My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Nenek Asyani pencuri kayu
Foto milik Ghazali Dasuqi/Detik.com
Nenek Asyani si 'pencuri kayu'. Ah, yang bener saja? Rasanya ga masuk akal deh! Itulah yang ada dibenakku kala pertama kali pikiranku terkesan pada hiruk pikuk perkara Nenek Asyani. Awalnya, seperti biasa, aku tidak terlalu menaruh perhatian, karena terkadang, berita-berita seperti ini terkesan seperti diblow-up oleh rekan-rekan media dalam rangka menarik pembaca atau visitor. Dan berbekal pemikiran itu, aku sendiri tidak ingin ikutan latah menuliskan artikel tentang si nenek malang yang bahkan untuk berjalan dalam jarak dekat saja pun, sudah tidak terlalu meyakinkan lagi, eh kok malah dituduh mencuri kayu jati milik Perhutani.

Makanya, aku ga mau ikutan posting ah! Etapi, status seorang teman di facebook yang berbunyi;

Nenek Asyani yang dituduh mencuri kayu dikenai hukuman 1 tahun penjara. Dia histeris. Meskipun aku miris dan kasihan, tapi kalau memang mencuri sebaiknya dihukum agar gugur dosa-dosanya di dunia. Tetapi kepada penegak hukum aku tegaskan bawa jika Nenek tua yang tampak miskin ini dihukum 1 tahun, maka para pencuri kayu seperti kasus2 illegal logging itu dihukum seumur hidup! Itu baru adil ~tulis seorang teman baik, di wall fbnya. ~ 

Ha? So? Nenek malang ini divonis bersalah? Oh Tuhan.... sungguh malang nasibmu, Nek. Sungguh, dengan perasaan miris, aku seakan dikomando oleh hati nurani untuk mencari tau. Sebenarnya gimana sih kasus yang menimpa nenek renta berusia 63 tahun asal Dusun Krastan - Desa/Kecamatan Jatibanteng - Situbondo ini?

Browsing sana browsing sini, mencoba mengurut histori kasus ini, akhirnya aku mencoba merunut kejadian dari awal hingga akhir, yang ujung-ujungnya, tak urung, sukses menitikkan air mataku. Duh, mirisnya nasibmu, Nek!

Awal Kisah

Enam tahun lalu, tersebutlah seorang nenek renta bernama Asyani, dari sebuah dusun di pelosok Situbondo. Bersama sang suami [yang saat itu masih hidup], memutuskan untuk menebang 7 kayu jati dari lahan yang saat itu masih sah menjadi miliknya. Karena ketiadaan ongkos angkut, maka ketujuh kayu jati itu dibiarkan saja di tekape hingga kemudian lahan itu berpindah tangan [dijual]. Suaminya meninggal dunia, dan baru pada Desember 2014, si nenek memiliki dana untuk upah mengangkut kayu itu. Diajaknyalah Ruslan, menantunya; Sucipto, si tukang kayu ; dan Abdus Salam, sang sopir pick up, yang kemudian ikut diringkus oleh aparat bersamaan dengan penangkapan Nenek Asyani.

Nenek Asyani ditangkap? Karena apa? Tuduhannya apa? 
Ya karena ada orang Perhutani yang memergoki si Nenek beserta 'crew'nya sedang mengangkut tujuh kayu jati itu, yang disinyalir bahwa kayu itu adalah milik Perhutani. Ilegal logging, tuduhan kerennya. Memang sih, kabarnya Perhutani sedang kehilangan dua kayu jati. 

“Saya mengambil kayu jati di lahan sendiri. Sekarang lahan itu sudah saya jual. Penebangnya suami saya yang sekarang sudah meninggal. Jadi, saya tidak mencuri, saksinya orang sekampung,” ungkap Asyani dengan bahasa Madura karena tidak bisa berbahasa Indonesia. Selama menjalani sidang, Asyani terlihat pasrah menerima nasibnya. ~ seperti dilansir oleh www.liputan-terkini.com/5242/sedih-banget-nenek-ini-dihukum-karena-dituduh-mencuri-kayunya-sendiri.html
Keterangan yang dibenarkan oleh Pak Kades itu dikuatkan pula oleh kuasa hukum sang nenek berupa copy berkas kepemilikan lahan enam tahun lalu, yang tentunya masih merupakan milik Nenek Asyani. Namun, Ibu Jaksa Penuntut Umum bersikeras menjerat ke-empat tertuduh dengan dakwaan masing-masing yang intinya adalah bahwa mereka telah melanggar beberapa pasal yang berhubungan dengan Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Aih. Seyem juga yaaaa?

Tentu saja Nenek Asyani bagai orang jatuh ketimpa tangga. Tak pernah terlintas di benaknya jika perbuatan mengambil kayu jati dari lahannya sendiri akan menjeratnya seperti ini. Betapa beruntungnya sang suami yang telah lebih dulu mendahuluinya. Hiks..

Singkat cerita, Nenek renta 63 tahunan ini pun terpaksa mendekam di dalam ruang tahanan yang pengap, dan bersimpuh tersedu kala Ibu Jaksa mendakwanya untuk tuntutan bersalah. Berurai airmata, nenek tua renta ini memohon agar Majelis Hakim mengampuninya, dan meminta untuk dipercaya bahwa dia tidak mencuri. Kayu-kayu itu adalah miliknya semata.
Nenek Asyani menangis
Foto dipinjam dari Liputan Terkini [dot] com
Link :
http://www.liputan-terkini.com/5242/sedih-banget-nenek-ini-dihukum-karena-dituduh-mencuri-kayunya-sendiri.html 
Nenek Asyani dinyatakan Bersalah

Perjalanan panjang membebaskan Nenek Asyani dari jeratan hukum, ternyata tidak berujung baik. Berbagai usaha yang dilakukan oleh Bapak Supriyono, kuasa hukum sang nenek, tidak membuahkan hasil gemilang. Majelis hakim tetap terpengaruh oleh dakwaan ibu Jaksa Penuntut Umum, yang bersikeras bahwa Nenek Asyani harus diberikan hukuman yang setimpal. Karena?

Karena berdasarkan fakta persidangan, nenek tua ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12 huruf [d] juncto Pasal 83 Ayat [1] UU Nomor 18 Tahun 2013, tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. ~seperti dilansir oleh http://news.detik.com/read/2015/04/23/162800/2896358/10/divonis-bersalah-nenek-asyani-tantang-majelis-hakim-sumpah-pocong

Tak ayal, oleh Majelis hakim yang dipimpin Kadek Dedy Arcana, Nenek Asyani diganjar 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun 3 bulan. Tak hanya itu, nenek renta ini juga didenda Rp 500 juta subsider 1 hari kurungan. Selain itu, Hakim juga memerintahkan agar barang bukti mobil pick up L-300 dikembalikan kepada saksi Abdussalam, serta 38 sirap kayu jati dirampas untuk negara. Weleh weleh..., malangnya nasibmu, Nek!

Lalu bagaimana tanggapan Nenek Asyani mendapatkan ganjaran hukuman ini?
Miris, Sobs! Kasian banget! Walau tak harus kembali ke dalam penjara, karena Majelis Hakim memutuskan bahwa walau diputuskan bersalah, tapi tidak perlu dijalankan oleh terdakwa *emang bisa ya?*, namun tentu saja mental nenek tua ini terpukul banget kan ya? 


Tak tanggung-tanggung, Nenek Asyani pun menantang Hakim untuk melakukan sumpah pocong, untuk membuktikan bahwa dirinya tidak mencuri. Yaaa, tentu saja sebuah tantangan yang tidak dianggap lah oleh majelis hakim yang terhormat. Namun, kuasa hukum Nenek Asyani ternyata tidak akan tinggal diam. 




Bapak Supriyono akan mengajukan laporan terperinci tentang sikap hakim yang percaya akan keterangan Jaksa Penuntut Umum tanpa pembuktian ilmiah, atas kayu yang menjadi barang bukti dalam perkara yang dimaksud. Juga, menurutnya majelis hakim lebih mengedepankan solidaritas korps sesama aparat negara di dalam memutuskan perkara ini. Oleh karenanya, pengacara Nenek Asyani ini akan mengajukan banding. 

Duh, Sobs, miris banget jadi rakyat kecil? Kemana ya, jiwa-jiwa pejuang keadilan di negeri ini? Kenapa hanya segelintir saja yang masih berhati bersih dan berjiwa mulia? Jadi melo deh aku menutup kisah ini. Kerasa enggak sih kalo hukum kita tajam ke bawah dan tumpul ke atas?

Oya, untuk ke tiga 'krew' nenek Asyani, mereka juga diganjar hukuman bersalah, seperti yang tercuplik dari berita yang dilansir oleh http://www.merdeka.com/peristiwa/nenek-asyani-divonis-bersalah-pengacara-akan-laporkan-hakim-ke-ky.html ini. 


penelusuran jejak kasus Nenek Asyani
Al, Bandung, 24 April 2015

Break Time! Yeay! Setiap orang pasti akan bahagia banget jika diberikan break time. Termasuk eikeh dunk, ah! Yes. Sejatinya, setiap orang pasti membutuhkan waktu rehat, leyeh-leyeh, nyantai, me time, atau apa pun istilahnya, untuk break sejenak dari rutinitas. Leyeh-leyeh atau breaktime, kalo menurutku sih penting banget, bukan saja setelah melakukan kegiatan panjang berhari-hari nan melelahkan, tapi juga kita butuhkan setelah beraktivitas harian, yang fungsinya adalah menetralisir kembali kejenuhan akibat kita terus menerus fokus pada suatu kegiatan. Misalnya saja, setelah meeting seharian, melakukan presentasi ini itu, atau setelah ngonsep surat atau bahkan memasak di dapur, tentu kita butuh sejenak waktu untuk refreshing. Peregangan. Ya, kan, Sobs?

Nah, kalo aku sih, biasanya nih, setelah tumplek [boso opo iki?] pada suatu pekerjaan, untuk menghilangkan monotonitas [bener ga sih istilah ini?], biasanya aku suka mengalihkan perhatian ke aneka bacaan di ranah maya. Asyik aja gituh, bersantai-santai aka leyeh-leyeh di dunia virtual. Ya, berinteraksi di facebook atau mantengin twitter land kek, atau mantengin instagram, atau bahkan baca-baca berita ringan di halaman-halamannya mbah Google.

Dan, taukah Sobats, jika kini ada sebuah portal asyik yang bisa kita jadiin tempat untuk hangout setelah lelah fokuskan diri pada pekerjaan atau rutinitas harian? Nah, aku sedang getol-getolnya nih, bermain-main di portal yang satu ini, lho! BreakTime. Yup, portal ini cukup jelas menggambarkan apa yang mereka tawarkan dari kehadirannya di blantika ranah maya. Sesuai dengan apa yang tertulis di halaman facebook fanpage mereka, bahwa kehadiran mereka adalah sebagai website lifestyle portal yang membawa pengalaman baru membaca artikel yang lebih dekat dengan pembacanya. Wow.

Dan ternyata, Sobs, emang asyik banget deh hangout di sini. Banyak informasi menarik yang bikin kita asoy geboy happy plus nambah wawasan, lho.

breaktime.co.id
Beranda Website BreakTime

Fitur-fitur yang tersedia di sana tuh beneran, tak hanya bikin mata fresh, lho, tapi juga bikin wawasan kita bertambah! Ada spot untuk travel, cullinary, health, fashion, entertainment dan banyak lagi.

spot breaktime

Sobats penasaran akan portal keren yang satu ini? Yuk, intip langsung di tekape, atau nantikan postingan lanjutan tentang Breaktime pada postingan lanjutan, ya! Seru abis, lho!

Berbagi informasi,
tempat asyik untuk hangout di ranah maya
Al, Bandung, 23 April 2015
TIK. Yup, TIK! Teknologi, Informasi dan Komunikasi, adalah tiga serangkai yang tak lagi bisa dipisahkan satu sama lain. Bicara tentang TIK, koneksi internet menjadi nyawa kehidupan bagi ketiga unsur ini. Setuju enggak sih, Sobs?

Kalo aku sendiri, dulu banget, ketika bertugas di sebuah kepulauan terpencil di Sumatera Utara sana, tepatnya di salah satu kecamatan di Nias Selatan, ngerasa banget betapa dukungan telekomunikasi [internet dan akses seluler] teramat sangat aku butuhkan untuk menghubungkan antara aku dan keluarga, juga untuk berkomunikasi dengan kantor. Bahkan pernah tuh, saking miskinnya sinyal di desa ini, kami harus menggunakan alat telekomunikasi [telepon satelit] milik NGO yang memang stand by di pulau itu. Hadeuh, kerasa banget deh, betapa dukungan telekomunikasi itu sangat berarti.

Untungnya, kini, 2015, kita semua semakin dimudahkan di dalam mendapatkan dukungan saluran telekomunikasi. Internet sudah dapat kita akses dengan mudah dan murah, berkat kerja cerdas dan upaya serius provider-provider inet-selluler yang ada di Indonesia. Alhamdulillah. Kini, berbicara TIK [Teknologi, Informasi dan Komunikasi], bukan lagi hal yang sulit dan awam. Walo, tentu saja, masih banyak bagian negeri ini, yang masih 'mendung' akan pengetahuan dan akses terhadap TIK.

Bicara tentang TIK, tersebutlah sebuah organisasi yang berdiri di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Informatika [KemKomInfo], bernama Relawan TIK, yang merupakan tempat berkumpulnya para pegiat TIK, yang antusias untuk menularkan ilmu dan wawasannya agar masyarakat pedesaan mau pun perkotaan di negeri ini, melek TIK, sesuai dengan visi dan misi dari berdirinya organisasi ini. Apa aja sih visi dan misinya, Al? 

Visi: 

Menjadikan Relawan TIK sebagai pribadi, sekaligus warga masyarakat unggulan, yang siap siaga mengemban misi sosial, kemasyarakatan dan kemanusiaan bagi pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan/penguasaan keterampilan teknologi informasi dan komunikasi untuk kemaslahatan masyarakat dan kemajuan bangsa.

Misi: 


  • Internal (mikro) menyiapkan anggota dalam penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan individual maupun kerjasama kelompok guna menyelenggarakan tugas-tugas edukasi sosial, pemberdayaan maupun kegiatan insidental;
  • Organisasional (meso) menjadikan Relawan TIK sebagai sebagai satuan yang mampu bereaksi cerdas, tanggap, bergerak cepat serta bertindak cermat dalam menjalankan tugasnya;
  • Nasional (makro) berkontribusi dan partisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan, kemasyarakatan serta berperan dalam tugas kemanusiaan, dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan TIK bagi kemaslahatan masyarakat dan kemajuan bangsa Indonesia.

Dan, Alhamdulillahnya, diriku termasuk salah satu dari anggota organisasi ini, lho! Tak hanya aku, tapi juga, Meti Mediya dan Nchie Hanie [trio emak Bandung], terdaftar sebagai pentolan [jiaaaah] dari organisasi keren ini. Khusus untuk Relawan TIK Kota Bandung, adalah Meti Mediya sebagai Ketuanya, Nchie Hanie sebagai Bendahara dan aku sendiri ditunjuk sebagai sekretarisnya. Ehem. *benerin hijab*

Ngapain aja sih di Relawan TIK itu? 

Macam-macam, sih, Sobs! Dan tergantung lagi pada kebutuhan masyarakat di setiap daerah di mana RTIK itu bergerak. Untuk kota Bandung sendiri sih, kita menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai visi dan misi di atas. Salah satu kegiatan yang sedang dalam persiapan untuk dihelat pada Mei akhir nanti adalah sebuah festival tahunan bertajuk Festival TIK untuk Rakyat - 2015.

Festival TIK Untuk Rakyat  - 2015


Weis, Festival? Pasti seru tuh?
Ya iyalah! Namanya juga festival. Dan festival yang satu ini, tentu beda dengan festival-festival lainnya yang pernah digelar di negeri ini, donk!
Sesuai dengan namanya, Festival TIK untuk Rakyat adalah sebuah festival yang mempertemukan para stakeholder di bidang TIK [Pemerintah - Akademisi - Pebisnis - Komunitas - Masyarakat] untuk mendekatkan masyarakat dengan dunia TIK.

Festival ini adalah agenda tahunan yang telah dimulai sejak tahun 2012, berlangsung di Bandung, dan tahun ini kembali berlangsung di Bandung, sebagai festival TIK untuk Rakyat, tahun ke empat. Pelaksanaan tahun kedua berlangsung di Surabaya pada tahun 2013 dan yang ketiga berlangsung di Menado pada tahun 2014 kemarin.

Ada apa aja nih di Festival ini, Al?

Bicara agenda kegiatan dalam FesTIK 2015 ini, pasti banyak dunk! Pastinya ada acara seremonial yang rencananya akan dihadiri dan dibuka oleh RI-1 aka Bapak Jokowi, Para pemangku jabatan keren di KemKominfo, Para Petinggi Wilayah Jawa Barat dan pastinya Para Petinggi dari Kota Bandung. Selanjutnya ada yang namanya seminar, workshop, pameran, aneka lomba juga hiburan-hiburan, baik hiburan rakyat mau pun hiburan ala TIK.

Siapa aja nih pelaku kegiatan ini, Al?

Rame! Selain tokoh-tokoh penting RTIK yang akan berbagi ilmu dalam rangkaian acara, juga melibatkan anggota komunitas-komunitas lainnya dalam menyukseskan acara ini. Pastinya bakalan seru deh, Sobs!

Penasaran akan detil kegiatan ini? Nantikan updatenya pada postingan lainnya, ya!

sekelumit info tentang TIK dan FesTIK 2015
Al, Bandung, 21 April 2015

Shopius, Media Iklan Toko Online. Bukan latah atau ikut-ikutan lho, ya, jika hari ini aku posting tentang Shopious. Eh, udah pada tau belum, sih, Sobs, tentang si Shopious ini? Pasti sering donk ya baca artikel-artikel tentangnya, yang juga banyak ditulis dan dipublis oleh teman-teman blogger lainnya? Aku sendiri, awalnya ga ngeh, sih, akan apa itu shopious, dan ga ingin mengetahui lebih lanjut walo beritanya sering terlihat di headline/judul maupun tulisan-tulisan di blog teman. Etapi, tadi malam, terlibat obrolan santai dengan seorang teman, yang sama-sama kuliah di Teknik Kimia, dua puluh tahun lalu. *Aih, dua puluh tahun lalu, bo'! Ketauan deh umur eikeh, haha.

Nah, si temanku ini, sekarang ini sedang getol-getolnya berbisnis online. Yang jadi produknya macem-macem, mulai dari handicraft, fashion hingga aksesoris imut for hijabers gituh. Nah, tertarik dunk aku untuk tanya-tanya lebih lanjut, ya, tentang media yang dia pakai untuk berjualanlah, omset dan peluang serta tantangan yang dihadapi dalam berjualan itu, juga tips dan triknya dalam berjualan.

Dan seperti kebanyakan pedagang online lainnya, temanku ini cukup memanfaatkan media sosial yang dia miliki saja sih, dan belum mengoptimalkannya via toko online [website] gituh. Katanya sih, via medsos aja udah cukuplah, karena dirinya belum mampu menggaji admin/pegawai kalo harus buka website segala.

Aku: Ha? Seriously? Dengan medsos saja cukup? 

Teman: Yup. Cukuplah, bagi aku lho, ya! Aku jualan di instagram.

Aku: Tapi kan enggak semua orang punya akun instagram, lagian ga semua orang senang belanja via smartphone atau gadget, lho! Masih banyak yang senang cuci mata lalu belanja via laptop. Tampilannya lebih gede, dan nyaman di mata. Nah, kalo instagram kan susah.

Teman: Iya sih, tapi sekarang kan udah ada Shopius, Al! Jadi ga masalah, aku tetap bisa jualan via instagram, dan pelangganku yang seneng mantengin via laptop pun tetap aja bisa cuci mata dan belanja online di aku, tanpa harus memiliki akun instagram.

Hayyah! Shopious lagih! Kali ini, aku bener-bener jadi penasaran deh akan Shopious ini. Gimana enggak, coba, Sobs? Temanku ini pun familiar akan Shopious, bahkan menggunakannya untuk berjualan. Masak eikeh kudet akan Shopious? Hihi, malyu dunk eikeh! Maka, sambil melanjutkan obrolan, mulailah jemariku menari lebih gesit lagi. Browsing info tentang Shopious. Iya, dunk, biar ga dibilang kudet, gituh. Haha. Kata kunci yang pertama aku pakai adalah 'apa itu shopious', dan langsung oleh Om Google dibawa kesini deh.



Dan aku pun langsung tercerahkan setelah menyaksikan video yang mempertemukan mba Shopi [si penjual] dengan Iyus [si pembeli, yang ternyata lebih betah cuci mata dan belanja online via laptop]. Hallo, Mbak Iyus, kok kita sama yaaa? Hehe.

Sobats juga penasaran akan Shopious? Coba deh pantengin video ini. Tapi untuk gamblangnya, mari aku ceritakan sedikit mengapa orang-orang kini mulai lari ke Shopious, yuk!

Apaan sih Shopious itu? 

Ternyata nih, Sobs, Shopious itu adalah Media Iklan Toko Online! Di mana dia menghubungkan penjual yang menggelar dagangannya di instagram, untuk dipajang di etalase yang tersedia di Shopious, sehingga netizen manapun yang berkunjung ke berandanya, bisa ngubek-cantik dan cuci mata serta berbelanja di sana, tanpa harus membuka instagram. Mudahnya lagi, penjual-penjual yang bergabung di shopious ini, tidak perlu repot-repot mengupload foto dagangan mereka kesana, karena shopius secara otomatis akan melakukannya. Wew! Mudah dan asyik ya? Jadi penjual dimudahkan, praktis dan tinggal nunggu orderan yang datang deh!

Apa aja sih yan dijual di sana?

Hm, sebenarnya, Shopious tuh tidak menggelar item per item dagangan si pedagang, tapi memberi space bagi setiap penjual yang tergabung di dalamnya, untuk menampilkan profil langsung toko mereka dan preview produk yang mereka gelar. Dan banyak sekali kategori dagangan yang tersedia di sana, sehingga ga heran jika kemudian kita jadi terlupa akan tujuan awal berkunjung ke Shopious, haha. So, biar ga tenggelam dalam keasyikan yang ujung-ujungnya bikin dompet menipis, stay tight pada niat awal, ya, Sobs, fokus dulu pada barang apa yang dicari dan ingin dibeli. Haha. Serius lho, banyak banget item menarik yang digelar di etalase Shopious tuh. Ampyuuun, ngiler!
shopius.com
Tampilan Beranda Website Shopious
Lalu kemudahan bagi pembelinya apa nih?

Ya seperti yang kita urai di atas tadi, Sobs, kan tidak semua orang punya akun instagram tuh, dan ga semua orang senang berbelanja via smartphone or gadget, ada yang senangnya cuci mata dulu di lappie, ubek sana ubek sini, baru beli. Nah, nyamannya tuh dilakukan di lappie. Dan berbekal website, maka shopious telah menghubungkan calon pembeli non instagram dengan pedagang instagram, dipertemukan di shopious! Begetoh, deh!

Terus, aman ga sih berbelanja di Shopious ini?

Dari info yang aku baca sih, bertransaksi di Shopious ini cukup aman, karena Shopious sendiri tidak sembarangan menerima pedagang yang mendaftarkan diri di mereka. Proses verifikasi tentu saja dilakukan untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi antara pembeli dan penjual nanti aman adanya.

Bagaimana cara mendaftar? Haruskah calon pembeli juga mendaftar di Shopious? 

Yup, enaknya sih kita mendaftarkan diri [bikin akun] agar bisa berselancar dan bebas mengubek-ngubek pajangan yang ada di beranda Shopious. Caranya juga gampang banget kok. Cukup sediakan sedikit waktu kita untuk mengisi form ini deh, ikuti langkah-langkah mudah yang diminta.

Masih bingung juga? Gampang, tinggal colek mas/mbak CS yang stand by di sudut kanan bawah halaman Shopious, tuh. Mereka siap sedia memberikan penjelasanan/bantuannya, lho!

Nah, Sobats, sekarang jadi lebih tau tentang Shopious kan? Dan ga heran jika temanku betah dan semangat semangat tuh berjualan di Instagram berkat dukungan Shopious. Jadi pengen jualan juga ih! Kalo kamu?

seputar dunia online shop
Al, Bandung, 20 April 2015

Alergi? Oops! Alergi apaan, Al? Yang pasti sih bukan alergi terhadap dolar dan rupiah, sih! Haha, tapi adalah alergi yang bermula dari tangisan Intan via telephone setengah hari setelah dirinya kembali ke dormitory, usai menghabiskan liburannya di Bandung.

Yup, tangisan yang tentu saja bikin aku [selaku ibunya] was-was dan ingin segera tancap gas ke Jababeka sana, menjenguk dan menjemputnya pulang kembali ke rumah. Tangisannya sungguh bikin aku tak tenang, apalagi disertai berita yang mengalir panik dari bibirnya, bahwa di seluruh kulit tubuh hingga wajah, bentol-bentol membentuk 'pulau' yang memerah. Gatel. Disertai pula dengan pembengkakan di beberapa bagian tubuh seperti kaki, tangan dan pelipis mata. Duh, membayangkannya sulit, deh, rasanya!

Sungguh, tak terbayangkan oleh benakku, seperti apa itu, hingga kemudian dengan tak sabar, kuminta dirinya segera taking pictures and send them to me. Dan? Masyaallah, wajah putriku terlihat sangat menyedihkan. Bawah mata dan pelipis terlihat membengkak, punggung dipenuhi oleh kulit yang memerah berbentuk pulau-pulau kecil. Sungguh tragis. Belum lagi kakinya yang terlihat membengkak. Oh, Tuhan. Ini pasti alergi! Tapi, alergi apa? Makan apa putriku ini? Perasaan tadi sebelum berangkat, dirinya ga ada makan yang aneh-aneh, deh! Persis menunya seperti yang aku konsumsi, dan aku baik-baik saja.

Lalu, bagaimana dengan Intan? Apa yang terjadi dengan putriku? Terlintas di benakku, akan keangkeran dormitory-nya. Mungkinkah ada 'sesuatu' yang numpang di kamar Intan selama ditinggal liburan? Mungkinkah tadi, saat masuk ke kamarnya, Intan langsung banting tas ke atas tempat tidur seraya merebahkan diri tanpa mengibas seprei terlebih dahulu? Hadeuh, semakin was-was deh. Mana lagi hari telah menjelang malam. Ga mungkin banget berangkat ke Jababeka sekarang untuk menjemputnya balik ke Bandung, pasti akan terjebak macet, dan ini bakalan larut malam masih di jalan, lho! Ngeri-ngeri sedap kalo kupaksakan, mengingat 'musim' begal semakin subur. Hiks...

Kubujuk Intan untuk mandi, lalu mengoleskan minyak kayu putih di sekujur tubuhnya, yang tentu saja dituruti oleh putriku itu. Dan, memang sih agak mendingan setelah itu, sehingga Intan sedikit lebih tenang. Dan tentu saja, uminya ini juga ikutan tenang. Etapi, seiring malam yang kian larut, sekitar pukul sebelasan, si gatal-gatal itu kambuh lagi, dan lebih parah dari sebelumnya. Tentu saja, teman-teman Intan juga ikutan panik, menelephoneku, mengabari kondisi terkini dari Intan. Seruban foto-foto terkini Intan menyerbu ruang LINE-ku.

Aduh, nak, gimana Umi mau jemput sekarang? Ini sudah tengah malam, kita ga punya supir. Bisa sih Umi nyetir, tapi malam-malam begini, kalo sempat bocor ban di tengah jalan nanti piye?

Tak ada pilihan lain malam itu. Kubujuk Intan untuk bertahan dengan menitipkannya pada teman [tetangga kamar] nya. Agar bertahan hingga subuh tiba. Untungnya, putri semata wayang ini sangat mudah diajak bekerjasama. Namun itu tak berarti kami berdua bisa beristirahat dengan tenang, sih. Malahan seisi rumah [Ibuku yang baru datang dari Aceh, Dijah dan Icha] ikutan tak tenang. Tak ada dari kami yang bisa tidur nyenyak, mengingat kondisi Intan saat itu. Aku apalagi, rasanya sejenakpun tak bisa memejamkan mata. Ingin rasanya azan subuh segera berkumandang, agar segera bisa kuraih kunci mobil dan melarikannya temui Intan. Hiks... beginilah rasanya hati seorang ibu, yang mengetahui anaknya sedang dalam keadaan tak sehat.

Dan memang, aku hanya butuh 1,5 jam untuk sampai ke dormitory-nya Intan, begitu mentari mulai menyembul dari ufuk Timur. Kudapati putriku terbaring lemah. Duh, Nak..., Nak. Kenapa jadi seperti ini? Wajah pucat itu, sungguh mengiris hati. Terbayang sudah, dokter pasti akan menganjurkan test darah, test alergi, mungkin juga perlu suntikan. Dan untuk yang belakangan ini, akan ada perang antara Intan, aku dan petugas/dokter saat menyuntik, karena Intan paling takut dengan jarum suntik. Haha.

Dan, benar saja, di rumah sakit Al Islam, Bandung, semua perkiraanku tepat adanya. Dokter langsung mengatakan bahwa ini adalah alergi atau gimpa, kalo istilah orang Bandung. Dan dianjurkan untuk disuntik selain diberi obat minum. Dan lagi-lagi benar, Intan menangis ketakutan saat jarum suntik [ukuran bayi] hendak disuntikkan ke lengan dan bokongnya. Aih, Nak, masih saja seperti anak kecil, ih, padahal kan udah mahasiswi, sayang! 

Dan seperti kata dokter, obat yang diinjeksi ke dalam tubuh memang jauh lebih cepat daya kerjanya. Terlihat kulit Intan perlahan mengempes bengkak-bengkaknya. Sementara kalo hanya minum obat, paling si obat baru akan bereaksi empat jam setelah obat dikonsumsi.
Kami semua jadi tenang, terutama Intan, yang tak lagi panik seperti sebelumnya. Dia takut kena cacar, dan lega banget saat dokter bilang itu adalah alergi. Cuma, masih bingung aja, salah makan apa Intanku sampai alergi seperti itu? Apa bukan karena keteguran? Hehe. Dasar yak? *pikiran primitif

Takut alerginya kambuh lagi, Intan tekun sekali mengkonsumsi obat-obatan yang diberi pak Dokter, hingga tak sampai dua hari, alerginya itu tuntas sudah. Alhamdulillah, ya Allah. Berakhir sudah kepanikan ini, dan kini Intan siap untuk diantar kembali ke dormitory-nya, di komplek kampus President University, Kota Jababeka, Cikarang. Cuma sampai sekarang, penyebab alerginya, sih, masih misteri, karena belum sempat melakukan test alergi, yang ternyata harus dilakukan oleh dokter kulit dan kelamin. Hm, paling ntaran deh, kalo udah ada waktu. Ini Intan harus segera balik ke kampus agar tak ketinggalan kuliahnya. Ayo, Nak, cepat sembuh ya, dan rajin olahraga, donk! Biar sehat dan gesit, ok? Cayyo!

Sobats pernah alami hal serupa? Panik oleh si anak yang tiba-tiba sakit sementara kita berada jauh dari mereka? Share yuk di kolom komentar. :)

catatan kecil tentang Intan,
Al, Bandung, 18 April 2015

Pembunuhan Karakter.  Aih, judulnya itu ngeri sekaleee, Al! Hehe.
Habis, masak si Mimi Arie, sohib terkasih itu, tega-teganya bikin status mengenaskan untukku di suatu pagi. Awalnya aku belum ngeh jika ada foto istimewa yang di-posted nya di wall FBku. Etapi, notifikasi demi notifikasi yang sambung menyambung, membuatku penasaran untuk mengintip si smart oppi. Dan Ya Ampyuuuun..., Mimiiiii!

Foto Arie Vitaranti dan Alaika Abdullah
Bukan, bukan fotonya yang bikin aku keberatan, etapi, note pengantar yang disertakannya pada foto ini lho yang bikin eikeh 'naik tensi'. Habis, terlaluh! Pembunuhan karakter donk inih!

Tuh khan, Sobs! Masak gaya bicaraku formal? Formalkah isi postingan-postinganku di sini? Hadeuh. Jadi pengen merenung dan introspeksi diri deh. Benerkah aku jutek? Dan jawaban-jawaban dari beberapa teman dekat justru memperparah keadaan. Hehe. Ya sutra deh. Biarlah aku jutek, tapinya, kok semakin banyak saja Mantemans yang mendekat, bahkan mempercayai diriku sebagai tempat curhatan hati dan minta solusi. Counseling, urusan hati, kehidupan dan cinta pun, tak luput dari obrolan yang dipercayakan padaku. Mungkin karena aku jutek ya? Hehe.

Aniwei baswei, postingan ini bukan karena marah, tapi karena janjiku pada Mimi tersayang, bahwa foto dan notes-nya ini, akan menjadi salah satu entry yang memperkaya jumlah postingan di blog tercinta ini. Thanks for idenya, ya, Mimi genit! Awas lho, ya, kapan ga b*r*k malam! Hihi.

sekedar coretan pengisi mumet saat bikin proposal sebuah acara,
Al, Bandung, 4 April 2015

Ada apa ini dengan daun kering? Kalo ada yang serius merhatiin unggahan foto-foto besutanku via my smartphone tuh, memang sedang bertemakan daun kering, ya khaaan? Lalu ada apa sih sebenarnya dengan daun kering? Kok kamu senang banget moto daun kering, Al? Sedang sedih atau galau kah?

Hm, ada apa ya? *malah balik nanya. Sebenarnya sih ga ada apa-apa, Sobs! Cuma sejak main ke rumah Teh Dey waktu itu, dan brol-ngobrol soal smartphonegraphy, dan dikasih tips sedikit oleh si Teteh yang baik hati itu tentang how to optimize your phone camera, aku jadi terinspirasi untuk mengabadikan helai demi helai daun kering yang kutemukan, deh! Ingin menampilkan segi artistiknya itu lho. Bahwa sehelai daun kering pun, masih bisa terlihat indah lho saat di foto. Dengan mengabadikannya, setidaknya, nih, kalo ada artikel yang butuh support foto daun kering, kan tinggal ambil milik sendiri, ga perlu lagi nyulik dari halaman si Mbah, kan?

Dan sejak itu, aku jadi sering memperhatikan sekeliling deh, utamanya saat jalan kaki atau nyeberang jalan tuh, biasanya daun-daun kering banyak yang terkulai tak berdaya tuh, di sekitar sana. Dan pertama kali memotret daun kering, my mind langsung refleks bikin tagline Layu, lepas, kering, terkulai tak berdaya. Rasanya kok mengena banget, dan jadi self-reminder juga untuk diri sendiri. Bahwa segala keindahan, kekuatan yang kita miliki ada batas waktunya, pada saatnya, semua akan bernasib seperti ini. Tiada yang abadi. Jiaaaaah! *Sok bijak*

Ngiming-ngiming nih, pasti penasaran dunk akan beberapa bidikan daun kering koleksi eikeh? Hihi. Yuuuuk....


Tergeletak sendirian

Di atas jalanan

Dilalui lalu lalang 

Terinjak, terbawa angin, 

tergeser kesana dan kesini
Tak berdaya.

Karib kerabatmu, 
yang masih kokoh melekat di dahan
hanya mampu menatap iba
'Kami pun nanti, akan bernasib sepertimu', batin mereka. 

*Layu, lepas, kering, terkulai tak berdaya*

‪#‎daunkering‬ ‪#‎testpic‬

(kisah sehelai daun kering, di atas trotoar Jl Soetta, Margahayu, Bandung, saat menyeberang jalan)

Cantik juga ternyata ya, Sobs? Eh, sebenarnya cantik ga seh? Hihi.

Untuk helai daun yang di samping ini sih, hanya sebait kalimat yang tertulis di instagramku tentangnya. Penasaran? 

Semua hanya pinjaman. Bahkan kesegaran dan hijaunya khlorofil pun hanya sementara. Hijau segar kemudian layu, lepas dari dahan, kering, menua dan terkulai takberdaya. 
#daunkering #testpic

Penasaran akan besutan daun kering lainnya? Bisa melipir ke instagram-ku deh, Sobs! @alaikaabdullah follow yaaa! Hayyah. 

Dan, terus? Postingan ini untuk apa sih, Al? What is the moral of the story? 

Yaah, sekedar update artikel di blog ini, and also to show my lovely readers, bahwa ide itu ada di mana-mana, lho! Bahkan dari sehelai daun kering yang tergeletak di atas trotoar jalanan. 

See? 



cerita tentang daun kering,
Al, Bandung, 2 April 2015
Belarus
Di sebuah lorong penyebrangan di Belarus
Masih ingin melanjutkan postingan tentang si negeri semut, kali ini, aku ingin cerita tentang uniknya pesan Taksi di Belarus, nih, Sobs! Eh, ngiming-ngiming, Sobats udah pada tau belum di mana tuh, Belarus ini dan kenapa digelar sebagai negeri semut? Nah, bagi yang belum familiar tentang negeri dingin yang terletak di Eropa Timur ini, bisa atuh baca-baca dulu di sebuah negeri bernama Belarus dan juga di Belarus, si negeri semut, ya!

Well, bercerita tentang pesan taksi di negeri ini, ternyata ga sama seperti di negeri kita lho! Yang bisa aja asal stop dan berhenti sembarangan atau setidaknya pada halte khusus, nah, di Belarus ini, jangankan di halte khusus, bahkan di saat si taksi menurunkan penumpangnya [dan taksi menjadi kosong] pun, si mas supir teteup aja ga sudi mengantar kita ke tujuan, lho! Aih, sungguh terlaluh! Aku sempat menghakimi negeri adik iparku ini sebagai negeri yang sombong, gara-gara hal ini. Etapi, memang sudah begitu tradisinya, katanya.

Jadilah kami mengikuti pola yang berlaku. Yaitu pesan taksi 15-20 menit sebelum berangkat dan minta dijemput di alamat kami berada. Atau jika pun ingin balik ke rumah, kami harus telpone dulu ke nomor operator taksi yang dimaksud, tunggu beberapa menit, maka taksi pun akan datang menghampiri. Masalahnya adalah, kita kan ga hapal tuh nomor operator taksi-taksi ituh! Apalagi jika kita adalah turis dengan tak satu pun pendamping yang asli negeri ini. Bisa terlantar dunk kitah!
Eh tidak juga, biasanya, mereka [penduduk setempat] suka memberi tahu hal-hal yang lazim berlaku di tempat mereka kok.

Terus, kalo nyetop bus, busnya mau berhenti ga, Al?
Mau banget, asal..., di halte, ya, Sobs!

Nah, segitu aja deh critanya ya, super singkat khaaan? Emang sengaja, kok! *Belajar bikin postingan singkat*

Sekedar intermezo, hal unik di Belarus
Bandung, 31 Maret 2015

Bebek Kaleyo, Tempat Makan Murah dan Enak di Bandung

Tak usah diragukan lagi, hampir semua sahabat dekatku tuh, tau banget jika aku paling doyan makan bebek. Dan sebenarnya sih ga heran, sebagai orang yang berasal dari penghujung pulau Sumatera, tuh, bebek adalah makanan kebesaran yang tak pernah ketinggalan jika ada hajatan atau pun kenduri, pun di hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fithri mau pun Idul Adha.
Jadi, mau diolah dalam bentuk gulai putih atau merah [masakan khas bebek resep Acehnese] atau hanya sekedar digoreng dibakar/dipanggang, aku tuh teteup sukaaaa. ☺ Sebenarnya kalo ditanya sih, aku tuh paling suka bebek yang diolah dengan resep Acehnese buatan ibunda, sih!

Etapi, pindah ke Bandung, mana mungkin mengharapkan kiriman bebek masakan ibunda terus menerus? Jadilah aku berdamai dengan lidah, makan aja bebek goreng atau bakar buatan si mas yang jualan pecel lele/ayam/ bebek yang suka mangkal di dekat rumah. Emang sih, jangan sekali-sekali membandingkan masakan ibunda dengan masakan si mas penjual, atau yang ada di warung atau pun resto terkenal. Karena pasti akan beda donk rasanya!

Dan selaku penggemar bebek, aku tuh punya seorang sahabat dekat yang juga pecinta bebek, banget. Namanya Ama, dan bersamanya lah aku menjadi pemburu menu bebek di berbagai warung mau pun restoran. Dan terus terang, selama ini, kami berdua hanya lengket di sebuah brand warung bebek yang gorengannya [menurut Ama] tuh renyah banget. Dan menurutku? Hehe, renyah juga lah! Habis belum nemu yang lain seh! Apalagi kalo membandingkan dengan bebek gulai putih atau bebek panggang racikan emak di kampung, hadeuh, sejauh ini belum nemu!

Hingga kemudian, hari ini tepatnya, aku diajak deh oleh Nchie Hanie dan Meti Medya, untuk menggoyang lidah di sebuah resto keren bernama Bebek Kaleyo. Hayyah, Bebek Kaleyo? Emang tuh resto udah buka outlet di Bandung? Yang bener ajah? 

Idih, Mba Al ketinggalan info, deh, ih! Kan Bebek Kaleyo tuh udah sejak 30 Januari 2015 buka outlet di Bandung! Nchie malah mencibir via whatsapp sembari melengkapinya dengan icon tongue out. Dan aku hanya melongo. Masak seh? Udah sejak Januari 2015, kok Ama bisa ketinggalan info kuliner bandung yang satu ini ya? Padahal doi kan selalu update akan info kuliner, khususnya bebek, di Bandung ini? Ih, Ama perlu diupdate juga nih, tapi ntar aja deh, biar aku aja dulu yang mencobanya, nanti testimoninya baru langsung ke Ama. 

Dan jadilah hari ini, kami berkunjung ke Bebek Kaleyo, berlokasi di Jalan Pasir Kaliki. 185, Bandung. Ow ow! Rame juga nih pengunjungnya. Dan ya ampun, malah ketemu beberapa blogger Jakarta yang sedang main ke Bandung, sedang asyik menikmati berbagai menu bebek andalan Bebek Kaleyo.

Sebelum bergabung dengan mereka di meja yang sama, aku, Nchie dan Meti pun antri dulu deh ke deretan menu yang tersaji di bagian makanan. Ampyun, rame banget, seperti inikah selalu? Antrian panjang ini sempat membuatku kuatir pada awalnya, bukan kuatir apa-apa sih, kuatir kehabisan! Haha.

Namun ternyata, tak salah seperti yang dikatakan oleh kedua sahabatku, deh, bahwa para crew Resto Bebek Kaleyo ini sigap dan cermat, lho! Terbukti, dari antrian yang panjang itu, sebenarnya saat kita sudah sampai di meja prasmanan dan berhadapan dengan para crew, menyebutkan menu yang kita inginkan, tak perlu menanti lama, lho! Karena cuma dalam beberapa menit, menu yang kita pesan pun selesai disiapkan. Seneng deh dengan pelayanannya.

Aku sendiri memilih menu, Bebek Cetar, tergoda dengan tagline-nya  yaitu bebek empuk dengan bumbu unik khas Madura. Beneran, penasaran banget dengan sentuhan resep madura yang jadi andalannya. Selain itu, aku juga pesan menu lainnya, seperti sambal ati ampela bebek, tumis daun pepaya, tumisan jamur dan minuman es lidah buaya. Aji gile, ternyata begitu selesai disiapkan, menu pesananku itu jadi terlihat seabrek-abrek deh! Haha. Dan herannya, seabrek-abrek itu, aku cuma kena 77 ribuan rupiah lho! Weleh-weleh, ini mah, bakalan jadi tempat makan enak dan murah di Bandung nih, dan pastinya akan jadi andalanku kalo ada tamu yang berkunjung deh!

Terus, gimana donk bagi yang enggak suka bebek? Kalo elu, mah, asyik-asyik aja, wong di Bebek Kaleyo ini kan menu andalannya bebek?

Eits, tenang! Jangan kuatir, Sobs! Bebek Kaleyo juga menyediakan menu lain selain bebek lho!


Menu di Bebek Kaleyo
Menu Ayam di Resto Bebek Kaleyo


Tuh, Sobs, keliatan kan harganya juga ga tinggi-tinggi amat. Malah menurutku, harganya masih standard deh jika dibandingkan dengan resto-resto atau tempat kuliner lain di Bandung ini.

Terus soal minumannya juga, bervariasi banget deh. Macem-macem, dengan harga yang juga terjangkau.

Menu Minuman di Resto Bebek Kaleyo
Menggiurkan banget, ya, Sobs? Jadi ga sabar deh ingin cerita ke Ama nanti, dan mungkin minggu depan mau balik ke sini ah, untuk nikmati lezatnya sajian menu yang ada di Bebek Kaleyo.

Eh ngomong-ngomong nih, aku belum sempat cerita, tentang nikmatnya Bebek Cetar tadi kan? Nah, tau, gak, Sobs? Sebagai penikmat bebek, aku tuh belum pernah nemuin daging bebek yang seempuk ini, lho! Tapi jangan bandingkan dengan masakan gulai putih atau merah ibundaku, lho, ya! Ini cerita tentang bebek yang digoreng atau dibakar/panggang! Nah, bebek cetar itu, bebek yang digoreng dengan bumbu madura. Dan dagingnya itu, Sobs, empuuuuuk banget! Beneran. Belum pernah nemu deh yang seempuk ini, ditambah pula dengan nikmatnya resapan bumbu madura yang telah menyatu di dalam si daging bebek, tadi, hm...... yummmmmy! Wajib dicoba, nih, Sobs, jika Sobats main ke Bandung, ya!

Alamatnya?
Lho, kan udah ada tuh di atas! 
Atau ini deh:


Bebek Kaleyo - Empuk, lezat dengan sambal dahsyat!
Jl. Pasir Kaliki No. 185 - Bandung 


Catatan Kuliner Bandung - murah dan enak 
Al, 28 maret 2015


Belarus, si Negeri Semut adalah sebuah postingan lama yang dipindah ke sini untuk melengkapi tulisan-tulisanku berlabel 'traveling', dan tulisan ini memang ditulis khusus untuk mengikuti giveawaynya Mak Indah Nuria pada saat itu, yang ternyata juga berhasil menjadi salah satu juara dari perhelatan itu. Asyiiik!
Tak hanya itu sih, tulisan ini juga sebagai lanjutan dari tulisan "Sebuah Negeri Bernama Belarus" yang telah tayang pada postingan sebelum ini.

Well, bicara tentang perjalanan atau traveling, kakiku juga termasuk yang memang gatel banget untuk diajak berjalan. Rasanya setiap perjalanan, baik perjalanan dinas mau pun yang bersifat pribadi, selalu saja mampu memberikan kesan tersendiri bagiku. Banyak sekali pembelajaran yang bisa kupetik dari memberikan #myitchyfeet kesempatan untuk terus berjalan. Ada saja pengetahuan dan kesan baru yang membuat diriku semakin kaya akan wawasan dan pengalaman. Seperti perjalananku ke negeri semut ini, nih, Sobs! 

Seperti yang dituliskan oleh Mbah Wiki, Belarus atau Belarusia adalah sebuah negeri republik, di belahan Eropa Timur dengan ibu kota negara bernama Minsk. Secara administratif dibagi menjadi 6 provinsi dan sebuah kota khusus. Berpenduduk kurang lebih 10 juta jiwa dalam luas wilayah 207,600 km2 --> info lengkap bisa dibaca pada postingan ini

Dari awal menjejak tanah Belarus [di bandaranya], aku tuh udah ngerasa bahwa negeri Eropa yang satu ini termasuk negeri pedalaman yang 'tertinggal' gitu deh. Mengapa? Karena kesannya itu lho! Sepiiii banget! Bandaranya kecil, dan lengang. Keluar dari bandara, dengan taksi yang telah kami pesan, kesan yang sama juga semakin nyata. Kiri kanan jalannya dipagari oleh pepohonan hijau yang meneduhkan, membuatku merasa seakan berada di sebuah desa tempat di mana para tokoh dalam novel detektif remaja "lima sekawan" berasal gitu Sobs! Ih, kok bisa-bisanya ya adikku nemu jodoh di negeri terpencil ini?



Namun, Sobs! Kesan ini berangsur kabur manakala kami mulai memasuki kota Minsk yang adalah ibukota negara. Geliat kehidupan moderen mulai terlihat nyata dan membuatku terkagum. Jalanan mulus terhampar luas, di pagari oleh deretan gedung-gedung yang berciri khas Eropah. Wow!

Belarusia



belarus si negeri semut
Bersama Ayah dan Adik ipar yang asli Belarusian. 

Belarus

Ternyata perkiraanku salah. Negeri lengang ini menyimpan banyak sekali keunikan dan keindahan tersendiri. Udaranya yang tetap sejuk walau sedang berada pada siklus summer alias musim panas, sungguh menyumbang semilir angin sepoi basah yang bikin perjalanan kami terasa menyenangkan, walau pun dalam kondisi berpuasa dengan rentang waktu imsak ke berbuka yang begitu panjang pula! Jika di tanah air, aku paling ga suka jika disuruh berjalan kaki, nah di negeri ini, aku malah senang banget jika kami harus berjalan kaki. 

belarusia

Gimana tidak coba, Sobs? Siapa yang ga suka berjalan kaki di atas walking area yang begitu bersih, ditemani pula oleh hijaunya pepohonan dan bebunga yang aneka warna? 

belarusia

Teduh dan menyenangkan sekali rasanya ya, Sobs? Jadi seribu langkah per hari, kalo seperti ini tempatnya mah, saya ga nolak atuh kang! Hihi.

Si Negeri Semut

Lalu apa yang membuatmu menggelari negeri ini si negeri semut, Al?

Nah itu! 

Belarus, Si Negeri Semut! Istilah ini meluncur dari bibir adikku, saat menjawab pertanyaanku akan ketiadaan jembatan penyeberangan untuk bantu jembatani para penyeberang jalan mencapai jalanan di seberang. Apa karena penduduk dan lalulintasnya yang tak seberapa padat, maka penduduk bebas menyeberang jalan sesuka hatinya? Tapi aku perhatikan, mereka berjalan sepanjang jalan dengan cepat namun tertib, there is no one crossing the street. Hm, apa ga perlu ke seberang? Mbuh lah. Daripada pusing, mending tanyakan ke adikku deh. Dan, taraaa...

Ternyata para penyeberang jalan di negeri ini menggunakan lorong penyeberangan, Sobs! Ternyata kebanyakan aktivitas masyarakat negeri ini berlangsung di bawah tanah lho! Ternyata, di bawah jalanan lebar dan taman yang menghampar indah itu, di bawahnya juga terdapat ruangan-ruangan dan lorong-lorong yang digunakan untuk tak hanya sebagai fasilitas penyeberangan jalan, tapi juga banyak store/toko-toko mungil yang berjejer di sepanjangnya. Tak hanya itu, bahkan kami sempat main ke sebuah mall mentereng yang adanya di bawah tanah! Wow, wow dan wow! Unik. 

Belarus memang terlihat lengang. Permukaan tanahnya boleh sepi, tapi bawahnya itu lho! Geliat dan gemuruhnya kehidupan di bawah tanah, mencengangkan! Sukses membuatku takjub. Negeri ini sepertinya mencontoh semut deh, bergerak di bawah tanah sementara di atas permukaannya sepi lengang. :)



Di dalam salah satu lorong penyeberangan

Stalitsa Shopping Mal [Sebuah Mal mentereng di bawah tanah]

Bagi Sobats yang sering sowan keluar negeri, bermain ke mal yang letaknya di bawah tanah mungkin sudah biasa yaa? Tapi bagiku, ini merupakan hal yang menakjubkan. Dan untuk pertama kali melihat mal mentereng yang keberadaannya di bawah tanah itu, ya di Belarus ini. Jadi harap maklum jika keliatan norak yaa, hehe.  Penasaran akan mal indah mentereng di bawah tanah ini? Yuk, ikut aku yuk.... :)

Siapa sangka jika di bawah taman indah ini terdapat sebuah mal mentereng bernama Stalitsa Shopping Mal. Kubah yang ditunjuk oleh anak panah, adalah puncak dari mal.

Tangga menuju ke Mal Bawah Tanah, terlihat biasa saja ya, Sobs?
Nothing Special. Tapiii.., lihat deh!


Keren ya, Sobs? Ini tiga lantai ke bawah tanah lho! :D

Memang sih, di negara kita juga banyak sekali mal mewah, tapi keberadaannya yang di bawah permukaan tanah ini lho yang bikin kagum. Gimana kalo terjadi gempa ya? Hadeuuuh! Bisa tertimbun reruntuhan deh eikeh! Ih, untung saat itu kami ga teringat akan gempa bumi. Hihi. 

Btw, ada sebuah foto yang sengaja aku bidik secara usil nih, Sobs! Coba Sobats perhatikan, apa sih yang istimewa dari foto di bawah ini? 

Look at the circle deh, Sobs!

Mungkin hal-hal seperti yang terlihat di dalam lingkaran putih pada gambar di atas, bagi orang sana udah menjadi tontotan umum kali ya? Lazim dilakukan tanpa rasa canggung, hihi. Walau sudah terbiasa melihat hal-hal seperti ini berlangsung di negeri-negeri maju, namun pemandangan ini terus terang membuatku risih, soalnya kan diriku sedang berjalan bersisian dengan Ayahanda tercinta. Rencananya mau rehat sejenak di taman ini, setelah keliling-keliling ngiterin mal. Terpaksa deh Ayahanda aku ajak buru-buru melintas dan duduk di tengah-tengah sini. Tapi kuyakin, pasti dalam hati Ayahandaku bergumam, ya ampun, anak remaja negeri ini kok berani sekali beraksi seperti ini di depan umum. Ih! J

Jadi teringat dengan anak remajaku Intan deh, semoga saja putriku dan anak-anak muda di negeri kita, [orang dewasanya juga dunk ah], dijauhkan dari hal-hal yang demikian dan mampu menjaga etika dan norma-norma pergaulan ya, Sobs. 

Well, postingan ini terlihat sudah sangat panjang, dan untuk menghindari kebosanan dan tidak terlalu lama mencuri waktu Sobats semua, sebaiknya segera aku akhiri dulu deh yaaa. Sampai jumpa pada reportase lanjutan perjalanan ke Belarus, ala Alaika Abdullah. See you in the next post, Sobs!


My Itchy Feet ... Perjalananku yang tak terlupakan

Sepenggal catatan dan kenangan perjalanan ke Belarus,
Bandung, 28 Desember 2013
dipindahkan ke blog ini pada 26 Maret 2015

Sebuah negeri bernama Belarus. Belarus? Nama apa itu? Itulah yang terlintas di benakku saat pertama mendengar kata ini. Yup, saat itu, sekitar tiga tahunan yang lalu, kami [keluargaku] berkonference chat via skype antara Aceh - Istanbul, membicarakan rencana adikku melamar dan menikahi seorang gadis cantik asal negeri ini. Gadis dari Belarus? Belarusia? Apa sebuah negeri pecahan Rusia? Dan aneka tanya berkembang di benak kami [aku, ayah ibu dan adik lainnya] akan negeri ini. Sambil tetap online dan mendengarkan pembicaraan, jemariku langsung tanya ke mbah Google deh. Dan si mbah yang baik hati ini, langsung deh menghamparkan sebuah penuturan yang diambil dari temannya, si mbah Wiki.


Sumber: Google, Map Belarus

Ternyata Belarus itu adalah sebuah negeri republik, di belahan Eropa Timur dengan ibu kota negara bernama Minsk. Secara administratif dibagi menjadi 6 provinsi dan sebuah kota khusus. [sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Belarus].

Selanjutnya Mbah Wiki melanjutkan penuturannya bahwa Belarus adalah sebuah negeri pedalaman yang sebagian besar - relatif datar dan memiliki rawa yang besar [Polesia adalah daerah rawa terbesar]. Juga memiliki banyak sungai dan danau. Ada sekitar 11 ribu danau di Belarus lho, namun sebagian besar danau itu lebih kecil daripada 1/2 km persegi [124 hektar].  Tiga sungai utama mengaliri negeri ini, yaitu Sungai Neman, Sungai Pripyat, dan Sungai Dnepnr. Dan banyak lagi info dari Mbah Wiki yang membuat aku terheran-heran. Boleh ikut heran dengan melihat info lengkapnya di rumahnya Mbah Wiki, ya, Sobs! :D

Yang membuat aku dan keluargaku paling heran adalah, darimana adikku yang tinggal di Istanbul sana, bisa menemukan gadis cantik dari negeri pedalaman Eropa Timur ini? Ckckck. Bukan hanya itu, kapan dan bagaimana caranya adikku bisa begitu fasih berbahasa Rusia pula? Sebuah bahasa yagn melihat alfabetnya saja cukup membuat mataku menyipit dan pikiran lelah, gegara ga paham cara bacanya. Hehe.

huruf sirilyk
Gimana coba mau baca rangkaian huruf ini, Sobs? :D

Well, balik lagi ke Belarus, kemarin, 31 July 2013, tepat di hari ulang tahunku, atas ijin Allah, aku dan Ayah, akhirnya menjejakkan kaki ke negeri yang selama ini hanya ada di angan dan menyimpan rasa penasaran di alam pikiran. Subhanallah, Alhamdulillah. Kado terindah bagiku pribadi, dari seorang adik yang telah sekian tahun menetap di negeri orang [Istanbul]. Thanks a lots my lil bro!

Landed safely di Minsk International Airport, yang letaknya 42 km di sebelah timur ibukota Minsk, disambut dengan indahnya pemandangan pepohonan tinggi yang terlihat sejauh mata memandang [hutan pinus atau pohon apa gitu], menjanjikan sebuah negeri yang hijau, lengang dan indah. Cuaca saat ini sih kabarnya summer, tapi begitu turun dari pesawat, tubuhku dapat langsung merasakan sejuknya hembusan udara segar, disertai wajah-wajah Eropa yang bersama-sama turun dari pesawat. Kayaknya hanya aku deh yang berhijab! Haha.

Antri di bagian imigrasi [passport control] lumayan lama, apalagi adikku ketinggalan lembaran medical insurance yang telah dibeli oline. Ternyata kami diminta untuk membeli lagi, ga mahal sih, hanya sekitar 20 ribu rupiah kita. Tapi antrinya lagi itu, yang bikin lama. Belum lagi petugas imigrasinya tidak begitu lancar berbahasa Inggris, jadinya adikku harus ikut mendampingi dan menjelaskan dengan bahasa Rusia ke si petugas tentang namaku yang sedikit berbeda antara di visa dan di kartu imigrasinya. Huft.

Tentang Visa

Tidak seperti Turkey, yang memang telah cukup moderen dan membuka lebar pintu negerinya bagi para wisatawan, dengan tak hanya menyediakan VOA [visa on arrival] tapi malah menyediakan visa online application [beli online] agar wisatawan mudah dan praktis, sebaliknya Belarus, masih standard sekali dalam pelayanan aplikasi visa.

Seperti standar prosedural umumnya, maka visa di-apply haruslah dari negera di mana si wisatawan berasal. Jadi untuk kami bertiga [aku, adik dan ayah] haruslah dari Indonesia. Dan itu akan butuh sekitar 1 bulanan pengurusan, mengingat undangan [sponsorship] dari Belarus [dalam hal ini, adik iparku bertindak sebagai pengundang [sponsor]] baru akan sampai ke Indonesia [the hard copy of invitation] paling cepat 2 minggu. Namun, Alhamdulillahnya, berkat koneksi/relasi dan usaha gigih keduanya [adikku dan istrinya], akhirnya visa untuk ke Belarus ini berhasil kami dapatkan di hari ke 5 kedatangan kami di Istanbul. Diurus via konsulat jenderal Belarus yang ada di Istanbul. Alhamdulillah, jika Allah menghendaki, pasti akan ada jalannya, ya, Sobs! :)

Back to Belarus, negeri lengang [kabarnya hanya berpenduduk sekitar 10 jutaan jiwa] ini, membuatku tercengang. Pemandangan sejuk dengan hamparan ladang gandum [sayangnya udah panen, jadi cuma bisa menatap sisa2 batang gandumnya sih] di sisi kiri kanan jalan, diselingi oleh 'hutan' pinus yang hijau, sungguh membuat perjalanan kami terasa menyenangkan.

Kiri ke kanan : Ladang gandum, Jalan raya dari bandara menuju kota Minsk

Kiri ke Kanan: Tugu Minsk, Perumahan di pedesaan

Udara summernya yang tetap sejuk, jelas bikin daku tetap bergaya dengan coat merah kesayangan deh ih! Haha. *Teteup, yang namanya narsis sulit disingkirkan yak? Hehe.Satu hal yang membedakan negeri ini dengan negara dari daratan Eropa lainnya, yaitu tingkat ke-lengang-an jalanannya itu lho!
Ini negeri kok sepi banget yak? Ga kayak negeri-negeri yang berada di daratan Eropa lainnya deh. Ga pula seperti Istanbul yang tak pernah sepi. Penasaran banget hatiku untuk segera meng-eksplorasi negeri cantik ini deh, Sobs! Apalagi bangunannya yang berciri khas Eropa itu lho, jalanannya yang mulus dan bersih. Wow banget untuk segera dijelajahi.


Sobats juga ikut penasaran untuk exploring si negeri semut ini lebih jauh? Ih, kok negeri semut sih Al? Nantikan ceritanya di episode berikutnya ya, Sobs! Yang pasti, Sobats akan terkagum-kagum deh kenapa aku dan adikku menjuluki negeri cantik ini sebagai negeri semut atau pun negeri rayap! See you in this post ya, Sobs!

Sepenggal catatan dan kenangan perjalanan di Belarusia,
Al, catatan lama yang dipindah ke virtual corner ini.
Bandung, 26 Maret 2015

Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • It's Me!
  • Lelaki itu, Ayahku
  • Serunya Outdoor Activities di Trizara Resorts
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes