My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
image pinjem dari Mbah Wiki
Demam Srikandi Blogger yang sedang menghentak dunia maya, khususnya keraton KEB, iseng membawa jemari ku bermain ke padepokannya mbah Wiki.

Satu suku kata ini, tak urung membuatku penasaran akan sejarah atau hikayat yang sebenarnya. Srikandi. Selama ini, di benakku akan langsung tergambar se-sosok tokoh wanita tangguh, berkarakter kuat, arif dan tak pantang menyerah, setiap kata Srikandi bergema. Gemulai [karena dia wanita], namun juga tegas dan berwibawa [karena dia adalah tokoh pejuang tangguh]. Itu yang ada di benakku lho, Sobs.
Tapi? Benarkah demikian?

Berkunjung dan bercengkrama ria dengan mba Wiki di padepokannya, membuat mata dan wawasanku terbuka. Bahwa, ternyata Sobs, cerita tentang Srikandi itu ada dalam dua versi yang berbeda, lho. Aku baru tau. *ih kasian deh elu, Al! hehe.


Kedua versi itu adalah Versi Mahabrata [India] dan Versi Pewayangan Jawa

Menarik bukan? So, who is Srikandi? 

Hm, kedua versi mengatakan bahwa Srikandi adalah puteri dari Raja Drupada dengan Dewi Gandawati, dari Kerajaan Panchala. Puteri cantik ini, merupakan titisan dari Dewi Amba yang tewas oleh panah Bisma. Titah Dewata, mengharuskan Srikandi dibesarkan dan diasuh serta hidup selayaknya pria, sehingga, kadang kala Srikandi pun terlihat seperti manusia berjenis kelamin netral [waria]. Sampai disini, kedua versi masih bicara hal yang sama nih, Sobs.

Namun perbedaan mulai terlihat ketika Srikandi beranjak dewasa dan memasuki mahligai rumah tangga.

Versi India [Mahabrata]

Versi ini mengatakan bahwa Srikandi [yang dibesarkan ala pria], berpenampilan pria dan menikah dengan seorang wanita. Nah lho! Tentu saja, sang istri [istrinya Srikandi], kaget dunk saat malam pertama. Hehe. Dan, menurut Mbah Wiki, Srikandi menuai hinaan habis-habisan dari 'istrinya' hingga membuat dirinya berniat untuk 'pergi' dan bunuh diri. Namun niat ini berhasil dicegah dan Srikandi diselamatkan oleh seorang pria bernama Yaksa. Yaksa pun akhirnya berkenan bertukar kelamin dengan Srikandi, hingga Srikandi menjelma jadi seorang pria, dan kembali pada istrinya, hidup bahagia dan punya anak pula.  *Weleh-weleh, ngintip gerak gerik Mbah Wiki saat bercerita.

Masih pada versi ini, dalam sebuah pertempuran dengan Srikandi, membuat Bisma tersadar, bahwa sesungguhnya Srikandi adalah titisan/jelmaan Dewi Amba. Artinya, Srikandi adalah seorang wanita, dan Bisma pantang bertempur apalagi membunuh wanita. Maka dia pun menjatuhkan senjatanya, sementara Arjuna, yang berada di belakang Srikandi, langsung deh menggunakan kesempatan ini untuk menewaskan Bisma, dengan menembakkan panah penghancurnya. *Aduh, Mbah Wiki, kok saya jadi pusing ya? Haha

Oya, akhir riwayat Srikandi, diceritakan bahwa dirinya tewas di tangan Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.

Versi Pewayangan Jawa

Versi ini, tak kalah menarik nih, Sobs [juga bikin bingung sih sebenarnya, hihi].

Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, yang menginginkan kelahiran seorang anak secara normal. Tau ga, Sobs, ternyata kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna. *weleh-weleh, tepok jidat deh eikeh di depan Mbah Wiki.
Srikandi sudah gemar dalam olah kanuragan/keprajuritan dan mahir bermain senjata, di mana ilmu ini diperolehnya dari Arjuna. Tak hanya menularkan kepiawaian bermain senjata dan olah kanuragan, ternyata kebersamaan mereka juga menumbuhkan benih-benih cinta. Cie-cie...., Arjuna pun menikahi Srikandi dan beroleh seorang putra. Nama putranya lupa ih nanya ke Mbah Wiki tadi. Hihi. 

Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.
Dalam akhir riwayatnya, diceritakan bahwa Srikandi  tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

Well, Sobats tercintah. Begitulah dongeng/hikayat kedua versi tentang Srikandi. Bingung? Hihi, jangan dunk. Biar ga bingung, yuk kita tarik kesimpulannya yuk.
Bahwa, Srikandi itu, baik dalam versi Mahabrata maupun versi Pewayangan Jawa, adalah merujuk kepada seorang wanita dengan karakter yang berwibawa, bijaksana, bertanggung jawab dan pantang menyerah dalam membela kebenaran. Setuju kan, Sobs? :D

Dari situlah kemudian, kata 'Srikandi' jadi membudaya. Menjadi familiar dan sering dipergunakan sebagai ungkapan terhadap seorang wanita yang heroik, penuh semangat dan pantang menyerah dalam mengupayakan sebuah kemajuan dan menebar manfaat.

Sebuah pendahuluan,
Al, Bandung, 10 April 2013
Masih flu berat, tapi tang ting tung notifikasi FB di Blackberryku, sungguh membuat tanganku gatal untuk segera meraihnya. Ow ow, banyak banget update status dan euforia yang sedang berlangsung di sana. Ga seru nih kalo hanya mantengin via BB. Dengan kepala yang masih berat, aku bangkit, meraih Macsy [my Macbook Air]. Maafken ya Laxy [sebuah tablet - Samsung Galaxy Tab], rasanya akan lebih nyaman berinteraksi dengan dunia maya via Macsy deh, daripada Laxy. Eits, jangan marah dunk, dirimu tetap akan sangat aku butuhkan pada waktunya. Bukankah kita memiliki porsi pengabdian masing-masing? 

Euforia yang sedang terjadi di Facebook adalah tentang tindak lanjut dari acara kontes Srikandi Blogger, yang sedang diadakan oleh Kumpulan Emak Blogger. Dah pada tau donk ya? Dan Alhamdulillah, diriku terpilih menjadi salah satu dari 50 nominees-nya. Senang? Pasti donk, tapi, tugas berat juga menanti di depan sana lho. Perjuangan menuju 10 besar, tentu bukan hal yang mudah.

Etapi, postingan kali ini, tentu bukan untuk membahas tentang itu sih, Sobs. Karena postingan khusus untuknya, akan publish pada jadwal tersendiri.

Nah, sambil maju mundur baca updetan status teman-teman, mataku terpaku pada sebuah status yang baru diupdate oleh seorang sahabat mayaku, dan langsung membuatku manggut-manggut setuju. Penasaran? Ini lho, Sobs.

dari status teman, yang bersumber dari sini

Sejauh tidak membahayakan siapa pun, 
aku sama sekali gak akan peduli jika ada yang tak menyukaiku,
toh keberadaan ku di dunia ini, bukanlah untuk menghibur semua orang? 

Begitulah setidaknya terjemahan bebas dari kalimat di atas, dan aku yakin bahwa Sobats semua, dapat melihat hal menarik dari kalimat di atas. Yes, tentang keterbatasan. Bahwa, selaku manusia biasa, tentu kita memiliki keterbatasan. Suatu keterbatasan yang mungkin membuat seseorang, sekelompok orang atau bahkan [mungkin] banyak orang yang tidak suka pada kita.

Ya, bisa saja, kan? Karena satu dan lain hal, kita tak bisa mengabulkan keinginan atau harapan orang tersebut. Dan konsekuensinya adalah, dia, kelompok itu, atau mereka, akhirnya membenci atau tak lagi suka pada kita. Lalu, haruskah kita bersedih hati? Nelongso? Berkecil hati?

Aku rasa, tak perlu lah, Sobs. Toh kita bukan manusia super yang punya kekuatan magic, yang cukup dengan mengayunkan tongkat ajaib, cling-cling, maka apa yang diinginkan oleh orang tersebut langsung terwujud. Ya toh? 

Terus harus gimana dunk? 
Yah, kalo kata aku sih, cukup besarkan hati saja, terima dengan lapang dada, dan ingatlah, bahwa keberadaan kita di dunia ini, bukan untuk menyenangkan semua orang. Kita punya tugas dan kewajiban masing-masing, yang harus kita tunaikan. Fokus dulu pada tugas dan kewajiban utama itu. When it done, baru deh, itu juga kalo mau lho, telaah, kira-kira, apa yang perlu diperbaiki untuk menyenangkan si teman/orang/kelompok tadi itu. 

Tapi kalo aku sendiri sih, emoh ah, capek. Mending sepakat aja dengan kalimat yang terpatri di gambar di atas, bahwa sejauh aku tak membahayakan siapa pun, sejauh langkahku sudah benar, I will keep moving forward, tak perlu terganjal oleh sikap negatif seseorang yang tak mampu kita entertain. :) 

Well Sobs, hanya sekedar mem'buku'kan sebuah catatan yang begitu mengena di hati. Semoga bermanfaat ya. Selamat beraktivitas! 

Saleum,
Al, Bandung, 10 April 2012

credit

Pasti kita udah sangat akrab dengan kalimat seperti ini deh, Sobs.

"Duh, sabar ya, saya sedang dikejar deadline nih." Ya enggak, Sobs?

Tak dapat dipungkiri, kita semua memang 'dikejar' oleh yang namanya DL alias Deadline, atau tenggat waktu. Baik itu DL pekerjaan kantor, DL urusan rumah tangga, maupun DL untuk urusan-urusan lainnya. Bahwa yang namanya DL, adalah batas waktu terakhir di mana kita memang HARUS menyelesaikan pekerjaan/urusan itu.

Dikejar Deadline, tak ayal membuat kita jadi uring-uringan, panik bahkan parahnya lagi, sukses bikin kita stress. Namun ada juga sih, yang menghadapinya dengan sikap santai, cuek. Salut deh dengan orang-orang yang bisa cuek beibeh begitu saja menghadapi Deadline yang sudah di ujung tanduk begitu. Hehe.

Nah, Sobs, pernahkah terfikirkan oleh kita, untuk tidak hanya 'nerimo' saja si deadline yang hobbynya ngejar-ngejar kita ini? Pernahkah terfikirkan oleh kita, suatu sikap, untuk membalikkan posisi? Agar si deadline 'kecewa' melihat kita yang telah ready [selesai] dengan tugas/urusan tersebut, justru sebelum jatuh tempo?

Sebenarnya, sudah banyak lho, tips-tips yang diberikan oleh para pakar, agar kita tidak dikejar-kejar oleh DL. Hanya saja, setelah membaca tips-tips itu, setelah mengiyakan dan mengangguk setuju, lalu kita dengan santai melupakannya. Dan kembali pada siklus/kebiasaan kita, menunda-nunda pekerjaan dengan alasan, ah, masih banyak waktu, misalnya. :)

Well, bicara tentang how to anticipate the stress coz by the deadline, yuk, kita coba baca kembali tips-tips berikut ini, yuk, Sobs.

Bekerja secara Terorganisir

Make a priority list. Ini adalah langkah jitu dalam memastikan kita untuk bekerja secara terorganisir. Tempatkanlah pekerjaan yang paling penting untuk diselesaikan secepatnya di urutan paling atas. Membuat daftar ini, dijamin akan membantu kita dalam  melihat berapa banyak pekerjaan yang telah dicapai dan apa saja yang masih tersisa untuk dikerjakan.

Butuh Persiapan yang Matang

Maju ke medan perang tanpa amunisi dan persiapan tempur yang cukup, sama saja dengan bunuh diri, ya enggak, Sobs? Begitu juga dalam hal ini. Untuk menyelesaikan suatu tugas secara profesional, tentu kita membutuhkan materi yang cukup dan benar-benar kita kuasai. Jadi, pastikan bahwa kita benar-benar mempersiapkan bahan/materi yang cukup, agar tugas yang kita kerjakan itu selesai dengan baik, dan sesuai deadline, atau malah lebih cepat dari deadline? :)

Hindari Segala Macam Gangguan

Fokus. Itu adalah kata yang tepat dalam memastikan kita dapat menyelesaikan tugas sebelum deadline. Caranya? Jangan bolak balik cek email, apalagi konek ke sosial media. Jangan deh, Sobs! Bisa nyangkut dan sulit lepas deh, kalo kita udah log in di sosial media. Haha. #Pengalaman pribadi.

Mengawasi Rekan Kerja

Jika pekerjaan yang kita kerjakan itu melibatkan tim [teamwork], maka pastikan bahwa anggota tim lainnya juga bekerja dengan baik. Karena teamwork, butuh kekompakan, saling mendukung dan tidak berdiri sendiri.

Bekerja Sesuai Rencana

Nah, ini sangat berguna dalam menghemat waktu kita, Sobs.  Pastikan teman satu tim atau rekan kerja kita, paham  apa yang sedang terjadi dengan kemajuan pekerjaan yang dilakukan. Hal ini bisa membuat kita dapat melakukan pekerjaan ganda melalui perubahan kecil yang dibuat.

Well, Sobs. Itulah sekilas tips yang bisa kita gunakan dalam rangka menghindari stres akibat pekerjaan yang tidak rampung dan melewati batas waktu [deadline]. Semoga bermanfaat ya, Sobs.

Eh, baidewai, jika masih butuh tips sejenis, sobats bisa banget main ke blognya sobat bloggerku di sini, nih! Miliknya Mba Arina Mabruroh, yang sering memberikan tips keren seputar traveling dan banyak hal lainnya, dan..., artikel-artikel inspiratif lainnya jugaaa. Check it out, deh, Sobs!

Saleum,
Al, Bandung, 8 April 2013




Judul Buku: A Thousand Splendid Suns
Pengarang : Khaled Hosseini
Terbitan :Riverhead, 2007
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Diterbitkan versi Bahasa Indonesia oleh:
Penerbit Qanita, PT. Mizan Pustaka
Pages: xii-510 [522]
Dicetak dalam beberapa edisi,
dan gambar di samping adalah edisi Emas [Gold edition],
Cetakan : Mei, 2011
Kategori : Fiksi
Disain Sampul: Windu Tampan

Foto : milik pribadi.



Hati pria sangat berbeda dengan rahim ibu, Mariam. Rahim tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu. Hanya akulah yang kaumiliki di dunia ini, dan kalau aku mati, kau tak akan punya siapa-siapa lagi. Tak akan ada siapa pun yang peduli padamu. Karena kau tidak berarti!

Paragraf di atas, adalah daya tarik utama, yang terpampang di halaman cover belakang novel International Best Seller karya Khaled Hosseini. Seperti pada novel perdananya yang juga best seller, The Kite Runner, novel kedua ini juga mengambil setting di negeri kelahiran sang penulis, yang melukiskan kentalnya aroma mesiu, ketatnya regulasi, terutama yang dibuat oleh kaum Taliban, dan kelamnya roda kehidupan yang berlangsung di atasnya.

Berkisah tentang seorang anak perempuan harami [anak haram] bernama Mariam, yang lahir dari rahim seorang pembantu rumah tangga, penderita epilepsi, yang dinodai oleh majikannya bernama Jalil. Jalil adalah seorang pengusaha kaya dan ternama, beristri tiga dan beranak sepuluh. Petaka mulai menyapa dan enggan beranjak, kala perut Nana mulai membuncit. Ketiga istri Jalil, yang mengendus perbuatan suami mereka, segera mengusulkan untuk 'membuang' Nana, dan Jalil langsung menyetujui, bahkan sempat membela diri, bahwa hal itu terjadi karena Nana lah yang telah menggodanya. Dan 'orang kecil', memang tak pernah punya kesempatan untuk membela diri, apalagi untuk menunjukkan dirinya benar. Seperti yang selalu Nana katakan pada putrinya, Mariam;

“Seperti jarum kompas yang selalu manunjuk ke utara, jari telunjuk seorang pria selalu teracung untuk menuduh wanita. Selalu. Ingatlah itu, Mariam”.

Jalil menempatkan mereka di sebuah kolba [semacam rumah kecil yang terbuat dari tanah liat], yang terletak di daerah terpencil dan terjal, bernama Gul Daman. Walau tak mengakui secara terang-terangan [secara sah] bahwa Mariam adalah anaknya, namun Jalil selalu menyempatkan waktu [setiap Kamis] untuk menjenguk dan berinteraksi dengan putrinya, Mariam. Hingga terjalinlah kedekatan hubungan antara ayah dan anak, di antara keduanya. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Mariam kecil, yang lugu dan percaya penuh, bahwa ayahanda, yang selalu datang pada hari Kamis itu, memang tulus menyayanginya. Walau belum berkenan membawanya ke rumahnya yang mewah, di kota sana.

Saking lugu dan percayanya akan ketulusan kasih Jalil terhadapnya, Mariam bahkan mencurigai ibunya. Bahwa Nana sedang meracuni pikirannya, agar dia, Mariam, membenci ayahnya. Bahwa Jalil, bukanlah ayah yang baik. Bahwa Jalil malu berputrikan Mariam, yang lahir di luar nikah, bahwa Jalil hanya berpura-pura saja menyayangi Mariam. 'Racun' ini, terus saja menyebar, namun tak membuat Mariam membangkang ibunya. Walau tak suka dengan 'hasutan-hasutan' ibunya, Mariam tetaplah anak kecil yang baik budi pekertinya. Anak kecil yang telah belajar agama dari seorang mullah [pemuka agama]. Maka di'telan'nya saja perkataan-perkataan ibunya, dan tetap menganggap ayahnya mulia.

Hingga suatu hari, matanya 'terbuka'. Tersadar bahwa perkataan ibunya adalah benar belaka. Bahwa Jalil, tak pernah serius menyayanginya. Terbukti dari ketegaan Jalil membiarkan Mariam bermalam di depan pintu pagar rumah mewahnya, demi menanti dirinya [yang kata satpam sedang keluar kota, padahal sedang bersembunyi di dalam rumah]. Mariam berkeras bertahan, menanti hingga sang ayah 'kembali dari luar kota', hingga keesokan hari berikutnya, seorang supir ayahnya, memaksa untuk mengantarkannya kembali ke Gul Daman. Tak terduga, Mariam malah berlari menerobos pintu pagar, menuju halaman rumah ayahnya, dan matanya menangkap sesosok tubuh dan wajah yang sangat dikenalnya, sang ayah, sedang mengintipnya dari jendela. Terpana, kaget dan shock. Itulah yang dirasakannya dari pertemuan 'tatapan' yang hanya sejenak itu. Ibunya benar. Ayahnya hanya berpura-pura selama ini.

Penderitaannya tak hanya sampai disana. Sebuah pemandangan yang membuat langit kehidupannya runtuh adalah, kala melihat tubuh ibunya yang tak lagi bernyawa, tergantung dengan seutas tali pada sebuah pohon di samping kolba, saat dia diantar pulang oleh sopir ayahnya. Penyesalannya tak pernah surut. Dialah yang telah membuat ibunya mengalungkan tali itu ke lehernya. Terngiang terus kalimat ibunya, bahwa dia akan mati jika Mariam meninggalkannya, karena ibunya sangat mencintainya dan tak ingin kehilangannya. Dan ibunya telah membuktikan perkataan itu, pergi meninggalkannya seorang diri.  

Sendirian dia menapaki hidup. Mengais-ngais cinta di tengah kehampaan dan kepahitan sebagai harami. Pasrah akan pernikahan yang dipaksakan oleh ayah dan ketiga istri ayahnya, menanggung perihnya luka yang disayatkan sang suami. Namun dalam kehampaan dan pudarnya asa, seribu mentari surga muncul di hadapannya.

Tuhan mengirimkan seorang wanita lain ke dalam hidupnya. Wanita muda, empat belas tahunan, cantik dan terpelajar. Hadir mencuri perhatiannya, kasih sayangnya juga sempat mencuatkan emosi dan rasa cemburu yang menggelegak di dadanya, karena perhatian suaminya, Rasheed terhadap gadis ini, terlihat sangat berlebihan dan terang-terangan. Gadis ini bernama Laila. Terhempas ke rumah Mariam dan Rasheed, terluka parah oleh amukan perang. Menjadi sebatang kara, karena perang juga telah merenggut nyawa ayah dan ibunya. Butuh waktu berhari-hari untuk membuat tubuh dan jiwa gadis malang itu membaik.

Laila menjadi pendatang baru, pemain baru dalam drama keluarga Rasheed. Mariam sebagai istri pertama, dan Laila sebagai istri kedua. Takdir pun dengan kejam merantai kaki kedua wanita ini dalam pernikahan poligami, yang membuahkan lembam, dan torehan darah akibat pecut yang mendarat di tubuh mereka. Perlakuan kejam Rasheed, justru semakin menumbuhkan rasa kasih di antara kedua wanita ini, dan saling membela diri pun kian subur. Hingga suatu hari, takdir terakhir bagi Mariam pun ditentukan.

Hosseini begitu piawai mempermainkan emosi pembacanya, dalam menyajikan intrik demi intrik, sukses menuai rasa iba, terenyuh mau pun amarah. Membaca novel ini, membuat kita seakan berada dalam sebuah situasi, dimana tak hanya konflik yang berkecamuk, tapi juga egosentris para lelaki Afghan, yang tak segan-segan menurunkan tangan kekar mereka, melibas dan melecut dengan sabuk berkepala baja, menampar dan menjambak, bahkan menendang para istri mereka yang dianggap membuat hati mereka tak nyaman. Hello..., hanya karena hati tak nyaman. Bagaimana jika para istri terbukti bersalah? Mungkin nyawa akan langsung mereka cabut dari raga sang istri?

Demi pembelaannya terhadap Laila, yang sedang meregang nyawa oleh cekikan Rasheed di lehernya, membuat Mariam gemetar, ketakutan, dan gelap mata. Kesadarannya menjerit, menuntunnya untuk bertindak, memberi pembelaan bagi Laila. Hanya dia yang bisa membebaskan Laila dari cekikan kejam suami laknat itu. Maka, berlarilah dia ke gudang, mengambil sekop, dan dengan sekuat tenaga, menghantamkannya ke belakang kepala Rasheed. Nyawa Laila pun tertebus, bertukar dengan nyawa Rasheed yang melayang.

Dan wanita malang itu pun, dengan sepenuh cinta kasih tanpa pamrih, maju kepengadilan, mempertanggungjawabkan perbuatannya, dengan hati damai dan bahagia. Setidaknya, sebagai anak haram yang selama ini dicemooh dan dilecehkan, tidaklah sia-sia. Sebuah kebebasan bagi Laila dan anak-anak, adalah tebusan paling berharga yang dapat dipersembahkannya, sebagai bukti, bahwa hukuman mati yang dijatuhkan baginya, tidaklah sia-sia.

Sebuah resensi, 
Al, Bandung, 7 April 2013


Pinjem
Seorang teman dari dunia maya, suatu hari menyapa via BBM. Dan mulai dari obrolan ringan, berlanjutlah ke obrolan yang lebih serius, sekaligus menumpahkan uneg-unegnya akan status baru yang melekat pada dirinya, sebagai konsekuensi dari ketukan palu hakim, yang mengabulkan gugat cerai yang dilayangkannya ke pengadilan.

JANDA. Itulah status baru yang disandangnya, disamping gelar profesi yang selama ini menempel indah pada namanya. Memang sih, gelar baru tadi, tidak tertulis, tapi ternyata, memiliki efek negatif yang langsung memojokkan dirinya, dalam berinteraksi dengan kehidupan sehari-harinya. Bahkan secara perlahan, menuntunnya untuk membatasi diri dalam pergaulan, baik di lingkungan, maupun di dunia profesi yang digelutinya. Duh, sayang banget!

Si teman juga bercerita dengan icon sedih, 'masak, Mba, atasanku, seorang wanita dengan gelar master, ngomongnya gini, ih, amit-amit deh saya kalo harus cerai. Itu kan hal yang paling memalukan? Apa ga bisa dipertahankan saja? Kenapa harus cerai sih? Mengalah aja kenapa?'


Helloo! Emang kenapa sih kalo 'Janda'? Salahkah? Apa pernah tertulis di dalam daftar yang ingin kita capai, sebuah status atau keinginan untuk menjadi janda atau duda? Enggak ada toh? Lalu haruskah kita memojokkan apalagi menghakimi seseorang, teman pula lagi, yang tiba-tiba menyandang status janda? Haruskah kita menambah beban kehidupannya dengan kecaman kita? Bukankah Allah telah menciptakan segala sesuatunya secara berpasangan? Ada wanita ada pria, ada siang ada malam, ada yang pernikahan ada pula perceraian [walau itu adalah hal yang dibenciNya].

Janda. Adalah gelar yang diraih dengan terpaksa. Aku yakin, tidak ada seorang pun dari kita, yang ingin gagal dalam membina rumah tangga. Namun kita bisa apa, jika biduk perkawinan yang sedang kita kayuh, tiba-tiba menghadapi badai kehidupan, yang akhirnya membuat biduk cinta ini kandas di tengah perjalanan? Haruskah kita bertahan dalam kemunafikan? Berupaya keras mempertahankan biduk yang telah pecah delapan dan mustahil untuk lanjutkan perjalanan?

Sebagai orang luar, tentu kita tak pernah tau sedetilnya sebab musabab perpisahan mereka. Dan percaya deh, sebelum menempuh perpisahan itu, tentu keduanya [atau si penggugat] telah menganalisa secara mendalam, tentang baik buruknya keputusan yang harus ditempuh itu. Jadi menurutku sih, kalo kita memang belum mampu meringankan 'derita' si teman, mending kita diem dan menghargai aja deh apa yang menjadi pertimbangan dan keputusan mereka. Ga usah ikut campur, apalagi menghakimi. Mending kita urus saja rumah tangga kita sendiri, agar bertahan harmonis dan selaras, hingga tak menuju pada kisah tragis seperti perceraian.

Mengapa tidak kita coba saja untuk bertimbang rasa. Mencoba memposisikan diri kita di posisinya. Tidakkah kita akan sedih dan terpojok oleh cemoohan dan kecaman-kecaman itu? Menjadi janda itu jelas bukan hal yang mudah. Beban berat menanti, mulai dari harus menghidupi diri sendiri, juga harus menghidupi anak-anak. Bertindak sebagai ibu sekaligus juga sebagai ayah, belum lagi bagi yang berusia muda, masalah kebutuhan biologis juga menjadi masalah tersendiri. Jadi, please deh, yuk kita coba berempathy atas ketidakmujuran yang menimpa mereka. Dan ingat, wanita-wanita ini, bisa saja adalah ibu kita, keponakan-keponakan kita, bibi kita, tetangga kita, atau jangan-jangan malah diri kita sendiri [kaum wanita], who knows?

Dan bagi sahabats ku, para wanita yang saat ini sedang tidak beruntung dalam perkawinannya [menjadi janda], keep in mind deh, bahwa menjadi janda hanya pergantian status. Tidak serta merta membuat seseorang menjadi lebih rendah derajatnya, toh? Tidaklah harus membuat si janda ini menjadi bahan cemoohan. Apakah ada jaminan bahwa kita-kita yang berstatus istri atau suami menjadi orang-orang yang lebih mulia?

Singkirkan perasaan minder karena menjadi janda, gantilah dengan rasa bangga, setidaknya pada diri sendiri, yang telah berani menyandang status yang entah kenapa masih terus dipandang sebagai aib, di era yang telah demikian moderen ini. Pada masa di mana masyarakatnya telah mengecap pendidikan menengah ke atas bahkan jauh lebih tinggi. Jangan biarkan dirimu terpengaruh oleh stigma negatif itu, paculah diri untuk terus berkarya, untuk tetap lanjutkan langkah kehidupan. Jaga diri baik-baik, dan buktikan pada masyarakat luas, bahwa menjadi JANDA, tidak akan menuntunmu untuk 'mengganggu suami orang, untuk menggantungkan hidupmu pada orang lain. Show them, that you are the independent women, who can take care your self as well as your children. 

Tak perlu malu karena gagal berumah tangga, karena kegagalan adalah langkah awal memperbaiki diri, demi kebaikan-kebaikan di masa selanjutnya. Not only Move On, but you are in the MOVE UP step to achieve a better future. Ayo bangkit, masa depan cemerlang sedang menantimu di depan sana. 


Tulisan ini didedikasikan untuk beberapa sahabats yang pernah berbagi kisah 
tentang beban batin menjadi janda. Juga dalam rangka, menghasilkan 
tulisan positif tentang kata kunci JANDA, yang saat ini, di dominasi 
oleh berita miring setiap kita menggunakan keyword ini. 

Saleum,
Al, Bandung, 5 April 2013
sumber gambar dari sini

Judul Buku : Cerita di Balik Noda
                       42 kisah inspirasi jiwa
ISBN/EAN:  9789799105257 / 9789799105257
Pengarang:  Fira Basuki
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit:  14 Februari 2013
Pages:  248
Berat:  231 gram
Dimensi(mm): 135 x 200
Kategori:  Fiksi

Hidup semakin kaya, ketika kita bersentuhan dengan ‘noda’

Itulah kalimat yang langsung membuat aku mengangguk setuju, saat mataku membaca baris demi baris yang tertera di halaman 12, paragraf keenam, buku terbarunya Fira Basuki, Cerita Di Balik Noda. Sebuah buku yang memuat 42 kisah inspiratif bagi jiwa para pembacanya. 

Fira menulis ulang 38 cerita para ibu Indonesia, peserta lomba menulis bertema 'Cerita di Balik Noda', yang diadakan oleh Rinso Indonesia melalui Facebook. Sementara 4 cerita lainnya adalah merupakan kisah yang ditulis sendiri oleh Fira Basuki,  terinspirasi dari sosok-sosok yang bersinggungan dengan 'cerita di balik noda', baik itu dari hubungan pekerja dan bos, kakak-beradik, suami-istri, dan lainnya. 

Tak dapat dipungkiri, ke 42 cerita tersebut tersaji dalam sebuah bacaan [buku] dengan gaya bahasa 'ringan dicerna' dan pastinya sukses membuat mata basah oleh riak yang mengambang di setiap sudutnya, HARU. Begitu banyak bahan pembelajaran yang tersaji, dari hal/kisah sederhana yang selama ini terlewati dengan begitu saja. Bahwa, pembelajaran dalam kehidupan, dapat kita peroleh dari berbagai sumber, bahkan dari anak-anak sekali pun. 


[Betapa anak-anak adalah sumber kebijaksanaan hidup, yang tak pernah kering jika kita mau melihatnya dengan cinta. Kenakalan mereka adalah kilau emas, dan kepolosan mereka adalah mentari pagi yang menghangatkan jiwa.] dikutip dari sini


Seperti kisah favoritku, yang tersaji dalam kemasan berjudul 'Teman Sejati', halaman 227. Menceritakan tentang Arga, seorang anak laki-laki yang ramah, baik hati dan memiliki 'kedewasaan' sikap yang patut diacungi jempol. Bahkan patut ditiru oleh orang dewasa sekali pun. Kisah ini mulai menghangat, kala kompleks perumahan di mana Arga dan orang tuanya tinggal, kedatangan penghuni baru, berupa sebuah keluarga dengan seorang anak perempuan yang cacat mental. Kondisi anak perempuan mereka inilah yang jadi pergunjingan para ibu di kompleks perumahan tersebut. Tak hanya menggunjingkan, namun para ibu bahkan mencoba untuk mempengaruhi ibunya Arga, untuk  menganjurkan Arga, memboikot Azha, si anak perempuan yang 'sakit' tersebut.

Tentu saja ibunya Arga tidak termakan oleh hasutan ini, namun juga belum 'berani' untuk terang-terangan bersikap 'tidak menyetujui' cara pandang dan sikap para ibu di lingkungan mereka itu. Jalan tengah yang diambil ibu Arga, adalah diam. Tidak menentang, tidak juga mengiyakan.

Arga sendiri, yang memang berhati lembut dan penyayang, tetap bersikap baik dan ramah bahkan menjadi dewa pelindung bagi Azha. Bersikap sabar kala Azha, tanpa mengerti akan tindakannya itu, mencorat coret baju, atau malah mematahkan ujung-ujung pensil milik Arga. Juga dengan rela hati dan kesatria, menjadi dewa penolong bagi Azha, kala suatu hari, teman-temannya mencoba 'menganiaya' Azha.

Dengan sigap dan gagah berani, Arga melarang teman-temannya memukul Azha, hingga akhirnya sebagai pelarian dari 'tidak jadi' memukul, teman-teman Arga itu, akhirnya merampas tas sekolah milik Azha dan melemparkannya ke selokan. Tentu saja, si anak malang, Azha, menangis sesunggukan. Arga dengan sigap, langsung turun dan mencoba mengambil tas yang telah terjerembab di dalam selokan itu.

Aksi itu, tentu membuahkan noda kotor pada sekujur tubuh Arga, membuatnya terlihat kumuh, bau dan jelas mengagetkan ibunya, yang baru saja datang menjemputnya pulang sekolah. Namun, ibu mana yang akan marah begitu mengetahui penyebab noda itu adalah demi sebuah kebaikan? Bahwa anaknya berani kotor seperti itu adalah demi sebuah perlindungan dan kepahlawanan? Hari itu, dirinya pun sepakat, bahwa berani kotor itu baik.

Di sinilah, sang ibu mulai muncul keberaniannya untuk menunjukkan sikap. Belajar dari Arga, putranya yang masih duduk di Sekolah Dasar, sang ibu, mulai 'ber-orasi'.

“Ibu-ibu lihat, kan. Apa salah Azha? Apa salah orangtua Azha? Mereka semua, terutama Azha, adalah manusia juga seperti kita. Orangtua Azha menyekolahkan Azha di sini karena keinginan mereka agar anaknya bisa senormal mungkin,” ujarnya lantang.

Sungguh di luar dugaan, aksinya itu malah menuai tepuk tangan dari para guru yang hadir di lokasi kejadian, dan menular kepada seluruh orang tua murid yang juga sedang menjemput anak-anak mereka. Bahkan ada yang saking 'tersadar'nya, malah meneteskan airmata. Hari itu, Tuhan menitipkan sebuah pembelajaran bagi mereka, melalui seorang anak kecil bernama Arga.

Orang tua mana sih yang senang apalagi bahagia memiliki anak yang cacat, baik fisik maupun mentalnya? Tidak ada kan? Semua kita, tentu berharap, beroleh buah hati yang sempurna. Lalu, haruskah kita berunjuk rasa pada Tuhan, jika mendapatkan cobaan demikian? Dan haruskah, manusia lainnya, yang ada di sekitarnya, justru mencemooh, menghujat atau menghakiminya?

Seperti kata Fira, 'Hidup itu seperti baju kotor. Ketika noda dihilangkan dengan mencucinya bersih-bersih, kita ibarat telah memasuki hidup baru, masa depan baru, dan harapan baru. Selalu ada hikmah di dalam sepercik “noda”. Marilah belajar menarik hikmah dari setiap kejadian, marilah belajar dari setitik noda.

Well, Sobats, ingin menemukan hikmah pembelajaran lainnya? Silahkan baca buku Cerita Di Balik Noda dan temukan 41 kisah lainnya yang tak kalah menginspirasi.

Penasaran dengan sang penulisnya? Yuk lihat fotonya dibawah ini yuk. :)

Sumber Foto dari sini

Tertarik untuk ikutan ngereview buku ini? Yuk mampir di sini untuk dapatkan informasi selengkapnya. :)

KEB
Sudah familiar dengan sebuah novel dewasa berjudul Selingan Semusim?
Novel fenomenal yang bermula dari tantangan beberapa sahabat yang ingin menguji kepiawaianku dalam menulis kisah romantika kehidupan dua anak manusia dewasa?

Yup, awalnya novel ini aku tulis hanya untuk menjawab tantangan itu, namun melihat antusiasme pembaca 'draft' novel ini, menuntunku untuk tak hanya menyajikan kisah kehidupan yang dipenuhi oleh kisah cinta dan perselingkuhan, namun juga menyisipkan makna pembelajaran dan pesan moral yang sudah seharusnya kita petik dari setiap kisah kehidupan, yang walau hanya fiktif, tapi kuyakin pasti banyak berlaku di sekitar kita, di jaman yang kian canggih dan gemerlap ini. Dan, inilah, sang Selingan Semusim!

Walau telah merilis beberapa postingan tentang Selingan Semusim, dan juga beberapa sahabat telah membuat review dan resensi tentang kisah Novita dan Fajar ini, namun masih banyak juga peminat novel ini, yang bertanya tentang sinopsis dari Selingan Semusim. Jadi pada kesempatan kali ini, ijinkan aku memposting kembali sinopsisnya, ya, Sobs.


Sinopsis Novel Selingan Semusim



Perang batin berkecamuk, terutama dalam diri Novita, antara mempertahankan kesetiaannya terhadap Arief, sang suami, atau menuruti sisi kelam sanubari, yang terus memancingnya untuk larut dalam hubungan terlarang dengan Fajar, sang fasilitator yang juga memendam ribuan ketertarikan terhadap dirinya.
Campur tangan Tuhan adalah jawaban atas doa yang dipanjatkan sisi baik hatinya. Walau tak sesuai pinta, namun wanita ini dengan tanggap beraksi. Kecelakaaan yang menimpa dirinya, disambutnya sebagai peringatan Tuhan untuk segera membersihkan noktah merah pernikahannya.
Namun agaknya, Tuhan masih memberinya ujian. Tragedi tsunami, justru terjadi saat dirinya bersama anak dan suami berkunjung ke Aceh. Gelombang maut itu dengan kejam merampas kehidupan Arief dan Niken, dan membuatnya kehilangan dua orang terkasih sekaligus. Dan sejak itu, kisah sendu hidupnya pun dimulai.
Pengembaraannya bertahun di tanah rencong, bergelut dalam pekerjaan kemanusiaan sambil terus berupaya mencari keberadaan Arief dan Niken [walau hanya dalam bentuk pusara], akhirnya mempertemukannya kembali dengan Fajar, yang secara tiba-tiba menyapanya dari belakang di sebuah rapat koordinasi. Akankah asmara terselebung itu bersemi kembali? Akankah Novita menerima Fajar atau mengembalikannya secara terhormat kepada Shenny, istri Fajar? Akankah Novita menerima cinta dr. Ridge?
Temukan jawabanya di dalam novel Selingan Semusim ini.


Nah, Sobs, itulah sinopsis dari Selingan Semusim. Dan bagi yang masih penasaran tentang bagaimanakah novel Selingan Semusim itu? Dapat membaca review dari para sahabat yang telah melakukan review/resesensi terhadap Selingan Semusim, pada link-link berikut ya, Sobs.


Review oleh Sahabat

Mimi Radial
Pakdhe Abdul Cholik
Eksak
Noorma FNM
Ririe Khayan
Mas Suro Prapanca
Inilah Koran
Mas Fauzul Andim
Abi dan Noorma
Covalimawati
Lidya - Mama Calvin
Nchie Hanie
Una
Astin Astanti


Cuplikan Beberapa Komentar





dan beberapa komentar lainnya yang bisa diakses di my project book

Nah, Sobs, penasaran dan berminat untuk memilikinya? 

Sok atuh Order Disini yuk. 

ym: alaika_abdullah@yahoo.com
email: admin@alaikaabdullah.com atau
smartgarden3@gmail.com

Al, Bandung, 2 April 2013
picture grabbed from here
Sobats tercinta,
jangan kaget saat berkunjung ke rumah maya ini, dan mendapati My Virtual Corner yang sedang amburadul. Maklum, Sobs, sedang menjalani renovasi nih.
Habis beberapa sobats blogger komplain, bahwa My Virtual Corner tuh loadingnya lama banget jika diakses dari handphone.

Jadi, responding my lovely readers, maka, rumah ini untuk sementara akan terlihat kacau deh, hopefully it will be back nice and friendly again after the renovation ya, Sobs.

Selamat malam semuanya, met istirahat, mimpi indah. :)

Saleum,
Al, Bandung, 1 April 2013
Kita masih berusia bocah
Bocah lugu kebanggan ayah
Kita masih lucu-lucu
Bocah lucu kesayangan ibu

Kini kita telah dewasa
Sibuk mengejar tujuan dan asa
Tak lagi tinggal bersama
Terpisah jauh tak lagi bersua

Ingatkah kamu wahai adinda?
Betapa kita pernah bermain bersama?
Bermain pramuka dan Indian-Indianan kesukaan kita?
Apa kabar kalian semua?
Kurindu tiba-tiba.


Foto ini diambil puluhan tahun yang lalu, saat masih tinggal di sebuah desa di Kabupaten Pidie, Aceh. Kala aku dan kedua adikku masih berusia belia. Bahkan si bungsu, adik ketiga belum lahir deh kayaknya. Menemukan foto ini, bikin aku kangen mereka, terutama momen-momen indah yang kami habiskan untuk bermain bersama, membaca bersama, wisata bersama, dan berbagai kebersamaan lainnyam yang telak bikin aku KANGEN. Moment yang tepat untuk ikut serta dalam kontes yang sedang diselenggarakan mas MF Abdullah. #Btw, nama belakang kita sama nih mas. :D

Well, let me introduce the picture. 
Dari kiri ke kanan; Alaika Abdullah, Hendri Abdullah and Zoel Abdullah.

        Postingan ini diikutsertakan dalam 
CAPek-Ma Berbagi   dengan Tema “Me and Family” 

Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Pesan Google agar Aman nge-Job Review dan tetap Terindeks
  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • It's Me!
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Srikandi Blogger di mataku.
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes