Dijah tak bisa hanya ditinggal berdua dengan Cindy, dalam kondisi seperti ini. Masa' di saat dia butuh pendamping seperti ini, aku tega meninggalkannya, sementara selama ini, Dijah telah dengan begitu telaten merawatku? I will stay, to protect you as far as I can! Janjiku dalam hati kecilku. Maka aku pun tetap tinggal, apalagi aku memang telah sepakat untuk mengajak Dijah dan Cindy berhari raya di rumah orang tuaku.

Kepada Nenek pernah suatu kali kucetuskan kalimat ini, "Nek, bukankah Dijah itu sakti? Lalu kenapa mesti takut dan kalah oleh Dodo dan setan-setannya itu?" Lalu Nenek dengan santai menjawab, "Al, tak selamanya Dijah itu sakti, karena sebenarnya yang sakti itu kami. Selama kami berada di dalam tubuhnya, maka dia tak akan mampu ditembus oleh aura negatif atau serangan pihak lawan, tapi kami kan ga selamanya bersamanya? Apalagi sejak membuang si Srigala itu, ketahanan tubuh Dijah sebagian dilumpuhkan oleh si Srigala itu. Juga, penyakit medis berupa darah tinggi dan maag akut yang diderita Dijah, membuat staminanya sering terganggu, di saat itulah pengaruh jahat gampang masuk." Lalu aku pun hanya bisa manggut-manggut sambil dalam hati bergumam Ooo, pahamlah, Nek! 

Pertarungan Kedua

Jarum pendek pada jam dinding kamar Dijah masih menunjukkan angka 4 dan jarum panjangnya bertengger di angka 8, menandakan waktu masih berada pada kisaran pukul 4 lewat 40 menit. Aku masih asyik berzikir, dengan khusyuk memindahkan satu persatu butiran tasbih kesayangan [yang kubeli di Mesjid Raya Medan dan telah didoakan oleh Buya] dengan kelincahan jemariku. Ada getaran bahagia di hati, merasakan lidahku yang kian kompak dengan jemariku, gesit memindahkan butiran demi butiran itu. Dijah masih terbaring lemah di atas springbed-nya, terserang oleh tensi darah yang meninggi. Wanita muda ini, memang mengidap tekanan darah tinggi sejak lama, dan sudah beberapa hari ini tensinya memang meninggi. Pusing kepala sejak usai makan siang tadi, membuatnya tak mampu bergerak segesit biasanya, justru memilih dan memang kusarankan untuk rebahan saja. 

Juga, usai shalat ashar tadi, Dijah kembali rebahan, tanpa terlebih dahulu berzikir seperti biasanya. Katanya pusing banget, dan memang suhu tubuhnya agak tinggi. Aku dan Cindy, putrinya, yang ikut-ikutan bertasbih, masih santun duduk di sajadah, meneruskan zikir kami, ketika tiba-tiba saja ekor mataku yang memang sudah terbiasa awas, menangkap getaran mencurigakan pada tubuh Dijah. Feeling-ku yang mulai tajam, memacu emosiku ikut memuncak! Hadeuh! Kenapa lagi ini???? Kerasukan lagi??? Sigap aku bangkit, menanggalkan dengan kasar mukenaku, dan dengan tasbih yang masih ditangan, kudekati Dijah. 

Matanya nyalang, bibirnya tersenyum sinis. Bener perkiraanku. Dijah kerasukan roh jahat! Aku sudah hapal benar, walau baru sekali melihat dia kerasukan roh jahat, yang adalah setan kiriman dukunnya si batu kuningku dulu. Tapi itu cukup membekas di ingatanku, sehingga mudah bagiku menandai mana yang roh baik dan mana yang jahat. Dan yang ini, jelas jahat, karena dia tiba-tiba menggerakkan tangan Dijah untuk melepaskan ikatan benang [benang khusus yang diberikan nenek] berbentuk gelang di tangan Dijah. 

Refleks, kusentak tangan itu. "Hei, siapa kamu? Jangan putuskan gelang itu! Cindy, panggil Nenek, Nak!" Bentakku, lalu meminta Cindy memanggil Nenek. Aku sendiri sudah naik ke spring bed dan berebut dengan tangan Dijah yang telah dikuasai oleh roh jahat itu. 

Bentakan kerasku, agaknya mengagetkannya, dan mata nyalang itu, menatapku tajam dan melalui mulut Dijah, suaranya mendesis, tajam. "Aku si Dodo! Kau ga usah ikut campur. Pulang sana, kau sudah sembuhkan? Ga usah kau ikut campur urusanku! Aku ingin yang punya badan ini mati!" 

Tentu aku kaget, tapi agaknya amarah yang juga menguasaiku, tak menggentarkanku oleh perintahnya. Siapa dia mau memerintah aku, eh? Masih memegang tasbih, kutarik kuat tangannya, mencoba menjauhkan tangan kanan yang tenaganya luar biasa itu dari benang/gelang itu. Aku ingat, dengan benang itulah Nenek bisa memantau keberadaan Dijah, jadi jika benang itu lepas, maka Nenek dan keluarga gaibnya, tak akan bisa mendeteksi dimana keberadaan Dijah. Jadi, benang itu tak boleh putus. 

"Saya bukannya ingin ikut campur, tapi saya ga ingin ada keributan di sini. Tolong, keluarlah dari tubuhnya, dia sedang sakit! Jangan bikin ribut, ayo bicara baik-baik. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Astargfirullah, Lahaula Walakuata Illabillah..." Kalimat zikir itu kuulang-ulang seraya dalam hati memanggil nenek. Cindy juga berulang kali menghentakkan kakinya, memanggil nenek. 

"Dia harus mati! Gara-gara dia pasienku lari semua. Gara-gara dia kami jadi sepi. Ga ada yang percaya sama kami lagi. Dia bangsat! Dia harus mati! Kau tau? Dia bodoh! Aku pinter, aku yang membuatnya terjebak hutang ratusan juta pada rentenir! Pinter aku kan? Haha..."

"Sudah, ga usah kau baca-baca itu, aku pun bisa berzikir lebih pandai dari kau! Aku ini ustadz! Ga takut aku dengan kalimat-kalimatmu itu, aku ini ustadz, tau kau??"

Jelas aku terhenyak oleh kalimat-kalimat panjang yang diucapkan dengan amarah itu. Yang lebih membuatku terhenyak adalah bahwa dia ustadz! Ustadz cabul? Ustadz salah kaprah kaleee? Tapi aku tak lagi gentar oleh suara amarahnya. Aku pun bisa marah, memangnya dia saja yang bisa membentak-bentak, tapi ibuku selalu bilang, jangan lawan orang yang sedang marah dengan kemarahan, gunakan kebaikan atau kelemahlembutan! 

"Baik, kalo Bapak memang Ustadz, ayo kita bicara baik-baik. Ga perlu kita berantem donk! Ayo, Pak Ustadz, kita bicarakan dengan baik. Apa yang bisa saya bantu. Lepaskan dulu dia, jangan dicekik seperti ini, nanti dia mati, Bapak juga yang rugi! Ayo Cindy, panggil Nenek, biar Pak Ustadz dan kita bicara baik-baik." Bujukku mengatur modulasi. 

Cindy mengerti maksudku, dan kembali menghentakkan kakinya tiga kali, memanggil Nenek. Tapi si ustadz salah kaprah malah membentak Cindy dengan garang.

"Hey, anak cacat! Dasar bodoh kau, gara-gara kau mamakmu habis banyak duit! Anak cacat kau! Puih!" Ustadz salah kaprah ini malah meludahi Cindy yang langsung menghindar ke belakang. Mendapat makian dan celaan 'anak cacat', membuat gadis kecil 6 tahunan ini terpana. Matanya terluka, aku merasakan kesedihan yang luar biasa di hatiku menatap gadis kecil yang kini terpaku bagai orang bodoh, oleh celaan itu. Kurang ajar ini si ustadz! Memang Cindy terlahir cacat [berkepala besar/hydrocephalus dan tidak memiliki beberapa organ tubuh], namun Dijah telah berhasil membiayai pengobatan dan beberapa kali operasi pemulihan bagi Cindy hingga gadis kecil ini kini tumbuh cantik, normal dan cerdas. Dasar ustadz ga punya hati!

"Allahu Akbar, Lahaula Walakuata Illabillah, Lahaula Walakuata Illabillah, Cindy, terus panggil Nenek, Nak, panggil Nenek!" Kataku, silih berganti antara menyebut nama Allah dan meminta Cindy memanggil nenek. Tanganku seakan mendapat tenaga entah dari mana, berhasil menjauhkan kedua tangan itu dari leher Dijah. Kukunci tangan itu dengan masing-masing tanganku, dan karenanya, kini kaki-kaki Dijah yang beraksi. Kaki kiri Dijah digerakkan si ustadz menghantam kaca jendela nako di sisi springbed. Sungguh membuat amarahku meledak. 

"Hey bangsat! Ustadz keparat! Kau kira kau saja yang bisa marah, ha???? Kubilang ayo kita bicara baik-baik ga kau dengar? Awas kalo kaki adikku terluka ya! Jangan harap kau bisa pulang baik-baik! Binatang!!" Kaki kananku, entah digerakkan oleh siapa, mungkin oleh amarahku sendiri, malah melayang menjangkau kakinya yang menghantam jendela. Kukait kaki itu dan menguncinya. 

"Binatang memang kau ini, ga ngerti diajak bicara baik-baik! Lahaula Walakuata Illabillah, hanya kekuatan-Mu ya Allah, yang maha kuat, tunjukkan padanya bahwa hanya Engkau yang Maha kuat ya Allah. Lahaula walakuata Illabillah. Cindy, panggil nenek!" 

Si ustadz salah kaprah terlihat menggelepar, "Awas kau ya, mentang-mentang kuat ilmumu, kau usir-usir aku. Awas kau!" 

Aku tak peduli dengan kata-katanya, melainkan terus merapal kalimat yang itu-itu saja. Lahaula Walakuata Illabillah, karena sesungguhnya kuyakini benar akan kekuatan kata-kata itu. Karena memang segala sesuatu hanya akan terjadi dengan kekuatan Allah. 

"Oke, cukup. Aku akan pergi, tapi suruh dia keluar dari Medan! Jangan ambil pasien-pasienku! Suruh dia pergi. Aku mau bicara baik-baik denganmu. Suruh dia keluar dari kota Medan ini!"

"Ok, baik, tanpa kamu suruh pun, Dijah akan pergi dari Medan. Kamu tau? Dia sudah bosan di Medan ini. Sekarang pergi, keluar dari tubuhnya." Bentakku seraya mengencangkan jepitan tanganku yang bertasbih di pergelangan tangannya. 

"Aku benci kalian. Kau lagi, untuk apa kau ikut campur urusanku? Si Halimah lagi, sok kuat! Bangsat kalian! Tunggu saja kalo ga keluar dia dari Medan, kuhabiskan kalian semua!"

"Eh, masih bertahan? Allahu Akbar, Lahaula Walakuata Illabillah, Lahaula Walakuata Illabillah! Cindy, Nenek mana sih?" Aku sebenarnya sudah lelah, dan emosiku sudah benar-benar memuncak! Aku lelah dengan teror ini. Lelah dengan fenomena gaib ini, lelah dengan pertarungan gila ini! 

Dan di puncak kelelahan dan mulai putus asa ini, tiba-tiba saja, tubuh Dijah kembali menggelepar, suara si ustadz salah kaprah itu menghilang, berganti dengan suara celat yang aku kenal. Allahu Akbar, Icha! Dan aku merasa aman sudah! Kujatuhkan diriku diatas tubuh Dijah, memeluk tubuh Dijah yang telah berisi Icha. Menangis tersedu aku di atas tubuhnya. Jin kecil itu memelukku erat.

"Unda, jangan angis, Unda ebat, Unda belani anget! Belani ngucir Dodo! Dodo udah ditangkap Nenek. Udah acuk botol!" Penjelasan itu, yang disampaikan dengan suara celatnya, tak mampu meredam air mata dan sedu sedanku. Aku lelah, aku ingin rehat dari aktivitas ini! Lebih benar lagi adalah, aku takut! Takut tak mampu menyelamatkan Dijah jika hal ini terulang lagi. Aku menangis, hingga peristiwa yang sama [saat setan batu kuning merasuki Dijah] terulang lagi. Yaitu, nenek masuk ke tubuh Dijah, dan membelaiku lembut, menenangkan aku, dan memujiku, betapa beraninya aku menghadapi teror itu. Tapi aku, sungguh, aku tak butuh pujian! Aku sesungguhnya tetap takut berhadapan dengan hal ini. Apalagi nenek bilang, bahwa beliau sengaja tidak tampil lebih awal saat tadi kami memanggilnya, karena beliau yakin aku akan mampu menghandle masalah ini. Oh My God! 

Aku tak ingin keberanian dan kehebatan seperti ini. Aku ingin Dijah lepas dari teror ini! Dan aku ingin kembali pada kehidupan normalku. Aku rindu bertualang di duniaku, dunia maya dan nyata yang aku cintai! Allah, help us! Bantu kami lepas dari pengaruh-pengaruh jahat ini. Tak tega rasanya aku meninggalkan Dijah dalam keadaan seperti ini, tapi seberapa dayaku ya Allah? Aku bukan manusia sakti, aku takut hal ini terulang lagi!

Dan Nenek, memang ahli membaca pikiran. Beliau tau persis isi hati dan isi kepalaku. 
"Nenek tau kau lelah, Nak. Nenek tak berhak menahanmu di sini, juga tak berhak menitipkan Dijah dan Cindy ke rumah orang tuamu. Nenek tau kau lelah. Nenek mohon maaf telah menyeretmu ke dalam masalah seperti ini, Nak! Harusnya kau sudah bebas sekarang, sudah sembuh, sudah boleh pulang dan beraktifitas kembali, bukannya malah Nenek tahan kau dan titipkan Dijah bersamamu. Maafkan Nenek ya, Nak..."

Dan, Sobats? Siapa yang bisa menahan air mata mendengar kalimat lemah lembut itu, keluar dari bibir seorang jin yang sudah berusia tiga ratus tahunan? Aku langsung menangis, tersedu, memeluk Nenek dan menyesali diriku sendiri. Menyerapahi fikiranku yang tak kukunci sehingga Nenek dengan gampang membaca isi hatiku. Ya Allah, bantu hamba memperbaiki semua ini. Betapa aku tak tau diri, jika sampai meninggalkan orang yang telah menyembuhkan aku begitu saja, justru di saat dia membutuhkan bantuanku. Ampuni hamba ya Allah, bantu hamba menetralisir semua ini. Kuatkan aku untuk tetap bertahan bersama Dijah dan petualangan ini...

Bersambung

Sebuah catatan pembelajaran
bahwa tiada yang tak mungkin terjadi di dalam kehidupan ini,
bahkan hal yang sulit diterima oleh nalar sekali pun
Al, Bandung, 16 January 2014

Pagi tadi, ga sengaja buka-buka album dan di salah satu foldernya bertuliskan Shaun. Penasaran akan isinya, lalu aku pun membukanya. Oalah, ini shaun kiriman Intan, langsung bikin aku senyam senyum, dan timbullah ide untuk menjadikannya sebuah cerita lucu. Ingin berkenalan dengan Shaun kami? Monggo yuk, kenalan langsung dengan Shaunnya. :)



Kelamaan nungguin BB restart, akhirnya Shaun memilih untuk belajar aja deh!



Aih, Shaun, kamu kok tekun banget sih belajarnya? Persis kakak Dila deh! :)

Sebuah postingan iseng, pengisi #1Day1Post
Al, Bandung, 17 Januari 2014



Pasti sudah sering sekali mendengar istilah ini kan, Sobs? Pernahkah memikirkannya secara mendalam tentang maknanya? Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan Universitas Kehidupan? Dimana keberadaannya? Bagaimana cara mendaftarkan diri untuk kuliah di sana? Program studi apa saja yang ada di sana, dan sebagainya dan sebagainya?

Aih, pasti jawabannya akan seperti ini deh, hadeuh Al, capek-2 aja mikirin hal-hal seperti itu, nih mikirin nasib yang ga mujur-mujur ini aja udah bikin bete, bikin capek dan sesak napas, konon lagi mikirin Universitas Kehidupan? Buang waktu, tau? Hihi, begitu mungkin jawaban yang akan terlontar secara spontan dari mulut banyak orang kali yak?

Lalu, tiba-tiba Alaika tampil menggusung judul postingan Universitas Kehidupan, haha. Buang-buang waktu banget deh! Atau udah ga ada judul lain untuk dibahas? Al, Al!
Well well, honestly judul ini muncul dadakan saat ngetwit tadi. Tanpa sengaja aja jemariku menari membentuk twitan seperti ini nih, Sobs!


Beranjak dari twitter, jemariku ga mau diam, langsung buka dasbor blog dan dengan lincah menari menuliskan judul di atas, lalu tanpa jeda, mulai deh posting tentang Universitas Kehidupan. And here it is! Yuk kita bicara sedikit tentang Universitas Kehidupan, ala Alaika Abdullah. *Halah

Menurutku sih, Universitas Kehidupan adalah sebuah universitas terbuka, bersifat informal,  kaya akan aneka program studi, dan bejibun dosen-dosennya. SKSnya pun tak pernah berhenti, terus saja bertambah hingga si mahasiswanya tutup usia nanti. So? Ga tamat-tamat donk, Al? Eits, bukannya ga tamat, tapi grade-nya yang terus meningkat. Itu pun jika sang mahasiswa berhasil belajar dengan baik terhadap pembelajaran-pembelajaran yang diberikan kepadanya lho yaaaa. :)

Banyak hal yang kita pelajari di dalam kehidupan ini. Kebahagiaan dan kesulitan yang silih berganti hadir di dalam kehidupan kita, sejatinya adalah pembelajaran-pembelajaran yang biasanya akan meng-upgrade kapasitas diri seseorang. Eits, tapi jangan salah, terkadang, ada juga sih orang yang tak mampu belajar dari cobaan yang dihadirkan kepadanya. Bahkan menjadikannya sebagai pemancing aura negatif untuk hadir mengelilinginya. Ga salah sih, karena memang, menarik hikmah dari sebuah kejadian pahit yang menimpa kita, bukanlah hal yang gampang. Bukan perkara sekali klik!

Terkadang, cobaan yang hadir, apalagi secara beruntun, sungguh menguji kesabaran kita untuk mampu bertahan dalam sikap positif. Tak jarang, justru semakin beruntunnya cobaan yang hampiri kita, seringkali memancing kita untuk larut dalam keluh kesah, menyesali diri dan semakin terpuruk dalam ketidakberdayaan. Kita jadi kehilangan kepercayaan diri, jadi lupa bahwa sebenarnya kita adalah manusia yang diberi kekuatan untuk bangkit dan dengan gagah berani atasi persoalan. Namun, karena kepercayaan diri yang semakin menipis, aura negatif yang kian pekat menyelubungi, akhirnya kita malah menyerah kalah! Di sinilah, nilai ujian kita di dalam Universitas Kehidupan merosot tajam. IPK jadi jongkok! Lalu harus gimana, Al? Emangnya gampang apa bangkit dari keterpurukan? Sementara segala upaya sudah dilakukan, tapi ini cobaan hidup ga juga surut?

Siapa juga yang bilang gampang, kalo aku bilang sih, mengatasi cobaan yang menerpa kita, bukan perkara mudah. Efek pertama saat cobaan datang adalah, kita jadi sedih! Galau, susah. Perasaan negatif ini, akan secara cepat mengundang rasa-rasa negatif lainnya, jika kita tidak segera mengelola hati kita untuk tenang. Untuk berfikir dan menelaah dengan baik. Petakan persoalan yang kita hadapi, dan upayakan solusinya. *Halah, gaya bicaramu itu, Al, kayak ga pernah mengalami masalah besar aja! Hehe.

Bukan begitu, Sobs! Justru karena udah terlalu sering berhadapan dengan masalah besar, menakutkan dan bahkan tak tertanggulangi, justru membuatku belajar banyak. Awalnya, aku juga terpuruk, lamaaaaa dan sulit untuk bangkit kok. Tapi setelah dipikir-pikir, siapa lagi yang akan menolong kita kalo bukan kita sendiri. Maka mulailah aku mencari pertolongan[nasehat, bacaan positif dan doa] agar mampu bangkit dari keterpurukan. Ternyata pembelajaran paling penting yang aku petik, saat terpuruk adalah, tenangkan hati setelah galau sejenak, jangan panik, kelola hati dan pikiran secara baik, petakan persoalan dan usahakan membuat daftar alternatif untuk solusinya. Ga gampang memang, tapi kalo kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh? Insyaallah, akan ada titik terang deh, dan akan membuat nilai kita di dalam Universitas Kehidupan ini semakin meningkat.

Jadi, berbicara tentang Universitas Kehidupan, memang tiada matinya ya, Sobs? Seperti tiada matinya pembelajaran yang terus menerus dihadirkannya kepada kita. SKSnya terus bertambah, hingga akhirnya stop saat si mahasiswa tutup usia. So, yuk semangat belajar di Universitas Kehidupan, yuk!

sebuah postingan ringan, pengisi #1Day1Post
Al, Bandung, 16 Januari 2014
Kisah sebelumnya bisa dibaca di:
Petualangan Gaib 1, Petualangan Gaib 2 dan Petualangan Gaib 3

Pencurian Roh? Roh yang dirampas? Sungguh, itu masih jauh dari nalar dan logikaku. Susah payah aku berusaha untuk memahaminya, konon lagi memakluminya, tapi itulah yang baru saja terjadi di depan kepalaku. [Tak dapat kusebutkan di depan mata, karena mata lahirku tak mampu menembus selubung gaib yang begitu kental mengitari].

Malam kian kelam, selubung gaib kian menyelubung sementara kabar tentang roh Dijah yang dilarikan oleh Datuk Srigala belum terdengar. Icha sendiri yang biasanya maestro dalam hal menerawang, cukup dengan menutupkan telapak tangan di matanya, kini tak berdaya. Tak mampu menembus dan menemukan keberadaan roh Dijah. Hadeuh, kemana si datuk Srigala ini melarikan Dijah? 

Icha terus saja menangis. Ternyata, bocah jin juga sama dengan manusia. Menangis tersedu begitu kehilangan ibu mereka. Bujukan dan rayuanku yang sebenarnya juga teramat galau oleh peristiwa tak masuk akal yang baru saja berlangsung di hadapan, tak mempan dalam upaya mendiamkan Icha. Sungguh membuatku kian kalut. Anehnya, Cindy justru terlihat tak begitu panik! Adakah bocah ini tak menyadari gentingnya situasi yang sedang berlaku? Adakah karena tubuh ibunya yang dirasuki Icha masih terlihat sehat dan bergerak di hadapannya, maka bocah ini merasa bahwa ibunya baik-baik saja? Entahlah! God, fenomena ini sungguh di luar nalarku ya Allah, ijinkan aku menembus selubung gaib ini....

Tampaknya, sekuat apa pun kadar doaku agar Allah menyibak selubung gaib ini dan biarkan daku mengintip ke alam-Nya yang satu ini, tetap belum terkabul. Belum saatnya, Al! Mungkin itulah jawaban Allah atas doaku, dan aku hanya mampu mengelus kepala Icha lembut seraya terus membujuknya. Bocah jin ini berulang kali menempelkan telapak tangannya ke matanya, untuk menerawang akan keberadaan roh Dijah. Dan kali ini, seruan girang meluncur nyaring dari bibirnya.

"Nda, Umi sudah ditemukan! Lagi dibawa oleh Nenek dan Buya ke rumah. Hu..hu..hu, lehernya patah, Nda! Banyak darahnya, huhuhu...." Kupeluk Icha penuh kasih seraya menyabarkannya. Tak urung, hatiku bahagia, yang penting roh Dijah telah ditemukan, semoga nenek sekeluarga dapat menyembuhkannya. Aamiin. Tentu saja Dijah tak akan pulang ke rumah ini, melainkan akan dilarikan dahulu ke kampung gaib nenek untuk pengobatan intensif. Tak apa, aku akan jaga anak-anak ini dengan baik, yang penting kamu segera sembuh, Dijah. 

Dan benar saja, butuh waktu sekian lama untuk menanti Dijah kembali ke tubuhnya sendiri. Pertama, karena si datuk srigala selalu saja berseliweran di sekitar kami, menanti roh Dijah menyatu kembali dengan tubuhnya. Kedua, karena pemulihan leher Dijah butuh waktu yang lumayan lama untuk dapat sembuh kembali seperti sedia kala. Ternyata, roh yang terluka, butuh waktu penyembuhan yang lebih lama dibandingkan dengan tubuh/raga manusia. Hm....

Sementara itu, purnama belum juga menunjukkan wajah cantiknya. Awan dan hujan ibarat setali tiga uang dalam berkonspirasi. Beberapa kali nenek muncul [masuk ke tubuh Dijah] untuk bisa berkomunikasi langsung denganku, yang secara mutlak berubah menjadi baby sitter bagi Icha dan Cindy. Lebih tepatnya sih bagi Cindy, karena Icha, walau baru berusia 4 tahun tapi lebih mandiri dibandingkan Cindy. Bahkan bocah jin ini dengan piawai menyisir dan mengikatkan rambut Cindy setiap pagi dengan aneka gaya, sebelum kami antarkan ke sekolah. Kami? Ya, kami.

Selain jadi baby sitter for Cindy, aku juga turut mengantarkan Cindy ke sekolah, tapi karena aku ga begitu mahir mengemudikan sepeda motor di jalan raya serame jalanan Kota Medan, akhirnya kami terpaksa 'memanggil' Ayu [sepupu Icha] yang berumur 17 tahun, untuk mengemudi. Jadi selama perjalanan ke sekolah, Icha keluar dulu dari tubuh Dijah, diganti dengan Ayu yang langsung piawai bersepeda motor! Ajaib? Lebih dari Amazing! :) Dan jika bukan karena sudah terbiasa menghadapi fenomena ini, mungkin aku sudah menganggap diriku sedang tak waras. But this is really true, aku serumah dengan sebuah raga [Dijah], tapi jiwa yang menghuninya silih berganti. Jadi Icha regularly, jadi Bahry saat harus mengangkat galon air minum ke dispenser, jadi Ayu saat mengantar Cindy ke sekolah, jadi Kak Mira, saat memasak and other house keeping task! Subhanallah, tiada yang tak mungkin terjadi jika Engkau menghendakinya, ya Allah. 

Duhai Purnama, segeralah engkau Muncul

Picture taken by Teh Dey
Purnama yang dinanti rasanya lamaaaa sekali munculnya. Belum lagi cuaca yang redup oleh mendung dan awan yang payungi lazuardi. Haduh, aku sungguh tak sabar menanti kepergian si datuk srigala. Kata nenek sih, dalam dua hari ini, purnama akan menampakkan diri, dan begitu si purnama muncul maka si srigala ini akan hengkang ke antah berantah. Dan aku sungguh penasaran menanti saat ini tiba. Hari raya Haji sebentar lagi menanti, dan ini artinya kami harus segera berangkat ke Aceh untuk berhari raya di sana. Duh, Purnama, segeralah engkau menampakkan diri!

Dan benar saja seperti perkiraan nenek, dua hari kemudian, selesai shalat shubuh, baru saja menanggalkan mukena, aku telah berhadapan dengan nenek [tentu melalui tubuh Dijah], yang menyapaku dengan ramah dan penuh kasih. Mengabarkan bahwa si Srigala telah menghilang seiring kemunculan bulan purnama. Alhamdulillah. Ini adalah berita paling baik yang pernah aku dengar selama minggu-minggu penuh teror ini. Alhamdulillah ya Allah.

Namun ternyata, Sobs! Teror terhadap Dijah belum berhenti. Srigala memang telah berlalu, namun penggantinya ternyata telah menanti di depan mata. Kali ini oleh saingan bisnis Dijah! Seorang paranormal lainnya, yang pernah bermitra dengannya. Dan, si paranormal ini, juga ikut menyeretku untuk masuk ke dalam selubung gaib yang tak juga terbuka bagi mataku yang kasat ini.

Ikuti lanjutan kisahnya di artikel Petualangan Gaib 5: Teror dari Mitra Bisnis

Sebuah catatan pembelajaran
bahwa tiada yang tak mungkin terjadi di dalam kehidupan ini,
bahkan hal yang sulit diterima oleh nalar sekali pun,
Al, Bandung, 15 January 2014



Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Pesan Google agar Aman nge-Job Review dan tetap Terindeks
  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • It's Me!
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Srikandi Blogger di mataku.
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes