My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty

Yuhuuu! Siapa yang pernah mengalami mentok ide menulis dan tulisan/artikel pun jadi tertunda untuk diupdate di blog tercinta? 

Aha, banyak banget yang tunjuk tangan, euy! Yess, ternyata untuk hal ini kita tidak sendiri ya, bestie? Hihi. 

Aku pun, sering banget mengalaminya akhir-akhir ini. Udah punya ide dan niat kuat banget, bahkan udah excited untuk menulis, eh malah kemudian, saat udah ready duduk manis di depan laptop, malah kemudian mandeg. Iya sih, pada awalnya tulisan mengalir cantik namun hanya sampai di paragraf pertama doank, lanjutannya stop panjang karena (terkadang) perhatian terdistrack oleh hal lain yang juga sedang mengisi pikiran kita?

Atau malah ide bermain, aih, kok ide bermain sih, ide menulis maksudnya..., jadi menguap justru karena ada ide lainnya yang tiba-tiba hadir dan mendominasi? Dan..., tentu saja ada banyaaak sekali penyebab lainnya yang bikin aktivitas menulis mandeg, namun tentu kita harus melakukan upaya agar tidak sampai kalah oleh cobaan bernama mentok atau mandeg ini donk?

What should we do when we face this situation? 

Harus ngapain jika tulisanmu mentok di tengah jalan?

Nah ini! Berikut aku coba ngasih cara-cara yang biasanya ngebantu banget saat aku terkena 'sindrom' ini, ya, gaes!

Lakukan ini ketika tulisanmu mandeg!

1. Acknowledge and Accept It. 

Ini adalah langkah utama sebelum lanjut ke langkah berikutnya. Kenapa kita harus acknowledge (sadari dan akui) dan kemudian menerima kenyataan itu? Karena ini seperti memberi sinyal ke otak dan kesadaran kita, bahwa hal ini sedang terjadi. Kita sedang mentok. Sehingga dengan kesadaran ini, tubuh, pikiran dan otak kita bisa dengan mudah diajak melanjutkan pekerjaan ini. 

2. Ask Questions. 

Ini adalah langkah berikutnya. Kesadaran pada poin pertama tadi, kemudian perlu dipicu dengan pertanyaan konstruktif untuk menstimulasi otak, pikiran, dan tubuh kita mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut. 

Emang bisa? Bisa donk. 

Pernah dengar bahwa body kita ini SMART donk? Nah, tubuh, otak, dan pikiran akan 'membentuk teamwork yang apik' ketika kita stimulasi dengan pertanyaan konstruktif.

Pertanyaannya seperti apa, Al?

Misal:

Body, what would it take for us to keep writing? How to complete this article?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, akan membuka possibilitas untuk menghasilkan ide-ide atau solusi-solusi, loh! Otak dan pikiran serta tubuh tuh akan mencari cara untuk menuntaskan pekerjaan tadi. 

Misalnya, dengan menggerakkan tangan kita mengambil pulpen. Bikin outline untuk tulisan yang sedang mandeg itu. Atau menggerakkan tangan kita untuk googling, atau buka-buka Pinterest, misalnya, atau aplikasi lainnya yang publishing the same topic. Atau muncul ide-ide lainnya. 

Atau malah, otak dan tubuh kita bersinergi membawa kita untuk rileks dulu, duduk santai, atau malah bergerak mencari suasana baru dulu sejenak, baru nanti balik lagi untuk melanjutkan pekerjaan menulis tadi, tapi dengan rasa yang lebih nyaman. 

Ada banyak sekali peluang/possibilitas yang bisa bermunculan dengan asking questions ini, bestie. You should try, ya! 

3. Searching Topic Sejenis, Perbanyak Membaca

Seperti yang sudah diuraikan pada poin 2, kita bisa melakukan langkah ini. Searching (online mau pun offline) topik-topik serupa, serap idenya, kembangkan dengan style kita sendiri. Tapi ingat ya, bestie, jangan memaksa diri. Beri waktu untuk rileks sejenak, dan yakinkan diri bahwa tulisan ini akan kelar. Oke?

4. Endapkan Tulisan, Baca Ulang.

Ini juga penting banget nih, bestie. Tulisan mentah atau fresh from the oven sebaiknya jangan langsung dipublish, apalagi yang mengalami mentok di tengah jalan kan? Sebaiknya diendapkan dulu semalam, atau setidaknya beberapa saat, baca ulang beberapa kali, karena biasanya ketika kita membaca ulang, otak akan punya suggestion konten atau diksi yang jauh lebih baik, sehingga bisa saja mengalami perubahan ke arah yang lebih nice! 

Setelah dirasa oke punya, baru deh dipublish, bestie! 

Nah, itulah empat tips yang biasanya aku terapkan ketika tulisanku tiba-tiba mandeg di tengah jalan. Mudah-mudahan tips ini bisa membantu, ya! Dan jika ada tambahan/masukan poin lainnya, monggo ya, gaes, feel free to add some more in the comment below. Thank youuu. 

Ah iya, teman-teman bisa juga baca tips tentang topik ini di blognya Mba April F, loh! Ada banyak tips menarik juga tuh di sana. 


Al, Jakarta, 12 Januari 2023

Sudah beberapa hari ini, anabul kesayangan, yang juga aku dan Intan sepakati sebagai anak lanang umi, terlihat lesu. Ga banyak bergerak seperti biasanya, karena memang anak lanang imut dan menggemaskan ini baru saja mengalami shock. 

Gimana enggak coba, sobs? Leo, anabul kicik British Short Hair kesayangan ini, bisa-bisanya tengah malam buta malah jatuh dari balkon belakang (lantai 2) jatuh ke basement. Kebayang donk betapa paniknya aku dan Intan saat menyadari si bocah bulu ini tak ada lagi di kamar? 

Senyap, Tak Berjawab

Biasanya tuh, Leo, kalo dipanggil pasti akan menjawab dengan meongan manjanya. Namun kali ini, saat aku baru selesai shalat isya (terkadang akutu suka shalat isya di tengah malam, huhu, jangan ditiru, ya, sobs), seperti biasa langsung manggil Leo, agar si bocah ikut aku ke atas untuk tidur.

Biasanya juga, di mana pun Leo berada, baik sedang tidur di bawah sofa, di bawah tangga, atau sedang main, dia akan tetap menjawab. "Meong..." sambil mendekat, menunjukkan dirinya. 

Nah, kali ini beda. No answer at all. Aku panggil donk berulang kali, hingga Intan pun ikutan bangun dari tidurnya. Menyadari tak ada jawaban, kita berdua pun langsung ngeri, sobs. Kebayang, ini Leo pasti sudah jatuh dari balkon belakang. Karena kemana lagi coba? Sementara ruangan kita ini cuma kamar kosan tipe mezzanine, yang lantai bawahnya untuk ruang duduk dan lantai atas untuk ruang tidur. 

Pasti lah Leo main-main di balkon belakang, manjat pagar balkon dan tergelincir. Atau jangan-jangan malah dia saking excitednya main sendiri, melompat terlalu tinggi ke pagar dan terpeleset ke bawah.

Tak membiarkan otakku untuk menganalisa lebih jauh, aku pun langsung bersama Intan turun ke basement. Jatuhnya pasti lah di area parkiran, karena di bawah kamar kami adalah area parkir. Suasana sepi, wong sudah tengah malam kan? 

Pak Yadi, the security guard pun heran, "Ada apa, Bu, cari apa tengah malam gini?" sapanya turut bergabung.

"Ini, Pak, si Leo, kucing kami sepertinya jatuh, deh. Dipanggil-panggil ga nyahut lagi, sepertinya sudah ga ada di kamar. Bapak ga lihat?"

"Wah, enggak tuh, Bu." 

Dan kita pun berpencar, lanjut mencari, memanggil-manggil Leo dengan suara khas. Aku sampai merunduk-runduk di bawah mobil yang letaknya pas di bawah kamarku. Dan... ya ampun, ternyata Leo sedang bertengger di ban depan bagian dalam mobil tersebut, ketakutan karena di dekatnya ada seekor kucing domestik yang mencoba mendekatinya. 

Hayyah, Leo..., kacian deh anak lanang umi ini. Kuraih dia, perlahan karena dia meronta, menolak untuk aku ambil, apalagi si kucing domestik juga meong-meong keras ke arahnya. Akhirnya berhasil juga aku raih Leo, dan membawanya ke dalam pelukan. 

Nak, nak! Udah Umi bilang jangan naik ke pagar, ga mau dengar, tuh bener kan, akhirnya jatuh?

Tapi bukan lah saatnya memarahi Leo yang terlihat ketakutan dan juga trauma. Badannya jadi kotor penuh debu, dan ya Allah, bagian mulutnya terlihat berdarah. Kami segera melarikan Leo kembali ke kamar, dan membersihkannya dengan tissue basah. 

Duh, sediiiih banget melihat kondisi Leo. Ga mungkin membawanya ke klinik hewan di tengah malam begini kan? Begini lah rasanya ketika anak sakit ya, moms? Lama sudah aku tak menimang anak kecil, sih, makanya ketika Leo hadir sebagai hadiah dari Intan sebulan lalu, aku merasa jadi kayak punya anak baik lagi. Apalagi Leo kan umurnya baru 5 bulanan, jadi tingkahnya pun persis anak bayi. Hehe.

Jadinya aku langsung teringat teman-teman moms blogger deh, yang sedang beranak balita atau bocil. Betapa panik dan risaunya jika mengalami hal-hal seperti ini kan? 

Tidur Lelap di Pangkuan Umi

Malam itu, tak banyak yang bisa aku dan Intan lakukan. Hanya membersihkan tubuh Leo dengan tissue basah, dan membersihkan darahnya dengan kapas yang aku basahi air. Ga berani memberikan betadine mengingat Leo kan anabul, juga masih bayi banget kan? Jadi kami ga berani mengambil resiko. 

Untuk menenangkan Leo, aku ninabobokan sambil menggendong dan mengayunya dalam pangkuan hingga dia tertidur. Alhamdulillah, ini bocah memang tak rewel, dan langsung aku tidurkan di sisiku begitu dia terlelap. Ah, Leo, what a good boy!

Visiting the Vet

Yup, takut kenapa-napa, keesokan harinya aku dan Intan langsung membawa Leo ke dokter hewan langganan. Antrian terlihat sedikit panjang, sehingga kami harus duduk sabar menanti giliran. Ada satu ibu setengah baya, pemilik anabul yang sedang antri dan duduk tepat di sebelahku, tertarik untuk ngajakin ngobrol bocilku. 

"Aduhai cantek, sakit apa kau nak-ku?" Sapanya dalam Bahasa Melayu. Ah, pasti orang Melayu Sumatera deh ini, batinku.

"Ini, tante, Leo jatuh dari balkon tadi malam. Kegesitan melompatnya, jadi terpeleset deh, dan terjun bebas." Jawabku mewakili Leo. Dan obrolan pun jadi panjang. Logat Bahasa Melayu si ibu membuatku kangen akan teman-teman Medan-Deli. Ih, udah lama juga aku ga pulang ke Medan. Beneran deh, jadi kangen!

Antrian per antrian, akhirnya sampai juga giliran Leo untuk bertemu dokter hewannya. Dan Alhamdulillah banget, setelah berbagai test yang dilakukan untuk melihat apakah ada cidera yang dialami oleh Leo, akhirnya dokter menyatakan bahwa tubuh Leo aman, ga cidera. Hanya saja pada bagian mulut dan bibirnya, tergores dan bengkak. 

Leo pun diberikan suntikan pereda nyeri, salap untuk dioleskan ke bibir dan mulutnya, dan suntikan vitamin agar selera makannya tidak berkurang. Alhamdulillah. Semoga Leo segera bisa aktif lagi ya, nak! Jangan sakit-sakit donk, sayang. Emak kan jadi kalang kabut kalo Leo mau pun kakak Intan sakit. Huhu.

Al, Jakarta, 20 December 2022


Hello, Bestie. Good morning, and how are you doing? Semoga pada sehat dan siap untuk memulai hari ini dengan semangat prima dan penuh rasa syukur, ya! 

Btw, bicara tentang rasa syukur, mantemans terbiasa menuliskan rasa syukur di sebuah buku/jurnal, atau hanya sekedar mengucapkannya di dalam hati atau suara, sih?

Kalo aku, bertahun lalu, biasanya hanya mengucapkannya saja, tanpa merasa perlu untuk menuliskannya, sih. Namun sejak fokus pada self-development beberapa tahun lalu, aku mulai menulis rasa syukur setiap pagi selesai my morning routine, di lembaran halaman buku cantik yang aku namai Gratitude Journaling Book. 

Awalnya memang sering ke-skip, tidak konsisten, namun kemudian menjadi suatu kebiasaan yang menarik dan memberi manfaat nyata bagi kebahagiaan diriku. This is amazing, loh! 

Apa sih Gratitude Journaling itu? 

Gratitude Journaling adalah untaian rasa syukur yang kita tuliskan secara harian di dalam catatan/buku harian/jurnal. Biasanya sih berisi minimal 7 rasa syukur yang kita rasakan di setiap hari, dituliskan di pagi hari setelah usai morning routine, atau di malam hari setelah usai beraktivitas harian. 

Memiliki jurnal ini terbukti mampu meningkatkan kebahagiaan, loh! Kok bisa? Karena dengan menuliskan ketujuh rasa syukur itu secara sadar ke dalam buku, secara tak langsung kita sedang memberitahu ke alam bawah sadar kita bahwa kendala apa pun yang akan kita hadapi di hari tersebut, akan sanggup kita hadapi karena kita telah dipenuhi oleh energi keberkahan dari Sang Pencipta. 

Membaca kejadian-kejadian baik (yang kita tuliskan di dalam gratitude journaling) akan sangat membantu kita ketika sedang berada di masa-masa sulit. Ini akan memanggil energi baik itu untuk hadir kembali, dan membuat kita seakan diselimuti kembali oleh energi kebahagian dan positivity. Mengingatkan kita bahwa badai akan berlalu, dan sesudah kesulitan pasti akan muncul kemudahan. 

Manfaat Gratitude Journaling 

1. Menurunkan Level Stres

Memfokuskan diri pada hal-hal positif, biasanya akan mengarahkan kita untuk tetap terkontrol, tenang, dan secara natural mampu menghindarkan diri dari perasaan stres yang berlebih. Kebiasaan bersyukur akan menuntun kita untuk menjaga diri secara lebih baik, berprilaku hidup sehat, dan memiliki kemampuan manajemen stres yang baik. 

2. Mendapatkan Perspektif Baru

Dengan menulis gratitude journal, kita dapat mulai mengamati dan melihat pola tentang apa saja yang menurut kita penting dalam hidup, sehingga akan membantu kita untuk mampu mengapresiasi tiap hal kecil yang kita alami dan hadapi. 

Selain itu, cara pandang kita terhadap suatu situasi tergantung pada sudut pandang yang kita gunakan. Disaat kita memilih untuk mencari hal-hal yang dapat disyukuri, perspektif kita dalam melihat suatu hal akan berubah dan kita mampu menyadari hal-hal yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. 

3. Memunculkan Self Awareness

Mengetahui hal apa saja yang penting dalam hidup dapat membantu kita untuk dapat lebih mindfull dalam memutuskan sesuatu. Kita dapat menjadi seseorang yang lebih bijaksana dalam mengambil keputusan karena kita mengerti hal apa saja yang benar-benar kita sukai. 

Nah, hal ini berguna banget dalam melakukan 'filtrasi' saat kita harus menentukan pilihan. Kita dapat menjadi pribadi yang tidak mudah hanyut pada arus dengan mengikuti apa yang banyak diikuti oleh kebanyakan orang. 

Self awareness juga berarti bahwa kita dapat mengenal diri sendiri secara lebih baik lagi, yang tentunya akan memberi manfaat positif dalam masa perkembangan emosional sekaligus spiritual. 

4. Sebagai Pengingat di Masa Sulit

Gratitude Journal secara tidak langsung membantu kita untuk mengingat hal-hal baik yang pernah kita alami, loh! Yang mana juga akan sangat membantu kita ketika menghadapi masa-masa sulit. Membuka buku gratitude atau gratitude journal, akan memberi pengaruh baik dalam memancarkan energi kebahagiaan. 

Memulai Gratitude Journal 

Nah, how to start? 

Sebenarnya tidak sulit, loh, bestie. Tinggal siapkan buku/jurnal dan alat tulisnya. Kalo aku, sengaja beli buku yang cantik, colourful pen, biar tulisannya cantik, dan menarik. Lalu komit/pasang niat di dalam hati untuk konsisten menulis jurnal gratitude secara harian. Bisa pilih jurnal gratitude pagi, atau jurnal gratitude malam. Atau kalo ingin menulis dua kali sehari, di pagi dan di malam hari juga boleh banget loh. 

Kalo aku sih, memilih di pagi hari saja, usai morning routine. 

Dan, ga harus di buku (hard copy) loh. Bisa juga menulis gratitude journaling itu secara softcopy/e-gratitude journaling). Misalnya dengan menggunakan aplikasi smartphone seperti Presently, atau Notes. 


Apa Yang Ditulis di Dalam Gratitude Journaling?


Ga ada yang saklek, sih. Aku tuh biasanya menuliskannya seperti ini, dan besoknya berubah lagi, sesuai dengan situasi/rasa syukur yang aku rasakan.

Jakarta, 24 November 2022

  • I am so so so grateful for My Lord who allows me to face this new day and getting much much better than yesterday. Thank you, thank you, thank you, My Lord, and the universe for the fresh air I am breathing and I am so thankful that I am able to breathe more comfortably than yesterday. 
  • I am grateful for everything coming to my way, whether the great or not-so-good ones. I am learning to accept this and use them as a tool for my learning journey. They all play an important part in shaping the better version of me. 
  • I am grateful for my mom and dad for their unconditional love and support for me and my daughter.
  • I am grateful for always my daughter's support and unconditional love that is being my weapon to continue this life. Thank you, thank you, thank you. 
  • I am grateful for being connected to many new wonderful people and amazing leaders so that I am able to learn so much from them in my journey toward my goal. Thank you, thank you, thank you.
  • I am so so so happy for the beautiful souls around me because having them made me easier to ignore the negative people who also surround me. I am thankful so so so much for these beautiful souls, your love, encouragement, and support hold me accountable for my action. Thank you, thank you, thank you. 
  • I am grateful for all my support systems, who are always available anytime I faced the challenges in my life.

Nah, bestie, ini hanya sekedar contoh, dan ga harus sama seperti ini. Bisa disesuaikan dengan apa yang teman-teman rasakan. Karena rasa syukur setiap orang tentu berbeda-beda khaan?

Ah, iya, jangan lupa juga untuk selalu bersyukur dan berterima kasih kepada tubuh kita, yang telah dengan setiap menopang kita, menjadi kendaraan kita di dalam berkegiatan apa pun yang kita inginkan. Berterima kasih, dan menghargai tubuh kita dengan memberinya nutrisi yang cukup dan pantas, adalah bentuk rasa terima kasih dan apresiasi kita baginya kan?

Menjaga kesehatan tubuh juga adalah bentuk self-love yang pastinya dibutuhkan dan akan membuat tubuh kita happy. Btw, bicara tentang kesehatan tubuh, aku jadi teringat dengan Mba Hidayah Sulistyowati,  seorang blogger kesehatan asal Semarang, yang di dalam blognya tuh banyak ngebahas tentang tips-tips kesehatan, coba deh main ke blognya, bestie, ada juga kiat tentang Self-Love, loh di sana. 

Salam,
Al, Jakarta, 24 November 2022

Hello, besties! Membaca judul di atas, pasti akan membawa ingatan kita ke kasus kekerasan dalam rumah tangga yang masih hangat diperbincangkan itu gak, sih? Iya, kisah KDRT yang dialami oleh Lesti Kejora. Dan pasti masih ingat banget donk tentang kisah perjalanan dan tindak lanjut hingga ujung dari KDRT yang dilakukan sang suami, Rizky Billar, terhadap sang istri yang imut kecil mungil itu? 

But..., dalam artikel ini, aku tak hendak mengajak teman-teman untuk membahas kisah dan kasus mereka sih. Selain karena sudah banyak yang membahasnya, juga pasti lah kita sudah harus move on donk dari huru-hara berita seputaran mereka terus?

Etapi, bicara tentang kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT, masih banyak orang yang beranggapan bahwa suatu tindakan baru digolongkan ke dalam KDRT, apabila sudah menyangkut penganiayaan fisik. Padahal..., ada beberapa tahapan yang seharusnya sedari dini sudah kita pahami dan waspadai agar kita tidak memberi space/ruang bagi terjadinya kekerasan fisik itu sendiri. 

Lah, emang ada tahapannya, Al?

Ada, donk. Dan dalam artikel ini, aku ingin mengulas beberapa tahapan KDRT agar kita waspada dan tidak memberi kesempatan untuk berlanjut ke hal-hal yang mengerikan dan membahayakan jiwa, ok? 

Namun sebelum membahas tentang tahapan KDRT ini, aku ingin mengingatkan kembali bahwa yang namanya KDRT ini bukan saja terjadi antara suami istri, namun bisa juga terjadi oleh orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, kakak terhadap adik, atau justru adik terhadap kakak, atau pun anggota keluarga lainnya, ya, bestie? 

Tiga Tahapan KDRT: Mulai dari Kekerasan Verbal, Ekonomi, hingga ke Kekerasan Fisik

1. Kekerasan Verbal

Bicara tentang kekerasan, kekerasan yang satu ini sering TIDAK dianggap sebagai bentuk kekerasan, dan sering ditoleransi sebagai sikap yang sudah menjadi karakter sang pelaku. Bahkan masih banyak para korban yang mencoba untuk 'nerimo' sambil 'mengelus dada' terhadap prilaku ini. 

Padahal kekerasan verbal ini memiliki dampak signifikan di dalam menjatuhkan mental/psikis si korban., baik itu dilakukan dengan tanpa disadari oleh pelaku atau memang dilakukan dengan sengaja. Membuat korban menjadi rendah diri, kurang kepercayaan diri, bersedih hati, kehilangan semangat hidup, bahkan ada yang sampai berniat untuk mengakhiri kehidupannya atau bunuh diri. 

Bentuk-bentuk kekerasan verbal dapat berupa ucapan atau bahasa tubuh yang disadari atau tidak, disengaja atau tidak, membuat pasangan, anak, atau anggota keluarga yang dituju menjadi rendah diri. 

Contoh:

  • Ucapan/kata-kata kasar (hamburan jenis hewan yang ada di kebun binatang, sumpah serapah, ejekan, pelecehan sikap/kata, dan lain sebagainya). 
  • Bahasa tubuh yang merendahkan orang yang dituju/korban.
  • Menuduh/menyalahkan korban
  • Berdebat tanpa ujung
  • Manipulasi
  • Dan lain sebagainya.

2. Kekerasan Ekonomi

Kekerasan dalam bentuk ini disebut juga sebagai penelantaran ekonomi keluarga, dan secara umum korban dari kekerasan ini adalah perempuan dan anak-anak. Tidak hanya terhadap rumah tangga yang mengalami perceraian/perpisahan, namun banyak juga terjadi di mana seorang suami/ayah menelantarkan perekonomian keluarganya. 

Lalu pertanyaannya adalah, apakah tindakan ini bisa dilaporkan sebagai tindakan KDRT atau tindakan yang melanggar hukum? 

Jawabannya; BISA. Hanya saja, banyak sekali kasus-kasus seperti ini yang tidak dilaporkan kepada polisi untuk ditindak sebagaimana mestinya, sehingga semakin sedikit yang diselididi, disidik, dan dituntut di depan pengadilan. Data yang tersedia baik di tingkat regional mau pun tentang kekerasan jenis ini pun sangat sedikit jika tak ingin kita sebut langka, padahal begitu dibutuhkan dalam menetapkan berbagai kebijakan untuk mencegah merajalelanya bentuk kekerasan ini.

3. Kekerasan Fisik

Nah, kekerasan yang satu ini seringkali merupakan KDRT pada wanita dan anak-anak, dimana seorang suami atau ayah, karena satu dan lain hal, dengan mudahnya melayangkan tangan, kaki, atau menggunakan benda-benda lainnya untuk menganiaya istri atau pun anak-anaknya. Ada banyak sekali kisah yang kita temukan di masyarakat, baik yang berada di sekitar kita secara langsung, atau yang kisahnya kita baca atau tonton dari media. 

Namun, walau secara umum kekerasan fisik pelakunya sering didominasi oleh kaum laki-laki, tak berarti bahwa kaum perempuan tidak pernah menjadi pelakunya. 

Ada banyak juga kasus kita temukan di mana ibu-ibu melakukan kekerasan atau KDRT terhadap anak-anak, atau malah terhadap suaminya. 

Apakah bisa ditindak atau dipidanakan? 

Tentu saja, SEJAUH ada laporan dari pihak korban, agar polisi bisa melakukan tindak lanjut. 


Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghentikan/mengurangi tindakan KDRT

Untuk keluar dari kekerasan rumah tangga ini, apa pun bentuknya, tentu harus dimulai dengan keberanian diri untuk menghentikannya. Dimulai dengan mengambil sikap ini, nih, bestie.

1. Niat. 

Katakan pada diri sendiri (jika kamu menjadi korban KDRT), "That's enough, atau cukup sudah. Aku tak akan membiarkan diriku menjadi korban kekerasan lebih lanjut di dalam rumah tanggaku. Aku harus membela diri dan harga diriku."

Kenapa niatnya harus seperti ini?

Karena kita perlu menanamkan prinsip ke alam bawah sadar bahwa kejadian KDRT ini tidak boleh berulang kembali. 

2. Bicara Langsung Kepada Pelaku atau Cari Juru Bicara

Baik suami atau istri yang menjadi korban KDRT, maka sebaiknya langkah berikutnya adalah duduk dan bicara antar kedua belah pihak, suami dan istri, selaku orang dewasa. Jika ga berani, takut di-KDRT-kan lagi, maka cari penengah/facilitator, sebelum mengambil langkah membawa kasus ini ke yang berwajib. Karena jika sudah melapor, maka polisi akan menerima laporan dan menindaklanjuti. Jangan sampai ketika pihak yang berwajib sedang memproses kasusnya, eh kita malah mencabut laporan.

3. Melapor ke Pihak Berwajib

Yess, setelah duduk, berbicara, dan tegaskan sikap, maka lanjutkan ke pihak yang berwajib, jika dirasa itu adalah tindakan yang harus segera dilakukan. Selain memberi efek jera kepada pelakunya, juga agar semakin banyak data yang masuk, dan menjadi contoh bagi warga masyarakat lainnya agar bersikap lebih hati-hati.

4. Minta Bantuan Profesional

Meminta bantuan profesional dalam menghadapi kasus ini juga bisa menjadi jalan keluar yang baik dalam menghindari diri dari depresi selama proses berlangsung. 

Nah, besties, semoga tulisan ini bisa menjadi soft reminder bagi kita semua ya, agar terhindar dari prilaku KDRT, ya!

Salam,

Alaika, Jakarta - 21 November 2021

Hm, udah lama banget nih ga menulis tentang anak perempuan tersayang. Intan. Untuk teman-teman yang adalah generasi blogger jadul, aku yakin banget pasti masih inget donk dengan putri semata wayang aku, yang dulunya, saat kita masih rutin update harian tentang our daily life on the blog, kita terbiasa bertutur tentang anak-anak kita? Hehe.

Ah, time flies! Intan udah tumbuh menjadi seorang perempuan muda berbudi pekerti luhur, sehat, smart, dan cantik. Masyaallah tabarakallah. Alhamdulillah ya Allah. Dan semoga anak-anak kalian, temen-temen 'blogger jadul' juga mengalami progres signifikan yang menenangkan jiwa dan bikin hati bahagia, ya! 

Malam ini, setelah dapat ijin dari Intan, aku pengen menulis tentangnya. Iya donk. Kalo jaman anak-anak ini masih kecil, kita bisa dengan bebas menyusun diksi membentuk cerita, berkisah tentang mereka ya? 

Nah, sekarang? Aku yakin bahwa temen-temen juga pasti kudu ijin dulu pada anak masing-masing jika ingin menulis tentang mereka, ya gak sih? 

Sekilas tentang Intan

Saking lamanya tidak berkisah tentang putri semata wayang ini, aku lupa update terakhir tentangnya kapan ya? Hm, kayaknya saat Intan lulus dari Labschool dan berhasil masuk ke President University, deh, ya? Dan sejak dia ngampus, aku sudah tak pernah lagi berkisah tentangnya, karena apa-apa kudu ijin dulu padanya kan? Haha. 

Dan berbeda dari emaknya yang eksis dan narsis ini, haha, nah Intan tuh kagak. Anak cantikku ini kurang suka diekspos, padahal begitu banyak kisah menarik juga penuh tantangan yang dia jalani saat ngampus di sana. Sehingga vakum lah cerita tentangnya, paling secuplik dua kisah tentangnya sebagai caption saat aku sesekali upload foto berdua dengannya di Instagram. 😊

Balik lagi tentang Intan. Alhamdulillah, anak gadisku ini memiliki sifat supel, friendly, dan berjiwa sosial tinggi, sehingga tak sulit baginya untuk membangun network dengan siapa pun, bahkan dengan orang yang baru dikenalnya. Sifat ini pula yang berkontribusi baginya, sehingga tak lama seusai wisuda, Intan berhasil diterima di sebuah lembaga international yang memang menjadi impiannya sejak lama, yaitu Lembaga PBB, tepatnya UNDP (United Nation Development Program). 

Dan walau emaknya ini juga pernah bekerja di lembaga ini, namun dengan tegas Intan memastikan bahwa dirinya masuk ke sana karena network yang dia jalin sendiri, dan memang layak untuk bekerja di sana. Ah, Nak. Emang siapa yang minta diakui bahwa kamu tuh masuk ke sana karena Umi? Hehe. No body! 

Alhamdulillah, tak terhingga rasa syukurku kepada Allah, yang selalu memudahkan langkahnya. Dan dengan setia aku menuliskan kebahagiaan ini sebagai salah satu dari 7 poin rasa syukur yang biasa aku tuliskan pada jurnal syukur cantik, yang setia menampung curahan rasa syukur harianku. 

Prince Leo - Kado Terindah dari Intan

Dan..., tiba lah kita pada pembicaraan ini. Tentang kado terindah dari Intan. Hihi.

Jadi tuh, sejak tahun lalu, Intan resign dari kantor lama untuk bergabung kembali ke ASEAN Foundation, dan dipercaya untuk turut serta mengawal project yang didanai oleh Google melalui kantornya ini. Ruang lingkup kerjanya adalah di 10 negara ASEAN, sehingga Intan dan timnya perlu melakukan mission (perjalanan dinas) ke 10 negera ASEAN ini. 

Nah, karena sudah sering aku larang untuk belikan aku oleh-oleh, dan sebaiknya uang dari missionnya ini ditabung saja, atau dibelikan emas or crypto coin, kali ini, sepulang dari Brunei, Intan malah menghadiahi aku sesuatu yang bener-bener di luar dugaanku! Dan bikin aku langsung nangis! 

Aku dan Intan memang penyayang kucing. Dan sejak Hazel hilang, aku sudah memutuskan untuk tidak lagi memelihara anabul lucu itu, deh. Sakit, kalo sempat ngalami kehilangan lagi. 

Eh suatu hari, temannya Intan nitip dua ekor anabul jenis british shorthair, yang ternyata emang gemesin banget! Secara cepat Chio dan Kimmy (kedua anabul tersebut) lengket denganku, dan aku pun jatuh hati. Tapi yang namanya dititip, aku tentu menyiapkan diri untuk melepas mereka kembali ke pemiliknya saat dijemput pulang donk. 

Jadi ketika sebulanan kemudian, apa dua bulan ya, lupa. Kimmy dan Chio pun dijemput oleh pemiliknya. Walau sedih, tentu kami melepasnya dengan suka rela lah. Dan seorang teman Intan lainnya, malah menawarkan in case aku dan Intan mau adopsi salah satu anabul mereka, karena ga mungkin dibawa pindahan ke kota lain.

Pucuk dicinta ulam pun tiba donk. Apalagi anabulnya syantik imut menggemaskan. Jenis Persia kayaknya. Sudah ditanya pula oleh temannya itu aku mau pilih yang mana. Dan kami pun memilih donk. Beli peralatan makannya, litter box, dan lainnya. 

Ealah..., tunggu punya tunggu, ternyata para anabul itu justru diadopsi oleh orang lain dan kami tidak kebagian. Sedihnya hatiku..... (jadi kayak lagu apa ini ya?) Pokoknya sedih dan kecewa. Murung lah pokoknya. 

Intan berusaha menenangkan emaknya ini. Mana dia mau berangkat ke Brunei pula saat itu, dan emak bakalan tinggal sendirian. Intan bisikin, "Mi, sabar ya, nanti kita cari anabul lain aja ya. Kita minta sama Allah yuk, Mi."

Aku memang membiasakan sejak Intan kecil, apa pun itu, jangan lupa minta ke Allah, pasti akan dikasih. Dan....?

Sepulangnya Intan dari 5 days missionnya ke Brunei Darussalam, dia bergerak dalam diam. Dan pas hari H-nya (hari kedatangan si anabul), aku diajak menjemput ke kantor ekspedisinya. Masyaallah. Air mataku menetes menyaksikan anak bayi lanang ini. 

Akhirnya punya anak lanang juga! A british shorthair. 

Ini mah sudah kece. Di saat kedatangannya, dikirim dari Jawa Timur, anak lanangku ini masih cemong-cemong, mungkin karena hanya bisa mendekam di dalam pet cargonya tanpa bisa leluasa bergerak, makan tidur dan pup-pee, juga di dalam kandang yang sempit gitu, akhirnya jadi cemang cemong dan bau pup! Hihi.

Namun yang namanya penyayang anabul, aku tak peduli dengan aroma menyengat itu. Dan si anabul pun seperti mengerti my welcoming language! Dia mengeong manja. 

Hihi, iya, manjaaa. Gimana ga manja, umurnya baru tiga bulanan! Dan Masyaallah, ini kaka Intan mengeluarkan dana berapa untuk mengadopsi kamu, nak? British shorthair umur 3 bulanan kan sudah diatas belasan jutaan ya? 

Namun jawaban Intan apa coba, bestie, saat aku desak harga yang harus dia keluarkan?

"Mi, udah, untuk kali ini ga usah umi tanyain berapa-berapanya ya, Mi, plis, yang penting Umi doakan saja agar rezeki Intan ditambah Allah melebihi yang sudah Intan keluarkan. Doakan saja kita semua sehat, dan murah rezeki, ok, Umi sayang?"

Ah..., speechless eikeh, bestie!

Tak menunggu lama, anabul itu kami bawa pulang, dan mandikan sendiri di kosan, karena di beberapa petshop yang kami hubungi tidak tersedia air panas, sehingga dikuatirkan jika anabulnya mandi air dingin, makin stress. 

Jadilah kami mandikan sendiri dengan air hangat di rumah, dan Masyaallah, walau baru berusia tiga bulanan, si anabul ini sangat human friendly, ga galak, nurut pula saat dimandikan. 

Leo, tepatnya Prince Leo, kami beri nama. Anak lanang pertama umi, Intan sibling, kata Intan. Haha. 

Welcome home, Prince Leo. Umi and Sist Intan love you to the moon and back! Makasih ya, Anak Umi sayang, udah ngasih Umi hadiah seindah ini. All of life comes to you with ease, joy, and glory, Nak. Aamiin ya Allah.


Al, Jakarta, 16 November 2022



Dulu banget, aku ga pernah lepas dari buku saat traveling! Baik itu traveling dalam rangka mission/dinas ke luar daerah atau pun luar negeri, mau pun saat traveling dalam rangka leisure atau jalan-jalan saja. 

Namun makin ke sini, seiring dengan semakin mudahnya koneksi internet melalui genggaman tangan, atau ipad kesayangan, dan kemudahan mengakses beraneka-ragam movies yang tersedia di dalam gadget tersebut, dengan hanya berlangganan Netflix, Disney, atau aplikasi penyedia film lainnya, maka kebiasaan membawa buku ketika sedang traveling pun, bagiku, terkesampingkan. Audio visual menjadi begitu menarik dan menghibur. 

Bahkan, dengan kecanggihan teknologi masa kini, kebiasaan membaca buku pun kini teralihkan ke dalam bentuk audio gak sih? Kalian termasuk ke dalam golongan yang suka mendengarkan audio book, atau masih berada dalam tim baca buku? 

Dan bagi yang suka membaca buku, kalian termasuk ke dalam tim baca buku fisik atau sudah beralih juga ke dalam bentuk ebook? Hehe. 


Namun...., secanggih apa pun teknologi, jika koneksi sedang bermasalah, atau ketika kita sedang dalam perjalanan ke daerah yang poor connection, atau ke daerah yang justru no connection sama sekali, maka kehadiran buku sebagai teman perjalanan tentu akan sangat membantu, ye khan bestie? Terutama bagi para book reviewer nih, ga mungkin banget lah ya pisah dari yang namanya buku? Hehe. 

5 Manfaat Bawa Buku Saat Traveling

Nah, bicara tentang buku, berikut aku ingin mengingatkan diriku sendiri lagi nih, tentang manfaat membawa buku dan membacanya saat sedang traveling. Yuk, simak, yuk, siapa tau kan jadi menambah semangat kamu juga nih, bestie, untuk menggalakkan kembali hobi membaca kamu yang sempat tergantikan oleh nonton movies, misalnya, atau tergantikan oleh hobi-hobi lainnya.

1. Buku, adalah teman perjalanan terbaik bagi para solo traveler. 

Baik kamu adalah seorang blogger traveler, atau seseorang yang sedang dalam perjalanan ke suatu tempat sendirian, maka buku adalah sahabat terbaik dalam mengatasi rasa jenuh. Membaca buku akan membuat rasa bosan terobati, karena pikiran kita teralihkan ke dalam bacaan yang sedang kita lahap. Jadi nambah insight juga kan? 

2. Sebagai Pengganti HP, sehingga HP-nya bisa istirahat sejenak.

Yup, semakin ke sini, kita semakin sulit deh untuk lepas dari yang namanya gadget kan? Ada aja alasan agar kita tetap buka HP dan melakukan check and recheck. Cek email lah, buka Media Sosial lah, dan lain sebagainya. Yang pasti, kita terpapar radiasi yang dihasilkan HP sehingga berpotensi merusak otak bahkan tubuh kita. 

Nah, dengan adanya buku, maka peralatan yang selalu dalam genggaman itu bisa rehat sejenak, menjauhkan kita dari pengaruh radiasi tadi, juga membantu kita untuk mengurangi kecanduan terhadap penggunaan HP. Juga pastinya bisa menjaga keawetan HP khaaan?

3. Menenangkan Hati

Yes, membaca buku, menurutku bisa banget bikin hati dan pikiran rileks. Kerasa ga, sih, bestie? Tapi balik lagi ke materi/genre yang kita baca, sih, ya? Makanya, jika memang tujuannya adalah untuk relaksasi, maka bacalah buku-buku yang bergenre demikian, jangan baca yang tentang peperangan, gossip, atau hal-hal negatif lainnya, ya! Hehe. 

4. Menambah Pengetahuan

Sudah pasti, donk! Membaca buku pasti akan menambah pengetahuan, karena buku adalah gudangnya ilmu. Asalkan membaca bukunya dengan serius loh, ya, bukannya lompat sana turun sini. Hehe. 

5. Menambah Pengetahuan

Yup. Terkadang pengetahuan kita mentok akan sesuatu. Misalnya tentang bagaimana melakukan trading forex. Bisa saja sih kita mendapatkan ilmu dari internet, namun biasanya tersedia dalam potongan-potongan yang tidak lengkap kan? Atau yang memang ujung-ujung artikel/videonya mengarahkan kita untuk mengikuti kursus atau membeli buku panduan lengkapnya. 

Nah, belajar dari buku khusus yang memang ditulis untuk hal-hal spesifik tersebut, tentu saja akan memperkaya pengetahuan kita. 

Dan, selain dari lima poin di atas, ada banyak lagi loh manfaat membaca buku. Yuk, bestie, tambahin poin lainnya di kolom komentar, yuk! 

Al, Jakarta -15 November 2022

Bali, siapa yang tak ingin berkunjung, berlibur, atau malah berkegiatan atau living there coba? Pulau dewata ini memang selalu saja menarik minat banyak orang, termasuk aku, yang udah sejak lama menanamkan keinginan untuk bisa duduk manis, menuliskan lanjutan novel Selingan Semusim yang sudah ditunggu-tunggu lanjutannya oleh pembacaku, di sana. 

Ah, Bali, aku tuh memang pengen banget deh ke sana. Tidak hanya untuk writing the novel, tapi juga living my life as the digital nomad. Kayaknya asyik banget ya, menikmati keunikan pulau dewata itu. Bersosialisasi dengan masyarakatnya yang ramah dan baik hati, menikmati alamnya yang indah dan menakjubkan, serta, hm...., bersyukur karena diberi kesempatan oleh-Nya untuk menikmati kehidupan ini. 

Bali, oh Bali.... 


Hm, apakah kini saatnya? Toh Intan sudah mandiri, bekerja dan malah sering mission ke luar kota dan luar negeri, ayahku, sudah setahun beristirahat di alamnya yang baru, dan ibu juga sudah di kampung halaman. Menimang cucu cantik (anaknya adikku) yang baru saja lahir bulan lalu. 

Lalu aku? 
Ah, ini masaku, menikmati kehidupanku. Intan juga mendukung banget sih, agar uminya mulai enjoying this life sesuai dengan yang aku inginkan. Which is stay in Bali, atau di mana pun yang aku suka, dengan tentu saja keep in touch with her. Thank to technology, btw, untuk kemudahan berkomunikasi dan menghubungkan aku dan Intan, bahkan sejak dia kecil dulu, saat aku harus on mission (dinas luar) atau jauh darinya secara fisik. 

Back to Bali. Tapi aku kok kayaknya malah ingin ke Balinya melalui kereta api, ya? Dan melakukan perjalanan estafet gitu. Aih, belum apa-apa aku udah excited sendiri, nih gaes! Haha.

Udah kebayang nih perjalanan estafet ini, dimulai dari Jakarta, turun di Yogyakarta. Stay there for two or three night, menikmati Malioboro dan sekitarnya, dan meet up dengan teman-teman blogger Yogyakarta.

Lalu perjalanan lanjut ke Surabaya. Yuhuu. Stay dua harian, baru kemudian main ke Lamongan dulu. 

Eh, ke Lamongan ngapain, Al? Emang ada sodara di sana? 

Ada donk. Kebetulan aku punya uwak yang sudah lama banget merantau ke Lamongan, dan ibu sempat nitip pesan in case aku ke Surabaya, usahakan untuk sowan ke tempat Uwak di Lamongan. Jadi walau pun nginepnya nanti di Surabaya, pas banget lah ya! Dan bicara tentang Lamongan, sudah pasti donk aku juga pengen kopdaran dengan teman-teman Blogger Lamongan! Seru deh pastinya. 


Surabaya - Bali. 

Nah, tinggal selangkah lagi nih. Dari Surabaya bisa naik kereta dari Stasiun Gubeng. Dan menurut panduan yang aku baca-baca dari beberapa traveler sih, bisa naik kereta api Probowangi tujuang Ketapang Banyuwangi dengan tarif yang ternyata murah banget, euy! Hanya IDR. 56 K dengan waktu tempuh sekitar 7 jam. 

Turun di Stasiun Ketapang Banyuwangi, tinggal jalan kaki sekitar 600 m ke Pelabuhan Ketapang. Atau bisa naik angkutan umum lah ke Pelabuhan ini. Naik kapal feri ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali dengan tarif kece badai, hanya IDR. 8.500 per orang. Woww!! Seriously??

Turunnya nanti di BALI. Yuhuuu. Semurah itu ternyata, yaaa? Dan sudah pasti asyik karena perjalanannya estafet. Ya setidaknya bagiku itu sih masuk ke dalam kategori asyiiiik! 

Where to Stay in Bali dan mau kemana saja di Bali? 

Nah, ini! Inginnya tinggal minimal sebulanan di sana. Jadi bisa semingguan di Bali Selatan, menikmati Kuta, Seminya, Canggu, Nusa Dua, dan Jimbaran. Menulis di pantai, menikmati semilir angin sepoinya, atau menikmati hempasan ombak yang menjilat jemari-jemari kaki yang telanjang tanpa balutan sepatu atau sandal. It is lovely, isn't it? Hehe. 


Lalu beralih ke suasana tenang persawahan Ubud, menikmati sesi yoga yang menghadap ke hutan, dan bercengkrama dengan damainya alam Ubud, Kintamani, dan Tegallalang di bagian Bali Tengah. 

Minggu berikutnya, setelah menikmati ketenangan dan damainya alam, kita pun bisa beranjak ke bagian timur Bali. Menikmati pantai Sanur, Amed, dan Karangasem. Belajar menyelam, atau menjelajah gunung berapi yang masih aktif? Oh, nooo. What an excitement!


Bali, oh Bali.... 


Al, Jakarta, 5 November 2022

Dunia media sosial khususnya Instagram dan Tiktok heboh! Bergemuruh oleh kehadiran seorang perempuan Indonesia yang tinggal nun jauh di belahan dunia lain, namun vibes-nya menggelegar ke seantero nusantara! Bahkan ke berbagai belahan dunia, di mana ada rakyat Indonesia di dalamnya!

Ups. Langsung pada ngeh ya siapa yang aku maksud? Hihi. Yess. Bener banget, bestie! Bunda Corla!

Bunda Corla

Yup, dunia pertiktokan gemuruh dengan cuplikan-cuplikan live si bunda Corla, yang amazingly mampu menyedot ratusan ribu penonton pada platform Instagram, lalu cuplikan-cuplikan ini diposting pada platform sebelah oleh para Tiktoker untuk menjadi konsumsi para penduduk di dunia Tiktok. 

Ajaibnya, seperti yang kita saksikan sendiri, cuplikan-cuplikan tersebut menjadi viral, dan semakin mendongkrak ketenaran si bunda, yang memang sudah tenar. 

Bukan rahasia umum lagi bahwa yang nongkrongin live si bunda di platform berwarna merah tersebut adalah para artis ternama, seperti Soimah, Saskia Gotic, Siti Badriah, dan nama-nama tenar lainnya, plus para pemilik akun Instagram centang biru, dan pastinya, para Instagramer lainnya, yang pastinya merasa terhibur dengan kehadiran si bunda, yang memang tampil apa adanya, humble, bawel, dan ceplas-ceplos.

Seketika, para penonton merasa terhibur, stres pun hilang, karena ikutan ngakak berjamaah dengan si bunda. Termasuk aku juga, loh, yang langsung merapat begitu dapat notif dari Instagram bahwa si bunda is live. Walau ga mantengin sepenuhnya, karena berbagai aktivitas lainnya, namun aku memang keluar masuk ke live si bunda, demi menyaksikannya cuap-cuap bergembiri, dan merasakan vibes positifnya yang memang bikin aku turut hepi. 

It is About The Attitude

Namun bukan lah hal ini yang ingin aku bahas, sih, melainkan tentang banyaknya para pemilik akun tiktok yang 'numpang viral' alias pansos a.k.a panjat sosial dengan memberikan komentar-komentar negatif, julid, dan pedas terhadap si bunda. 

Mencoba 'memancing' di air keruh. Ngejulidin Bunda Corla agar anak-anak online-nya si bunda Corla emosi, dan berkomentar di lapaknya. Semakin banyak yang berinteraksi di postingan tersebut, baik like mau pun komentar, nantinya oleh platform akan dianggap sebagai postingan yang menuai banyak interaksi kan, sehingga akan direkomendasi ke viewer lainnya, dan berpotensi VIRAL.

But..., apakah demi viral kita harus menjelekkan orang lain? That is the point!

Yup. Ibarat hidup bebas mengenyam kemerdekaan di dunia digital, tidaklah berarti bahwa kita pun bebas dalam meninggalkan jejak digital semau gue. Ada kaidah atau tata krama yang sebenarnya masih tetap kita junjung tinggi, toh?

Kehidupan di dunia digital itu kan sama persis seperti kehidupan kita di dunia nyata? Pelaku di balik akun-akun tersebut adalah manusia, toh? Kalo pun ada yang bot atau robot, toh tetap dikendalikan oleh manusia?

Begitu juga dalam bermedia sosial. Sebebas-bebasnya kita dalam berinteraksi, di dalam upload konten, atau berkomentar di akun atau postingan orang lain, tetap saja sih, menurutku, tata krama atau attitude harus dijaga, ya, gak, sih, bestie? 

Janganlah sampai kita menggores hati orang lain karena keluwesan jemari kita merangkai kata, ketajaman lidah kita berucap di dalam produksi VT (video), hingga terciptalah ujaran kebencian, perbuatan tidak menyenangkan, yang ujung-ujungnya justru menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Berujung pada tuntutan hukum jika orang yang kita cela/julidin ga terima sikap kita tersebut. Ye khaan?

Balik lagi ke Bunda Corla, salutnya tuh, si bunda tetap menjadi dirinya sendiri, terlepas apa pun komentar buruk yang datang terhadapnya. She doesn't care. Yang penting dia ga nyenggol duluan. Kalo pun dia balas komentar terhadap orang yang ngejulidin, lebih ke bentuk balasan yang EGP (emang gue pikirin), haha. Salut deh akutuh sama si bunda ini. 

Bunda Corla, cerminan khas anak Medan

Yup, dari pertama menonton cuplikan live si bunda yang diupload oleh beberapa akun Tiktoker di Tiktok, aku sudah langsung jatuh hati pada perempuan Medan yang sudah sekian tahun merantau di German ini. Kesederhanaannya, rasa syukurnya dalam menjalani dan memaknai kehidupannya, kebahagiaannya bekerja di salah satu resto cepat saji di Jerman itu, dan cerita kesehariannya yang dibagikannya tanpa jaim dalam setiap Live sessionnya, bener-bener membuatku salut dan appreciate banget akan attitudenya.

Gimana, ya? Emang sih, Bunda Corla ini kalo ngomong asal bunyi, sih, ya? Tapi emang begitu sih mamak-mamak Medan. Aku 9 tahun tinggal di Medan, dan memoriku langsung balik sempurna akan bahasa Medan sana, begitu mendengar bunda cuap-cuap dalam live-nya. 

Hamburan kata-kata khas Medan pun, yang mungkin bagi telinga sebagian orang terdengar kasar, dan dijadikan cela untuk menjulidinya, menurutku yang anak medan ini, sih, biasa aja. Lumrah, bagi kami anak medan. Mau digimanain lagi, emang udah begitu. Yang pasti, sebelum menghakimi, menurutku sih, tonton dulu sejenak live si bunda, jangan ujug2 ambil kesimpulan sepotong-sepotong. 

Kecuali emang mau pansos dengan cara menjatuhkan orang lain, itu aku no komen ya. Etapi, aku sempat bikin vt khusus juga sih di Tiktok, nge-stitch sesembak yang hobby banget pansos dengan ngejulidin si bunda. Habis, geram akutuh! Hehe.

Bunda Corla Mau Mudik?

Nah, udah dengar donk bahwa Bunda Corla mau mudik tahun depan? Sekitar Februari kalo ga salah ya? Wuih, asyik banget nih bagi teman-teman travel blogger Medan, bisa curi-curi kesempatan untuk kopdar dan ngajakin si bunda jalan-jalan di Medan donk ini..? Pasti bakalan seru nih, bertemu secara langsung dengan sosok fenomenal yang menjalani hidupnya dengan penuh rasa syukur, apa adanya, dan berhati lembut penuh tanggung jawab terhadap keluarganya.

Ah, kira-kira si bunda bakalan ke Jakarta enggak ya kalo mudik nanti? Pengen juga donk, kopdar dengannya! Hehe.

Al, RS. Siloam Hospital, Jakarta
24 Oktober 2022






Hey, hey, hey! Semoga pada sehat, ya! 

Ada yang keranjingan nonton drama series yang bercerita tentang kehidupan dan aktivitas para dokter, terutama dokter bedah di sebuah rumah sakit ternama? 

Nah, aku mulai kena racun serial-serial seperti ini, sebut saja serial Grey Anatomi, the Resident, dan the Good Doctor. 

Ah, serial-serial ini beneran bikin aku kesemsem untuk tidak melewatkan satu pun dari serialnya. Walau kisah-kisah yang mereka perankan atau gambarkan di sana tidak lah seutuhnya persis seperti yang terjadi di alam nyata, namun sudah pasti, ada banyak sekali pembelajaran dan insight yang aku dapatkan dari menonton episode demi episodenya, dan sudah pasti aku tonton secara urut season demi seasonnya.

Dan bicara tentang serial para dokter-dokter kece ini, yang kehidupan seksual mereka juga mencengangkan, hihi, aku jadi pengen mengulas tentang serial yang berkisah tentang seorang ABK (anak berkebutuhan khusus) dalam hal ini 'anak autis', yang ternyata justru mampu menjadi seorang dokter bedah yang mumpuni. 

About The Good Doctor

the Good Doctor
dr. Shaun Murphy

Drama seri yang aku bahas ini adalah serial yang diremake oleh ABC (American Broadcasting Company), yang terinspirasi dari kisah inspiratif dra-Kor yang berjudul hampir sama, yaitu Good Doctor yang diperankan oleh Park Jae-Bum, 2013. 

Nah, versi American-nya diperankan oleh Freddie Highmore, sebagai dr. Shaun Murphy, dan menjadi suatu tontonan yang menurutku sangat menarik untuk diikuti. Ga bikin bosen! 

Episode awalnya saja, dimana diperlihatkan tentang kisah perjalanan si anak autis a.k.a dr. Shaun Murphy, menuju salah satu rumah sakit ternama (RS. San Jose St. Bonaventure), untuk interview pekerjaannya di sana, justru terkendala oleh suatu peristiwa tak terduga, yang menarik dirinya menjadi pahlawan ajaib terhadap seorang anak yang secara tak terduga terkena pecahan kaca dari billboard bandara yang terjatuh dari gantungannya. Mengenai leher si anak dan mengalami pendarahan parah. 

Kerumunan terbentuk, menyaksikan si anak dibantu oleh seseorang yang mengaku dirinya adalah dokter. Namun Shaun menangkap ada yang keliru di dalam tindakan tersebut dan mencoba mengoreksinya, yang pada awalnya dianggap sebagai tindakan yang menyela dan kurang dipercaya. Namun singkat cerita, Shaun dengan keautisannya, dan sempat dihadang oleh petugas bandara yang mencurigainya, berhasil menyelamatkan si anak dengan kreativitasnya yang keren dalam menggunakan alat-alat yang serba minimalis. 

Aksi tersebut pun viral berkat media sosial, dan Shaun pun langsung menjadi pahlawan yang dikagumi dan dielukan. 


Namun di RS. San Jose St. Bonaventure...,

Seorang dokter senior, dr. Aaron Glassman, justru sedang mendapat serangan dari para dokter senior lainnya karena kehadiran dr. Murphy yang tak kunjung tiba. Dari awal, sebenarnya jajaran dokter-dokter senior ini keberatan menerima dokter berkebutuhan khusus (autis), karena mereka meragukan kemampuannya dalam bertindak nantinya. Apalagi untuk seorang dokter bedah. Namun dr. Glassman berjuang penuh dalam mempromosikan dr. Murphy untuk menjadi bagian dari tim bedah rumah sakit tersebut.

Menurutku, adegan perdebatan antara para dokter dalam menolak dr. Murphy juga sungguh menarik, terutama ketika tiba-tiba mereka menemukan bahwa dr. Murphy yang mereka nantikan justru telah viral di media sosial karena kepiawaiannya dalam menolong si anak yang mengalami kecelakaan di bandara tadi. 

Episode pertama di season pertama ini, benar-benar telah menyedot perhatianku, dan membuatku sangat menikmati adegan demi adegan, dan menambah insight tentang keautisan, kehidupan para dokter yang memang yaaaa, aktivitas mereka itu hampir seluruh waktunya itu memang habis di rumah sakit, gitu, loh! Pantesan ya, hubungan percintaan mereka pun jadinya tak jauh-jauh dengan mereka yang ada di lingkungan tersebut juga. Interesting!

Terus tentang dr. Murphy sendiri, aku jadi belajar banyak, bahwa ternyata anak berkebutuhan khusus pun, jika mendapat didikan yang sesuai dengan kebutuhannya, akan menjadi individu yang cemerlang dan bisa diandalkan!

Singkat cerita, drama seri yang satu ini, menurutku memang menawarkan banyak sekali insight, pembelajaran, dan hiburan. Tanpa sadar, kita menikmati tontonan sembari memetik banyak pembelajaran. Terutama tentang anak autis, ya. Tak hanya menjadi dokter yang andal, namun juga mampu menjadi seorang pasangan kekasih, calon ayah, bahkan kemudian menjadi seorang suami. What an interesting story. 

Bagi kalian, nih, bestie, yang juga seneng dengan kisah keseharian para dokter bedah, apalagi yang punya 'keistimewaan' seperti dr. Shaun Murphy, coba deh tonton serialnya. Jangan kuatir, drama series ini komplit, kok. Tamat, tuntas, tanpa menyisakan rasa sebel karena harus menunggu lanjutannya. Tuntas, tas, tas, pokoknya. 

Oya, bicara tentang anak berkebutuhan khusus, bagi kalian yang suka baca ketimbang nonton, nah, aku juga punya satu rekomendasi novel remaja yang cucok banget untuk dikoleksi dan dibaca, nih. Check it out, deh, yaa! 😊


Al, RS. MRCC Siloam Semanggi, 

Jakarta, 20 Oktober 2022

5 Tips Mengatasi Adiksi Gadget Pada Anak

Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran internet telah mengubah dunia. Telah memberikan begitu banyak pesona dan kemudahan bagi para penggunanya, melenakan, juga membuat lupa waktu. 

Internet memang bak pisau bermata dua, yang jika kita lihai menggunakannya maka kita akan memetik banyak keuntungan, namun jika tak piawai memainkannya justru akan menuai petaka. 

Adiksi Gadget Pada Anak

Baik terkoneksi melalui laptop, smartphone, tablet, atau perangkat lainnya, berada di dunia virtual memang memberikan sensasi dan nuansa tersendiri. Tak kenal usia, masyarakat digital memang begitu menikmati kehidupan yang satu ini. Termasuk pada anak. Yang mungkin dibawa dan diperkenalkan oleh orangtuanya ke dunia digital melalui gadget, sebagai obat mujarab yang bisa membuat mereka 'anteng'.

Awalnya, para orang tua mungkin berfikir bahwa ini hanya sebagai alat bantu yang bersifat sementara saja. Eh siapa sangka jika kemudian justru menjadi pengantar terjangkitnya adiksi terhadap gadget pada si anak. 

Kemarin, dalam salah satu sesi talkshow program literasi digital, di mana aku menjadi salah satu narasumbernya, ada seorang ibu yang berbagi kisah tentang kecanduan atau adiksi terhadap gadget yang telah menjangkiti buah hatinya, yang aku yakin bahwa bukan hanya ibu ini saja yang mengalami hal serupa, melainkan banyak sekali para orang tua di luar sana, yang juga telah 'dealing with this issue'. Tak hanya kecanduan gadget, tapi banyak anak-anak yang justru telah terjangkiti penyakit yang dikenal secara umum dengan istilah text claw.

TEXT CLAW?

Apa itu TEXT CLAW?

Hayo, ada yang baru mendengar tentang syndrome ini? Atau malah memiliki buah hati yang terjangkiti penyakit yang satu ini? Seperti yang diurai oleh dr. Taura, seorang dokter anak dalam blognya, Text Claw atau nama medisnya Cubital Tunnel Syndrome adalah keluhan rasa nyeri dan kram pada jari-jari, pergelangan tangan dan lengan bawah yang diakibatkan penggunaan gadget berlebih (misalnya mengetik di smartphone dalam durasi waktu yang terlalu lama dan berlebihan). 

Dan selain text claw, nih, gaes, pasti kalian pada tahu donk jika ada banyak lagi keluhan lain akibat adiksi gadget ini? Yess, diantaranya adalah terganggunya pola tidur dan makan, alami gangguan pada mata, obesitas, anti sosial, selfish dan agresif, kesehatan mental, otot tubuh menjadi lemah, dan berkemungkinan alami bahaya pikun digital. 

5 TIPS MENGATASI ADIKSI GADGET PADA ANAK

1. Buatlah Aturan

Yup, ini adalah hal pertama yang harus mami-papi lakukan. Selain dalam upaya mengatasi adiksi terhadap gadget, aturan-aturan yang dibuat di dalam keluarga terhadap anak adalah juga sebagai tool pendisiplinan si buah hati, agar menjadi pribadi yang disiplin dan menghargai aturan. Ye khaan? 

So, buat kesepakatan dengan anak tentang waktu dan durasi penggunaan gadget bagi si anak. Dan so pasti pula, orang tua alias mami or papi harus tegas ya di dalam memonitor dan menegakkannya agar anak-anak pun turut disiplin. Kudu konsisten. 

2. Batasi Akses Penggunaan Gadget

Yup, walau pun waktu dan durasinya sudah diatur dan disepakati, teteup saja membiarkan si anak bebas akses terhadap berbagai menu dan fitur yang ada di gawai, akan berbahaya dan memicu timbulnya adiksi.  Jadi kudu dibatasi ya. Misalnya untuk media sosial, batasi penggunaannya cukup untuk yang paling aman baginya. 

Dalam hal gaming, misalnya, pilihkan juga jenis game yang aman dan edukatif lah ya. Batasi juga akses terhadap play store, agar si anak ga asal download. 

3. Alihkan Perhatian Anak

Anak-anak, secara defaultnya sebenarnya adalah pribadi yang aktif. Namun gadget telah menarik dan melenakannya sehingga jadi malas untuk bergerak dan beraktivitas di dunia nyata. Karenanya, coba lah untuk mengajak atau menarik minat anak untuk memainkan permainan-permainan offline, baik yang memerlukan gerak tubuh atau olah otak agar perhatian mereka tak melulu lari ke gadget. 

Misalnya dengan melakukan kegiatan olahraga, bersepeda santai, bermain, berkebun, dan lain sebagainya. 

4. Dampingi Anak Saat Belajar Online

Ini juga merupakan hal yang penting, gaes. Selain untuk memonitor perkembangan edukatif si anak, juga untuk memantau agar si anak tidak terdistraksi oleh hal lain di dunia digital. Misalnya terdistrak oleh game online, media sosial, dan lain sebagainya. 

5. Jadilah Contoh Nyata

Leading by example! Yess, anak belajar dari lingkungan di sekitarnya, termasuk dari kelakuan orang tuanya kan? Pasti hapal donk dengan pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya?". Hihi. 

Nah, berilah contoh nyata untuk ditiru, jangan sampai anak berkata, "Ah, mama, bisanya ngelarang aku main gadget, nah, tuh, mama sendiri asyik main HP mulu!". Huhu.

Salam,

Al, Jakarta, 14 October 2022

Kemesraan Dalam Rumah Tangga Vs Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 

Nah, kedua-duanya bisa disingkat dengan singkatan KDRT, tapi artinya jauuuuh banget bedanya, yak? Yang satu bikin tingling di hati, bagaikan ada kupu-kupu imut yang beterbangan di dalam perut, dan KDRT yang satunya justru bikin hati perih dan bulu kuduk merinding. Tersiksa, dan terhina.

Yang satu bikin hati bergetar dan jantung berdetak kenceng, bahagia, sementara yang satunya lagi bikin nyesek dan bodi terluka atau menderita. Hiks...

KDRT Rezky Billar terhadap Lesti Kejora

Aku sendiri bukanlah fans-nya Lesti, tapi karena ibuku penonton tetap Dangdut Academy, dan mengikuti perjalanan artis dangdut terkenal ini sejak awal, jadinya aku ikutan paham akan perjalanan wanita mungil yang walau namanya sudah sangat popular namun tetap berprilaku membumi ini. 

Dan aku juga masih ingat ketika ibuku mulai kurang suka dengan Lesti karena (menurut beliau) Lesti berubah menjadi wanita centil begitu pacaran dengan Billar, baik ketika menjadi salah satu juri di acara-acara tersebut atau pun melalui berita-berita yang bermunculan di dunia maya. 

Ibuku mulai jengah, karena sebelumnya ibuku begitu menyukai kesantunan sikap Lesti, eh berubah ketika Rezky Billar mendekatinya dan lengket dengannya. Menurut emak, keduanya pamer kemesraan tiada henti. Hayyah. Emak aye, ya! 

Sumber

Waktu pun berlalu, dan emak sepertinya mulai jarang nonton televisi dan tidak lagi mengikuti perkembangan karir mau pun perjalanan rumah tangga Lesti - Billar ini, hingga kemudian berita KDRT ini merebak. 

Billar melakukan KDRT terhadap istrinya, Lesti, karena tersudut oleh kecurigaan Lesti bahwa dirinya berselingkuh. Tada.... sesampai di sini, aku kok kayak dejavu, yak! Haha. 

Tiba-tiba saja aku jadi paham banget akan situasi Lesti, karena kejadiannya ini persis seperti yang aku alami, belasan tahun lalu. Dan paham banget gimana seorang suami tiba-tiba bisa berubah menjadi seorang algojo demi menutupi boroknya. 

Gimana seorang suami tiba-tiba jadi tega menghajar istrinya secara kalap, menganiaya hingga biru lebam, sulit bernapas karena dicekik, lalu meninju, menendang, dan berubah jadi setan semata-mata karena ingin menutupi kebangsatannya. 

I really know this karena udah pernah ngalami, dan (maaf), aku mengisahkan ini bukan karena bangga dan hendak adu derita, bukan, tapi sekedar mengungkapkan bahwa hal-hal seperti ini bukan settingan. Bahwa hal seperti ini memang bisa terjadi. Seorang suami bisa kalap mata jika kesalahannya terungkap, apalagi jika kesalahan itu berupa perselingkuhan. Huhu.

Mereka kehilangan akal sehat, dan tega-teganya berlaku kasar dan tindak penganiayaan terhadap istrinya sendiri. Aih. Sungguh memalukan! 

Balik lagi ke kasus Billar - Lesti, nih, sobs, udah persis drama korea  (yang bergenre KDRT) gak sih? Jadi inget ada satu review drakor tuh, yang diulas oleh ambu Maria G Soemitro, salah satu teman blogger yang memang rajin banget ngereview film/drama dari negeri ginseng tersebut, kisahnya mirip-mirip seperti ini, deh.

DUKUNG Lapor KDRT

Yess! Hari gini masih mendiamkan aksi-aksi kekerasan dalam rumah tangga? Memberi toleransi sehingga pelakunya berkesempatan untuk mengulang kembali perlakuannya? 

Aku setuju banget dengan tindakan Lesti yang melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. Toh unit KDRT di Kepolisian sengaja dibentuk untuk memfasilitasi dan membantu para korban KDRT agar mendapatkan keadilan kan? Agar pelakunya bisa belajar dari kesalahannya. Walau bukan salah satu fans Lesti, tapi aku kok sedih banget ya melihat Lesti seperti ini. 

Sumber: Tiktok @mariiscaa_official

Cuma yang aku sering heran tuh, ada banyak sekali video-video di Tiktok mau pun platform media sosial lainnya, yang justru berisi 'guyonan bernada ejekan' terhadap Lesti, yang melaporkan kasus ini. Lebih herannya lagi, justru pencipta video-video tersebut adalah para perempuan, loh! Teman-teman juga mendapati video-video seperti itu lewat di FYP kalian juga kah? Kemana ya empati mereka? 

Adu Derita, Pamer Diri Sanggup Bertahan.

Yup, lucunya lagi, konten video-video tersebut jadi kayak ajang adu derita, gitu, loh! Salah satu contoh kontennya berisi ungkapan kayak gini, nih, sobs. 

"Baru juga sekali dipukuli, dicekik dan ditendang seperti itu, Lesti sudah lapor polisi, lah gua, udah berulang kali masih tetap bertahan, tuh!". 

Lah, yang bener aja, mpok. Ini kan bukan ajang kompetisi, bukan ajang adu derita, justru komen seperti itu jadi terlihat bodoh enggak sih? 

Jadi menimbulkan komentar miring dari penonton kamu malah. Jadinya muncul komen 'Lah, jelas aja elu bertahan, mpok, karena kalo sampai gugat cerai, elu mau makan darimana?' Itu baru satu komentar, ya, belum lagi yang lainnya yang lebih pedes lagi. Tau sendiri yang namanya netizen. Hihi.

Terus terang, aku sedih sih lihat orang-orang yang sampai khusus bikin video bernada ejekan atau guyonan seperti ini. Ketika seorang perempuan sedang mengalami kisah pilu seperti ini, bukankah seharusnya kita memberikan dukungan moril? Menyemangati, bukannya malah memberikan komentar atau bikin konten yang memojokkan atau malah dibikin jadi candaan?

Setiap kita memang bebas memilih. Ketika menghadapi hal-hal seperti yang sedang Lesti hadapi, kita bisa memilih, apakah mau tetap melanjutkan hubungan, atau melangkah ke pihak berwajib untuk membuat laporan dan minta diproses dan/atau (kemudian) setelah melalui berbagai pertimbangan, mengajukan gugatan cerai. 

That is about the choice, dan kita bebas memilih, toh? 

Apapun situasinya, LOVE IS NOT HURT. Cinta tidak pernah menyakiti. Jadi KETIKA CINTA MULAI MELUKAI, maka berhati-hatilah. Mungkin ini saatnya kita duduk, menelaah kembali, apakah the relationship masih bisa menjadi beautiful relationship, atau malah menjadi RELATIONSHIT! 

YOU CHOOSE. 

Al, Jakarta, 1 Oktober 2022

 Ini Yang Bikin Aku Males Ke Bandung 

NO! Bukan karena kotanya yang ga asyik. Bukan pula karena sahabat-sahabat yang sudah ga menyenangkan lagi. Tapi....

Tuh kan...., aku jadi pengen nangis deh! Aku ga kuat jika harus berlama-lama di kota ini! Terutama sepanjang tol Buah Batu - Pasteur, atau sebaliknya. Setiap jengkal jalanannya begitu pekat menyimpan memori kebersamaanku dengan almarhum bapak. Masih lekat di ingatanku ucapan-ucapan gembira bapak setiap aku memacu si putih kami di jalanan mulus bebas hambatan itu. 

"Oman nyak, bapak gembira that duek moto lagee nyoe. Teubuka pikiran bapak ngieng jalanan dan pemandangan meunoe. Adak kon ta meujak u rumoh saket, ta jak sampe u Jakarta laju ya? Hehe." (Bahasa Aceh)

"Duh, Nak, bapak gembira banget deh kayak gini. Pikiran bapak jadi terbuka lebar lihat jalanan dan pemandangan begini. Andai kita bukan sedang ke rumah sakit, kita lanjut sampai Jakarta deh yaa! Hehe."

Itu lah kalimat yang kerap sekali diucapkan oleh bapak setiap kami sudah berada di ruas jalan tol itu. Sejak mengalami serangan jantung beberapa tahun lalu, dan terus dalam perawatan (berobat jalan), kami bolak-balik melaju di jalanan ini, dari rumah ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, dan sebaliknya, hingga aku hapal betul liku-lekuk ruas jalanan ini. 

Juga, sejak sakitnya itu, kami memang sudah tidak mengijinkan bapak untuk menyetir sendiri. Kan juga sudah ada aku, yang khusus resign dari kantor dan pulang ke Bandung untuk temani ibu merawat bapak. 

Tapi...., karena aku paham banget bahwa bapak senang menyetir, maka ketika ibu sedang ga ikut bersama kami, aku mengijinkan bapak untuk menyetir (kira-kira 15 menitan lah dan ga boleh ngebut), sekedar untuk memuaskan rasa kangennya duduk di balik kemudi lah. Hihi.

Yess, bapak tuh hobi banget nyetir, dan beliau adalah guru menyetirku. Thank you, Bapak, sudah mengajarkan aku menyetir di usia 17 tahun, lengkap dengan biaya urus SIM A pertamaku, dan boleh pinjem mobil bapak ketika mobilnya nganggur saat itu. Hihi. Love you to the moon, Dad! 


Aku dan bapak memang punya banyak hobi yang sama, makanya kita tuh sering pula sehati. Misalnya dalam hal traveling, kayaknya darah traveling bapak mengalir cukup deras deh di dalam diriku hingga aku suka banget traveling dan menyempatkan diri untuk main ke tempat-tempat wisata menarik di daerah tersebut. Dalam hal membaca dan menulis, juga film-film yang ditonton, kita tuh punya genre yang mirip. Ah, Bapak, I miss youu, so muccch! RIP, ya, Bapak. 

Bapak juga sangat mendukung kegiatanku menulis dan juga turut bangga saat aku dinobatkan sebagai ACER Srikandi Blogger pada tahun 2013 silam. Dukungan-dukungan bapak pula lah yang membuatku nyaman melanjutkan langkah-langkahku sebagai lifestyle blogger dan meningkatkan aktivitasku di dunia maya bahkan memperdalam eksistensiku sebagai penggiat literasi digital, dengan turut serta menjadi pembicara dalam event-event literasi digital seperti dalam program nasional literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. 

Ah, tak terasa..., waktu seakan berlari. Rasanya baru November kemarin bapak pergi dari kehidupan kami karena harus kembali kepada Sang Maha. Dan kini? It is September already, bahkan sebentar lagi akan masuk ke Oktober donk. Which is hampir setahun kepergian bapak, dan aku masih belum sanggup untuk sering-sering melihat foto-foto apalagi mendengar suara bapak dalam video-video recording kami. Hiks...

Ikhlas sih, Pak. But you know? Ternyata Al belum kuat untuk main ke Bandung berlama-lama, apalagi jika harus ke Buah Batu, langsung halaman demi halaman memori itu menghambur ibarat halaman buku yang terbuka satu persatu. Kangeeeen! 

Tapi..., setuju, Pak. Bandung adalah kota kenangan yang sulit untuk kita lupakan kan? Dan Al ga berniat untuk melupakannya kok, Pak, I really love this beautiful place and its beautiful people. Ada banyak orang baik dan menyenangkan yang juga sayang dengan Al di kota ini. Jadi no worries, walau kini ibu pindah ke Aceh, dan makam bapak juga di sana, nanti (saat rasa males ini sudah memudar) Al akan sering-sering lagi main ke sini. Janji. Love you, Bapak, rest in peace yaaa. Al mau lanjut kegiatan dulu, ya! 


Al, Bandung, 22 September 2022

Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com
  • Lelaki itu, Ayahku
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • It's Me!
  • Jawaban Untuk Sahabat

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes