My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Hari ini, Senin. Bener-bener pengen aplikasiin semboyan I like Monday. But..., dari pagi tuh, sisa-sisa kebahagiaan dan keinginan untuk lanjut berleyeh-leyeh tak mau pergi. Huft. Udah diusir dan menyibukkan diri dengan list to do yang sebenarnya menumpuk, teteup aja, ga mau pergi juga ini rasa pengen leyeh-leyeh. Apalagi mengingat jalanan tadi pagi menuju kantor, udah agak lowong karena banyak yang sudah nyuri start liburan. They started taking leave deh kayaknya. Sementara eikeh? Aih, daku belum punya cuti, bo'. Baru juga kerja di kantor ini sekitaran 1/2 tahunan, jadi kagak punya eikeh, mah! *gigit jari. Rasa 'iri' mulai menggerogoti, dan jika diijinkan berkembang maka dia akan merajalela. Bah, bahaya ini!

Maka, mulai lah aku menyibukkan diri. Dengan penuh disiplin mulai laksanakan list to do. Sesuai antrian yang sudah tertera di list. Ga boleh saling mendahului. Disiplin dan fokus! Dan Alhamdulillahnya, hingga waktunya lunch, aku berhasil fokus dan selesaikan beberapa list. Yup, disiplin itu, harus. Etapi, justru after lunch godaan itu begitu menggelora. Dasar, ya, Sobs? Sebagai wanita yang berdarah netizen *halah, lebay!*, aku tak mampu menghindar dari dunia yang satu ini. Dumay, begitu mempesona, menarik-narik jemariku untuk ketikkan url ke sosmed di mana aku biasanya bercengkerama. Intip sana intip sini. Facebook, Twitter, Instagram dan whatsapp, meriah silih berganti mencerahkan mata. Haha. Huft. It's so hard to keep focus on my work. Dan jujur, eikeh nyerah, dan sedikit melunak. Haha. Disiplin entar dulu lah, perlu juga kan kita melihat berita-berita gosip terbaru. Hehe. Via tablet yang setia menemani sejak kompi tak leluasa lagi untuk berselancar ke destinasi yang tak pantas untuk dilakukan pada jam kerja [baca: fesbukan, twitteran, instagraman dan semacamnya], aku mulai lincah bergerilya. Dan..., aneh, ada kebahagiaan tersendiri memang, setiap aku berhasil memasuki ranah 'terlarang' ini. Hehe.

Menyapa beberapa teman yang terlihat sedang oline, colak colek teman pada status yang mereka update, sungguh melenakan. Hayyah, betapa menggiurkannya dunia yang satu ini. Kapan ya, bisa meninggalkan dunia kerja yang serius ini, lalu berkecimpung di ranah maya, bekerja sesuai passion dengan gaji di atas yang aku terima sekarang ini? *Eits, bukan tak mungkin kan? Bisa aja khaan? Ini jaman edan teknologi, lho! Bukan hal yang aneh lagi toh, jika orang bisa earning money justru melalui tarian jemari? Nah! Makanya, jangan under-estimate dulu, donk!

Selagi asyik menarikan jemari, berkunjung ke sana kemari, si Mba Ipah, office girl kami malah menghampiri. "Mba, masih ngantuk? Mau tak bikinin Kopi Turki, enggak?" Tawarnya tulus. Emang sih, tadi sehabis shalat, aku sempat mengeluh ngantuk padanya. Eh ternyata, saat masuk ke ruanganku, doi masih ingat jika aku ngantuk.

"Hm, selain kopi Turki ada, enggak, Mba? Aku ga kuat deh kalo kopi Turki. Keras banget khan?"
Tolakku seraya menegaskan akan rasa si kopi. Beberapa teman pernah mengatakan bahwa kopi turki emang keras banget. Dan aku sendiri, bukanlah pecinta kopi hitam. Untuk kopi, aku sebenarnya jatuh cinta akan aromanya saja, untuk rasa pahitnya, aku tak suka. Makanya, paling banter, aku hanya mau minum white coffee, tidak black coffiee. Mau itu kopi Aceh, kopi Lampung, Arabika, Torabika, apapun itu, yang penampakannya gelap alias kelam, aku tak mau. Pahit, dan keras!

"Eh, coba dulu atuh, Mba. Mba belum coba, sih! Kopi Turki mah lain. Apalagi buatan Mba Ipah, enak banget, lho! Kopi Turki tuh, yang bikin enak adalah pada busanya!" Jelas Mba Ipah. Kalimat terakhir si Mba justru menjadi daya tarik tersendiri bagiku. Ha? Busanya? Emang Kopi Turki berbusa? Maka, tak lagi kutolak tawaran si Mba Ipah, melainkan segera kuanggukkan kepala dan memintanya segerakan hidangan kopi turki itu ke mejaku. Dan. tak sampai 5 menit, Mba Ipah telah kembali dengan secangkir mungil imut kopi Turki. Yang unik adalah, cangkirnya yang kecil imut-2 itu lho! Dan rasanya? Oh my God, sedap, man! Langsung bikin aku ketagihan. Ternyata, sangkaku bahwa kopi item itu keras dan pahit, is a BIG NO. Kopi Turki, sedap, Gan!

Dan rahasianya adalah, ternyata bikinnya justru bukan didalam air yang mendidih, melainkan diaduknya di air dingin terlebih dahulu, baru kemudian ditambahin dengan air panas mendidih, maka terciptalah buih yang mantab dan sedap!

catatan kecil tentang kopi turki,
Al, Margonda Raya, 14 Dec 2015
Words: 663







Alaika Abdullah

Seperti yang aku ceritakan pada beberapa postingan sebelumnya, Siti Habibah alias si yatimku, sibuk mempersiapkan hari ulang tahunnya. Mulai dari melobby penjual fried chicken pinggir jalan untuk mendapatkan harga yang lebih bersahabat, sampai membeli undangan untuk teman-temannya, dari uang hasil main arisan sendiri dengan anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Tentu, uang itu tidaklah cukup. Kami pun turun tangan, mengingat keinginannya untuk rayakan ultah begitu tak terbendung. Persiapanpun berjalan lancar, dan kini, aku ingin cerita tentang detik-detik mengharukan dan bikin Bibah bahagia itu, deh. Boleh donk? *Ya iya lah, Al, kan suka-suka elo mau nulis tentang apa..., hehe. 

Singkat cerita, hari itu pun tiba. Aku dan Intan sampai di rumah Dijah pada hari Jumat, tengah malam, karena seperti biasa, Jumat malam menuju Bandung, adalah detik-detik di mana berbagai kendaraan berpacu tiada henti di atas ruas jalan tol menuju Bandung. Termasuklah aku dan Intan, mengendarai Gliv tersayang, ikut berjejer di atas ruas jalan tol itu, berangkat dari Depok menuju Bandung tepatnya keluar dari tol Buah Batu, menuju jalan Soekarno-Hatta, masuk ke Cisaranten, di mana Dijah berdomisili. Waktu ketibaan alias arrival time there sekitar pukul 2 malam deh, dan beneran, aku ngantuk banget. Untungnya Intan sedang getol-getolnya driving, sehingga dengan senang hati dipersilahkannya uminya ini untuk taking rest along the way to Bandung. Etapi, teteup aja, aku masih ngantuk dan sulit banget buka mata, bahkan untuk berpindah tempat dari mobil ke dalam rumah Dijah.

Disambut gembira oleh Bibah dan Icha, si 'anak ajaib'ku, sementara Dijah alias Bundanya Bibah sedang ke rumah 'nenek'. Tak ape, aku dan Intan, sudah biasa berhadapan dengan situasi ini. Aku langsung cuci muka, ambil wudhu, shalat Isya dan kemudian langsung mengajak anak-anak untuk tidur. Sekilas sempat kuperhatikan ruangan yang telah disulap sebagai ruang pesta. Bergerombol balon dan aksesoris penghias ruangan ditata dengan apik pada langit-langit ruangan, plus pernak pernik dari pita, juga sudah menghias dinding rumah Bibah.

Ruangan sederhana itu kini telah berubah, ceria, dan siap membagikan kebahagiaan bagi pemilik mungilnya, semoga, ya Allah. Entah kenapa, selalu ada haru di hatiku, setiap melihat dan memikirkan si yatim ini. Begitu juga terhadap Dijah. Ada rasa yang entah gimanaaaa, gitu. Ada sedih, nelangsa, haru dan juga bahagia di hati, melihat senyum keduanya. Ah, sudahlah, saatnya untuk tidur karena sebelum pesta sederhana yang akan berlangsung besok siang, pagi harinya aku masih ada agenda lain yang juga tak kalah penting. Yaitu urusan me time di klinik dokter David, alias klinik DF, di mana aku kena giliran untuk kontrol plus jadwal untuk peeling treatment. Yup, setelah menjalani laser kemarin itu, aku kena giliran untuk peeling, sebagai treatment lanjutan dalam rangka menghilangkan bekas jerawat dan flek2 hitam di wajahku, yang oleh faktor usia yang tak lagi muda, maka aku harus lebih konsen menjalani perawatan, yang Alhamdulillahnya, walo mahal, masih bisa aku ikuti, karena gratis. Hehe. Iya lah, namanya juga blogger, banyak berkahnya kan yaaa? Hihi, dibahas!

Well, back to Bibah dan pesta ulang tahunnya. Aku tiba kembali di rumah Dijah tepat pada pukul dua siang. Saat-saat acara akan segera dimulai. Itu pun karena aku menggunakan jasa gojek, makanya bisa menembus kemacetan kota Bandung yang sudah ngalah-2in kota Jakarta, lho!
Wajah Bibah langsung merona bahagia kelihat kedatanganku. Anak ini, memang akrab dan manja sekali denganku. Dan tadi sudah sempat 'mendung' karena tak melihat kehadiranku hingga ke pukul dua, padahal acara akan segera dimulai. Tak heran, jika begitu mendengar suaraku, gadis kecil ini menarik napas lega. "Alhamdulillah, Bunda, Umi udah balik", serunya.

Memasuki ruangan, terlihat beberapa orang tamu kecil [teman-teman Bibah] sudah berada di dalam ruangan. Duduk manis seraya memperhatikan Bibah yang sedang di-make-up oleh temannya si kakak MC. Rezeki anak yatim tampaknya masih terus bersama Bibah. Contohnya ya si Kakak MC ini. Dengan sukarela mengajukan diri untuk jadi MC di hari ulang tahunnya Bibah. Padahal untuk sekali ngemci, biasanya lelaki muda yang centil menggemaskan ini, mengenakan tarif yang lumayan juga untuk kantong golongan menengah ke bawah.

Singkat cerita, acara pun dimulai. dibuka dengan ceria dan centil oleh si Kakak MC yang 'gemulai'. Menyapa semua undangan dan kemudian mempersilakan tuan rumah untuk memberikan sepatah dua kata sambutan. Dan, adalah aku yang mewakili Dijah karena wanita ini kurang pede untuk memberikan kata sambutan yang aku sertai dengan memohon doa kepada Sang Pemilik alam, agar yatimku bersama ibunya ini selalu berada di dalam lindungan Allah SWT, serta berlimpah berkah dan rizki-Nya.

Acara selanjutnya adalah pemotongan kue ultah yang juga justru bikin haru, karena sesaat setelah menyuapkan potongan kue ke bundanya, Bibah kami minta mengucapkan sepatah dua kata, yang lucunya, justru apa yang sudah dihapalkannya raib entah kenapa, berganti dengan ucapan tulus untuk pengorbanan sang bunda.

'Bunda, makasih banyak ya, Bunda, udah ngabisin uang Bunda untuk ulang tahun Bibah. Bunda, makasih ya, Bunda, maafkan Bibah ya, Bunda, yang udah bikin habis uang Bunda juga Umi. Maafkan Bibah yaaa, udah bikin Bunda miskin dan ga punya uang lagi.'

Hiks... polosnya anak-anak. Seisi ruangan [yang dewasa], hanya mampu nyengir sambil mengurut dada. Ada haru di hati, mendengar ucapan tulus dari bibir mungil yang masih lugu itu. Semoga kelak, engkau jadi anak yang berbakti, ya, Nak. Jadilah kebanggaan Bunda, agama dan bangsamu....

Catatan kecil,
Al, Margonda Raya, 12 December 2015
Printer, pasti udah pada ngeh banget, donk, akan alat pencetak tulisan atau gambar yang satu ini? Yup, printer. Tak hanya dibutuhkan di kantor-kantor, melainkan juga dibutuhkan oleh para mahasiswa yang sehari-harinya pasti kebanjiran tugas atau pe er. Termasuklah Intan, putri tercinta. Yang sudah beberapa hari ini sibuk minta dibelikan printer baru, karena printer lama mulai ngadat kinerjanya. Sudah coba bawa ke tukang reparasi, sih, tapi ternyata, tetap aja ga bisa pulih sempurna seperti sedia kala, setelah tersiram air hujan akibat genteng kamar kosan anjlok diterpa angin bermuatan hujan gede.

Walo sudah diperbaiki, hasil cetakan atau kualitas printing dari printernya, tetap saja tak sempurna. Hingga akhirnya, Intan mulai merayu minta dibelikan yang baru. Apalagi, saat ini, harga printer kan ga mahal-mahal banget. Banyak sekali printer dari merek-merek ternama yang sudah dibandrol dengan harga yang sangat terjangkau. Tinggal menanti waktu aja, nih, kapan sempatnya untuk sama-sama ke toko dan membelinya. Rencananya sih, aku akan ajak Intan ke salah satu pusat elektronik dan gadget di Kota Bandung, saat mudik akhir pekan nanti. Namun, sayangnya, kami justru sudah sekian lama tak punya waktu yang pas.

Di saat aku sedang free, justru Intannya yang ga bisa karena kebentur oleh kelas kuliah tambahan yang harus diikutinya pada hari Sabtu, misalnya. Hingga kemudian, aku dan Intan sepakat untuk membelinya via online store aja, deh! Sejak transaksi jual beli bisa dilakukan melalui ujung jemari, kita memang semakin dimudahkan di dalam melaksanakan aktivitas jual beli. Apalagi semenjak e-commerce terpercaya mulai bermunculan di jagad maya. Sebut saja nama besar Lazada, Zalora, Mataharimall, dan aneka e-commerce yang sudah bernama di negeri ini.

Ah iya, selain dari yang sudah aku sebutkan di atas, ada satu lagi pemain e-commerce yang dari negeri asalnya [baca: Tiongkok] sana, memang sudah 'bernama'. Yup, JD kini hadir di Indonesia, dan siap berkompetisi merebut perhatian para calon pelanggannya. Bergerak khusus di bidang barang dagangan elektronik, gadgets dan smartphones, komputer & laptop, peralatan kantor & jaringan serta barang-barang elektronik lainnya sesuai kategori yang tertera pada gambar di samping kiri ini, Sobs! JD tampil dengan harga yang sangat bersahabat.
Itu pula yang menarik perhatianku dan Intan untuk berlama-lama ngendon di halamannya, mengubek-ngubek tak hanya printer yang sedang kami cari, melainkan juga cuci mata terhadap barang-barang keren lainnya yang dipajang di sana. Beberapa buah pajangan TV berlayar datar [smart TV] yang dipajang di sana, tak urung juga sangat menarik perhatian, terutama mengingat Ayah dan Ibu yang akan segera pindah ke Bandung. TV lama yang ada di Banda Aceh sudah dijual, karena terlalu jauh untuk dibawa ke Bandung. Dan tentu saja itu berarti bahwa sebuah televisi baru sangat dibutuhkan untuk mengisi hari-hari dan menjadi hiburan bagi Ayah dan Bunda tercinta. Kayaknya, sebuah Smart TV adalah hadiah yang sangat layak deh, untuk menyambut kepindahan kedua orang terkasih itu nanti.

Etapi, itu ntar dulu aja, deh! Bulan depan kayaknya cocok deh. Semoga aja harganya belum naik malah kalo bisa, sih, mengalami diskon lagi. Hehe.

Balik lagi ke printer yang dibutuhkan Intan, akhirnya kami memilih sebuah printer dengan merk Canon yang harganya cukup bersahabat. Sudah dengan fasilitas scanner dan copy, cuma dibandrol seharga Enam ratusan ribu rupiah. Wow! Worth it, lah, ya!

catatan harian,
Al, 10 December 2015
Alaika Abdullah
When I Wanna be Alone. Ehem, naga-naganya yang punya rumah sedang melo, nih? Lagi bersedih hati? Lagi galau dan hati remu redam? Hehe. '

Sebenarnya enggak juga, sih. Judul ini justru muncul ketika aku sedang asyik ubek-ubek foto hasil perjalanan dan tracking di Ciletuh beberapa minggu lalu. Sebuah foto seperti yang terpajang di samping kiri ini, entah kenapa, menimbulkan rasa ingin untuk menciptakan sebuah postingan tentang kesendirian. Padahal, pastinya, waktu menjelajah ke tempat apik ciamik ini, tentu tidak sendirian, melainkan rame-rame bersama sahabat blogger lainnya. Tapi melihat foto ini, rasanya kiri kanan begitu hening, sepi dan ngademin! Indonesia ini memang indah, banget, ya, Sobs?

Jika katanya Kota Bandung diciptakan Tuhan dalam keadaan tersenyum, maka aku ingin bilang bahwa Allah menciptakan Bumi Persada tercinta ini dalam keadaan fully happy, deh. Lihat saja, setiap pelosok daerah menawarkan keelokannya tersendiri. Menawarkan keapikan dan keunikan kreasi sang Maha Karya. Subhanallah.

Seperti pada foto di bawah ini, Sobs! Berlatar belakang batu cadas tinggi menjulang, yang di sebelah kanannya lagi itu memancur air terjun menakjubkan dengan suara menggemuruh dan sukses bikin hati luruh, mengagumi kreasi sang Penguasa. Yup, it was so so amazing.

Geopark Ciletuh

Memang tak mudah mencapai tempat ini, namun menemukan viewnya yang apik dan nyamannya suasana, sungguh menjadikan pepatah panas setahun dihapus oleh hujan sehari itu bener adanya, lho! Gimana rasa lelah dan ngos-ngosan itu ga akan sirna coba, Sobs! Bebatuan cadas yang besar dan bersih berwarna coklat itu, benar-benar mengundang tubuh untuk duduk bahkan tiduran santai di atasnya, sembari menikmati suara gemuruh air terjun dan indahnya pemandangan alam sekitar. Belum lagi, saat kita duduk menjuntaikan kaki tanpa sepatu ke dalam dinginnya air yang tergenang di sela-sela bebatuan. Amboi.... Nikmat alam mana lagi yang hendak kita pungkiri? Ini benar-benar menakjubkan dan bikin pikiran refresh! Serasa semua beban kehidupan, untuk sejenak terpinggirkan!

Apalagi saat duduk bareng teman-teman di bawah pohon bambu rindang menyejukkan, dilingkari lukisan indah sang Maha Karya seperti ini, nih, Sobs! Rasanya bener-bener bikin happy. Bikin aneka printilan problema yang menggelayuti menjauh seketika.

Geopark Ciletuh
Duduk santai di bawah rindangnya rumpun bambu, duhai... asyiknya. 
Sempat terfikirkan juga di benak kami, para visitors yang adalah orang kota, betapa beruntungnya penduduk Ciletuh ini, dikelilingi oleh berbagai keindahan, kesejukan alam, dan bersihnya udara desa. Di tambah pula dengan harga buah seperti mangga yang sedang musim kala itu, hadeuh, murah banget! Masak sekilonya cuma dua ribu perak? Gile aje, kasian amat para pemilik pohon mangga. Murah banget dihargainya. Sementara di kota, harga termurah adalah 10 ribu perkilonya.

Anyway, kembali ke alam Ciletuh terutama Curug Awang yang aku foto di atas tadi. Memang sungguh menakjubkan. Rasanya akan asyik banget deh jika menyendiri ke bebatuan besarnya itu. Tiduran di atasnya sambil merenungi nasib bikin resolusi untuk tahun 2016 nanti. Ehem! Hehe, masak bikin resolusi aja harus jauh-jauh ke Sukabumi, yak?

Sebenarnya, tentang perjalanan ke Ciletuh ini, aku ingin bikin postingan khusus secara bersambung, sesuai dengan lokasi-lokasi yang kami kunjungi kala itu. Mulai dari titik keberangkatan sampai ke lokasi-lokasi cantik yang kami kunjungi di sana. Namun, seperti yang aku ceritakan tadi, foto goleran di atas bebatuan itu, malah memunculkan ide untuk 'curi start' dan malah bikin postingan tentang kesendirian, yang ujung-ujungnya justru tak lagi bicara tentang kesendirian. Haha.

Catatan Harian,
Al, Margonda Residence, 8 December 2015

Hari ini, ingin ngobrolin tentang Pintu Rezeki, ah. Iya, Pintu Rezeki. Yang ternyata memang bisa terbuka dari sudut mana saja, ya, Mantemans? Bahkan dari sudut yang tak pernah kita duga sekali pun. Seperti yang baru saja dialami oleh Dijah, saudaraku yang anaknya akan ultah Sabtu besok.

Keduanya baru saja belanja di sebuah mart, dan karena haus, Bibah, anaknya Dijah, minta dibelikan sebotol minuman dingin yang mirip-mirip dengan minuman pengganti ion yang lazim dijual di pasaran. Minuman yang ini memang sedang promo, dan menyertakan undian berhadiah pada tutup botolnya. Nah, tanpa tau bahwa minuman itu sedang menyelenggarakan undian berhadiah, Bibah kecil, tertarik dengan minuman itu, dan mengambilnya, serta membuka tutup botolnya setelah selesai pembayaran.

Ealah, dasar memang rezeki anak yatim, mata Bibah menangkap sebuah tulisan di balik tutup botol itu. Dibacanya perlahan dan langsung terbelalak.

'Bun, kita dapat hadiah 3 juta rupiah!' Katanya seraya menunjukkan tutup botol itu pada ibunya. Petugas mart pun tertarik mendengar suara riang itu. Dijah dan Bibah mendekat dan memperlihatkan tutup botol itu, yang ternyata memang benar adanya, bukan spam.

'Ibu, selamat, ya! Ibu mendapatkan hadiah sejumlah 3 juta rupiah. Dan kami akan bantu mencairkannya dalam satu dua hari ini, ya.'

Gelagapan saking happy-nya, Dijah hanya mengiyakan. 'Apa yang harus saya persiapkan untuk pencairannya, Mas.', tanyanya. Petugas pun hanya meminta copy KTP Dijah serta nomor telepon Dijah untuk dihubungi kembali saat dananya sudah cair. Waktu untuk pencairan, katanya, sih, dua atau tiga hari setelah diklaim. Dan benar saja, petugas mart emang ga bohong, lho!

Hari ini, Dijah melaporkan, jiaaah, bahwa dana 3 jutanya sudah cair, dan sebagiannya akan dipakai untuk kontribusi *hayyah, bahasanya bo'* dalam acara ulang tahun Bibah, si anak yatimku, yang memang udah ngebet banget ultahnya dirayakan, sampai-sampai dia rela main arisan, diet uang jajan, demi menjadi stimulator agar uminya [aku] mengiyakan keinginannya dan sumbang dana untuk perayaan acara. Ya, namanya anak-anak, melihat temannya dirayain ultahnya, dia pun jadi ingin donk...

Dan, sedih rasanya mengecewakan inginnya itu, sih. Apalagi dia sudah memancingnya dengan cantik, dengan menggunakan trik jitunya. Memulai dengan mengucurkan seluruh tabungannya sendiri. Dan ternyata, Sobs, sepertinya Allah merestui. Membukakan pintu rezeki dengan cara yang satu ini. Subhanallah. Memang, ya, Sobs? Jika rezeki tak akan hendak tertukar. Bahkan dari sebuah tutup botol. Hehe.

Persiapan ulang tahun, pasti bikin hati excited, deh. Aku membayangkan betapa bahagia dan tak sabarnya si kecil Bibah, menanti hari ulang tahunnya ini. Menanti kehadiran sahabat-sahabatnya yang akan turut memeriahkan acara. Ibunya, kemarin sempat bercerita, bahkan saking happy-nya, Bibah sampai ngelindur, lho dalam tidurnya. Haha. Yang diomongin adalah rapalan kalimat ucapan selamat datang yang sudah dipersiapkannya untuk menyambut kehadiran teman-temannya nanti. Aku sempat heran juga sih, darimana ide Bibah, mempersiapkan 'kata sambutan' seperti ini, bukannya biasanya MC yang akan ngehost and welcoming the audience or the honorary guest? 

Atau..., jangan-jangan, Bibah dapat ide ini dari sinetron-sinetro yang getol dia tonton? Hihi. Anyway, yang jelas, ada bahagia yang menyeruak di dasar hati, mengetahui amanah Ilahi yang satu ini, terlihat excited dan bersemangat. Semoga hari bahagianya nanti lancar barokah ya, nak. Dan semoga Allah senantiasa membukakan pintu rezeki lainnya bagi kita, dari sudut mana pun juga. Aamiin.

catatan kecil,
Al, Margonda Raya, 26 November 2015
Yup. Olah raga, adalah kebutuhan. Tapinya..., aku tuh malas banget berolah raga. Hehe. Iya, sejak dulu banget, aku tuh paling malas jogging. Gimana mau semangat jogging, coba, Sobs, tarikan selimut rasanya begitu menggoda, mana mampu aku meninggalkannya? Hahah.

Etapi, menginjak usia yang sudah pada kombinasi angka 4 dan 5 alias 45 tahun ini, rasanya ngeri-ngeri sedap juga sih jika aku terus bermalasan, memanjakan diri tanpa mau berupaya salurkan keringat. Banyak banget bahaya yang mengintai di usia segini kan, ya?

Apalagi aku baru ditakut-takuti oleh dua orang teman, bahwa tubuh yang langsing singset sepertiku *ehem*, tetap aja akan menjadi sarang penyakit jika aku tak berupaya menjaga kebugaran tubuhku. Salah satu cara menjaga kebugaran adalah dengan berolah raga. Ya... iya, aku tau kok, bahwa olah raga itu penting. Dan lihat, bahkan aku punya J-Shaper tuh, untuk fitness. Dan si teman langsung ngakak. Menertawakan J-Shapperku yang berdebu karena tak pernah aku sentuh. Duh, bener juga, tuh J-Shapper sejak beli 4 tahun lalu, kayaknya baru 15 atau 20 kali deh aku pake. Hiks..., maafkan aku yang, J-Shapper ku sayang.

Bener juga, sih. Kalo dirasa-rasain, tubuhku akhir-akhir ini cepat banget lelahnya. Terbukti pada saat treking kemarin itu. Napasku yang biasanya teratur penuh kendali, kemarin itu bisa-bisanya ngos-ngosan, padahal track untuk trekingnya itu, tidaklah terlalu curam dan melelahkan. Masa begitu saja aku sampai sesak napas? Seakan-akan napasku berlomba-lomba untuk keluar tapi tertahan di rongga dada. Rasanya sakit dan sulit bernapas, sehingga mau ga mau aku harus berusaha lakukan meditasi sejenak agar oksigen bisa masuk dengan teratur lagi ke rongga dada.

Alaika Abdullah


Iseng, aku coba konsultasi dengan temanku yang adalah seorang dokter, tapinya dokter hewan. Hahah. Eits, tapinya secara general, hewan kan juga butuh olah raga, yak? Hihi.
Anyway, aku memang butuh olah raga yang teratur, agar staminaku tetap stabil bahkan prima. Apalagi, perjalanan harianku dari dan ke kantor, starting from Margonda Residence to Kuningan, bukanlah rutinitas santai yang nyaman. Aku perlu menempuh berjalan kaki dulu ke stasiun UI. Di stasiun, aku perlu berhimpit-himpitan dulu dengan sesama penumpang kereta, dan turun di stasiun Cawang. Nah, di Cawang, aku harus jalan kaki lagi menyeberangi lembah  terowongan, naik ke atas, baru naik lagi ke jembatan penyeberangan dan masuk ke koridor busway. Huft, sungguh melelahkan. Sebenarnya sih, itu saja sudah cukup jadi olah raga bagiku. Itu yang aku pikir selama ini, sih. Sehingga aku merasa ga perlu lagi olah raga.

Etapi, ngos-ngosan-nya napasku kemarin itu, saat treking, kok aku jadi was-was ya? Jangan-jangan..., jangan-jangan, nih! Hadeuh, daripada berburuk sangka, mending aku persiapkan diri untuk mulai fitnes deh. Aku akan gunakan J-Shapper yang selama ini ngendon merana di sudut kamar. Sebenarnya alat ini efektif dan simple banget, tapi sanggup menguras keringat. Dasar akunya aja yang malas!

Hm, baiklah, untuk mulai aktif berolah raga lagi, aku kudu shopping beberapa item nih. Salah satunya adalah cari sepatu sport yang nyaman dan enak dikaki. Sepatu lama ku sebenarnya enak dan nyaman banget, tapi karena umurnya yang sudah uzur, maka aku harus mengurangi bebannya dengan membeli cadangan baginya, deh. Jadinya dia tak harus bertugas sendirian. Bisa shift-shiftan dengan sepatuku yang baru nanti. *Betapa baik dan pengertiannya, eikeh, ya, Sobs? Hihi.

Dan, tak hanya berolah raga, kayaknya aku juga harus mulai dengan sangat serius mengatur pola makan sehat deh. Ga iya, nih. Seperti yang disarankan oleh dr. David, dokter kulit yang menangani proses perawatanku, aku memang harus menjauhkan keju, susu, youghurt dan turunan2 lain dari susu. Aih..., susu bukannya sehat, dok? Ternyata tidak banget bagi orang-orang yang berpotensi jerawatan sepertiku, Sobs! Hiks.... padahal aku kan suka banget minum susu, makan pizza. Dan kini? I have to say good bye to them. Olala, demi kesehatan dan kebugaran tubuh, it seems that I have to say good bye. Really a good bye to all those kind of food. Baiklah, tak ape. Yang penting bisa sehat dan bugar kembali. Ya kan, Sobs?

catatan kecil,
Al, Margonda Residence, 24 November 2015


Allah menitipkannya padaku suatu ketika, melalui perantara sakitku kala itu. Yup, ibunya adalah perpanjangan tangan-Nya dalam penyembuhan diriku. Jadilah kami bersahabat bahkan bersaudara. Sayangku bertumbuh pada keduanya, ibu dan anak yang tak lagi memiliki sanak keluarga ini, bukan saja karena kesembuhanku berkat perawatannya, melainkan karena ada haru dan nelangsa di relung jiwa, setiap terkenang akan perjalanan hidup keduanya.

Sebuah perjalanan yang tak mudah. Menjadi mualaf dan tertatih di dalam ketidakberdayaan ekonomi, keduanya harus berusaha untuk survive. Berapalah uang yang dihasilkan dari memberikan jasa pengobatan alternatif? Tidak seberapa. Bahkan bisa dimasukkan ke dalam kategori rezeki harimau, yaitu suatu rezeki tak terduga, yang habisnya juga dalam sekejap juga.

Bagi banyak orang, hidup ini memang tidak mudah. Termasuk bagi Dijah, ibunda si yatim ini. Kepedihan hidup dimulai kala sang suami kembali ke pangkuan Ilahi. Belum lagi hati benar-benar ikhlas akan kepergian putra tercinta, eh sang suami justru menyusul sebulan sesudahnya. Tentu, dunia terasa gelap, dan hati pun terasa lembab. Kemana harus melangkah? Dunia seakan kehilangan arah. Belum lagi, ternyata kepergian sang suami, meninggalkan tanda cinta terakhir di dalam rahim, yang sayangnya, tak sempat disadari. Karena kehilangan dua orang terkasih dalam waktu yang begitu dekat itu, cukup memberikan pukulan telak bagi jiwa hingga batinnya tersiksa, bahkan harus berakhir di rumah sakit jiwa.

Tiada yang tahu, bahwa kala itu, dirinya sedang mengandung, sehingga suntikan penenang seringkali diberikan kepadanya agar dirinya tak hiperaktif melakukan protes akan buruknya nasib kehidupan. Barulah ketika perutnya membesar di rumah sakit jiwa itu, para dokter terkejut dan panik. Benar saja, si yatim yang dikandung akhirnya lahir dalam keadaan hydrocephalus alias berkepala besar.

Yeah, tak patut kita menyalahkan sang Maha Kuasa, tiket menuju syurga bagi setiap orang memanglah berbeda. Bagi Dijah, yang Allah Maha Tahu bahwa wanita ini akan kuat memikul beban ini, diberikan cobaan yang seperti ini. Bagi makhluk-Nya yang lain, tentu lain pula cobaan-Nya.

Singkat cerita, naluri keibuan memandu Dijah untuk menjual seluruh harta peninggalan suami, demi menyembuhkan sang putri, satu-satunya cindera mata yang tersisa. Beberapa kali, si yatim bernama lengkap Siti Habibah Anggun Sari ini menjalani operasi, dalam usianya yang masih batita. Uang hasil penjualan aset pun berpindah, bertukar dengan kesembuhan putri tercinta. Ya, walo pada awalnya tentu tak sembuh sempurna, masih membutuhkan biaya besar untuk check up dan berobat jalan. Namun, menatap putri yang telah normal adanya, adalah kebahagiaan tiada terkira bagi seorang bunda, kan?

Perjalanan hidup terus mengalir, gelombang datang silih berganti. Pasang naik dan pasang surut adalah ketentuan alam yang tak bisa diubah. Kini, keduanya sudah bermukim di Bandung, mengikutiku kala aku masih tinggal di kota kembang itu. Dan kini? Saat aku harus pindah ke ibukota negara, keduanya tetap harus lanjutkan kehidupan. Alhamdulillahnya, rezeki anak yatim memang selalu saja ada, ya, Sobs? Mengalir bagai air bening yang sejukkan kerongkongan.

Negosiasi dengan Mamang Friend Chicken



Bahkan, beberapa minggu lalu, aku dan Dijah dikejutkan oleh rencana Bibah untuk merayakan ulang tahunnya sendiri. Gadis kecil yang tak pernah melihat wajah sang ayah ini, mungkin, begitu berhasrat agar ulang tahunnya [tanggal 25 November nanti] dirayakan. Mengundang teman-teman sekelas. Dan, tak seperti anak lain yang merengek ke ibunya, Bibah malah sudah merencanakan beberapa langkah. 

Yang bikin haru nih, Sobs, gadis kecil yang akan genap berusia 9 tahun ini, sudah melobi penjual fried chicken pinggir jalan, untuk bersedia memberi harga bersahabat baginya, jika dia memesan 50 kotak paket friend chicken si mamang. And...? She got it. Siapa yang tak terenyuh coba, si mamang tak mampu menolak, ketika Bibah kecil berkata 'Mang, saya anak yatim, ingin banget rayain ulang tahun, boleh enggak satu kotaknya 12 ribu rupiah? Kami ga punya uang banyak, Mang. Ini juga uang hasil saya main arisan sama teman-teman, plus uang jajan dan uang santunan anak yatim, yang saya dapatkan.'

Dan, si Mamang, tentu saja luluh. Dimintanya Bibah mengajak ibunya ke situ, dan Dijah hanya mampu mengusap air mata. Anaknya ingin ulang tahunnya dirayakan. Dan itu dengan uangnya sendiri, yang ada sekitar 1 jutaan. Tapi satu jutaan mana cukup untuk merayakan ultah, dengan mengundang 50 orang anak [teman sekelas Bibah] pula?

Singkat cerita, rasanya tak mungkin menolak harapan si yatim ini, toh? Maka, kami pun sepakatlah untuk urunan merayakan ultah Bibah. Persiapan pun dimulai. Beli gaun ultah, sepatu, asesoris dan berbagai pernak pernik keperluan ultah pun mulai diburu. Tak hanya aku yang terenyuh, Intan, putri tercinta juga ikut terharu. Dan berniat untuk turut serta urun bantuan serta memeriahkan hari H nanti.

Yah, namanya juga anak-anak, setelah mendapatkan lampu hijau dariku, Bibah menjadi begitu bersemangat. Rajin belajar, mengerjakan PR, mengaji dan juga lebih perhatian pada ibunya. Aku yakin, ini tak lain dan tak bukan, adalah the spirit to celebrate her birthday menjadi pemicu perubahan baik ini. Semoga semuanya nanti berjalan lancar, ya, Nak. Semoga ke depannya, Bibah jadi anak yang jauh lebih baik, lebih solehah dan lebih perhatian pada bundanya. Ok sayang?

catatan kecil,
Al, Margonda Residence, 23 November 2015



Beberapa minggu lalu, aku dicolek oleh Mba Ely, yang mengelola blog Dunia Ely, via twitter seperti conversation yang tercipta pada gambar di samping, terkait postingan blio yang ditulis berdasarkan curhat online seorang pembacanya. Aku langsung meluncur dan mendapati curhatan itu. Berkisah tentang derita batin serta problema yang sedang dihadapi oleh Mba Yuni, yang bercerita bahwa dirinya diselingkuhi bahkan ditinggal menikah siri oleh suaminya dengan wanita lain, di kala dirinya sedang hamil tua.

Kurang ajarnya lagi [maaf], si suami dengan bangganya membawa serta si selingkuhannya itu ke hadapan pihak keluarga Mba Yuni, kala sang suami dipanggil 'menghadap' untuk ditanyai pertanggungjawabannya. Ealah, kok berani-beraninya bawa selingkuhan ke situ! *Gemes pingin mengurai ususnya pake clurit. Dan dasyatnya lagi, dengan anteng dan tanpa rasa malu, si suami menjawab bahwa dia lebih memilih si wanita selingkuhannya ketimbang melanjutkan hubungan dengan si Mba Yuni, yang sedang hamil tua, benih darinya. Ampyun, dweh ini, lelaki!

Tentu saja, pilihan satu-satunya yang paling pantas untuk dilakukan oleh Mbak Yuni adalah bercerai darinya secara resmi. Untuk apalagi mempertahankan seorang suami yang jelas-jelas tak lagi punya hati untuknya. Aku mendukung 100 persen keputusan Mbak Yuni. Dan benar saja, setelah anak yang di dalam kandungan lahir, maka gugat cerai pun dikabulkan dan perceraian sah terjadi.

Etapi, yang kemudian menjadi problema batin Mbak Yuni adalah, sulit sekali menghilangkan kenangan manis yang pernah mereka ukir bersama, selain itu, mantan suami bersama wanita selingkuhan yang telah dinikahi siri itu, mengancam akan mengambil kedua anak yang ada pada Mbak Yuni untuk diasuh oleh keduanya. Tentu saja, ancaman ini membuat batin Mbak Yuni tersiksa. Rasa takut pun sulit untuk sirna. Itulah dua inti curhat online Mbak Yuni pada blog Mbak Ely, yang kemudian aku komentari dengan memberikan sedikit suntikan motivasi, yang aku berharap bisa menjadi alternatif motivasi tambahan dari apa yang telah diberikan oleh Mbak Ely dan teman-teman lain yang berkomentar di sana.

Bagaimana cara melupakan kenangan manis yang pernah terukir saat masih bersama?


Memang tak mudah melupakan kenangan indah yang pernah terukir bersama, kala madu cinta masih bersemi. Namun, menurutku, memelihara kenangan indah itu, setelah pengkhianatan dan rasa sakit yang ditorehkan di lubuk hati, bukanlah perbuatan yang patut dilakukan. Bukankah itu justru menyakiti diri kita sendiri?

Setelah kita disakiti, ditikam dari belakang, mengenang segala kebaikan dan manisnya kehidupan bersama, adalah sebuah kesia-siaan. Itu menurutku, lho, ya. Eits, I am not just doing an easy talking, lho, ya, karena aku tau persis bagaimana rasanya dikhianati dan disakiti. Pernah ngalamin. Makanya aku berani bilang, bahwa rugi besar lho, memelihara kenangan manis yang terukir bersama seorang lelaki pengecut dan mau enaknya sendiri seperti itu!

Yup, menurutku, inilah yang harus dilakukan untuk melupakan kenangan manis itu;

1. Ganti kenangannya. 

Yup, ganti kenangan manis itu dengan mengenang segala keburukan, pengkhianatan dan perbuatan menyakitkan yang kemudian dia lakukan terhadap kita. Ini akan membantu menciptakan rasa tidak suka terhadapnya, dan mengikis kenangan indah itu.

2. Yakinkan diri.

Yakinkan di dalam hati, bahwa lelaki/suami yang bertanggung jawab dan mengasihi istrinya, TIDAK AKAN pernah berkhianat, TIDAK AKAN pernah menyakiti istrinya. Jika kenyataannya adalah bahwa suami tega berkhianat, menikam dari belakang, itu artinya DIA TIDAK LAGI mencintai kita. So? Lepaskan dia, karena tak ada gunanya memelihara seorang pecundang!

3. Tanamkan di dalam jiwa

Tanamkan di dalam jiwa bahwa suami pengkhianat adalah SAMPAH. Dan yang namanya sampah, ada yang bisa dipilah dan didaur ulang, ada pula yang tidak bisa diapa-apain lagi, artinya sampah itu harus ke TPA [Tempat Pembuangan Akhir]. Artinya, jika suami sudah masuk kategori terakhir, maka dia harus dibuang agar tidak menyebarkan penyakit.

Setelah melakukan tiga point ini, agar hati lebih mudah melupakannya, maka sibukkan diri kita dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat. Telusuri dan gali lagi secara cermat dan serius hobby kita, passion kita, tekuni.

Selain itu, percantik diri kita, buka diri kita untuk welcoming new friends, new life, new environment. Dan..., sekali-sekali memanjakan diri dengan shopping pakaian baru, sepatu baru, atau asesoris baru agar penampilan kita lebih kinclong, adalah hal baik yang akan membantu batin kita recovery, lho!

Yup, memberi waktu bagi diri kita sendiri alias me time, adalah salah satu cara menghargai diri kita sendiri. This is one of the way in appreciating ourselve, memberi kesempatan pada diri sendiri untuk menyadari bahwa diri kita itu masih sangat berharga, lho!

Kembangkan cara berfikir positif. Anggaplah kejadian buruk yang telah terjadi, adalah takdir dan cara Tuhan dalam mendewasakan diri kita. Bukankah untuk sebuah pembelajaran, untuk sebuah pendewasaan diri, terkadang kita memang harus membayar mahal?


catatan kehidupan,
Al, Margonda Residence, 22 Nov 2015







Malam ini, mumpung belum bisa tidur, aku ingin berbagi sebuah cerita, nih, Sobs! Cerita dari negeri dongeng semut alias Belarusia. Kali ini aku ingin berkisah tentang pasar induk Caringin dan Gede Bage yang sukses bikin mata suegerrr dan fresh! Ih, seger dan fresh artinya kan sama, Al? Hihi. Anyway, gimana enggak fresh, Sobs, tampilannya itu lho, bersih pake bingits! Teratur dan estetis! Eits, bukan tak cinta tanah air lho ya, eikeh mah cinta banget akan NKRI. Tapi ini bicara masalah kebersihan dan tertib serta disiplinnya negeri orang lho! Kan yang baik-baik harus diapresiasi dan diupayakan agar bisa implemented di negeri sendiri khaaan?

Well, bicara tentang pasar induk yang satu ini, adanya di negeri semut alias Belarusia, sebuah negeri republik, terletak di belahan Eropa Timur dengan ibu kota negara bernama Minsk, yang secara administratif dibagi menjadi 6 provinsi dan sebuah kota khusus. Kecil yak? Berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa dalam luas wilayah 207,600 km2 --> info dari Mbah Wiki.

Seperti yang pernah aku tuliskan di dalam beberapa postingan lama, kehadiranku di negeri dingin ini adalah dalam rangka memenuhi undangan dari adik ipar, yang asli putri Belarusia sinih, Sobs! Maka, Alhamdulillah, jadilah aku menjejakkan kaki di negeri cantik mereka, dan berkesempatan pula untuk main-main ke pasar induk tadi.

Bicara tentang pasar tradisional, yang ada di imagi kita tentulah sebuah tempat di mana terjadi transaksi jual beli terhadap berbagai barang baik kebutuhan primer mau pun sekunder. Mulai dari berbagai bahan makanan, baik yang sudah siap santap mau pun yang masih berupa raw material-nya. Berbagai buah, sayur, hingga ke pakaian pun ada di pasar tradisional. Begitu juga dengan sebuah pasar sentral tradisional yang kami kunjungi di kota Minsk ini, Sobs!

Hanya saja, bedanya adalah...., di negeri mereka, pasar tradisionalnya bersih banget, tertata rapi dan cantik! Have a look!



Belarusia

pasar di negeri orang

Pasar tradisional


Cantik dan bersih banget, ya, Sobs, pasar mereka? Ini baru pasar tradisional, gimana dengan pasar moderennya, ya?

Sementara pasar tradisional kita? Hayyah, jangan ditanya dan jangan pula berharap terlalu banyak deh. Kebanyakan pasar tradisional kita, masih mengikuti musim. Yup, ikut musim. Musim hujan, maka becek dan berlumpur lah dia. Musim kemarau? Maka kering dan lumayan bersih lah dia. Etapi, kebiasaan masyarakat kita dalam mengelola sampah, justru masih jauh dari standard, yang sering menjadi pemicu yang menjadikan pasar kita semakin kotor.

Memang sih, ada petugas kebersihan, yang memang bertugas membersihkan kotoran/sampah produksi para pelaku pasar, namun, masak mentang-mentang ada petugasnya, lalu kita tak berkewajiban untuk turut menjaga kebersihan, dengan lebih awas dan bijaksana dalam mengelola sampah yang kita hasilkan? Masak sih negeri yang mayoritas muslim ini, yang selalu mengelukan 'kebersihan adalah sebagian daripada iman' tak mampu jaga kebersihan?
Etapi, you know the situation lah, ya? Semoga saja, ke depannya, pemerintah dan masyarakat negeri ini dapat saling bahu membahu dalam menumbuhkan kedisipilinan dan kesadaran untuk hidup bersih dan sehat, melalui aksi peduli kebersihan, yang tentunya akan berefek pada aksi-aksi positif lainnya, sehingga bukan mustahil lagi untuk menciptakan pasar tradisional yang bersih dan rapi, serta cantik seperti pasar yang aku kunjungi di negeri cantik bernama Belarus itu. Bisa khaaan? Tiada yang mustahil jika ada MAU di dalam diri khaaaan?

sepotong catatan kecil 
tentang indahnya pasar di negeri orang,
Al, Margonda Residence, 21 Nov 2015


alaika
Hari gini, kuyakin bahwa setiap orang pasti memiliki handphone alias telepon genggam. Mulai dari yang paling sederhana [yang cuma bisa untuk nelpon dan sms saja], sampai yang canggihnya luar biasa. Ini adalah jaman kemudahan. Jaman di mana segala kemudahan teknologi informasi, telah berada di dalam genggaman. Mulai dari anak kecil, manusia dewasa hingga orang tua renta, kini sudah menggenggam alat komunikasi yang satu ini. 

Alat komunikasi, yang dengannya tak hanya menjadi alat untuk sekedar berbicara atau bertukar berita, melainkan juga sudah bisa menghasilkan rupiah, dolar atau pun mata uang lainnya, tentu saja jika kita jeli dan piawai memanfaatkannya. Tak heran, jika kini kita begitu familiar dengan orang-orang yang telah naik peringkat berkat kemajuan penggunaan teknologi yang satu ini. Yup, Teknologi Informasi. Sepakat kan jika kini tukang ojek pun sudah naik peringkat? Bermodalkan hape android, mereka sudah bisa mengunduh mendapatkan penumpang dari ujung jemari. Ya iyalah. Coba deh, perhatikan, Sobs! 

Sambil nongkrong menanti calon penumpang, mereka tiada henti memperhatikan atau berinteraksi dengan telepon seluler mereka. Bukan, bukannya main games, lho! Tapi menanggok penumpang! Ih, emangnya penumpang itu ikan, apa, ditanggok? Hehe. 

Yup, ini jaman kemudahan, tentu, bagi siapa saja yang mau belajar menaklukkan kemudahan itu sendiri. Karena bagi sebagian orang, apa yang sering berada di dalam genggaman kita ini, yang sering membuat kita-kita lupa untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar [baca: sibuk sendiri dengan utak atik HP], justru dianggap sebagai hal pelik yang sulit ditaklukkan. Memang, tak semua orang mampu menerima kemudahan dalam sekali dua kali belajar. Terkadang, saking banyaknya yang dipikirkan, mempelajari hal baru, utamanya adalah yang berbau teknologi, bukanlah hal mudah.

Tak usah jauh-jauh, ibuku saja, harus membuat catatan khusus tentang bagaimana mengirimkan email, atau bagaimana upload/download gambar via Whatsapp, bluetooth, dan aplikasi lainnya. Dan ini tak serta merta bisa lancar dipelajari, melainkan akan butuh waktu untuk bisa memahaminya dan mempraktekkannya. Harus dimaklumi memang, bahwa usia, juga sangat berpengaruh di dalam proses pembelajaran. Memahami kemajuan teknologi, memang butuh usaha. Yup, usaha dan kemauan. 

Dan, Sobs, tiga hari yang lalu, aku terenyuh oleh sebuah pemandangan, tepatnya di terminal Bogor. Kala itu, aku baru saja turun dari sebuah bis, dan hendak mencari angkot untuk ke stasiun Bogor. Nah, karena merasa haus, aku pun singgah di sebuah warung kecil, yang di sana duduklah seorang bapak tua sekitaran 50 tahunan, ditemani oleh seorang pemuda yang mungkin umurnya sekitar 25 tahunan gitu, deh. 
Duduklah aku di kursi tak jauh dari meja mereka. Keduanya sedang asyik memperhatikan hape yang dipegang oleh si pemuda.

Kutajamkan telinga, penasaran alias kepo. Hehe. Habis, keduanya begitu serius, sih. Yang muda sedang mengajari, yang tua sedang mempelajari. Begitu, deh, posisinya. Dan apa yang sedang mereka pelajari? Ah, aku terharu. Si Bapak ternyata sedang mempelajari bagaimana membaca maps pada android si pemuda. Tak hanya itu, ternyata si pemuda sedang mengajari si Bapak, untuk bisa memahami satu dua aplikasi yang diperlukannya nanti jika beliau diterima bekerja seperti pekerjaan si pemuda, yang tentunya butuh kemampuan untuk memahami teknologi informasi. 

Salut! Terus terang, aku salut dengan kemauan si Bapak, yang coba meretas usia, mematahkan kata TIDAK BISA, menjadi MAMPU menguasai teknologi, yang bagi sebagian orang dianggap sulit dan bahkan menjadi musuh. Salut dengan si Bapak, yang alih-alih bersatu dengan pendemo lainnya, malah beliau mencoba mempelajari teknologi ini, agar terbuka jalan baginya untuk bergabung dengan sebuah kemajuan. Bravo, Bapak! Your great spirit is cheered me up! Go go go! YOU CAN! 

catatan kecil,
Al, Margonda Residence, 20 November 2015

Bagi anak UI atau alumni UI, pasti sudah familiar lah, ya, dengan yang namanya UI Book Festival? Dari namanya pun, kita pasti akan langsung berfikir bahwa ini adalah ajang pamer untuk buku-buku keren hasil karya anak bangsa. Etapi, ternyata, festival yang secara rutin diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan (IMASIP) UI, dengan mengusung konsep edukasi dan entertainment dalam setiap pelaksanaannya, ternyata tak hanya memajang buku-buku, lho! Melainkan ada rangkaian acara keren yang disuguhkan, mulai dari talkshow, seminar,  bedah buku, roadshow film, perpustakaan keliling hingga ke wisata edukasi. 

UI Book Festival telah terselenggara sebanyak sepuluh kali dengan tema yang berbeda dan selalu mendapat tanggapan positif dari semua pengunjung. Untuk tahun ini, the 11th UI Book Festival hadir untuk kali ke sebelas dan menggusung tema "Cheers for Literacy." Diisi dengan serangkaian acara untuk mendukung gerakan literasi yang berbasis charity demi mendukung peningkatan angka minat baca dan melek informasi di masyarakat. Misi utama dari diadakannya acara-acara ini adalah untuk mendorong pendukung dan pengunjung acara agar mendukung gerakan literasi; mempromosikan dan meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi informasi; memotivasi peserta untuk meningkatkan kompetensi diri melalui kegiatan membaca dan mengenal informasi yang dibutuhkan; serta mengajak masyarakat untuk peka dan berpikiran terbuka dalam penyerapan informasi. 

Hm.... sounds interesting banget, yak? 




Dan dalam ajang pamerannya sendiri, UI Book Fair memberi kesempatan bagi sudut kuliner untuk juga ikutan di dalam Food Fair, sebagai upaya juga sih, agar para pengunjung tak perlu kuatir jika mendapatkan panggilan isi perut atau dahaga mengundang.  Tinggal lari ke arena Food Fair, maka problem solved, deh! Selain Food Fair, sudah pasti lah, ya, jika Book Fair juga membuka lapak sebagai ajang daya pikat para pecinta buku. Selain itu? Aneka talkshow dan seminar, juga digelar, lho! Plus roadshow film 'Negeri Van Oranje' yang sedang ngetop, lho!


UI Book Fair 11
Rangkaian agenda acara UI Book Fair ke sebelas

Beberapa Embassy juga berperan Serta

Yup, kali ini, panitia UI Book Fair memberi space khusus bagi kedutaan-kedutaan besar negara lain yang berkantor di Jakarta - Indonesia untuk turut serta di dalam agenda besar ini. Dan salah satu dari kedutaan yang turut berkontribusi ini adalah kedutaan di mana eikeh bekerja, lho, Sobs! 

Yes, the Turkish Embassy in Jakarta, took part in this event, lho! Dan daku ditugaskan untuk mengawal booth kedutaan selama acara berlangsung. Asyik, lah, yaaa! Apalagi aku tuh belum pernah masuk ke kampus UI. Rasanya senang banget, apalagi terlibat langsung di dalam event yang spanduknya terlihat di beberapa tempat setiap aku tiba di stasiun UI. 


Alaika Abdullah
Para pengunjung antusias bertanya jawab tentang beasiswa dari Pemerintah Turki, mau pun info pariwisatanya.

Acara tahunan ini memang berlangsung meriah, seperti tahun-tahun sebelumnya. Para pengunjung yang tak hanya mahasiswa universitas setempat, melainkan juga pengunjung dari masyarakat umum, terlihat antusias untuk berinteraksi di dalam acara ini, baik mendatangi booth-booth serta bertanya jawab di sana, mau pun di dalam acara-acara yang digelar lainnya, seperti bedah buku, talkshow komik Indonesia, road show film Negeri Van Orange dan seminar pra-nikah. 

Untuk kedutaan Turki sendiri, banyak sekali pengunjung yang antusias untuk mengetahui jenis-jenis beasiswa yang disediakan pemerintah Turki untuk calon-calon mahasiswa di luar Turki (International), bagaimana cara mengaksesnya, dan bagaimana selanjutnya setelah mendapatkan beasiswa tersebut. Pertanyaan-pertanyaan lain di luar masalah beasiswa, adalah ketertarikan pengunjung tentang informasi pariwisata yang ada di Turki. 

Melalui para pengunjung yang dengan santai bercerita, aku sempat terkejut juga, lho, bahwa mereka jadi semakin ingin mengenal Turki lebih dekat, setelah menonton sinetron-sinetron Turki yang ditayangkan di telivisi-telivisi nasional kita, lho! *Hayyah! Hehe. Bisa aja, yak? 

Kalo Sobats? Suka juga kah nonton Turkish Movies? Ingin ketemu Paman Selim dan Shehrazat juga kah? Hihi. 


catatan kecil,
Al, Margonda Residence, 19 November 2015



Hari ini, sejak di kantor tadi, aku tuh udah pengen banget untuk segera ke laptop, demi mengerjakan beberapa PR yang tertunda. Yup, beberapa pending blogpost baik di blog ini, mau pun blog yang satu lagi, sudah antri untuk dituntaskan. Kesibukan akhir-akhir ini, memang sungguh menyita waktu, ditambah pula dengan perjuangan dari rumah ke kantor atau pun sebaliknya, yang sukses menguras tenaga karena butuh kekuatan prima untuk bisa tegak berdiri di dalam himpitan sesama penumpang komuter line mau pun busway, yang telah menjadi kendaraan harianku menuju ke kantor, mau pun sebaliknya. Yes! I am a Rocker now! Haha. Awalnya, aku ga ngeh apa itu rocker. Aku kira malah penyanyi rock. Ealah, ternyata rocker adalah istilah untuk pengguna komuter line. Hihi.

Lanjut tentang keinginanku untuk segera menuntaskan utang postingan, maka sepulang kantor, tanpa buang waktu, kecuali untuk menyiapkan semangkuk mie instant yang yummy, plus secangkir kopi luwak, maka mulailah aku menulis. Secara persiapan untuk ngeblog, rasanya udah sempurna banget, deh! Dan emang sih, di awal-awal, tulisan mengalir lancar. Serius! Etapi, di tengah jalan, saat beberapa jendela aplikasi terbuka di layar monitor, maka kekacauan itu pun hadir.

Whatsapp yang sengaja aku hadirkan di layar monitor mulai memanggil-manggil. Obrolan di grup begitu hangat dan sayang rasanya untuk dilewatkan. Belum lagi godaan untuk utak atik gambar di sebuah aplikasi online yang begitu menarik minat, hadooh! Betul-betul menggoda iman.

Maka, tak ayal, daku pun tergoda rayuan setan yang terkutuk. Blogpost yang sedang dikerjakan pun tertinggal, beralih ke halaman aplikasi utak atik gambar, sambil terus berkecimpung di dalam obrolan hangat di grup Blogger Bandung yang emang sedang seru-serunya. Bolak balik antara whatsapp grup dan utak atik gambar, membuatku benar-benar happy dan terlena. Ingat sih, bahwa ini tulisan-tulisan utang harus segera dilunasi, tapi apa daya, Sobs?

Hobbyku pada utak atik image, memang selalu saja mampu mengalahkan hal lainnya, apalagi ini adalah aplikasi yang baru saja aku kenal, jadi wajar bangetkan jika minatku terpaku pada trying this new tools and being excited for the output I made? Hihi.

Header for facebook
Header baru untuk twitter
Hobbyku pada bunga, membuatku pantang melihat bunga deh, baik bunga asli, bunga plastik atau hanya sekedar gambar bunga, selalu saja mampu membuatku happy. Apalagi kalo bunga bank, yak, pasti bikin daku lebih happy, deh! Haha




Tak hanya bikin banner untuk diri sendiri, Sobs, aku malah keranjingan untuk bikinin banner untuk cover twitter dan facebooknya sohib-karib Nchie Hanie yang juga lagi pengen ganti cover. Aku pun semakin happy dan terlena.

cover FB Nchie Hanie

Jadi deh aku lupa diri, hingga akhirnya tersadar bahwa waktu telah beranjak ke tengah malam buta. Hadoh, besok kudu ngantor pula. Mata juga sudah mulai sipit, dan pekerjaan yang pending [bikin blogpost] tampaknya harus ditunda ke esok hari. Hm, apaboleh buatlah, ya, Sobs, terkadang, kita memang harus memanjakan diri dengan menuruti kata hati, melakukan apa yang disukainya walo taruhannya adalah pekerjaan jadi tertunda. *aih, ini mah mencari pembenaran, Al!

What ever, hari telah larut, pak tua ngantuk! *ih, ini mah lagu! Ah, sudahlah, Al, you are tired, go to bed now, take a good rest agar besok bisa bangun dalam keadaan fresh. Untuk pending work, besok aja deh dipikirin. 

Dan, Alaika pun melipir, tentu saja setelah mematikan Macsy. Godaan lain pun menanti. Hm..., ya sutra lah yaaa, see you tomorrow on the next post, Sobats tercinta!

catatan kecil asal jadi,
Al, Margonda Raya, 18 November 2015

Note : 543 words
Yup, judul di atas, adalah yang paling pas untuk mewakili sebuah tragedi yang baru saja berlalu. Untungnya, kini aku sudah bisa sedikit bernapas lega, karena Macsy [Macbook kesayangan] sudah sembuh kembali. Sebelumnya, aseli, Sobs, ga enak makan ga enak tidur, deh!  Habis, 'alat perang utama' yang selalu temani keseharianku itu, ambruk gegara 'emak'nya ini kepedean melakukan sendiri proses upgrading sistem operasi si Macsy. Sebenarnya sih, jika saja bukan karena sembrono alias teledor, musibah itu ga akan terjadi, sih. Etapi, ya sudahlah, mungkin itu juga adalah cara Allah untuk mengingatkan aku agar ke depannya tidak lagi teledor seperti itu. *Lesson Learnt.

Seperti yang pernah aku ceritakan pada postingan sebelumnya, gara-gara terlalu yakin akan kemampuan sendiri, alias kepedean, aku dengan santai meng-upgrade system operasinya Macsy, yang memang ditawarkan pada fitur App Store. Habis, udah lama juga sih ingin membawanya ke toko untuk meng-upgrade OS Xnya, dari Mountain Lion ke OS X El Capitan yang lagi ngehits itu. Tapi belum sempat-sempat ajah. Bisa sih, ngupgrade sendiri, tapi terhalang pada kekuatan koneksi internetnya. Itu pula yang selalu menghalangi aku melakukan upgrading sendiri.

Nah, giliran sudah punya koneksi stabil di rumah, yakin donk, doing upgrading sendiri itu ga akan sulit alias gampil! Maka beraksilah aku. Menekan tombol upgrade dan menanti proses downloading yang berjam-jam sambil terkantuk-kantuk. Singkat cerita, karena ketiduran dan kehabisan batre laptop, proses upgrading itu pun gatot alias gagal total, Sobs! Lebih parahnya lagi, Macsy sekarat, tak bisa log in lagi. Jadi setiap aku coba power on, yang muncul hanya icon apple kroak tok. Hiks..., gawat, gawat dan gawat!

Bener saja, walo sudah aku coba berulang-ulang mengikuti tutorial demi tutorial untuk menyembuhkan Macsy tersayang, tetap saja, kemampuanku yang hanya emak-emak blogger dengan pengetahuan IT yang masih cetek ini, tak mampu merecovery Macsy. Kacau! Kuyakini bahwa seluruh data yang tertanam di dalam tubuh Macsy juga sudah raib tersapu gelombang kekacauan tadi. Ampyuuun, kenapa sih tadi aku begitu pede? Sok pinter? Untungnya, aku menemukan seorang ahli yang bersedia merecovery Macsy dengan harga yang bersahabat. *Indonesia banget, yak? Udah rugi tetap aja untung, hehe*

Maka, Macsy pun menjalani a day care di klinik itu, sambil aku tinggal bekerja. Dalam hati sih sempat was-was, bisa ga, ya, Macsy sembuh lagi? Kalo enggak? Hiks.... aku belum sanggup beli Macbook Air lagih. Untuk Intan aja belum keganti, masak harus beli untukku lagi?

Untungnya, oleh si 'dokter' yang memang ahlinya itu, Macsy berhasil disembuhkan, Sobs. Cuman..., all the data has been lost! Hadeuuuh! Semuaaaaa..... Hiks. Nyesal banget ga aku back up. Lebih bodohnya lagi, aku tuh ga pernah mengaktifkan Time Machine, fasilitas khusus di MacBook, yang sebenarnya bisa digunakan sebagai salah satu sistem recovery, jika terjadi hal-hal seperti ini. Aih, emanglah yaaaa, pembelajaran itu mahal banget harganya!

Analisa Penyebab Macsy Sekarat

Jadi, ternyata penyebab sekaratnya Macsy itu, bukan hanya disebabkan oleh hybernating alias lowbat, saat proses installing itu, lho, Sobs. Aku lupa bahwa di dalam tubuh Macsy itu ditanam dua sistem operasi, yaitu Mac dan Windows. Istilahnya, aku memasang paralel desktop pada Macsy, sehingga bisa bekerja di dua sistem operasi pada saat yang bersamaan, tinggal geser-geser layar, gitu, deh.

Nah, celakanya, saat melakukan upgrading, harusnya aku remove dulu si paralel desktop tadi, agar tidak crash. Ya, namanya juga emak-emak, yak? Banyak lupanya, plus pula pengetahuanku tentang hal ini masih di bawah rata-rata, jadi ya ngono, deh! Macsy pun padam, pada saat proses installing the new OX. Hehe. Emaknya pun melongo lalu mengusap air mata. Hihi.

Untungnya, Macsy sudah recovery, dan kini sudah berjalan dengan sistem operasi yang baru, the OS X el Capitan, gitu, lho! Alhamdulillah. *Ntaran, aku akan jauh lebih hati-hati dan ga akan teledor lagih, semoga.*

Al, Margonda Raya, 12 November 2015


Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • ACER Srikandi Blogger 2013: Dan Pemenangnya adalah...
  • Petualangan Gaib
  • Senyummu, Bahagiaku.
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Daya Magis the Grand New Avanza dan Grand New Veloz
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • SILAP
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes