Ada apa ini dengan daun kering? Kalo ada yang serius merhatiin unggahan foto-foto besutanku via my smartphone tuh, memang sedang bertemakan daun kering, ya khaaan? Lalu ada apa sih sebenarnya dengan daun kering? Kok kamu senang banget moto daun kering, Al? Sedang sedih atau galau kah?
Hm, ada apa ya? *malah balik nanya. Sebenarnya sih ga ada apa-apa, Sobs! Cuma sejak main ke rumah Teh Dey waktu itu, dan brol-ngobrol soal smartphonegraphy, dan dikasih tips sedikit oleh si Teteh yang baik hati itu tentang how to optimize your phone camera, aku jadi terinspirasi untuk mengabadikan helai demi helai daun kering yang kutemukan, deh! Ingin menampilkan segi artistiknya itu lho. Bahwa sehelai daun kering pun, masih bisa terlihat indah lho saat di foto. Dengan mengabadikannya, setidaknya, nih, kalo ada artikel yang butuh support foto daun kering, kan tinggal ambil milik sendiri, ga perlu lagi nyulik dari halaman si Mbah, kan?
Dan sejak itu, aku jadi sering memperhatikan sekeliling deh, utamanya saat jalan kaki atau nyeberang jalan tuh, biasanya daun-daun kering banyak yang terkulai tak berdaya tuh, di sekitar sana. Dan pertama kali memotret daun kering, my mind langsung refleks bikin tagline Layu, lepas, kering, terkulai tak berdaya. Rasanya kok mengena banget, dan jadi self-reminder juga untuk diri sendiri. Bahwa segala keindahan, kekuatan yang kita miliki ada batas waktunya, pada saatnya, semua akan bernasib seperti ini. Tiada yang abadi. Jiaaaaah! *Sok bijak*
Ngiming-ngiming nih, pasti penasaran dunk akan beberapa bidikan daun kering koleksi eikeh? Hihi. Yuuuuk....
(kisah sehelai daun kering, di atas trotoar Jl Soetta, Margahayu, Bandung, saat menyeberang jalan)
Cantik juga ternyata ya, Sobs? Eh, sebenarnya cantik ga seh? Hihi.
Dan, terus? Postingan ini untuk apa sih, Al? What is the moral of the story?
Hm, ada apa ya? *malah balik nanya. Sebenarnya sih ga ada apa-apa, Sobs! Cuma sejak main ke rumah Teh Dey waktu itu, dan brol-ngobrol soal smartphonegraphy, dan dikasih tips sedikit oleh si Teteh yang baik hati itu tentang how to optimize your phone camera, aku jadi terinspirasi untuk mengabadikan helai demi helai daun kering yang kutemukan, deh! Ingin menampilkan segi artistiknya itu lho. Bahwa sehelai daun kering pun, masih bisa terlihat indah lho saat di foto. Dengan mengabadikannya, setidaknya, nih, kalo ada artikel yang butuh support foto daun kering, kan tinggal ambil milik sendiri, ga perlu lagi nyulik dari halaman si Mbah, kan?
Dan sejak itu, aku jadi sering memperhatikan sekeliling deh, utamanya saat jalan kaki atau nyeberang jalan tuh, biasanya daun-daun kering banyak yang terkulai tak berdaya tuh, di sekitar sana. Dan pertama kali memotret daun kering, my mind langsung refleks bikin tagline Layu, lepas, kering, terkulai tak berdaya. Rasanya kok mengena banget, dan jadi self-reminder juga untuk diri sendiri. Bahwa segala keindahan, kekuatan yang kita miliki ada batas waktunya, pada saatnya, semua akan bernasib seperti ini. Tiada yang abadi. Jiaaaaah! *Sok bijak*
Ngiming-ngiming nih, pasti penasaran dunk akan beberapa bidikan daun kering koleksi eikeh? Hihi. Yuuuuk....
Di atas jalanan
Dilalui lalu lalang
Terinjak, terbawa angin,
tergeser kesana dan kesini
Tak berdaya.
Karib kerabatmu,
yang masih kokoh melekat di dahan
hanya mampu menatap iba
'Kami pun nanti, akan bernasib sepertimu', batin mereka.
*Layu, lepas, kering, terkulai tak berdaya*
(kisah sehelai daun kering, di atas trotoar Jl Soetta, Margahayu, Bandung, saat menyeberang jalan)
Cantik juga ternyata ya, Sobs? Eh, sebenarnya cantik ga seh? Hihi.
Untuk helai daun yang di samping ini sih, hanya sebait kalimat yang tertulis di instagramku tentangnya. Penasaran?
Semua hanya pinjaman. Bahkan kesegaran dan hijaunya khlorofil pun hanya sementara. Hijau segar kemudian layu, lepas dari dahan, kering, menua dan terkulai takberdaya.
#daunkering #testpic
Penasaran akan besutan daun kering lainnya? Bisa melipir ke instagram-ku deh, Sobs! @alaikaabdullah follow yaaa! Hayyah.
Yaah, sekedar update artikel di blog ini, and also to show my lovely readers, bahwa ide itu ada di mana-mana, lho! Bahkan dari sehelai daun kering yang tergeletak di atas trotoar jalanan.
See?
cerita tentang daun kering,
Al, Bandung, 2 April 2015
30 comments
udah pollow kaka!
ReplyDeleteAku tauu filosofi daun kering ala mbayukuh :D
Hihi, dan aku tau filosofi secangkir kopi ala dirimu, diajeng geuliskuh! :D
DeleteSatu bukti ya mbak.. segala sesuatu di muka bumi ini tidak ada yang abadi. *intropeksidiri
ReplyDeleteIya, Mak, tak ada yang abadi di dunia ini yaaa. Suka lihat daun kering dan jadi ingat akan hal ini. :)
DeleteTapi daun kering itu mengambang dalam genangan air, tak mampu menenggelamkan dirinya yang kerontang ya
ReplyDeleteKasian ya, Tian? Bahkan gaya gravitasi pun tak mampu menariknya tenggelam. Mengapung, lunglai dihembus angin. :)
Deletemeluncur ke IGnya mbak alaika deh
ReplyDeleteDitunggu dan follow2 ya, Mbak Lidya. :)
Deleteapa pun bisa dipetik hikmahnya..termasuk daun kering...
ReplyDeleteHehe, harus bisa atuh, Mak. Setidaknya diusahakan bahkan dipaksa. Haha
DeleteFilosofi yang saya tangkap di sini adalah bahwa manusia memiliki batas dalam kualitas baik dalam diri maupun kualitas dalam fisik yang seiring waktu tentu kualitasnya akan terus menurun
ReplyDeleteBetul sekali, Kang Asep! :)
DeleteCantik juga fotonya ya Kak. Jadi pengen belajar juga. Anai dekat .... :)
ReplyDeleteHayuk, bisa belajar di mana aja kok, Niar. Gampang ternyata....
Deleteemang ya kak, dimana aja ada inspirasi ya kak :)
ReplyDeleteTok... tok... tok...
ReplyDeleteAssalamualaikum...
Kak Alaika ada? Semoga berkenan menerima kehadiran adinda.. hehehe :D Maklum udah lama nggak mampir, dan semoga kita senantiasa diberikan kelapangan untuk senantiasa bersilaturrahmi... Aamiin.. :)
Dari Abu Hurairah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahmi"
*SaHaTaGo (Salam Hangat Tanpa Gosong) pojok Bumi Kayong, Ketapang-Kalimantan Barat
Tidak ada kesempurnaan di dunia, daun lama kelamaan kering, begitu juga manusia, akan berjalan bersama waktu.
ReplyDeleteDari sehelai daun kering bisa lahir kata2 yg puitis yah mbak Al :D
ReplyDeletekeren kata-katanya :)
ReplyDeletedulu pernah ada yang buat cerita daun kering..ini mengingatkan saya terhadap cerita itu.. jadinya flashback deh..
ReplyDeleteobat pelangsing alami
asal daun aja yang kering, tapi tidak cintamuuuu...uhuuuy, komentarku hehehehe...
ReplyDeletejangan tertipu oleh kehidupan dunia , semoga kita selalu diberi kekuatan iman dan islam hingga akhir hayat
ReplyDeletedari daun kering pun kita bisa belajar, ya :)
ReplyDeletenice post
ReplyDeleteSeni memang gak ada batasnya, terlebih dengan analogi yang terangkum didalamnya.
ReplyDeleteMaknanya "dalem" sekaliii.....
dulu suka nyimpen daun sampe kering. kalo sengaja moto, belum pernah sih
ReplyDeleteTernyata sehelai daun kering pun bisa punya cerita ya Mba..
ReplyDeleteDaun kering,
ReplyDeleteAtau masih pucuk daun yg terlepas dr tangkainya...
Memberi kita pencerahan bhwa usia dan berapa lama kita berjaya dan hidup, tak pernah tertebak
Aduduuu... Al, artistik sekali sehelai dauh kering tergeletak hasilnjepretan Al teh euy. Hanya karena daun kering postingan mengalir seperti derasnya aliran sungai Citarum. Inspirative banget.
ReplyDeleteAduduuu... Al, artistik sekali sehelai dauh kering tergeletak hasilnjepretan Al teh euy. Hanya karena daun kering postingan mengalir seperti derasnya aliran sungai Citarum. Inspirative banget.
ReplyDelete