Fraxel, Kulit Kinclong dan Kutukan Matahari




Masih ingat kutukan sang mentari pada kulit wajahku, yang aku ceritakan di sini? Yang akhirnya membekaskan noda di pipi kiri dan kanan yang seharusnya kinclong ini? Yang membuat si dokter kece jadi bermuka masam dan prihatin serta mewanti-wanti dengan suara lembutnya, 'plis ya, Mba Al, jangan main panas dulu, plis...' 

Hiks... aku nyesel banget ga beli topi gede untuk melindungi wajahku saat pelesiran ke Ciletuh waktu itu. Memang sih, aku baru saja selesai di-fraxel [laser wajah] ketika itu, baru juga seminggu, dan aku sama sekali ga tau kalo panas yang akan aku hadapi adalah seperti pada foto di atas. Ya iya lah, wong naik sampan, di tengah lautan! Ya panas lah! Hehe.

Akhirnya, Sabtu berikutnya setelah di-peeling oleh Dr. Tessa, aku berkunjung ke Klinik DF kembali. Yup, jadwal kontrol dan bertemu langsung si dokter kece, yang tersenyum kalem.

'Tuh, kan, gosong!' Suara lembut, sih! Tapi terdengarnya gimanaaa gitu di telinga. Hehe. Yuk, saya lihat dulu. Dan aku pun pindah ke bed pemeriksaan. Dan tak lama kemudian aku sudah duduk lagi di hadapannya, berbatasan meja kerja dengan-nya.

'Kapan ada waktu untuk di-fraxel lagi?' Tanya si dokter kece kalem.
'Hari ini juga boleh, Dok.' Jawabku mantab. Iya lah, apa pun asal bisa segera menghilangkan noda jilatan matahari yang baru saja terbentuk itu, aku rela-rela ajah, Dok. Hihi.

'Ga ada acara semingguan nanti? Bakalan tampil kusam dan jelek lagi, lho!' Si dokter kece mengingatkan. Dan segera kugelengkan kepala. Ga papa tampil bercadar lagi,  I will follow your instruction, deh, Dok. Dan hari itu juga, aku dilaser lagi. Mengikuti prosedur seperti yang dilakukan pada saat laser pertama, yaitu pengolesan krim anestesi untuk membius agar kulit wajahku tak kesakitan saat dilaser nanti. Alhamdulillah, semua berjalan baik, dan aku pun pulang dalam keadaan wajah merah, habis di-las di-fraxel.

Dan semingguan setelahnya, aku aseli tampil kusam, jelek dan tak bercadar. Haha. Etapi, bukan tujuh hari sih, karena pada hari ke-lima, seluruh kusam telah terkelupas, dan kulit wajah kembali kinclong. Hanya saja, jilatan matahari masih tetap duduk manis hingga hari ini, nih! Bahkan setelah di-Inotho pun, noda ini tak mau pergi. Hiks....

Tak sabar aku menanti jadwal kontrol yang tertunda gegara liburan tahun baru kemarin. Ingin segera ketemu dengan si dokter kece, untuk ditelaah didiagnosa dan ditreatment lanjutan agar kulit wajah segera kinclong, serta acne scars juga berlalu. Hm..., sepertinya proses ini memang akan makan waktu, tapi aku happy-happy aja sih, karena berkunjung ke Klinik DF itu selain untuk perawatan, juga bisa dijadikan sebagai alternatif refreshing, lho! Habis, tempatnya itu cozy banget, nyaman, adem dan lapang. Plus, bisa main ke kebun mawarnya si dokter kece pula, yang ada di lantai paling atas. 
Bagi yang punya baby unyu-unyu, DF clinic juga cucok banget bagi baby Sobats for having baby spa, lho! Emang ada? Ada lah! Ingin tau lebih jauh tentang DF Clinic, yuk, nantikan postinganku selanjutnya, ya!

Al, Margonda Raya, 4 January 2016




9 comments

  1. Gak pernah ke klinik kecantikan Mbak. :D Kosmetik aja jarang pake, gak bisa make up. -,-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku suka banget ke klinik kecantikan, Mba, tapi kalo disponsori, sih. Kalo yang butuh biaya mahal, kudu mikir dulu. Tapi yang ini beda lho, kita dpt banyak edukasi tentang bagaimana hidup sehat agar kulit tetap cantik dan awet muda. :)

      Delete
  2. gak apa-apa seminggu bercadar ya mbak yg penting nanti kinclong

    ReplyDelete
  3. wah.. di kliniknya ada kebun bunga gitu? Lucu banget :o

    ReplyDelete
  4. Wah asyik, ada kebun bunga mawarnya.
    Denger kata laser kok jadi ngeri ya, nggak sakit ya mb?

    ReplyDelete
  5. waahh mba al, ini klinik DF ada di bandung kah?
    terus terus, gimana kelanjutannya? sudah hilangkah si bekas matahari? *kepo*
    hihihi

    ReplyDelete
  6. Kalo ada yg ngajak bolehlah ke klinik kecantikan, hehe

    ReplyDelete
  7. Ajak dooooong. Margonda nih depok bukan mbak, atau kota lain selain depok? Kok kayaknya seru ~

    ReplyDelete