My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty

Hm… judul kali ini terkesan serius ya? Hehe… ide ini bermula dari obrolan santai dengan misua tadi malam. Sedang asyik-2nya bahas tentang perkembangan teknologi, eh tiba-tiba doi bicara serius sambil mengambil sebuah majalah favoritnya, “Gatra”.

“Vi, kamu harus baca artikel ini lho!” katanya sambil mencari-cari artikel yang dimaksud.

Penasaran hatiku mulai menebak-nebak. “Pasti sesuatu yang lucu ya mas?” tebakku.

“Nope, serius kok, bagus banget jika kita komit untuk menerapkannya.”

Makin penasaran deh akunya. Daaan akhirnya, terpampanglah sebuah artikel yang dimaksud. Mulailah aku membaca dengan serius.
Memang selama ini sedikit terjadi perbedaan prinsip dalam hal pemenuhan keuangan untuk Intan. Menurut misua, aku terlalu memanjakan Intan dalam hal materi, dan itu jelas tidak baik bagi perkembangan Intan ke depannya. Anak harus dilatih sejak dini agar kelak mandiri dan terlatih dalam mengelola keuangannya sendiri. Apalagi mengingat yang namanya ajal tiada satu manusiapun yang tau. Jika saja kita tidak mempersiapkan si anak sedini mungkin, malah memanjakannya dengan menuruti segala keinginannya, maka jika saja kita yang dipanggil duluan oleh sang Kuasa, maka dapat dipastikan si anak yang kita tinggalkan akan terpuruk seorang diri, kebingungan dan kehilangan arah.

Bener sih, bener banget malah. Aku seluruhnya setuju tentang prinsip ini. Dan dalam banyak hal aku berusaha menerapkannya dalam pengasuhan Intan. Tapi terkadang, banyak juga hal yang membuatku akhirnya menuruti saja keinginan Intan, lebih dikarenakan sebagai kompensasi atas ketidakberadaanku di sisinya dalam beberapa selang waktu. Misalnya saat aku begitu sering ditugaskan keluar daerah, sehingga Intanku terpaksa hanya tinggal dengan si mba. Anaknya sendiri sih tidak protes, malah enjoy-enjoy saja. Tapi rasa bersalah akan ketidakberadaanku di sisinya, membuat hatiku ingin menebusnya dalam bentuk pemberian materi yang mungkin belum pada saatnya.

Beberapa contoh misalnya:

Saat bertugas selama 5 hari di luar kota (ke Nias), akhirnya sepulang dari sana, aku mempergunakan sebagian dari uang perjalanan dinasku untuk menghadiahkannya sebuah BB Onyx yang pada masa itu masih bernilai tinggi, sekitar 5 juta. Sama persis dengan yang aku punyai dan bahkan belinya juga sekaligus.

Dan terpaksa aku harus sembunyi dari misua, ga berani bilang bahwa aku baru saja membelikan Intan sebuah benda mahal yang pada saat itu (kelas 2 SMP) belum saatnya dimiliki Intan. Jika pun Intan benar-benar ingin punya BB, mungkin type Gemini saja cukuplah. Karena selain harganya yang mahal (sampe 5 juta), juga Intan masih belum mampu menjaga barang-barang yang bernilai tinggi.
Terbukti, seminggu kemudian, Onyx yang baru kubelikan dari hasil perjalanan dinas itu, hilang dengan sempurna, di sekolah.  Aku hanya gigit jari. Dan sama sekali tak mampu bercerita pada misua.

Harusnya aku belajar dari kejadian itu, dan komit pada janjiku untuk lebih selektif dalam mengabulkan keinginan Intan. Eh, janji tinggal janji, sebulan kemudian, kulewatkan lagi 5 juta rupiah untuk sebuah BB pengganti, bagi Intan. Juga dengan sembunyi-sembunyi dari misua. Takut dibilang tidak bijaksana. Hati kecilku sih jelas-jelas bilang bahwa tindakanku itu tidak bijak. Sangat tidak bijak.
Tapi gimana ya sobs, rasanya aku ingin banget memenuhi segala kebutuhan (kayaknya ini bukan kebutuhan deh, tapi keinginan) Intan.

Berusaha keras sih sebenarnya sudah, untuk mencoba belajar ketat dan disiplin dalam hal ini, agar dapat membekali Intan in how to manage her financial matter in the next days. Tapi ujung-ujungnya terkalahkan oleh rasa sayangku yang (mungkin) berlebiihan?

Back to the topic, ternyata artikel yang diperlihatkan oleh misua tadi benar-benar mengena bagiku deh sobs. Artikel ini ditulis oleh Aidil Akbar Madjid, seorang independent Financial Planner dan Ketua Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia, dimuat di salah satu halaman majalah Gatra edisi 10-16 November 2011.
Berikut cuplikan artikelnya:

Judul: Mengajarkan Anak Tentang Uang

Pengetahuan dalam mengelola keuangan adalah salah satu pengetahuan penting wajib dimiliki oleh para orang tua, mengingat pengetahuan ini tidak diajarkan secara khusus di sekolah-sekolah ataupun pendidikan formal lainnya. Sementara di era kemajuan teknologi canggih masa kini, banyak sekali informasi dan produk yang menyasar ke para kaum muda (anak-anak kita), yang membuat mereka sulit untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

Terkait dengan masalah umur atau ajal, setiap orang tua adalah wajib mengajarkan anaknya bagaimana mangelola keuangan mereka dengan bijak, sehingga jika saja orang tua yang mendahului mereka, maka si anak sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang pengelolaan keuangan mereka nantinya.
Keterbatasan waktu dengan sang anak karena kita sibuk bekerja mencari uang kerapkali menjadi alasan utama bagi orangtua untuk membiasakan memberikan uang dalam jumlah besar kepada anaknya. Uang tadi dianggapnya bisa menjadi pengganti waktu orangtua kepada anak-anak mereka. Akibatnya, banyak dari anak-anak yang cenderung menjadi manja dan memboroskan uang jajan karena mengetahui bahwa berapa pun uang jajan yang mereka minta pasti akan mereka dapatkan.

Beberapa hal utama yang dapat dilakukan untuk mengajarkan anak-anak tentang uang adalah sebagai berikut;
Pertama adalah komitmen bahwa mengajarkan tentang uang haruslah dilakukan dengan cara bersamaan oleh kedua orang tua. Percuma apabila ibu menerapkan disiplin ketat dalam mengatur dan memberikan uang, tetapi si anak bisa mendapatkannya dengan mudah dari ayahnya.

Kedua adalah memberi contoh. Sebagai orangtua, kita memberikan pelajaran tentang cara menilai uang kepada anak-anak kita dengan cara memberikan contoh yang baik. Anak-anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Sehingga, jika seorang ibu misalnya, berbelanja sepatu baru di sebuah mal dengan lima warna yang berbeda, maka sudah dapat dibayangkan bagaimana bentuk dari financial management skill yang akan tercipta pada diri si anak nantinya.

Ketiga adalah masalah komunikasi. Selalu camkan dalam ingatan kita bahwa uang dan barang tidak dapat menggantikan waktu serta komunikasi kita dengan anak kita. Selalu ingat untuk tidak memanjakan anak-anak dengan uang dan barang karena kesibukan bekerja.

Tetapi mengatakan TIDAK pada anak ketika anak meminta dibelikan sesuatu juga bukan hal yang baik untuk dilakukan. Ajarkan anak untuk membuat target dan perencanaan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Ajarkan juga kepada anak arti saling berbagi dan member kepada orang lain. Harapannya, mereka bisa menghargai nilai suatu barang. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan baju milik mereka yang sudah tidak terpakai karena kekecilan untuk disumbangkan kepada yayasan yatim piatu atau korban bencana. Ajak serta anak ketika menyumbangkan barang tersebut. Anak akan mendapatkan pelajaran penting bahwa sekecil apapun barang atau selama apapun barang yang telah dibeli dengan uang akan tetap berharga bagi orang lain.

Pelajaran mengenai tata kelola keuangan dan nilai suatu uang bukanlah suatu proses instan. Diperlukan komitmen dan contoh nyata yang dilakukan oleh orangtua. Bersabarlah, suatu hari nanti anak akan merasakan kegunaan dari apa yang telah kita ajarkan sejak kecil mengenai keuangan.

Hm…. Very good article as my hubby said. Makanya tulisan ini kini terekam dengan baik dalam postingan ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi diri saya sendiri. Amin.


Setelah mendapatkan tugas menceritakan kisah paling mengesankan yang menghias memories masa-masa sekolah dasarku , tiga hari yang lalu aku kembali mendapatkan tugas dari seorang sahabat blogger, Jeung Una, untuk mengungkapkan kembali (emang kasus diungkap, hehe)kenangan terindah ato yang paling berkesan yang aku alami saat-saat diriku menimba(cieee… menimba, emang air sumur kali ya ditimba? Hehe) ilmu di bangku Sekolah Menengah Pertama alias SMP.

Baiklah, agar Jeng Una tidak marah karena tugas darinya terendap sampai tiga harian, juga karena sedang menjadi upik abu, maka kucoba untuk mengerjakan tugas ini secepat dan sesingkat mungkin deh ya….
Jugaaaa… karena sebenarnya aku ga punya begitu banyak kisah menarik yang pantas melekat diingatanku saat ini. Bahkan boleh dibilang justru aku lebih terkesan dengan kisah-kisah yang aku alami di masa SD dan SMA kali ya?

Whatever, mengingat upik abu harus segera bekerja kembali, maka let me completed my task lah yao:

Sejak SD sampai SMP aku tuh paling sering jadi murid baru deh, seingatku, kelas 5 SD aku harus pindah karena ikut ayah bunda yang pindah ke Kota Sigli, Aceh province. Terus kelas 1 SMP di kota Sigli, aku harus pindah lagi mengikuti ayah bunda yang dipindah tugaskan ke Banda Aceh, ibu kota the Aceh Province.

Memoriku tak mampu mencatat peristiwa indah apapun semasa kelas 1 SMP di Kota Sigli ini… atau sebenarnya bukan karena memori yang ga mampu sih sobs, tapi adalah karena memang tidak ada hal yang berkesan yang memenuhi criteria untuk dicatat oleh memori ini. (Halah, panjang bener kalimatnya, bilang aja, ga ada kesan menarik di kelas 1. Titik.).

Well, back to the topic, yang paling aku ingat saat-saat menjadi anak baru di kelas II-7 SMP Negeri 2 Banda Aceh ini adalah bahwa aku langsung ditaksir oleh seorang cowok (adik kelas bok’ ) pada jam istirahat pertama di hari pertama masuk sekolah itu. Anak itu (aku lupa namanya) langsung dengan pe-de nya masuk ke kelas kami, dan ‘halo anak baru, boleh kenalan donk… saya Eddy’ (nah, aku jadi ingat namanya kan ya?), pede banget dia mengulurkan tangannya yang kusambut sedikit grogi.
Heran deh, pada masa itu kok bersalaman dengan cowok bikin grogi ya? Hehe. 

Perkenalan itu dilanjutkan dengan kunjungan-kunjungan Eddy di setiap jam istirahat ke kelasku. Aku terus terang jengah donk, ditaksir oleh adik kelas. Jaman itu kan malu kalo yang naksir tuh adik kelas. Maunya kan kakak kelas gituu…
Tapi sebenarnya Eddy ini juga tampangnya ganteng lho, sebenarnya aku suka juga… hehe, tapi gengsi donk, masak adik kelas??

Eddy jelas-jelas menunjukkan rasa sukanya padaku, tapi aku ga enak aja rasanya disirikin oleh adik kelas (para cewek-cewek yang naksir si ganteng Eddy)… Jadi atas nasehat tanteku (aku paling akrab dengan tanteku, adiknya Umi, yang pada masa itu masih single dan tinggal bersama kami), aku menjaga jarak aja dengan Eddy. Ga boleh kasar, tapi juga jangan diberi hati.


Anak SMP itu belum boleh pacaran. Itu yang aku camkan. Jadilah aku dan Eddy hanya berteman saja. Walau ada satu kisah sewaktu acara bicycling sekolahan, aku dan Eddy menjadi begitu akrab. Saat lelah, Eddy meminjamkan tangannya (bergenggaman tangan maksudnya) menarikku sehingga aku tak perlu mengayuh sepedaku. Kok rasanya pada saat bersentuhan tangan seperti ini aja rasanya bikin deg-degan ya? Dan malamnya sampai kebawa mimpi. Hahahah.. gile beneeer….

Kisah lainnya yang aku ingat adalah saat aku benar-benar berantem secara fisik dengan seorang teman sekelas (anak cowok). Gara-garanya kalo ga salah adalah karena si teman itu mengejek seorang teman wanita (sekelas) yang badannya gendut, dan berwajah kurang menarik. Aku ga suka temanku diperlakukan seperti itu, dimulai dengan perang mulut, akhirnya jadi tendang-tendangan. Dia yang mulai menendang duluan, telak ke dadaku yang kala itu baru dalam pertumbuhan payudara. Sakit banget rasanya. Dan dengan penuh amarah udah pasti donk aku balas dengan refleks. Walau bukan pemain karate tapi aku tuh gemar banget nonton film kungfu. Jadilah sebuah tendangan (kata teman2 sih keren banget) melesat telak ke selangkangannya. Membuat dia meringis kesakitan, disambut sorakan meriah teman2 wanitaku.

“Mentang-mentang jago karate! Awas kamu ya!!” ancamnya dan berlalu. Aku hanya melongo, ga nyangka aku berhasil mendaratkan tendangan telak ke ‘burungnya’. Hehe.

Jadilah sejak itu aku dikira memiliki ilmu bela diri, padahal Umiku melarang keras aku mengikuti adik2ku (ketiga adikku laki2 semua euy!) latihan taekwando.

Hm… apalagi ya? Kayaknya yang paling berkesan hanya itu deh, yang lainnya biasa2 aja, makanya ga banyak tersave di memoryku….

Dan berhubung upik abu harus siap-siap untuk pulang, so tugas kali ini aku finalkan sampai disini dulu yaaa…., seperti biasa, tugas seperti ini juga tentu harus diestafetkan ke rekan blogger lainnya dunk… Hm.. siapa ya?
Baiklah, sepertinya kali ini aku ingin menghibahkan tugas ini ke:

1. Kak Ega, lagi
2. Asep
3. mba Mulyani

Mohon kiranya dikerjakan jika sempat aja deh ya... jangan merasa terbebani, ok? thanks before sobats mayaku...



Pagi ini, iseng aku menyambar HP yang tergeletak nyaman di atas meja sebelum sempat ke kamar mandi. Dan ini bukanlah kebiasaanku, karena promised myself that I won’t touch this smart phone before I am ready preparing breakfast dan siap2 kerja. Karena tau sendiri kan sobats, betapa terikatnya kita (mungkin ga semua ya? Tapi kalo aku sih iya banget), kalo udah megang BB, pasti ga lepas-lepas lagi untuk waktu yang lama. Dasar BB addicted. Adaaa aja yang dicek.

Nah, pagi ini, mungkin panggilan hati kali ya? Kedap-kedip cahaya merah di sudut kanan Onyxku, benar-benar memanggil. Kusambar deh si Onyx dan langsung buka notifikasi di BBM nya dan olala….
Ada request to add contact dari….. Abxxxah Puteh, ayahandaku….
What?? Benerkah ini ayahandaku? Udah pake BB rupanya ayah tercinta ini. Banyak sih bapak-bapak lain yang juga pake BB. Bukan hal yang aneh sebenarnya. Tapi untuk seorang Bapak seperti ayahandaku, yang kurang suka belajar menaklukkan kepintaran sebuah smart phone, aku ga nyangka ajaaa….., hehehe. Walau sebenarnya wajar aja sih beliau akhirnya memutuskan untuk ber BB ria, mengingat beliau juga sangat aktif menyumbangkan artikel2 (penulis produktif) untuk Info Ikatan Haji Indonesia. Tapi ber BB? Alamak… hehe. (Peace Yah…. hehe)

Segera ku accept the request dan sedikit pesan klarifikasi di BBM, menanyakan bener ga ini ayahandaku? Dan candaan pagi hariku yang menggodanya… “cieee…BB baru nih ye?”
Tapi ga ada jawaban. Tak lama telp masuk bordering di layar Onyxku, Umi memanggil.


Percakapan akrab pagi hari dimulai, dan juga menginfokan bahwa benar itu BB ayah, hibah dari Edo, adikku yang berganti ke BB versi terbaru lainnya.

Ho..ho, Umiku juga sudah mulai canggih…. Udah bisa baca BBM…. Hehe. Soalnya Umi tuh paling males belajar menaklukkan BB. Terbiasa dengan kenyamanan Sony Ericsonnya, Umi malas menoleh ke jenis handphone lainnya. Tapi kok hari ini lebih canggih… hehe. Senang deh melihat kemajuan ini.

Whatever, welcome to BB family club ya Yah… jadi kita bisa makin deket deh, bisa BBM-an dunk. Dan…. Konsekuensinya adalah, aku harus lebih selektif update status di BB, ya iyalah…. Kan langsung terupdate sampe ke layar BB babe gue juga tuh….. Huft.

Btw, jadi kangen deh dengan masa-masa ini:



Yup... bener banget sobs, tuh foto diriku dan sang ayah di sebuah masa... hehe. Kangen eh duduk2 lagi di tangga ini, tapi apa masih bisa ya?

Nah kalo yang ini... adalah foto ayahandaku di masa kini.....


Love you Ayah... keep in touch yach....

Well sobats, sebenarnya sih ingin posting sesuatu yang lebih berarti sih, tapi mengingat diriku yang terus-terusan jadi upik abu, jadi ga sempat untuk mikir bikin postingan yang lebih serius deh.... so... postingan kali ini just a quick update tentang kejadian pagi hari tadi aja deh yaaa.....

Have a great day to you all..... (for me as well donk ah!)

Halo sobats semua....
Million of thanks untuk kunjungan dan dukungan semangat yang sobats berikan atas postingan saya sebelumnya, dan mohon maaf belum sempat membalasnya karena Sabtu-Minggu kemarin bener-bener melarikan diri dari dunia maya, juga dari tempat tinggal saya. Kebetulan misua sedang disini dan ngajak week end di sebuah desa yang Alhamdulillah mampu mengusir kejenuhan dan kepenatan yang menghimpit dada ini.
Daaan... hari ini saya siap menjadi Upik Abu lagi sejak tadi pagi hingga nanti sore. Awalnya sih udah hampir lupa cara tersenyum sobs, tapi setelah dicoba-coba, akhirnya jadi ingin narsis deh, memamerkan senyuman yang saya harapkan bisa ikut mencerahkan hati para sobats semua.



Walau still hate Monday, yuk sambut Senin-Jumat ini dengan senyum yuuuk....

Daaan... ntar begitu ada waktu luang, saya akan berkunjung ke rumah maya para sobats yaaa.... Cu soon...

(*Duh lama banget Jumat Soree!!).. hehe.


Adalah hal biasa bagiku, jika tiba-tiba menjadi curahan tempat teman2 mengadukan kisah kehidupannya, sharing in case diriku pernah mengalaminya atau mungkin tau secuil solusi untuknya.

Adalah biasa juga bagiku mendengar curhatan teman-teman yang panjang lebar dan akhirnya aku tak mampu memberikan solusi apapun bagi penyelesaian persoalan mereka.

Adalah biasa juga bagiku jika tiba-tiba pekerjaan kantor, at the last minute, diserahkan kepadaku untuk aku coba (baca: harus bisa) bereskan. Hiks..hiks..
Adalah biasa bagiku menjadi upik abu dikantor ini!

Tulisan tersingkat tanpa ikutan di giveaway manapun, yang saya postingkan bukan sebagai lambang putus asa, hanya sekedar meluapkan gejolak (sesak napas yang tiba-tiba menghimpit dada) akibat menahan amarah tanpa kuasa kuledakkan.

*(Ngelirik acara di salah satu TV swasta negeri tercinta “Bosan jadi Pegawai”).
Semoga saatnya segera tiba. Amin. 

If you were mine...
Aku akan berhenti mencari,
If you were mine...
 kuhentikan pekerjaan ini dengan segera
If you were mine...
cukup sudah kuteteskan peluh ini
If you were mine...
I will fly around the world and enjoying life as I like.
Unfortunately, just a small part of you are mine, 
means I still have to try hard to get you, more and more.
(ngelirik angka di tabungan yang masih belum seberapa… huft, when will you be fully mine?).

Tulisan ini diikutsertakan pada Blogger Contest 'If You were Mine' a novel by Clara Canceriana.

http://duniakura2.blogspot.com/2011/11/blogger-contest-if-you-were-mine.html







Yuhuu...,
Semoga pada sehat yaaaa. Dan as you already see on the title of this article, postingan kali ini adalah khusus dan hanya untuk seorang pecinta bulan dan science! Yes, he is.... Mas al Kahfi! 

Yuk, langsung kita start, yak!

Jika sebuah pertanyaan diajukan ke saya tentang al kahfi, ingatan saya akan langsung teringat pada salah satu surat dalam al Quran bernama surah al Kahfi. Tapi jika kemudian pertanyaan diubah seperti ini? Pernah baca tentang blog man and the moon? Maka ingatan saya akan langsung melintas ke sebuah jejak yang begitu ramah dan baik hati, yang rajin meninggalkan komentarnya di blog para sahabatnya, tanpa diskriminasi.
Pemilik blog inilah yang kemudian saya kenal akrab dengan nama al kahfi, yang juga rajin sekali mengunjungi pojok maya saya ini hampir setiap dia melakukan blog walking. Terlepas dari saya punya postingan baru atau hanya menyapa di shoutmix karena postingan saya masih yang lama, yang telah ditinggalkan jejak sebelumnya olehnya.

Hari ini, to appreciate our new nice and good friendship, saya ingin berpartisipasi mengikuti giveaway yang diselenggarakannya, dengan memulai postingan ini mengenai siapa dirinya, sejauh yang saya tau berdasarkan postingan-postingannya. Sayangnya waktu saya yang sempit tidak memberi saya keleluasaan untuk mengubrak abrik istana man and the moonnya. Jadilah saya mencoba memanfaatkan berbagai informasi yang ada (baca: menikmati postingan peserta giveaway yang telah terlebih dahulu partisipasi, hehehe) untuk menambah wawasan saya tentang si penguasa istana maya ini.

Namanya seperti yang selalu tertulis saat dia meninggalkan jejak, adalah al kahfi. Mengenalnya sekitar dua bulanan lalu, melalui jejak yang dia tinggalkan di salah satu sahabat blogger saya. Tertarik, maka saya kunjungi dia dan saya tinggalkan jejak untuknya. Tak hanya ingin berkenalan dan mempererat silaturrahmi, ternyata saya betah berlama-lama di blognya yang sarat akan ilmu pengetahuan. Ilmu yang sebenarnya luput dari pemikiran manusia-manusia lainnya. Pengamatannya terhadap alam, analisanya yang cermat, membuat tulisan yang dikemasnya secara sederhana menjadi bermuatan ilmu pengetahuan, yang mampu membuat saya (dan saya yakin termasuk anda-anda juga) menjadi mudeng, oh begitu rupanya…. Oh begini rupanya, oh seperti itu…. Dan berbagai tanggapan serupa yang membuka mata para pembacanya.

Tak lama setelah kunjungan perdana saya, mas kahfi membalas kunjungan dan kita jadi saling bersilaturrahmi. Saya perhatikan, sang arsitek single ini ternyata juga sangat rajin bersilaturrahmi ke blogs para sahabatnya yang lain, meninggalkan komentar bijak dan sesuai dengan isi postingan (menandakan bahwa pemilik man and the moon ini, benar-benar menyelesaikan postingan sahabatnya terlebih dahulu sebelum memberikan komentar).

Mungkin mengenalnya dalam waktu yang masih singkat, membuat saya tidak mampu memberikan penilaian terinci terhadap karakter dan kepribadiannya. Namun dari yang saya bisa tangkap, pribadi yang satu ini adalah sosok yang low profile, lembut dan baik hati (sehingga terkadang menjadi kurang tegas, baca kisah ‘kesabaranku tertipu', gampang mellow, serius, cerdas dan selalu mencoba untuk bersikap bijak. (Mudah-mudahan benar ya mas kahfi? Hehe).

Dari postingannya yang se-abrek-abrek, saya tuh palilng suka dan benar-benar membuka mata saya tentang ‘bahkan seekor kecoapun memiliki manfaat tersendiri’. Sungguh postingannya berjudul “Kecoa yang malang” ini benar-benar membuka mata saya. Ulasannya yang begitu simple, dikemas dalam paragraph dan kalimat2 dialog terkesan begitu simple, tapi muatan didalamnya itu, mampu mengubah kebencian saya terhadap makhluk Allah bernama kecoa. Jika dulu saya begitu bencinya melihat binatang yang satu ini, yang langsung ambil baygon atau sejenisnya, membasmi si hewan pembawa kotoran ini, kini saya mulai bisa menerima kehadirannya dengan sikap yang tidak seganas dulu lagi, Walau, teteup…. Ga rela aja si kecoa bermain-main di bagian sudut manapun rumah saya, tapi mungkin kalo ditanya ke si kecoa tentang sikap saya terhadap mereka sekarang ini, pasti akan dijawab, wah, mba Alaika sekarang sih udah jauh lebih baik. Hahaha. So? Kecoa pun patut berterima kasih tuh pada mas kahfi. (Halah!!... hehe).

Postingan-postingan lainnya juga sangat menarik sih, seperti “Pinter mana atara lebah dan semut’, “Terang Bulan ikanpun sepi”, dll, monggo di ubek-ubek aja disini ya sobats

Well….. itulah sedikit ulasan tentang pemilik istana maya ‘man and the moon’ yang saat ini sedang mengadakan event giveaway, dan postingan ini saya tulis untuk mensukseskan eventnya sebagai tanda partisipasi aktif seorang sahabat. (It’s okay kok mas jika ga menang… no worries yaa… :-) ).

Looking forward to read your next articles. Wishing you all the best lah pokoke…

Rasanya saya suka sekali menggunakan kalimat ini; ‘Hari begitu cepatnya berlalu’. Tapi memang bener kok, seperti inilah yang saya rasakan.
Bahwa ga terasa kalo hari ini sudah Jumat lagi. Ya ampuun. Batterai apa yang dipakai sang waktu ya sampai detik demi detik putarannya begitu cepat, berputar bagai gasing si Maulana, anak tetangga sebelah.

Baru kemarin rasanya saya meeting dengan beberapa kolega, baru kemarin rasanya review laporan beberapa konsultan untuk dapat dilakukan pembayaran, baru kemarin rasanya minta waktu satu minggu untuk memfinalkan TOR (Term of Reference) konsultan penyusunan Qanun (di provinsi lain dikenal sebagai PERDA) tentang Persampahan, eh hari ini semua list to do itu sudah saatnya untuk disubmit. Ya ampun. Hidup ini benar-benar dynamic, bergerak terus dan cepat dan bagi saya sih, teteup…Hidup itu Indah. Thanks ya Rabbi. Alhamdulillah atas ...

segala kekuatan dan kesabaran yang masih Engkau hibahkan kepada hamba ya Allah, hingga mampu memandang setiap kendala sebagai tantangan yang harus ditaklukkan. Kemampuan menaklukkan tantangan ini tentu memerlukan seni dan ketrampilan tersendiri, yang nantinya akan menjadi nilai tambah bagi kita dalam improvisasi kehidupan.

Sobats maya, malu juga rasanya pada diri sendiri yang terlanjur komit untuk rilis satu postingan satu hari. Hehe. Ternyata tak mudah mewujudkan itu sobs. Saying is easy but doing is really difficult. Lalu kenapa ga posting? Kehabisan ide untuk posting kah?
Noo….. banyak sekali ide untuk menulis, karena dalam 5 hari ke belakang ini, Allah menurunkan keajaiban bagi saya dan keluarga. Tak sabar saya ingin segera menurunkan (cieee…kayak wartawan wae) tulisan ini sobs, berbagi kebahagiaan ini dengan para sobats semua.

Tapi ya harus bagaimana sobs, tuntutan pekerjaan mengharuskan saya to be professional. Azas prioritas harus dikedepankan. Jadilah postingan tertunda (karena belum sempat nulis, hehe), dan saya terpaksa berjibaku dengan deretan pekerjaan yang rasanya kok adaaaaaa aja.

Senin sampai Jumat ini, rasanya kok seperti ga punya waktu bahkan untuk tertawa lebar. Wajah serasa berkerut karena serius banget dengan berbagai pertemuan dan negosiasi. Bahkan tadi seorang teman berkomentar bahwa wajah saya begitu kusam? Really? Mosok seh? Mungkin karena dia melihat saya via web cam kali ya? Jadi ya mungkin gelap atau gimana gitu pencahayaan. Hehe, teteup aja.. upaya pembenaran diri. Sedikit galau sih dengan komentarnya itu, tapi ga pa2, ntar juga cerah lagi.

Huft, untunglah hari ini sudah Jumat. Yeaaayyy!!! Bisa say break for a while pada urusan kantor. Apalagi mau hari raya Qurban, jadi kantor harus ikhlas berqurban (baca: staff boleh libur Senin-Selasa, ikut surat edaran gubernur Aceh untuk para PNSnya, walau kita bukan PNS sih, tapi UN Indonesia harus toleran donk). Kabar ini disambut gembira oleh kita semua, walau embel2 di dalam surat edaran itu menyatakan bahwa hari libur Senin Selasa ini akan diganti dengan bekerja pada Sabtu 10 Dec 2011 dan juga tanggal 26 Dec 2011 nya. Kita mah oke-oke aja, yang penting Senin Selasanya libur. Horray!!!

Jumat sore ini, rencana semula untuk berkunjung ke rumah ibunda terpaksa ditunda terlebih dahulu, disebabkan oleh sebuah pesan di BM dari Intan (putri saya) yang mengabarkan bahwa ayahnya menelphone, ingin ketemu Intan untuk ngasih uang THR. (Di Aceh, hari raya Idul Qurban juga dirayakan semeriah Idul Fithri dan anak-anak juga mendapat uang THR, selain beli baju baru, lagi.). Intan bilang bahwa ayahnya ingin segera ketemu karena malam ini jam 7 akan berangkat ke Medan via bus. Dan ingin ketemu Intan di terminal. Intan minta kesediaanku untuk mengantarnya.

Saya memang selalu mengingatkan Intan untuk selalu bersikap baik pada ayahnya, walau sang ayah terkadang ingat dan terkadang sama sekali lupa akan anandanya ini. Saya besarkan hatinya saat dia mengeluh, bahwa ayahnya sudah tak sayang lagi padanya. Saya minta dia untuk berfikir positif, bahwa mungkin ayahnya sedang sibuk dengan kehidupannya sendiri, dengan pekerjaannya, sehingga belum sempat untuk memberi kabar atau bahkan memberi nafkah bagi Intan. Saya besarkan hati Intan bahwa ayahnya tidak pernah memberinya uang karena mungkin juga ayah sedang tidak punya… bukan tidak sayang. Jadi yang perlu Intan lakukan adalah berdoa agar ayahandanya selalu dalam lindungan Allah, sehingga sehat dan kuat untuk bekerja, memperoleh nafkah yang tentunya nanti jika sudah punya pasti akan diberikan juga untuk anaknya ini. Bahwa jika ayahnya tenang, bahagia, pasti dia akan ingat dengan anaknya. Saya yakinkan Intan, bahwa seorang ayah, seburuk apapun dia, pasti tetap punya rasa SAYANG pada anaknya.

Saya bukakan matanya bahwa dia jauh lebih beruntung dibanding anak-anak lain yang walaupun punya ayah dan ibu yg lengkap (tidak bercerai), tapi kehidupan mereka morat marit karena kesulitan ekonomi. Atau karena sang ayah dan ibu sibuk sendiri-sendiri, sehingga ga sempat untuk mengurus dan memberi perhatian pada anaknya.
Biasanya Intan memang tercerahkan setiap mendengar wejangan-wejangan saya (halah, wejangan…).. Malam ini, selesai shalat magrib, saya dan Intan pun meluncur ke terminal baru, Banda Aceh. Saat itu sang ayah sudah beberapa kali menelphone menanyakan jadi tidak Intan menemuinya, karena dia sudah dalam bis dan bis siap diberangkatkan.

Dalam perjalanan, saya juga bertekad melunakkan hati untuk bersikap baik padanya nanti. Saya tidak ingin memelihara dendam berlama-lama. Tiga tahun sudah saya berusaha untuk menjauhinya, agar tidak bentrok dan malah berantem karena saya benar-benar bertemperamen tinggi, hehe.
Walau saya berhasil untuk selalu mengingatkan Intan untuk tetap menghormati ayah kandungnya, tapi saya belum mampu untuk memaafkannya. Sulit rasanya melupakan perbuatan2 kasar dan menyakitkan yang telah dilakukannya dahulu, yang akhirnya membuat saya memutuskan ikatan perkawinan kami secara resmi. Dan hingga saya memperoleh penggantinya, dendam itu rasanya sulit sekali terhapuskan.

Malam ini, mungkin juga terpengaruh suasana Idul Qurban yang akan kita jelang, rasanya kok ada yang membisiki hati saya, untuk meng-ikhlaskan dendam ini pergi. Makanya saat Intan tadi bertanya siapa yang akan antar dia ketemu ayahnya, saya tidak minta si mba untuk mengantarnya. Biar saya yang antar kali ini. Intan memang jarang banget ketemu ayahnya, dalam 4 tahun perpisahan ini, mungkin hanya 6 kali ketemu ayahnya? Dan tercatat di memori saya bahwa masih bisa dihitung dengan sebelah tangan frekuensi pemberian uang jajan untuk Intan dari ayahnya, itupun tidak seberapa. Walau kesal saya tetap mencoba berfikir positif, mungkin sang ayah belum ada rezeki.

Walau jelas di dalam perjanjian cerai tertulis bahwa adalah kewajiban sang ayah untuk menafkahi Intan, tapi saya tidak pernah protes dan menuntut untuk hal ini. Saya berdoa agar Allah tetap memberikan saya kesehatan dan kontrak kerja yang bagus, sehingga saya mampu untuk menghidupi dan membesarkan putri tercinta ini. Dan Alhamdulillah, Allah bukan hanya memberi saya pekerjaan yang sangat layak, tapi juga menghadiahi saya seorang suami pengganti dan ayah baru bagi Intan, yang sangat baik dan pengertian. Alhamdulillah ya Allah… (sengaja nambahin kata Allah di belakangnya biar ga mirip kalimatnya Syahrini, hehe).

Well, back to pertemuan tadi di terminal… sungguh mengharukan. Ayahnya Intan sudah berada di bus yang siap berangkat, karena kami sedikit terlambat gara-gara macet. Tumben Banda Aceh macet, mungkin karena orang-orang sibuk mempersiapkan idul Adha kali ya?
Kami samperin bus yang ditumpangi ayah Intan, dan mantan suami saya itupun terlihat sigap melompat dari pintu belakang bis, bergegas cepat menuju putrinya.
Keduanya berpelukan, erat. Terenyuh hati saya. Betapapun, ikatan ayah dan anak tetap tak terputuskan. Saya bisa menangkap kerinduan dari pelukan Firman (ayah Intan) yang begitu erat pada Intan, begitu juga sebaliknya. Saya tidak boleh marah atau cemburu melihat ini. Intan, bagaimanapun adalah anaknya, dia juga berhak untuk memeluk Intan seperti saya memeluk putri kami ini. Saya ikhlaskan hati ini melihat perlakuan itu. Saya singkirkan rasa kesal yang mencoba menghasut sanubari ini. Bahwa Firman tak berhak sok akrab seperti itu, karena adalah saya yang membiayai kehidupan dan kebutuhan Intan selama ini. Saya halau perasaan2 hasutan itu. Saya gali dan pancing niat ikhlas yang sempat muncul dalam perjalanan tadi. Saya perangi sisi negative hati saya, yang bergaung nyaring agar saya tetap mendendam padanya.

Perang yang berkecamuk di hati ini terpaksa berhenti saat Firman melepaskan pelukannya pada Intan, dan mengulurkan tangannya pada saya.

‘Apa kabar dek? Sorry merepotkan ya..’

Saya tersadar, saya sambut uluran tangan itu. Ada rasa sedih yang mengiris hati ini saat menerima uluran tangan itu.

‘Baik, ga pa2 kok, mau lebaran di Medan?’ Alhamdulillah, tulus suara saya.

‘Ga, besok sore lanjut ke Jakarta…’ Jawabnya.

‘Hari raya tempat bu Ega ya Yah?’ tanya Intan.
(Bu Ega adalah mantan pacar ayahnya, yang menurut Intan, sudah mulai tersambung kembali hubungan mereka). Terlihat grogi Firman menjawab,

‘Ga kok nak..’ Intan tidak memperpanjang.

‘Jam berapa berangkat bang?’ tanya saya mencairkan suasana. Ada rasa iba di hati saya melihat keadaannya. Tidak terurus, dengan pancaran mata yang membuat iba. (duh, mungkin itu hanya perasaanku? Atau terpengaruh oleh curhat2 mantan kakak ipar saya, yang sering menelphone untuk curhat tingkah laku adik mereka ini, yang masih saja seperti dulu. Tidak berubah. Entahlah…

Yang jelas, rasa iba ini begitu besar, apalagi kulirik putriku juga berlinang airmatanya. Mungkin pilu hati melihat sang ayah yang sampai kini masih menjomblo (single, entah kalo pacar, mungkin banyak?).
Kakak ipar sering bercerita bahwa Firman semakin parah setelah saya tinggalkan. Pacaran sana sini, janji akan nikahi si A, tapi malah pacaran lagi dengan si B. Pernah beberapa kali punya hubungan serius, dimana para mantan kakak iparku ini sudah dikenalkan dengan sang pacar, dan siap untuk ke pelaminan pada bulan anu…. Tapi ujung-ujungnya, pihak keluarga wanita, menelphone mantan kakak iparku, menanyakan kabar Firman dan kapan akan melamar anak mereka. Huft. Bukan hanya sekali dua hal ini terjadi, sehingga saya hapal benar tujuan si mantan kakak ipar saya setiap menelphone saya. Curhat tentang Firman.

Intan juga mengetahui hal ini, dan prihatin dengan kelakuan sang ayah. Saya hanya bisa menyabarkannya, mari kita berdoa agar ayah cepat sadar, dan memperbaiki kelakuannya.
Lama kami tak mendengar kabar darinya, terutama setelah putus dari bu Ega tadi, putusnya juga karena Oomnya bu Ega, ternyata keberatan Ega menjalin hubungan dengan Firman, karena si Oom sudah tau persis kelakuan Firman dan tidak rela keponakannya, Ega, mengalami nasib serupa dengan saya.
Firman uring-uringan, marah pada si Oom yang tak lain adalah abang iparnya sendiri. Ngambek dan menghilang dari keluarga besarnya. Saya sendiri masih menjalin hubungan erat sih dengan para kakak dan adiknya Firman. Yaaa…namanya saya sudah lama (11 tahun) bergabung dengan keluarga besar mereka, tentu saya akan pertahankan hubungan manis dan baik ini. Silaturrahmi tetap harus dijaga walau saya bukan lagi istri dari adik kandung mereka.

Klakson bus yang mengingatkan agar para penumpang segera naik kembali ke bus, membuat pertemuan ini harus berakhir. Sekali lagi Intan dan Firman berpelukan, setelah beberapa lembar uang seratus ribuan diserahkan Firman ke tangan Intan. Kemudian Firman kembali menyalami saya.

‘Hati2 ya bang, salam untuk kakak-kakak dan adik-adik di Medan.’ Ucap saya.

Saya lihat Intan mengusap matanya. Saya tau pasti, perasaan hatinya yang begitu lembut dan halus, membuat airmata itu tak sabar ingin mengalir keluar.
Kami kembali ke mobil begitu selesai memberikan lambaian terakhir pada Firman saat bus melaju meninggalkan terminal.
Saya rangkul Intan penuh kasih, menuju mobil. Intan berubah pilek (menahan tangis) saat sudah di dalam mobil. Saya tahu, perasaan iba melihat keadaan sang ayah, membuatnya pilu. Saya tarik tissue dari kotak dan menyerahkannya sambil melajukan mobil kami.

‘Sayang…. Umi tahu anak umi sedih, kasihan melihat ayah yang masih sendiri ya?’

Intan hanya mengangguk sambil me-lap air matanya dengan tissue yang saya berikan.

‘Percaya deh sayang, ayah itu baik-baik saja kok. Ayah kan sudah dewasa, sudah bisa mengurus dirinya dengan baik. Yang paling penting adalah, Intan tetap dan terus berdoa agar Allah memberikan kesehatan dan perlindungan bagi ayah, agar ayah tetap sehat, bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, bisa segera dapat jodoh yang baik, dan juga agar Allah memberikan hidayahNya untuk ayah, agar ayah bisa berada di jalan lurus. Oke sayang?’

Anggukan lagi, tapi tangisannya mulai terdengar.

‘Sayang…. Lihat deh status2 ayah di FB nya,' (saya sendiri sih tidak berteman dengan Firman di FB), tapi Intan sering memperlihatkan status ayahnya setiap Firman update status), 'selalu riang kan?'
'Itu artinya ayah baik-baik saja dan happy.' (walau saya sendiri kurang yakin tentang hal ini, tapi saya harus sugestikan Intan untuk berfikir ayahnya is oke-oke saja).
Bisa berabe jika ananda ini terus in sad mood.

Anggukan lagi yang diperlihatkan Intan. Saya genggam erat jemarinya. Memberinya kehangatan agar merasa tenang.

‘Yuk kita sama-sama mendoakan ayah yuk, Bismillahirrahmannirrahim’ (Intan langsung mengikutiku, sama seperti setiap saat saya mengajaknya berdoa).

‘Ya Allah, lindungilah ayah saya dalam perjalanan, semoga ayah saya selamat sampai ke tujuan, lindungi juga setiap langkahnya ya Allah, agar selalu berjalan di jalanMu, beri juga ayah saya rezeki yang halal ya Allah dan kesehatan yang prima, amiin.’ putriku mengikuti dengan khusyuk dan penuh semangat.

Terasa doa ini begitu ikhlas kini. Ya, setulus hati saya mengucapkan doa ini, dan semoga Allah berkenan mengabulkannya. Saya ikhlas menghapus dendam ini, dan tulus berdoa agar Firman segera menemukan jodohnya, yang akan mampu dan sabar menuntunnya di jalan yang benar. Yang jauh lebih baik dari saya (yang terpaksa menyerah setelah gagal berulang kali menuntunnya kembali ke jalan yang baik). Amiin Ya Rabbal Alamin.

secarik kisah dalam lembaran kehidupan

Selesai posting article ini, saya langsung siap-siap mau tidur nih, apalagi AC di kamar udah dingin banget, udah menggigil walau dilapis sweater dan selimut tebal menutupi kaki. (yeee… lebay deh ih, kan bisa dinaikin suhunya). 
Siap-siap sign out dari segala macam messengers yang saya miliki (lebay lagi deh, padahal punya ym, skype dan g-talk doank). 

Oke..oke… kali ini serius deh…, nah selesai sign out dan mau menutup browser tiba-tiba sebuah notifikasi bahwa ada comment masuk untuk postingan terbaru saya, udah pasti donk, saya urung tutup browser, langsung deh baca tuh komen lebih dulu, balas sebentar dan baru menutup peralatan perang ini dengan properly. Eh ga taunya komen dari Asep Surasep, hehe… selain ngomen postingan saya, eh juga ngasih peer. Jam segini ngasih pe-er? Yang bener aje Sep? 


Tapi tertarik juga sih, soalnya seumur2 jadi blogger, saya belum pernah tuh dapat pe-er berantai seperti ini (males bilang estafet ah). Ga jadi nutup browser segera dunk. Jadinya malah ga ngantuk lagi gara-gara melototin tulisannya si Asep. Seru juga nih, walau awalnya ga ngeh permainan macam apa sih ini? Mana mainnya tengah malam lagi, Tengah malam gini kan enaknya ngelingker di bawah selimuuut.. asal jangan terikut semuut ajaa, nanti tergigit peruut…(Halah, apa coba? Ngelantur deh kayaknya nih, maklum udah jam 2.58 dinihari).

Sekilas info;

Saat itu, angka tahun di kalender masih bertuliskan angka 1976, saya memulai sebuah hari yang benar-benar baru bagi saya masa itu.Seorang anak penakut dan cengeng yang kemudian menjelma menjadi seorang pelajar Sekolah Dasar. 

Wah…wah. Berseragam cantik (apa ya waktu itu, bukan putih merah deh … lupa udah lama banget sih), saya diantarkan oleh ibu saya disertai seorang kakak kelas yang adalah teman bermain saya selama ini. 

Si kakak kelas bisa ikut mengantar karena dia masuk siang hari. Saya tentu bahagia donk ditemani oleh dua orang yang begitu akrab dengan saya. Saya yakin bahwa saya pasti ga akan nangis. Kan saya udah sekolah. 

Tapi ya ampun, saat semua wali murid diminta meninggalkan anak-anak mereka di kelas, kok saya ingin menjerit sekuat-kuatnya. Selain cemen dan cengeng, saya juga sangat-sangat manja. Ya ampun. Saya tak mampu menahan tangis deh waktu itu. 

Tak sanggup dicegah oleh bu guru, saya langsung berlari menyusul ibu saya yang sudah berjalan pulang. Saya berlari kencang dan tentu saja berhasil menyusul. Umi mencoba membawa kembali saya ke sekolah, tapi saya menangis menolaknya. Akhirnya kami pulang. Asyiiik… ga jadi sekolah. 

Hari kedua, saya masih berprilaku yang sama, cemen, cengeng, manja. Akhirnya gagal lagi deh bersekolah. Hari ketiga, lebih parah lagi, Umi saya sudah bersedia ikutan ‘belajar’ di kelas selama 2 jam, dan kemudian pamit. Anggukan saya langsung membuat Umi mencium saya bangga. Saya juga senang donk. Dua puluh menit saya coba bertahan, tapi kok saya ingin nangis?? Saya rindu Umiii…. 

Langsung deh tanpa aba-aba saya kabur, berlari ke pintu meninggalkan segala peralatan sekolah di atas meja. Saya berhasil menyusul umi yang berjalan santai pulang ke rumah. Saya menemukan sebuah lidi panjang (sisa dari daun nyiur muda), saya ambil dan bagai kesetanan saya libaskan lidi itu ke betis umi saya (saat itu para ibu belum banyak yang berjilbab, dan masih ber-rok selutut). 

Spontan Umi saya kaget karena nyeri oleh libasan lidi tadi. Berpaling ke belakang dan melihat saya, Umi saya langsung naik pitam. Saya kaget dan takut karena Umi belum pernah marah sampai seperti ini pada saya. Anak satu-satunya saat itu. Hehe. Saya dicubit dan dijewer. Ditarik pulang ke rumah. Saya menangis sejadi-jadinya, lama sampai akhirnya tertidur sendiri. 

Siang hari, saatnya anak-anak pulang sekolah, saya mendengar si Sukri, teman sekelas saya sedang bernyanyi, nyanyiannya seperti ini:

Senin Selasa, Rabu Kamis, Jumat Sabtu MInggu itulah nama hari-hari….

Saya terbengong mendengarnya. Saya belum tahu lagu itu. Hahahhaha, lalu Umi saya keluar dan mengejek saya. 

‘Tuh kan? Ga bisa kamu kan kayak Sukri? Coba kamu sekolah dan ga nakal, pasti kamu jauh lebih pinter darinya!’

Terapi itu ternyata cukup ampuh bagi saya, besoknya, pagi-pagi sekali saya sudah bangun, bersemangat untuk ke sekolah, tapi teteup, minta dianterin dan ditungguin sebentar. Begitu Umi menghilang, sebenarnya saya udah ingin banget lari menyusul, tapi bu Guru yang baru hari itu saya tau namanya, Bu Syarifah, berbisik ke saya, 

‘Kalo kamu pulang, nanti Syukri akan semakin jauh lebih pinter dari kamu lho, ga mau kan?’

Oops, saya langsung mengurungkan niat kabur, stay in the class dan berusaha keras agar bisa mengejar Syukri. Dan di saat kenaikan kelas, Syukri yang ‘pinter’ menghapal nama hari-hari itu, TINGGAL KELAS, hehehe.


Dah ah kebanyakan sekilas infonya, yuk langsung ke Pe-er aja yuk, takut ga kelar nanti.

Guru Favorit : 

Udah pasti Bu Syarifah donk, kan beliau tau persis bagaimana membangkitkan semangat dan keberanian saya. Sayangnay beliau hanya pegang kelas 1 saja. Di kelas dua, gurunya ganti tapi masih tetap saya sukai sih. Rasanya semua guru di SD saya baik dan sabar kok, tapi tetap yang favoritnya jatuh ke Bu Syarifah yang sabar dan sangat keibuan.

Guru Killer

Lha kan tadi saya udah sebutkan tuh di atas bahwa guru-guru saya di SD ga ada yang killer. Baik-baik semua, habis yang diajarin anak SD, anak SD kan ga nakal-nakal amat yaks? 

Teman Bolos

Wah kalo bolos kayaknya jarang deh, soalnya saya rajin banget sekolah walau pada awalnya susahnya minta ampuun. Hm…. Pernah denk…. Waktu itu ada imunisasi cacar (kalo ga salah ya, pokoknya imunisasi lah), begitu diumumkan akan ada imunisasi, ampun deh, saya dan beberapa teman lainnya (Syukri, Erna dan Fatimah?) kabur deh dari sekolah. Waktu itu sekolah kami ga punya pintu pagar dan ga ada satpamnya, jadi anteng aja donk melarikan diri. Hehehe.

Teman Berantem:

Saya kan anak cemen, cengeng dan manja (waktu SD sih), nah ga ada donk teman berantem, karena begitu diajak berantem saya langsung nangis dan ibu guru pasti akan datang untuk cup…cup..cup, ayo siapa yang jahilin Alaika? Hehe.

Jajanan Makanan/Minuman Favorit:

Apa ya? Udah lama banget ih. Era 76-82, kayaknya yang makanan beratnya adalah mie kuning yang diberi kuah pecal yang encer di atasnya, di Aceh kita nyebutnya mie caluek. Nah jajanan ringannya itu Opak yang diberi saos encer di atasnya. Slurp, enak tenan.
Minuman favorit: es rujak serut (rujaknya dikit banget, dibuat sebagai minuman segar), tapi sering dimarahin Umi kalo ketahuan minum ini, karena sering bikin sakit perut sih. 

Jajanan Mainan Favorit:

Nah ini yang unik, saat mulai masuk pramuka, kelas 4 SD, aq mulai mengenal pisau pramuka, yang kecil-kecil itu lho. Nah, di pekarangan belakang rumah kami waktu itu banyak sekali pohon pisang. Nah tuh para pohon pisang jadi sasaran lempar pisau pramuka tadi itu. Itu permainan ketangkasan yang paling berkesan deh buat saya. Tapi waktu msh kelas 1-3 tuh saya masih sering main boneka-bonekaan, yang bonekanya dibuat sendiri dari kain perca.

Sepatu/Tas Favorit:
Ga ingat lagi, udah lama banget, dan juga karena tas dan sepatunya juga bukan merek terkenal deh kayaknya. Hm…. Sepatu kayaknya yang model sepatu para pemain kungfu itu lho. Wkwkwkwkwkkw.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga, dan Alhamdulillah, ngantuk juga akhirnya. Tapi sebelum saya pergi tidur, saya ingin menghibahkan tugas ini juga kepada sobats yang namanya tersebut dibawah ini ya:

Mas Satrio
Kak Ega
Mba Reni
Mba Mulyani/IbuDini
Mas al kahfi

Semoga berkenan yaaaaa, trims.


Dear sobats maya tercinta,

Sepertinya udah pada tidur nih saat saya mem-posting lanjutan kisah sedih di hari Minggu ini? Inginnya sih posting sejak tadi sore sobs, tapi mau gimana coba, pekerjaan di kantor tuh kok kayaknya ga ada habisnya ya? Sampe ga sempat blog walking deh ih! Jadi ga enak nih dengan para sobats yang sudah berkunjung tapi saya belum kunjung balik. Hiks..hiks.

Baiklah, berhubung malam telah sangat larut, yuk kita lanjut langsung ke TKP aja yuk, melihat lanjutan kisah Safira.....

Membaca judul ini pasti sobats akan teringat judul sebuah lagunya Koes Plus dan juga sebuah sinetron yang pernah ditayangkan di sebuah stasiun televise swasta ternama di tanah air inikan? Saya sendiri juga lupa tuh di TV apa, tapi judul ini memang saya pilih karena ga tau mau memberi judul apa terhadap postingan saya kali ini.
Pagi ini, Minggu ceria saya (baru habis fitness, nyambung yang kemarin pagi sobs) sedikit di-abu-abukan oleh sebuah telephone masuk yang ternyata adalah dari seorang sahabat lama saya waktu masih bekerja di BRR NAD-Nias. Safira (sengaja saya samarkan sobs demi menghargai sebuah privacy dan kepercayaan, walau saya sendiri sudah minta ijin darinya untuk me-rekam- jejak ini di dalam diary online saya (my-virtual corner) ini.

Baca selanjutnya

Ga terasa hari ini sudah Sabtu lagi, ya ampun, cepat sekali waktu berlalu. Bukan hanya seperti berlari, tapi kok ya kayak naik mobil balap ya? Baru beberapa hari lalu posting 'what a great Saturday', eh hari ini saya sudah berada di Martatilaar lagi untuk sesi pemanjaan diri. It means, sudah dua minggu sejak postingan itu sobs. Ya ampun. Tapi... Teteup dunk, saya suka sekali dengan yang namanya hari Sabtu. Tapi sebenarnya yang paling bikin happy sih pada Jumat sore jam 4an sih, menanti waktunya pulang kantor. Hahaha... Dasar!


Well sobats, hari ini saya memulai aktifitas saya dengan Shalat Shubuh, terus tidur lagi. Halah, kok malas banget ya? Dasar nih Alaika pemalas. Eits... Kan malas2annya cuma di Sabtu dan Minggu sobs. Lagian pagi ini saya lebih rajin lho. Jam 7an saya udah bangun, daaan.... Main holla hoop, (kasian banget rotan holla hoop saya udah sampai berdebu ga ada yg mainkan). Setelah holla hoop-an, saya lanjut fitness pake J-shaper, yang jg udah lelah banget berdiri tegak diantara lemari pakaian dan kulkas, didapur kost2an saya yang sempit. Kasian deh, maaf ya J-shapper. :-(



Padahal sobs, rasanya seger banget nih badan setelah olahraga fitnesaan ini. Tapi kok ya memulainya males ya? Untung J-shaper nya blm sempat dimakan tikus sadelnya. (Tikus.. Jangan diganggu ya J-shaper saya, please).


Nah selesai fitnesan, baru deh beberes kamar. Sambil ngeringin keringatlah.. Saya beresin deh box2 yg dibawah bednya Intan, ya ampun nih anak kok berantakan banget. Ga ada rapinya anak gadis permata hati saya ini....
Padahal berulangkali saya ingatkan utk selalu menempatkan kembali sesuatu itu pada tempatnya.
Agenda saya selanjutnya sebenarnya adalah mengantarkan benda kesayangan saya ke bengkel. Udah janji sih untuk memasukkannya kesana, dicuci dan dipolish karena kekasih hati yang satu ini tergores entah kapan dan dimana, beberapa bagian bodynya. Sedih hati saya melihat bodynya yg sedikit ga mulus lagi itu. Padahal saya sudah menjaganya sedemikian rupa. (Kayaknya seh...).
Tapi kalo dia masuk pagi, sore hari baru bisa diambil kembali sementara saya perlu dianterin olehnya seharian ini. Inikan saatnya memanjakan diri (baca: ke Spa). Inginnya sih bisa 2-2 nya, Saya dan Intan bisa ke salon, si abu2 saya bisa ke bengkel. Hm... Sulit deh, ga bisa, harus ada yg dikalahkan dulu deh, dan karena saya sang penguasanya, terpaksa deh si abu-abu mengalah. Dia bisa menunggu di hari Senin, dimana saya hanya berkutat di kantor seharian. Yup, begitu aja deh solusinya.

Jadilah saya kemudian menikmati waktu santai dan nikmat saya di salon langganan saya. Marta Tilaar. Hm... Sayang Intan masih sekolah, ntar gilirannya creambath siangan deh, sepulang skul.
Saya langsung tertidur begitu tangan lembut therapist menyentuh wajah saya, memulai facial. Kayaknya energi yang keluar saat fitness tadi itu membuat saya lelah banget. Atau? Quota tidur saya yang kurang untuk Sabtu ini? Hehehe. What ever deh. Sempat2nya saya mimipi buruk selagi terbaring di bed facial ini. Rasanya kok peralatan facial yg sedang dipergunakan di wajah saya kornsleit... Oh My Good. Saya teriak dan orang berlarian keluar. Saya raba wajah saya yng tertutup masker, spt terbakar. Serem amat... Cerita mimpi ini makin kacau sehingga saya sendiri susah banget untuk mengingatnya kembali. Tau-tau saya tersentak, terbangun gara-gara kapas sedingin es disapukan dan ditepuk2 ke wajah saya, bahwa facial sudah selesai. Alhamdulillah, ternyata hanya mimpi. Hehe.

Selesai facial, kami (saya dan si terapist) lanjut ke ruang tata rambut. Rambut saya sudah harus dirapikan, so it was washed, cut and blow deh. Tak lama saya pun melihat pantulan seorang wanita cantik dicermin di hadapan saya. Oh my God, cantik sekali! Halah, Alaika lebay banget deh. Hiperbolik ah. Hehehehehehe.

Pamit dari arena spa, saya lanjut ke bengkel tas, ada 5 tas skul Intan yang perlu direparasi, rata2 tali punggung (back pack)nya hampir putus dan ternyata masih bisa ditanggulangi. Siplah, soalnya masih bagus2 hanya talinya aja yg kurang kuat.

Sebuah telp masuk mengangetkan saya, dari Intan. Bahwa dia jatuh dari motornya waat pulang dari sekolah barusan. Intan menelphone dari rumah, bahwa dia dan motornya ga apa2, cuma takut kalo ga lapor sama uminya. Walau dia bilang hanya lututnya yg sedikit lecet, tidaklah membuat saya tenang. No more delay, saya langsung tinggalkan bengkel tas dan pulang secepatnya.

Mudah2an putri saya tidak apa-apa ya Allah. Lindungi dia, please. Amin. Saya pacu kendaraan saya secepatnya untuk melihat kondisi buah hati saya ini.






Sepertinya kali ini ga sempat posting banyak deh sobs, agenda saya lumayan padat nih hari ini, dimulai dari pagi hingga mungkin sampai malam hari nanti. Yups, hari ini saya harus mengawal workshop pembentukan Badan Pengelola yang kemungkinan besar akan berbentuk UPTD atau BLUD, belum tau deh tuh, yang nantinya akan bertugas sebagai Badan Pengelola Blang Bintang Regional Landfill yang sedang kami bangun. Lembaga tempat saya bekerja saat ini sedang mendanai dan sekaligus membangun (melalui sebuah kontraktor terpilih) sebuah TPA (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah) Regional untuk Kota Banda Aceh dan Aceh Besar yang ditargetkan akan selesai dalam 5 bulan mendatang. Sementara itu, sebuah Badan pengelola tentunya harus sudah dipersiapkan agar siap untuk mengelola operasional dan maintenance TPA ini begitu ia selesai dikonstruksi.
Nah, saya ditugaskan untuk mengawal kegiatan ini dengan bekerja erat dengan related parties (Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh dan juga Aceh Besar, Bina Marga Cipta Karya Aceh, dan instansi terkait lainnya, termasuk juga konsultan dari Kementerian PU yang akan datang dari Jakarta, hari ini).
Hadoh, kok jadi serius dan seperti menulis laporan ya? Ga asyik ah… baru satu paragraph rasanya kok udah seperti bikin laporan ke donor ya? Hihi… Dan jadinya makin menjauh dari topic dan judul postingan deh ini…. Huft.
Yuk back ke topic ajaah…masak update blog bicarain detil pekerjaan, ga nyantai lagi dunk....

Well sobats, sebenarnya saya tuh ingin cerita tentang kejadian lucu kemarin siang nih sobs. Lucu gimana? Hampir ketangkap kok lucu sih?
Yup.. Jadi ceritanya gini nih sobs. Kan kita pada lunch bareng tuh kemarin siang di luar area kantor (Kita berkantor di salah satu Gedung Kantor Gubernur Aceh). Nah pada saat kembali dari lunch ini, saat sedang seru-serunya kami becanda ria di dalam mobil, memasuki pekarangan kantor, tatapan mataku menangkap sesosok tubuh yang begitu familiar dimataku. Walau hanya dari belakang, saya hapal benar sosok ini. Oh my God, ga salah lagi, itu ayahanda saya…..
Refleks saya segera merunduk ke dasar jok mobil, menyembunyikan diri agar tidak terlihat dari jendela. Teman-teman saya kaget, pada berpaling ke saya. ‘What’s up?’
‘Mati gue, itu babe gue… bisa tewas gue kalo keliatan ga berjilbab begini!’ Disambut gelak tawa seluruh teman yang ada di dalam mobil.
Ngakak habis mereka yang dengan segera saya Ssst kan.
Ayah dan Ibu saya tuh paling ga suka melihat saya tanpa kerudung seperti ini:


Atau begini:

Maunya sih begini nih sobs:

Tapi juga paling ga suka jika penampilan saya itu sampai begini lho:


atau begini:

Hehehehehe.....
Saya intip kemana arahnya sang ayahanda menuju, kalo sempat ke gedung kami, bahaya beneer…. Bisa ngendap di mobil saya sampai sosoknya menghilang. Hehe…
Mungkin sobats udah pada tahu ya bahwa di Aceh itu berlaku syariah Islam. Dimana salah satu regulasinya adalah kewajiban para wanita untuk menutup aurat (baca ; berkerudung/berpakaian muslim). Saya sih selalu berpakaian muslimah sobats, cuma tidak berkerudung. Itu saja sih. Dan Alhamdulillah saya belum pernah ketangkap oleh para polisi syariah sih, secara saya jarang banget berkeliaran di tempat umum (baca angkutan umum, sepeda motor) tanpa selendang/kerudung. Peredaran saya juga cuma dari rumah ke kantor atau sebaliknya. Kalo pun ada rapat diluar kantor, itu juga perginya dengan menggunakan kendaraan kantor atau mobil pribadi. Jadi jarang terlihat secara bebas oleh polisi syariah bahwa saya sedang tidak berkerudung. Hehe.
Sebenarnya sekarang ini juga udah banyak banget wanita2 yang berkeliaran tanpa menggunakan jilbab sih, terutama para wanita/teman2 yang berasal dari luar Aceh. Saya sendiri sih lebih berprinsip begini sobs, pakaian yang sopan itu harus, tapi berjilbab itu panggilan hati dan jiwa. Saya ga mau berjilbab karena takut pada polisi syariah, tapi saya akan menggunakannya begitu hati saya siap untuk itu dan mengimplementasikannya dalam kehidupan saya. Banyak banget saya melihat para wanita yang menggunakan jilbab karena terpaksa atau takut pada polisi syariah. AKibatnya mereka mengenakannya dengan tidak ikhlas. Dimana masih menggunakan pakaian ketat membungkus tubuh, menonjolkan keseksian dan leher mengintip keluar. Hanya rambut ditutupi oleh jilbab. Oops, sungguh, saya tidak berniat untuk membahas tentang kelakuan para wanita lain. Let’s back ke topic.
Saya tidak takut pada poisi syariah kok sobats, yang saya takut adalah kepetok ayah dan ibu saya dalam keadaan tidak berkerudung. Hehe. Itu yang paling saya takuti. Ya seperti itu tadi, hehe.
Bukan apa-apa sobs, soalnya kalo sampai itu terjadi, ceramah panjang lebar akan diperdengarkan. Hahaha. Dan saya ga ingn melawan kedua orang tua tercinta itu. Mending menghindari konflik deh. Konflik sama orang lain sih saya ga akan lari sobs, tapi kalo harus berkonflik dengan ayah bunda, saya akan segera pamit undur dan melarikan diri deh. Hahahahahah. Seyeeeem.
Makanya tadi saya sampai refleks merunduk, sembunyi. Hehehe. Dan waktu turun dari mobil juga sampai mengendap-ngendap seperti orang main petak umpet. Hehe. Ampun deh. Untung ayah saya dan temannya tadi itu menuju kantin, bukan ke gedung kantor kami. Selamat… Alhamdulillah. Dan malamnya, saya sempatkan singgah ke rumah ayah ibu saya, sowan sambil mengantarkan a little gift untuk ayahanda. Kebetulan di Kuala Lumpur kemarin, saya sempat beli sebuah jam tangan keren yang saya yakin akan sangat pantas bertengger di tangan kanan ayah saya. Dan bener saja, beliau begitu senang melihat Rolex itu kini melingkar indah di tangannya. Saya bahagia melihat cahaya riang bersinar di matanya. Ayah, I do love you. I do admire you. Tapi saya juga sangat takut jika bertemu denganmu tanpa kerudung. Hahahahaha.
Ibu, adalah juga sosok yang sangat saya hormati. Yang juga saya takuti jika sempat bertemu beliau tanpa kerudung. Hehe. Bukan apa-apa sobs, kalimat-kalimat beliau berdua itu sangat kreatif dan mampu membuat hati teriris. Haha. Daripada berantem, kan bagusan menghindar toh?
Sayangnya saya gagal menemukan jam tangan yang cocok untuk menghiasi tangan ibu saya, tapi saya berjanji akan melunasi utang ini nanti, saat saya menemukan benda indah yang sesuai dan pantas untuknya. Itu janji saya.
Sebenarnya dulu saya pernah tuh ketangkap basah. Saat itu saya sedang service AC mobil di sebuah bengkel dekat rumah. Sambil menunggu, say abaca novel di dalam mobil. Jelas tidak berkerudung toh? Nah, sedang asyik membaca, saya melihat sebuah sosok yang begitu familiar melintas disamping mobil saya. Dengan akrab tanpa dosa saya menyapanya riang.
“Ayah, mau kemana?” Saya lupa bahwa saya sedang tidak berkerudung. Ayahanda saya kaget, menjawab tenang, tapi guratan tidak senang terpancar. Saya heran, what’s up? Hehe. Ayah menjawab seadanya bahwa beliau mau beli apa gitu… lalu berlalu. Kurang ramah. Saya tertinggal dalam keheranan. Baru saya kaget begitu tersadar bahwa saya baru saja tertangkap basah. Hahahaha.
Benar saja, saat singgah di rumah ortu saya, Ibunda saya langsung menembak saya tentang hal itu, ditambah wejangan2nya yang aduhai. Ampuuun, saya ini wanita 41 tahun…. Oh my God.
Well sobats, begitu deh ceritanya, untung ga sempat ketangkap deh kemarin siang, kalo ga? Wuih… bakalan dapan wejangan lagi dunk.
Nah, begitu deh cerita saya hari ini, apa ceritamu?
Write them in the comment ya sobats, I will back to read them after the workshop completed, atau sambil workshopan kalo koleksi netnya bagus. Okay?

All the best!
Alaika

Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • Lelaki itu, Ayahku
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • It's Me!
  • Jawaban Untuk Sahabat

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes