Gambar dari mbah Google
Dear
friends….
Sebenarnya
udah punya beberapa draft postingan yang ingin di share selain
renungan-renungan yang akhir-akhir ini memenuhi halaman ‘my virtual corner’ ku
ini sobs…
Namun
apa daya, sejak membaik dari sakit yang menderaku beberapa minggu ini… kok
rasanya semangat menulis untuk menuntaskan beberapa draft yang masih gantung
dan tersimpan acak di dalam folder lappie ku, masih sangat tipis ya? Keinginan
untuk menuntaskan artikel-artikel itu belum sempurna sampai ke kepala nih sobs…
Maka
dari itu, mohon maaf jika lagi dan lagi, adalah renungan dan joke yang berasal
dari kiriman beberapa teman di Alaika’s BB Group, yang akhirnya menghiasi
halaman rumah maya ini. Apapun itu, ku tentu berharap agar postingan-postingan
itu tetap bermanfaat bagi kita semua ya sobs…
Sobats….
Terinspirasi dari sebuah kiriman teman di BBM (tuh kan? Lagi…..?, hehe), malam
ini aku ingin bercerita tentang sebuah kisah singkat yang aku yakin akan dapat
memberikan makna berarti bagi kita semua.
Jadi
ceritanya begini nih sobs….
Dalam
sebuah acara reuni, yang dihadiri oleh para siswa dan juga para guru mereka.
Obrolan seru pun terjadi diantara mereka. Para alumni sudah tentu membicarakan
tentang kesuksesan mereka, saling membanggakan keberhasilan dan berbagi
pengalaman. Mendengar obrolan yang semakin hebat ini, seorang guru menuju dapur
dan mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir yang berbeda bentuk dan
ukurannya. Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan
plastik. Guru tersebut menyuruh para alumni mengambil cangkir dan mengisinya
dengan kopi.
Setelah
masing-masing alumni mengisi cangkirnya dengan kopi, Guru berkata:
“Perhatikan
bahwa kalian memilih cangkir yang bagus dan yang tersisa hanyalah cangkir
murahan dan tidak menarik. Memilih hal yang terbaik adalah wajar dan
manusiawi. Persoalannya, ketika tidak dapat cangkir yang
bagus, perasaan mulai terganggu. Secara otomatis pula melihat cangkir yang
dipegang orang lain dan mulai membandingkanya. Pikiran terfokus pada
cangkir, padahal yang dinikmati adalah kopinya. Hidup kita seperti kopi
sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan dan harta benda yg
dimiliki.”
Jangan
pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang dinikmati.
Cangkir
bukanlah yang utama, kualitas kopilah yang terpenting.
Kekayaan
berlimpah, karier yg bagus dan pekerjaan yg mapan bukanlah jaminan kebahagiaan.
Kualitas
hidup ditentukan oleh apa yang ada di dalam dan bukan yang terlihat diluar.
Apa gunanya
memiliki segalanya jika tidak pernah merasa damai, nyaman dan bahagia?
Sama
seperti menikmati kopi basi yang disajikan disebuah cangkir kristal yang
mewah.
"KUNCI
MENIKMATI KOPI BUKANLAH SEBERAPA BAGUS CANGKIRNYA TAPI SEBERAPA BAGUS KUALITAS
KOPINYA"
SELAMAT
MENIKMATI SECANGKIR KOPI KEHIDUPAN.
20 comments
:) Iya Mbak. Masa kita makan cangkirnya. :DDD
ReplyDeletenice share mbak. ^^
Wah jadi ingat bukunya Dee, filosofi kopi Mbak..
ReplyDeletecangkir bisa di ganti dengan gelas, mug, tetap saja itu hanyalah alat/tempatnya yang tak akan mempengaruhi cita rasa kopinya.
Eh, pengaruh ding jika yg di pakai gelas berbahan plastik...#maaf sengaja nglantur Mbak:)
wow, back to laptop again nih. stlh be2rapa hari ngakak dg artikel lucu, hari ini kembali ke mode pengertian, pemahaman dan pembelajaran tentang makna hidup itu sebenarnya lewat Kopi sbg perumpamaan. aplus bwt mbak. artikel ini sngt bermanfaat untuk diteruskan kepada minimal org2 disekitar kita!
ReplyDeletehihihi, ditunggu kopi nya ah :D
ReplyDeleteKalau cangkirnya bagus juga lebih enak mbak minumnya hihi
ReplyDelete*ngeles ajeee*
apa yang ada, akan aku terima. itulah motto hidupku
ReplyDeleteinfo yang sangat bagus dan disusun dengan kalimat yang indah. jadi pengen minum kopi nih....,
ReplyDeletestuju tante :)
ReplyDeletedan seharusnya cinta juga seperti secangkir kopi *judul buku. xexe
wah itu hal yang lumrah mba, kata orang, rumput di tetangga akan selalu terlihat lebih hijau. makanya kita selalu punya rasa iri, bener kata mba. kita harus mengendalikan
ReplyDeleteMakasih mbak Al pencerahannya, kebetulan tadi juga habis ngopi sembaru "udud" hehehe...
ReplyDeletebetul banget Mbaa..
ReplyDeleteMoso iya seh kita nyurut kopi sama cangkirnya..
Cuma yang aku pikirkan,
kenapa ya ada cafe yang menjual kopi ampe muahall banget, apa emang kualitas kopinya yang bagus??
Makasih sudah memberikan renungan buat kitaa..
jadi yang penting kualitas kopinya ya mbak...
ReplyDeleterumput tetangga lebih hijau ya mbak :)
ReplyDeleteGuru yang bijak kak Al. QUote-nya singkat tapi dalam ..
ReplyDeleteAhhha bener banget Mbak :)
ReplyDeleteAku juga suka minum kopi, oot banget ya Mbak, maaf ...
Sebagai penikmat kopi, de setuju banget!
ReplyDeletewalo gelas plastik, kalo kopinya berkualitas tetap aja nikmat
makanya perlu ada variasi dalam ngopi, kadang pengen kapucino, kadang pengen kopi susu, kopi tubruk, kopi dangdut, kopi lambada, dll. karna hidup itu penuh variasi,...
ReplyDelete#nyambung gak sih gue komen kek gini??
yuk, kita ngopi. mau kopi gayo atau kopi darat? *eh*
ReplyDeletekunjungan gan.,.
ReplyDeletebagi" motivasi.,.
Orang miskin bukanlah seseorang yang tidak mempunyai uang,
tapi ia yang tidak memiliki sebuah mimpi.,
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,
Ini cerita untuk menghibur orang miskin kayak saya ini...
ReplyDeleteDan saya pun benar-benar terhibur... Terima kasih...