Iri Hati?


credit
Suatu malam, kala aku dan Intan ngobrol santai menjelang tidur. Putri tercinta yang [kuyakin] sedang rebahan santai di tempat tidurnya di Banda Aceh, melontarkan pertanyaan seperti ini;

Mi, pernah enggak Umi merasa iri terhadap seseorang? Terhadap teman Umi, misalnya?

Sejenak aku terpana. Kaget. Dengan BB yang masih dalam genggaman, kutarik napas. Tak gampang memberikan jawaban atas sebaris kalimat ini. Butuh kebijakan dalam menjawabnya. Agar tak terlalu lama jedanya, kubalas BBMnya.

Hm, iri gimana sayang? Kan kita ga boleh iri hati dan dengki nak. Dosa kan?

Dan terlihat Anak Umi is typing di monitor BBku. Kunanti dengan sabar, dan;

Itu lah, Mi. Makanya Dila ingin tau, apa Umi pernah mempunyai rasa iri terhadap orang lain?

Feelingku merasakan bahwa putri tercinta ini sedang digerogoti oleh rasa itu. Dan kuhela napas perlahan, seraya menuliskan beberapa kalimat, berusaha menjawab sebijak mungkin.

Hm, yaaah, namanya juga manusia nak, yang memiliki keterbatasan, tentu Umi pernah merasakan rasa iri hati dan dengki merasuki Umi. Dan itu adalah  normal/biasa hadir di hati manusia. Kan manusia bukan makhluk sempurna, ya kan? TAPI.., kita harus menyadari, bahwa rasa iri hati dan dengki itu, TIDAK BOLEH berlama-lama di hati kita. Kita harus segera menghalaunya. Mengusirnya. Mengapa?

Sengaja kudiamkan dulu kalimat yang baru saja ku ENTER itu. Menanti jawaban darinya.

Karena?? Hanya itu balasannya, mengharap lanjutan kalimatku.

Karena, 
1. Memelihara rasa iri dan dengki adalah perbuatan yang tidak baik, DOSA.
2. Akan merugikan diri kita sendiri. Kita akan bad mood, terus uring-uringan dan akan sulit untuk berfikir positif. Akibatnya apa coba? Nilai pelajaran kita jadi menurun karena ga fokus belajar, pekerjaan lainnya juga jadi berantakan atau tidak memuaskan hasilnya. Ya kan?
Jadi, daripada kita membiarkan iri dan dengki itu menjajah kita, mending kita 'menyulap'nya menjadi sebuah nilai positif! 

Ku ENTER kalimat-kalimat itu segera, lalu melanjutkan.

credit
Emang bisa? Merubah sesuatu yang negatif menjadi positif? BISA. Caranya? Dengan mengatur POLA PIKIR kita. Jika tadi rasa IRI itu merusak kita, membuat kita jadi bad mood, sekarang kita UBAH agar si IRI itu menjadi sebuah KEKUATAN! Lho, Umi gimana? Kok IRI dijadikan kekuatan? 

ENTER, dan lanjut;

Iya donk nak, sekarang kita jadikan IRI ini sebagai pemacu semangat kita untuk meningkatkan kinerja kita, misalnya gini. Dila IRI ngeliat nilai si A lebih tinggi dari pada Dila. Nah, jadikan rasa IRI itu sebagai pemacu semangat untuk belajar lebih giat lagi, sehingga dengan belajar lebih giat itu, nantinya nilai Dila akan meningkat, bahkan mungkin akan melebihi nilai si A. Gimana? Masuk akal enggak, Nak? :)

Sebuah icon smile terkirim manis di monitor BBku. Dilanjut dengan kalimat-kalimat;

Hehe, bener juga ya, Mi? Umi bisaaaaa aja bikin Dila bersemangat lagi. Iya deh, Mi. Bener, sekarang Dila mau positifkan rasa IRI ini deh, biar menghasilkan aura positif dan membantu Dila jadi lebih baik. Makasih ya, Mi. Ya udah, kita tidur yuk, Umi pasti capek. Dila baca doa bobok ya, Mi.

Nah, gitu dunk, baru anak Umi! Kita harus selalu berusaha untuk berfikir positif. Ya udah, sekarang baca doa boboknya yuk. 

Dan seperti biasanya, obrolan malam jarak jauh kami pun ditutup dengan beberapa baris kalimat doa menjelang tidur, dan have a good rest and sweet dream anakku sayang. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkahimu nak! Aamiin.

Sebuah catatan, perjalanan kehidupan
Al, Bandung, 8 Mei 2013




26 comments

  1. Percakapan uni dan anaknya yang manis banget mba, cara mba memperlakukan Dila sedang kupelajari. Si sulung sudah jelang remaja, dan mamanya harus semakin pandai dan bijak menghadapinya :)

    makasiih sharingnya mba :)

    ReplyDelete
  2. walau jarak memisahkan, lakon sebagai seorang Ibu tetap dijalankan dengan baik, pelajaran moral tetap berjalan dengan baik. luar biasa dirimu Mba,.. pantes ah jadi srikandi :)

    ReplyDelete
  3. Mengarahkan dalam pola berpikir itu memang harus pelan dengan menggunakan bahasa hati ya Mba, tapi kalau pakai bahasa kekerasan seperti yang terdapat pada photo di atas itu dengan palu dan ancaman bingung juga ya. he,,,, x9. Piss Mba ! Semoga semua berjalan dengan lancar dan tetap dapat berkomunikasi dengan keluarga walau dari jarak jauh ya Mba.

    Sukses selalu
    Salam wisata

    ReplyDelete
  4. manusiawi banget, tetapi ya sebagai manusia yang beradab memang perlahan perlu kita tanamkan dampak buruk dari iri hati. walaupun kita sendiri sering susah mengendalikan diri..

    ReplyDelete
  5. Jawaban Yang Luar biasa mbak...

    Memang sebagai ibu harus bisa menjawab sebijak mungkin setiap pertanyaan anak ya..

    Belajar jd bunda yang baik.. Semangat!!

    Makasih juga mbak tipsnya...^^

    ReplyDelete
  6. asiik percakapan yang penuh kualitas...keren mak

    ReplyDelete
  7. tuhkan apa kata saya...

    Mak Alaika ini emang top markotop...
    Menjawab pertanyaan anak dengan bijak tanpa menggurui...

    Yang paling saya suka "iri dijadikan energi positif"...^^

    ReplyDelete
  8. Selalu berusaha menanamkan hal2 positif, shg kita bisa mengelola hati dan pikiran. Insya Allah.

    Met jalan mbak Al. Smg selamat sampai tujuan dan bisa sharing informasi.

    ReplyDelete
  9. JAwabannya Srikandi banget . . .
    Pokoknya hebat, bijaksana gituhhh
    ^_^

    ReplyDelete
  10. Saya harus banyak-banyak belajar bih dari Mbak.. emak wannabe sih :)
    Semoga dengan begitu Dila makin mengerti dan belajar bagaimana semestinya mendewasa :)

    Thanks for sharing, Mbak Al :)

    ReplyDelete
  11. biar jarak jauh tapi mak jleb hubunganya ya Mbak..

    ReplyDelete
  12. sedikit tambahan pelajaran buat si buah hati :
    yang penting asal jangan iri ngeliat para pejabat yang punya mobil, rumah and duit banyak secara mendadak. karna biasanya itu hasil KORUPSI hehe!

    ReplyDelete
  13. Iri itu manusiawi ...
    manajemen Iri ... itu yang perlu kita lakukan ...
    mengelola perasaan iri ... (dan juga perasaan-perasaan negatif lainnya) ...

    kemarin saya baru belajar ...
    Perasaan negatif itu ... harus kita akui ... namun segera dinetralisir dengan perasaan positif ...
    kita akui bahwa kita iri ... tapi dalam hati kita bertekad untuk lebih baik ... kalaupun bukan dalam hal yang sama ... tapi dalam hal yang lain ...

    "... hhmm waw tablet terbaru si Fulan itu keren juga nih ... ah tapi tulisan saya saya rasa lebih bagus dari dia ... "
    "... beuh ... dia punya kulit halus banget ... namun demikian ... saya rasa alis saya lebih anggun ..."

    Semua "self fight" itu kita lakukan di dalam hati ...
    niscara perasaan negatif akan tereliminasi ... (dengan cara yang sehat)
    InsyaALLAH

    Salam saya Kak Al ...
    Selamat berseminar ya Kak ...
    Salam saya untuk sahabat-sahabat Blogger yang datang ke arena pertemuan di Solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. wadouh ...
      panjang bener nih ... !
      Maap ya Kak ... terlalu bersemangat nih ...
      hehehe

      Delete
  14. Mudah2an aku bisa jadi umi yang cerdas kayak mbak Al. Dialognya dengan Dila luar biasa mbak

    ReplyDelete
  15. ngebaca percakapan teh al dan putrinya ini bikin malah damae iri, karena jarang sekali dame bisa berdiskusi semacam itu dg ibu. :'(

    nice share, teh. salam hangat dari bandung

    ReplyDelete
  16. Sungguh bijak perkataan yang di katakan umi terhadap anaknya tersebut ..
    Semoga semua ini bisa di jadikan contoh

    ReplyDelete
  17. Aih...asyiknya Intan bisa curhat2an sm Uminya begitu ya :)

    ReplyDelete
  18. Salam kenal, sepertinya bisa banyak dapat ilmu nih dari blog Mba Alaika, saya bisa belajar banyak dari pengalaman umi dan Intan. :)

    ReplyDelete
  19. Suka banget kata-katanya bijak sekali untuk memberikan penjelasanya kepada anaknya. Karena memang iri hati itu termasuk sifat yang ada pada diri manusia ya. :')

    ReplyDelete
  20. Iri itu wajar, tinggal gimana menyikapinya... hehehehe
    Dan beneran, memelihara iri dan dengki itu hanya merugikan diri sendiri... heheh

    ReplyDelete
  21. Iya kita nggak bolehh Irii Mbakk karena Tuhan kasih rejeki beda2 untuk setiap orang

    ReplyDelete