gambar dari mbah Wiki |
Sobats… artikel ini benar-benar dirampungkan dalam keadaan yang berpacu dengan waktu. Satu jam lagi menuju detik-detik ditutupnya perhelatan akbar yang digelar oleh kumpulan blogger Makassar dalam rangka menyambut 17 tahun Telkomsel. Ya ampun Al? kemana ajaa? Kok belum kelar juga?
Jangan tanya aku
sobs, sungguh, aku tuh selalu saja kesulitan jika ditanya tentang ini. Tentang
apa yang menurutku Paling Indonesia. Sulit menjawabnya sobs. Walau hingga kini
puluhan bahkan ratusan artikel (mungkin?) telah terdaftar dalam kompetisi
bergengsi ini, namun aku sampai saat ini masih saja bingung menentukan apa yang
akan aku tulis untuk turut serta dalam kontes yang satu ini.
Iya sih sobs, waktu
tak banyak lagi, hanya satu jam ke depan, jika aku memutuskan untuk tetap
berpartisipasi, artinya aku harus segera merampungkan artikel ini, ya kan sobs?
Baiklah… tak dapat
kita pungkiri, bahwa bumi persada yang dipenuhi oleh berbagai suku bangsa,
ragam adat istiadat dan bahasa ini, memang benar-benar Bhinneka Tunggal Ika.
Dari Barat hingga ke Timur, semuanya adalah Indonesia. Semua ciri khas yang ada
di setiap inci negeri ini, adalah merujuk kepada ciri khas negeri tercinta, Indonesia. Jadi… balik lagi ke kesulitan yang aku hadapi, bahwa sulit sekali
memilih apa/mana yang paling Indonesia…..
Melanjutkan semediku
sebelumnya, dalam rangka mencari wangsit di belantara dunia maya, berkunjung ke
mbah Google di pertapaannya, menyelam ke dalam lautan artikel karya para
sahabat blogger yang telah terlebih dahulu menggelar artikelnya di rumah maya
mereka…., maka aku memutuskan dan sedikit memaksa diri untuk mengambil judul
diatas sebagai sesuatu yang Paling Indonesia.
Yah, Monumen Nasional
alias tugu Monas! Itulah pilihanku sobs..
Melihat gambarnya yang
gagah menjulang ke angkasa, siapapun di dunia ini akan langsung teringat akan
sebuah mutiara di tengah garis Khatulistiwa. Sebuah negeri permai bernama
Republik Indonesia. Aku rasa, siapapun akan setuju jika Monumen Nasional yang
akrab disapa MONAS ini adalah ciri khas Indonesia. Tak akan ada seorangpun yang
berani mengatakan bahwa itu adalah negeri China misalnya, atau Arab Saudi.
Melihat gambar tugu Monas, ingatan orang pasti akan langsung lari ke kota
Jakarta, alias ibu kota Negara Republik Indonesia.
Sama seperti ketika
kita melihat menara Eiffel, otomatis ingatan kita akan lari ke Paris, Perancis,
dimana menara indah ini berdiri kokoh. Atau saat kita melihat patung Liberty,
tentu ingatan kita akan lari ke United states of America. Begitu juga saat kita
melihat menara Pisa, maka tentu Google akan mengatakan bahwa itu adalah
milik/ciri Negara Italia, terletak di kota Pisa.
Nah, karena telah
membulatkan tekad dan sedikit memaksa diri, karena sebenarnya yang diminta
adalah kategori adat istiadat/budaya, wisata alam maupun kuliner, maka
berikut ini aku akan sedikit mengulas tentang monumen nasional yang tersohor
ini.
Ada yang belum pernah
ke Monas? Aku yakin pasti banyak sekali yang akan tunjuk tangan, hehe.
Alhamdulillah aku sendiri sudah pernah lho ke Monas. Biarin aja dibilang norak,
main kok ke Monas, tapi selaku orang Indonesia, sudah pasti dong aku harus
menjejakkan kaki di tugu megah ini, melihat dengan mata kepala sendiri, apa dan
bagaimana sih kemegahannya, apalagi mengingat 38 kg dari 50 kg emas yang
merupakan lidah api tugu Monas itu adalah sumbangan dari Teuku Markam, salah
satu orang terkaya di Aceh kala itu… Wow! Bangga dan haru banget deh
rasanya. Maka aku begitu ingin menjejakkan kakiku kesana.. untuk melihat
langsung dengan darah muda yang menggelegak. J
Terlepas dari pro dan
kontra tentang pendirian tugu setinggi 132 meter ini, khususnya dalam designnya
yang merupakan perpaduan antara Yoni dan Lingga, Monas tetap merupakan sebuah
monumen kebanggaan bangsa Indonesia, yang didirikan untuk mengenang dan
menandai kebesaran perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikenal dengan
revolusi 17 Agustus 1945, serta untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi muda sekarang dan yang akan datang.
Rancang bangun tugu
fenomenal ini mengambil konsep pasangan universal abadi berupa Lingga dan Yoni.
Tugu Obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga/phallus, yang melambangkan
laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan
siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk/tiang adalah Yoni, yang
melambangkan perempuan, elemen feminine yang pasif dan negative, serta
melambangkan malam hari. Lingga dan Yoni merupakan lambang kesuburan dan
kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia.
Selain itu, bentuk tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang ‘alu’ dan
‘lesung’, alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani
tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.
Monumen ini terdiri
atas 117,7 meter obelisk/tiang/pilar di atas landasan persegi setinggi 17
meter. Keseluruhan Monumen ini dilapisi dengan marmer italia. Kolam di Taman
Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari system
pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan taman Monas. Di dekatnya
terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang
kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Pada halaman luar
monumen, di setiap sudutnya terdapat relief
timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Dimulai dari sudut Timur
laut bercerita tentang kejayaan Nusantara masa lampau; menampilkan sejarah
Singasari dan Majapahit, berlanjut pada kronologis searah jarum jam menuju
sudut Tenggara, Barat Daya dan Barat Laut, menggambarkan tentang masa
penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan Nasional
Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia
Merdeka, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang dunia II, proklamasi
kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi Perang Kemerdekaan RI hingga mencapai
masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari
semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca
mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.
Melangkah ke bagian
dasar monumen, sekitar kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, kita akan
menemukan sebuah Museum Sejarah
Nasional Indonesia. Yang menyajikan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah
hingga masa Orde Baru, sungguh mengesankan dan sangat layak dikunjungi oleh
setiap insan Indonesia dalam rangka mengenang kembali sejarah perjuangan
bangsa.
Pada bagian dalam cawan monumen,
terdapat Ruang Kemerdekaan
berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari
pintu sisi utara dan selatan. Pada ruangan ini disimpan symbol kenegaraan dan
kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya adalah naskah aslik Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis
emas, lambing Negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih serta dinding yang bertulis
naskah Proklamasi Kemerdekaan RI. Ruang ini juga digunakan sebagai ruang
tenang/hening untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi dalam mengenang hakikat
perjuangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Bagian lain yang tak kalah
mengagumkan dari tugu bergengsi ini adalah Pelataran
dan Puncak Api Kemerdekaan, yang dapat kita akses melalui pintu sisi
selatan. Pelataran puncak ini berukuran 11 x 11 m di ketinggian 115 meter dari
permukaan tanah. Elevator/lift berkapasitas 11 orang, tersedia untuk mengangkut
para pengunjung mencapai puncak, yang berdaya tampung (di puncak) sekitar 50
orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama seluruh penjuru kota
Jakarta.
Pada puncak Monumen terdapat
cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan
dilapisi emas 35 kg (pada awalnya). Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14
meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api
ini adalah simbol semangan juang rakyat Indonesia yang ingin meraih
kemerdekaan. Dalam rangka menyambut perayaan kemerdekaan RI yang ke lima puluh
tahun, lembaran emas yang 35 kg ini dilapis ulang hingga mencapai berat
keseluruhan menjadi 50 kg emas. Puncak tugu berupa api nan tak kunjung padam, bermakna agar bangsa Indonesia
senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah
surut atau padam sepanjang masa.
Nah sobs, itulah sekilas uraian
tentang tugu Nasional kebanggaan bangsa Indonesia ini, semoga kita sebagai
generasi penerus bangsa, dapat mengenang kebesaran perjuangan Kemerdekaan
bangsa Indonesia, dan komit untuk senantiasa menjaga hasil perjuangan
(Kemerdekaan negeri) ini, membawanya ke arah kemajuan yang jauuuh lebih baik di
masa yang akan datang. Amin.
Untuk mengenang dan
menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikenal dengan
Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk membangkitkan semanggat patriotisme
generasi muda sekarang dan yang akan datang, maka dibangunlah suatu tanda
peringatan yang bentuk tugu yang Kemudian diberi nama Monumen Nasional.
Tulisan
ini diikutkan lomba blog Paling
Indonesia
yang
diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Makassar, AngingMammiri.org
bekerjasama
dengan Telkomsel area SUMALPUA [Sulawesi - Maluku - Papua]
dalam rangka ulang tahun ke-17 Telkomsel
http://kumpulan-makalah-dan-artikel.blogspot.com/2012/04/makalah-tentang-monas-monumen-nasional.html