Assalammualaikum sobats mayaku tercinta...
Alhamdulillah akhirnya berkesempatan juga untuk memainkan kembali jemari ini diatas simungil tersayang...menyapa para sahabat semua. :)
Hari ini rasanya legaaaa banget... tugasku berakhir dengan baik, walau proses hand over asset yang selama ini diberikan untuk kelancaranku bekerja belum sempat diselesaikan hari ini. Sejatinya kontrakku berakhir di tanggal 29 Feb 2012 nanti, tapi berhubung cutiku masih lumayan banyak (13,5 hari), maka aku sudah berhak pamit undur mulai tengah hari tadi. Namun itu adalah teori Sobs, tetap aja, aku ga bisa cabut tepat di siang harinya, masih ada beberapa meeting yang aku harus tuntaskan, yach namanya juga tanggung jawab, ya harus diselesaikan dulu dengan baik toh? Barulah kemudian jam 5 sore aku bisa bergerak meninggalkan kantor dan walau berstatus cuti, akan kembali Senin pagi untuk penyelesaian hand over asset and notenya. Setelah itu, aku berhak cuti sampai tanggal 29 nanti, asyik. Lalu setelah itu statusku akan menjadi seorang pengangguran. Hehe....
Namun malam ini, aku tidak ingin mengupdate tentang berakhirnya kontrak kerja ini sobs... karena aku ingin menjadikannya sebuah postingan khusus sebagai catatan/reflection/renungan bagi diriku sendiri, sebagai flashback akan anugerah Allah yang Maha Penyayang, yang telah begitu menyayangiku, memberiku kesempatan emas untuk menjadi seorang humanitarian worker, yang mungkin nanti juga mampu memotivasi sobats muda yang berminat untuk terjun di bidang humanitarian worker. So cerita lebih lanjut tentang kisah pensiunku ini dilanjut di postingan berikutnya aja ya sobs..
Nah, malam ini, sambil nonton TV seraya buka-buka laptop, pandanganku terpaku pada putri tercinta yang sedang asyik mengutak-atik power point di laptopnya. Sepertinya Intan sedang bikin presentasi. Tapi untuk apa dan siapa? Apa mau ikut kompetisi lagi? kulirik dia, yang kini telah terlihat ceria kembali. Alhamdulillah ya Allah, telah Engkau cerahkan hatinya kembali.
Selasa malam yang lalu, suasana hati Intan benar-benar kelabu, persis seperti yang terlihat pada gambar di atas sobs.... :(
Kenapa? Karena ternyata Intan gagal masuk sepuluh besar dalam English Campaign competition yang diselenggarakan hari Sabtu yang lalu. Padahal dia sudah mempersiapkan diri dengan penuh semangat, termasuk menggaet kontribusi Uminya dalam membantu penyiapan materi presentasi.
Intan bersedih, karena menurutnya, dia pasti akan masuk dalam tiga besar. Dia yakin banget. Begitulah yang dikatakannya di malam setelah perlombaan itu. How can she be so sure? Karena ternyata hanya dia yang menyiapkan bahan presentasi, teman-temannya yang lain hanya berbekal selembar kertas yang bertulis tangan, atau hanya gambar-gambar diatas kertas saja. Makanya begitu pengumuman, dan tak menemukan namanya tercantum diantara para pemenang, Intan menjadi patah arang. Selembar sertifikat penghargaan atas keikutsertaannya tak mampu melipur lara hatinya.
Sebagai ibu, firasat tajamku telah berbicara, that she is in blue. Dan sama sekali tak mau membahas tentang kompetisi saat itu, karena si mba juga bersama kami di mobil. Kuturunkan si mba di rumah temannya yang tak jauh dari tempat kost, agar aku bisa berduaan dengan Intan di kamar. Dan saat kami hanya tinggal berdua... mengalirlah airmata itu. Terenyuh hatiku, saat putri tercinta itu minta maaf padaku, tak berhasil mempersembahkan kebanggaan itu padaku. Tatap matanya jelas menunjukkan kecewa berat, dan aku tak ingin memperparah rasa itu.
Kupeluk putri tercinta, the only diamond of my heart, sambil membujuknya.
"Sayang... (walau Intan sudah besar, aku terbiasa menyebutnya nak atau sayang), Umi ga apa-apa kok nak... it's okay you are not the winner. It's okay that you are not in the top teen. It's okay nak. Umi ga marah sama sekali. Kan dari awal niat kita adalah untuk melatih mental, melatih keberanian Intan agar berani tampil dan berbicara di depan umum. Ya kan?"
Dia mengangguk. "Iya sih".
"Boleh bersedih, tapi ga boleh berlarut-larut... setiap orang pasti pernah mengalami gagal.. Umi aja dulu juga sering ngalami ga menang, tapi Umi tetap semangat untuk terus berusaha. Intan juga harus begitu, apalagi Intan baru pertama kali kan ikut kompetisi berbahasa Inggris?"
Anggukan lagi. Kuelus punggungnya, juga rambutnya. Kulepaskan pelukan dan menatapnya lekat.
"Pernah dengar Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda?" Intan mengangguk.
"Itu bener banget lho nak.. tanpa kegagalan, kita tidak akan pernah tau bagaimana bekerja keras untuk menggapai impian. Tanpa kegagalan, kita ga pernah tau bagaimana memperbaiki suatu kesalahan/kegagalan."
Tatap matanya menuntut penjelasan lebih lanjut.
"Dalam sebuah perlombaan/kompetisi, tidak hanya kesiapan materi yang dinilai nak. Kriteria penilaian juga akan memperhatikan pada kepercayaan diri si peserta dalam menyampaikan presentasi/pidato/kampanye nya. Juga akan memperhatikan cara/bahasa tubuh si peserta. Juga akan memperhatikan seberapa siap penguasaan materi si peserta. Jadi banyak sekali kriteria yang harus diperhatikan lho sayang. Bukan hanya materi yang bagus. Tapi semua saling mendukung."
Intan menatapku, tersenyum. "Iya ya mi..., memang sih Intan sering terpaku pada screen, kurang berani bertatap muka dengan audience."
"Nah, itu salah satu yang harus di improve. Kedepannya, harus lebih banyak berlatih, agar tambah PD, dan tambah berani. Kita latihan lagi yang lebih keras, ok sayang?"
Senyuman dan anggukan kuat itu jelas menandakan warna kelabu telah berubah ke pink ceria. (pink itu ceria ya??).
Alhamdulillah... tak lama kemudian, Intan kembali asyik utak atik di laptopnya, sementara Umi lanjut nonton acaranya Tukul sampai tertidur. Photo dibawah ini adalah salah satu kiriman Intan ke gmailku setelahnya.