Wah, ngadain GA! duh sempat ga yaaa?
Enaknya kategori mana ya? Pandangan Pertama atau Review? Kayaknya lebih ringkes kategori satu deh.
Baiklah Idah cantik, sebelum terlupa, yuk aku mulai sekarang aja deh, hitung-hitung melarikan diri sejenak dari halaman inDesign yang sebenarnya begitu menarik minat.
Bicara tentang Pandangan pertama, bagiku sebenarnya biasa-biasa aja sih sobs! Tak banyak kesan yang tercipta atau terserap olehku setiap berkenalan dengan seseorang atau sebuah benda. Apalagi untuk jatuh cinta, aku bukan termasuk wanita yang gampang jatuh cinta, apalagi pada pandangan pertama. Biasanya butuh kepastian dan analisa yang lama bagiku untuk mengatakan aku jatuh cinta. Jiaaaah....Baik itu terhadap seseorang maupun terhadap benda. Eh ga dink, untuk benda, aku termasuk konsumtif jika dompet sedang tebal-tebalnya. Haha... Tapi konsumtifnya ga sampai di atas lima jutaan kok. Biasanya sih.
Nah, sesuai dengan judul di atas, Pandangan Pertama yang ini, Masyaallah, sungguh membuat aku tak bisa melupakannya apa lagi menjauh darinya saat pertama melihatnya! Oh my God! Kok bisa seperti ini yaaa? Aku serasa anak ABG yang fall in love!! Gile bener deh pokoknya. Sebenarnya ga ada niat ku hari itu untuk kesana, tapi karena Bima, si sahabat, begitu ngotot minta ditemani, menyerahlah aku dan kami pun sampai disana, dan sukses membuatku berdebar exciting.
Harusnya kami makan siang dulu baru kesana, jadi aku bisa lebih kuat dalam mengontrol rasa yang tiba-tiba saja menyeruak di dada. Eh kok malah main kesini duluan, dan langsung membuat aku tak lagi bisa menggerakkan kakiku dari sana. Aku terpaku saat melihat dia duduk manis di sudut sana. Masih dalam pakaian lengkap, dengan body yang begitu sexy. Kuterka beratnya cukup ideal untukku. Apalagi mengingat aku orangnya kan mobile banget sobs! Jadi pasti akan klop deh jika berdampingan dengannya. Pasti kami akan menjadi pasangan yang sangat serasi deh. Aku yakin itu!.
Aku sengaja atur jarak kala itu sobs, takut akan semakin tertarik jika terus berdekatan dengannya. Takut aja sih sobs, tampilan dan gayanya yang exclusive itu, pasti menandakan dirinya sangat berharga dan bernilai kan? Makanya aku menjauh aja deh. E alah, ternyata Bima dan Rama, si pemilik tempat yang kami kunjungi, dengan ganjen malah mendekatkan si dia ke aku. Bahkan dengan pede Rama, nekad membuka pakaian yang membungkus rapi tubuh si dia.
Ih, apa-apaan ini? Ga sopan banget! Aku malah mendekat, hahaha....Tak kuasa menahan diri untuk tidak ikutan menikmati penampilan si dia yang memang begitu menarik. Tubuhnya bagus banget! Wow... dan 'bagian dalamnya' itu lho, kemampuannya, hadoooh! Sungguh menggoyahkan iman.
Aku terpana. Berdecak kagum. Oh my God, aku harus memilikinya. Aku jatuh cinta padanya saat itu juga. Rencana antisipasi yang telah kusiapkan dari awal, dengan tidak membawa uang cash yang banyak, sama sekali tak menghalangi keinginanku untuk menebus si dia yang rupawan sobs. Apalagi di depan tempat ini, sebuah anjungan atm berdiri kokoh, menantang untuk digesek dan menarik uang. Huft.
Rama begitu piawai menunjukkan performa si dia, yang memang aku sendiri sudah pernah melihat dan membaca infonya di internet. Melihatnya secara nyata begini, jelas membuat hatiku goyah. Apalagi saat itu, hanya si dia stock satu-satunya. Harus segera diambil nih sebelum diambil orang.
Dan sobs! Baru kali itu aku merasa begitu tertarik dengan sebuah benda. Tak tanggung-tanggung sobs, benda yang dibandroll seharga diatas 12 jiti itu aku tebus dengan mengandalkan debit BCA yang menemaniku saat itu.
Dan sukses membuat Intan menjerit kagum saat kutunjukkan benda mungil yang kubawa pulang itu.
"Ih Umi enak banget, beli Macbook, Intan mau donk mi....!" Aku hanya bisa nyengir mendengar pemintaannya. Duh nak... ini aja dompet umi udah koyak sayang.... hiks...
"Nanti ya nak... Insyaallah kita beli jika udah ada rezeki dan saat kamu pantas memilikinya. Sekarang pake dulu lenovonya, think pad juga keren dan bagus performanya kok! Cukuplah untuk Intan, kan masih SMU. Nanti kalo udah waktunya kita beli, ok? Untuk sementara, kalo umi ga pake, boleh kok dicoba, asaaaaal.... ga boleh ngotorin tubuhnya!"
Intan tertawa dan ga berani menggunakan si mungil, Macbook Air yang kuberi nama Macsy itu, berlama-lama. Dia cukup tau, bahwa aku akan sangat cerewet jika benda-benda kesayanganku terkotori apalagi rusak.
Tak terasa, Macsy sudah setahun lebih bersamaku. Dan seperti dugaanku, Macsy memang pasangan yang klop untukku. Berat dan slim tubuhnya cukup ideal untuk masuk ke dalam tas sandang yang biasa aku jinjing atau selempangkan saat bepergian.
Dan aku sungguh melanggar aturan yang aku tetapkan untuk diriku sendiri, bahwa aku tidak akan menggunakan laptop pribadi untuk bekerja, karena begitulah peraturannya. Kantor menyediakan peralatan kerja [termasuk laptop] untuk stafnya. Tapi mengenal Macsy, membuatku melanggar aturan itu, dan beberapa kolega lain di kantorku yang lama, mengikuti jejakku setelah itu. Mengembalikan laptop kantor dan beralih ke benda besutan apple itu.
Macsy memang telah banyak banget berjasa bagiku. Laporan, postingan dan berbagai pekerjaan ketak ketik lainnya mengalir lancar diatas tubuhnya. Terima kasih Macsy. I am fall in love with u at the first sight! Haha.
Postingan ini diikutsertakan dalam