My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Note:
postingan ini adalah lanjutan dari postingan mas Stupid Monkey, 
sebagai postingan berantai antara Stupid Monkey, Alaika dan Una. 


Hai hai, sobats tercinta!

Rasanya sulit banget untuk berhenti bersenandung deh. Ini gara-gara ngelanjutin postingan mas Stupid Monkey yang ini nih sobs [ayo, baca dulu yang ini baru lanjut dengan postingan ini, ya, biar nyambung], maka nada riang dan cerianya suasana yang ditiupkan angin pagi dan cerahnya sang mentari, tak kuasa untuk meredam gejolak rasa hati ini. Sebuah rasa bahagia yang turut semarak di hati dan ingin menularkannya bagi sahabat semua.

Ya, di hari yang berbahagia ini [jiaaaah, jadi ingat pidato], kami bertiga [Stupid Monkey, Alaika dan Una] memang telah berjanji untuk mempersembahkan sebuah kado istimewa bagi sahabat tercinta, bernama Ririe Khayan, hayoooo, pada kenal kan dengan beliau ini? ☺
Yup, hari ini, 7 Maret 2013, adalah satu hari istimewa baginya dan seorang lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya. Yes, SUAMI lho sobs! Hari ini adalah hari yang paling mereka nantikan, di mana pada hari ini, hubungan mereka naik level, naik kelas, menjadi SUAMI ISTRI.

Dan hadiah istimewa dari kami, adalah sebuah hadiah yang unik, yang aku yakin tak akan mampu dibeli, karena kami tidak menjualnya, ☺. Yaitu sebuah postingan berantai yang dimulai dari blognya mas Stupid Monkey, lanjut ke sini [my Virtual Corner] dan kemudian akan berlanjut ke blognya Una, dan berakhir ke blognya si pemilik hari istimewa ini sobs.


Ririe Khayan, seleb blog yang satu ini ☺ tak terasa telah menjadi sahabat dekat bagi kami bertiga. Banyak kebersamaan yang telah terjalin di antara kami, baik kebersamaan yang hanya di negeri maya ini, mau pun kebersamaan yang berwujud nyata. Persahabatan ini memang indah. Dan sudah sepantasnyalah jika kami bertiga merasa sangat-sangat berbahagia menyambut hari dimana gadis yang hobby mbolang ini akhirnya ‘menyerah’, melepaskan status gadisnya untuk beralih menjadi seorang istri, dan juga seorang ibu. ☺



So, there is no other word we can say Rie...,



“Selamat Menempuh Hidup Baru, semoga menjadi keluarga yang 
berkah, sakinah, mawaddah wa rahmah, aamiin. 
Be a good wife and good mom, ok?”




Dan sobs, untuk tahu lebih banyak tentang hari istimewa dan pemilik hari bersejarah ini, yuk kita lanjut ke postingannya Neng Una

Al, Bandung, 7 Maret 2013


Dunia perbloggeran beberapa hari belakangan ini digonjang ganjing oleh berita fenomenal. Dah pada tau belum sobs? Berita apakah itu?

There is a phenomenal news shocking the blog-sphere recently. Have you aware about it readers? What 's up? What is that? 


Pertukaran Blogger? Ga salah tuh? Bukannya pertukaran pelajar? Hehe.
Blogger Exchange? What? Is it? Isn't it Student Exchange? Haha.

Ga salah lagi sobs, jika sobats selama ini punya mimpi untuk bisa traveling ke luar negeri, tinggal beberapa hari di negeri orang, untuk merasakan bagaimana kehidupan dan sosial masyarakatnya disana, maka inilah kesempatan itu sobs. Kesempatan emas itu telah tiba di depan mata lho! Ayo raih segera.

No readers, this is true! If you are dreaming to travel abroad, staying there for view days to learn and enjoy more about the culture and life in the target country, you are facing the golden chance to achieve your dream. So? Don't wait, go and get it!

Caranya? Gampang, segera meluncur ke link ini nih sobs.... Big Blog Exchange.org, dan daftarkan diri sobats disana. Dan setelah mendapatkan link seperti ini http://www.bigblogexchange.org/blog/57002 maka silahkan sobats promosikan ke sahabats lainnya untuk mendapatkan vote dari mereka.

How? It is so easy readers, just go tho this link and register your self. You will get the link like this, and then promote it to your social media, blogs, and relative to support you by their votes. Isn't that easy? ;)


Link yang kita peroleh nanti akan seperti ini gambar dibawah ini sobs!
After registered, you will get the link like figured below. 



Gampang kan sobs? Berminat apa sangat berminat? Hehe... Ayo, jangan buang waktu lagi lho, karena kompetisi ini diikuti oleh para blogger dari seluruh dunia lho! So, don't miss it!

See? It is so easy. Feeling your excitement to participate? Come on, waste no more time because the competition is participated by bloggers from around the world. So? Hurry up, don't miss it! :)

Bagiku sendiri, ini adalah kesempatan yang sangat langka dan patut dicoba sih, walau kesempatan itu sepertinya sangat kecil, soalnya hanya 16 kontestan yang akan keluar sebagai pemenangnya. Tapi ga ada salahnya kan dicoba? Nothing to lose aja...

For me, this a very challenging opportunity, since this is only 16 contestant will be the winner. But, there is nothing to lose, right? Why don't I try? :) It will be a very valuable moment if I could win. And at least, I have the experience in participating the contest if I can't win. :)

Hm... banyak hal yang bisa dilakukan jika kesempatan ini bisa kuraih. Terutama adalah, mempelajari budaya negeri tersebut, yang tentunya sangat-sangat menarik. Terus bisa menambah wawasan kita tentang sistem pendidikannya, sistem pemerintahannya, praktek/perkembanan perekonomiannya, dan berbagai hal lainnya yang pastinya akan sangat berharga untuk dishare bagi teman-teman lainnya.

Hm... there is a lots of things I can do if I could come as the selected participants. Especially in learning the culture, the education system, governance, economic development and other interesting issues of the target country. Wow, increasing our knowledge about those issues will be so amazing! And I believe that it will be very valuable thing to share here, for my self as well as you, my readers. :)

Well sobs, bagi yang berminat dan ingin ikutan juga, ayo segera meluncur ke tekape atuh... yuk bisa langsung dari sini aja..., pilih participate untuk mendaftarkan diri, namun jika sobats tidak tertarik untuk mendaftar, tapi malah ingin mendukung saya melalui voting, maka dipersilahkan untuk menuju ke link ini dan pilih vote yang berwarna pink, lalu sebuah link konfirmasi akan dikirimkan oleh panitia penyelenggara ke alamat email sobats. Nah, jangan lupa mengklik link tersebut untuk konfirmasi, agar votenya valid/sah, ok?

Well readers, feeling interested to apply? Come on, just go to this link and click participate. Go go go! Or if you are not interested to participate in, but willing to support me in voting, you are cordially invited to click this link, then click the "vote' and fill your email in, then wait for the confirmation link sending by the organizing committee to your email address. Confirm and done. The vote counted. 

Dan jangan lupa sobs, balik kesini lagi setelah daftar dan cantumkan link sobats di kolom komentar ini agar saya bisa meluncur dan membantu vote link sobats, ok? Yuk kita saling membantu. :)

And... don't forget to come back here, write your link in the comment box below to let me know your link, so that I can support voting you. Let's support each other, won't we? :)

Masih ga ingat link saya? Ini lho....
Be noted, this is my link!

Nah, cukup sekian dulu infonya ya sobs, nanti kalo ada update info akan segera dikabarin lagi.
Well reader, this is all for now, will back to you soon with a new update. Bye.

Saleum,
Al, Bandung, 5 March 2013
Lagi asyik-asyiknya baca milis, eh putri tercinta muncul dengan wajah manyun di BBku.



Dan waktu pun tersita beberapa saat untuk men'dengar'kan [membaca] curhatan hatinya yang kesel sama salah satu guru di sekolahnya. Ternyata si guru baru saja memarahinya di depan guru-guru yang lain, karena Intan ikut mendaftar olimpiade bahasa Inggris. Lho?? Aku sampe heran! 

Dan Intan menjelaskan, alasan si guru adalah karena Intan kan udah ikutan olimpiade Ekonomi sejak kelas satu, nah kalo ikut olimpiade bahasa Inggris lagi, nanti jadi ga fokus di Ekonomi lagi. Tapi yang membuat Intan marah adalah, karena cara si guru yang memarahinya di depan guru-guru yang lain. "Kan malu mi?"

Aku tanyakan, apa gurunya itu sudah berumur? Karena biasanya tuh guru-guru jaman dahulu [emang ga semua sih] kan paling suka tampil jaim. Menurutnya semakin dia bisa 'menekan' seseorang [dalam hal ini siswa], maka dirinya akan merasa hebat. Dan bener saja, Intan bilang gurunya itu udah sebaya ayahkku. Sering banget marahi siswa. Hahaha.


"Ya sudah, coba Intan ngomong baik-baik nanti sama pak gurunya... bilang gini, Pak, tolong jangan marahi saya di depan umum lah pak, kan saya malu. Berani ga Dila ngomong begitu?"

"Hihi, ga berani mi, ntar dia tambah nyalak dweh... cuma dila sebel aja!" 

"Ya udah, kalo gitu, take it easy aja deh, Dila maklumi aja, mungkin pak gurunya sedang ada masalah, jadi ga konsen dan ingin melampiaskan amarahnya pada orang lain. Ga usah dilawan, apalagi beliau kan guru, udah tua pula, kasian kan?"

"Iya sih mi, ya udah deh, bener juga, Dila jadi merasa bersalah juga, tadi saking palak [sebel] nya, Dila tinggalin aja bapak itu lagi ngoceh, hehe. Jadi berdosa nih Dila." Sebuah icon sedih pun disertakan mengakhiri kalimatnya.

"Ya sudah, nanti baik-baik aja sama pak gurunya ya nak... yang sabar Dilanya. Ok? Orang sabarkan disayang Allah. Nah sekarang lanjut belajar lagi ya?"

"Okd mi, makasih ya mi."

Dan sesi curhat pun berakhir, semoga Intan bisa melanjutkan sesi belajarnya dengan baik hari ini. Juga belajar untuk lebih bersabar dan meningkatkan toleransi.

Dan umi? Umi lanjut balik ke laptop dunk ah! Hehe...

Met siang sobs, gimana ceritamu hari ini? 

Al, Bandung, 4 Maret 2013







diambil dari sini
Aku belum pernah bertemu langsung dengannya. Belum pernah pula saling menyapa via chat di berbagai messenger, juga belum pernah saling ber-sms apalagi saling mendengar suara. Namun berkunjung di rumah maya beliau yang ini  dan yang ini, membaca postingan-postingan yang begitu positif dan inspiratif, serta merta membuat sebuah rasa mekar di hati. Aku mengaguminya dan menyayanginya. Aneh? Menurutku sih aneh, karena belum pernah ketemu dan jarang berinteraksi, kecuali hanya via komen di blog. Tapi kok bisa ya rasa ini mengembang dan mekar dengan indahnya?

Kagumku luar biasa pada sosok yang satu ini. Seorang penyintas kanker [cancer survivor], yang masih dengan penuh semangat menatap dunia. Bukan hanya menatap, tapi bersiap siaga menghadapi serangan demi serangan yang dilancarkan oleh penjajah bernama kanker tulang rawan itu, yang senantiasa menggerogoti tubuh dan meneror psikisnya. Subhanallah, Bunda, dirimu kuat sekali! Sekokoh karang di lautan.

Tak semua orang mampu bersikap positif seperti ini, apalagi mengetahui dirinya diidap oleh penyakit ganas yang setiap saat menyiksa dirinya. Terpuruk sudah pasti. Sedih dan putus asa, pasti menghampiri. Namun bagaimana mengambil sikap untuk tidak berlarut dalam keterpurukan itulah yang begitu aku kagum dari sosok ini sobs. Tulisan-tulisannya begitu menginspirasi, memotivasi dan memompa semangat. Membaca tulisannya, terkesan sekali bahwa yang menulis ini adalah seorang wanita tangguh yang tak kurang suatu apa, padahal pada kenyataannya, wanita ini sedang berjuang melawan si maut. 

Sebuah email hadir di inbox emailku kemarin siang. Surprise! Karena aku sungguh tak menduga akan mendapatkan email dari orang yang begitu aku kagumi. Siapa coba sobs? Ya si pejuang tangguh ini! Lebih surprise lagi, email ini adalah permintaannya untuk kesediaanku memberikan endorsement bagi calon buku ketiga yang akan diterbitkannya. See? Buku ketiga lho! Betapa produktifnya wanita ini, bahkan disela-sela aktifitasnya berperang melawan kanker! Subhanallah...

Dan, tentu saja dengan senang hati aku mengiyakan, dan walau sebenarnya aku meminta waktu 4 hari untuk kembali padanya dengan endorsementku, tapi tadi malam, batinku sangat tergelitik untuk melahap habis draft buku yang dikirimkannya. Dan... sungguh... kekaguman demi kekagumanku semakin nyata adanya. Luar biasa bunda yang satu ini! Dan tanpa sadar aku menarikan jemariku di atas keyboard tipis Macsy, menciptakan kata demi kata mewakili luapan rasa di hatiku terhadap buku dan penulisnya ini. Dan akhirnya, beginilah endorsement yang tercipta dariku untuknya. Untuk buku berjudul "Mom, Please Stay Alive";

"Membaca buku ini saya serasa didudukkan di dalam sebuah cinema dan dibuat terpana, terharu dan takjub! 
Berulangkali saya harus berdecak kagum dan menyebut asma Allah. Subhanallah ya Allah, Engkau tak hanya memberi cobaan maha dasyat, tapi juga membekali hambaMu [penulis buku] ini senjata ampuh berupa semangat juang dan rasa optimis untuk tidak menyerah hingga titik darahnya yang penghabisan. 
 
Buku ini menyajikan sebuah ‘film’ tentang perjuangan seorang ‘pejuang’ tangguh, seorang wanita, seorang ibu, yang tiba-tiba saja divonis positif mengidap kanker!  Sebuah vonis yang otomatis akan membuat siapapun yang mengalaminya shock, gamang dan kehilangan arah untuk menentukan langkah berikutnya.
 
Namun jangan membayangkan buku ini akan penuh dengan keluh kesah dan deraian airmata apalagi keputusasaan, karena pejuang yang satu ini, tak hendak membiarkan si penjajah dengan mudah berjaya dalam menggerogoti tubuh dan meneror psikisnya. Sama sekali tidak. Bahkan saya dibuat berdecak kagum karena pejuang ini mampu menyikapi tindasan si penjajah dengan sikap positif. Senyum simpul juga tak henti mencuat dari bibir saya membaca tulisannya yang dengan santai dan penuh rasa humor dalam menggambarkan karakter dan tingkah si ‘penjajah’. Ck..ck..ck…
Pejuang ini bernama Bunda Lily dan penjajah itu bernama Kanker Tulang Rawan.
 
Buku ini tak hanya layak dibaca oleh para penyintas kanker [cancer survivor], tapi wajib dibaca dan menjadi koleksi kita yang masih diberi kesempatan mengaku bebas dari cancer maupun penyakit lainnya, karena buku ini memaparkan banyak sekali pembelajaran dan inspirasi bagi kita untuk tetap menjalani hidup dengan penuh semangat, penuh rasa syukur dan senantiasa bersikap positif.
 
Untuk Bunda Lily sayang, trims telah berbagi, semoga Allah senantiasa melindungimu dan memberikan yang terbaik bagimu Bund! Amin Ya Rabbal Alamin"

Alaika Abdullah,

Penasaran dengan sosok tangguh ini? Silahkan berkenalan dengannya di fesbuknya, atau di rumah maya beliau yang ini, dan yang ini juga. Untuk buku-bukunya, jika berminat juga bisa langsung bertanya jawab dengan beliau yaaa... :)

Untuk Bunda Lily, semoga Allah senantiasa melindungi dirimu, memberikan kekuatan dan ketegaran dalam melawan si penjajah jahat dan jelek itu ya Bund... semoga Allah senantiasa memberi yang terbaik untuk Bunda dan keluarga, Amin ya Allah....

Al, Bandung, 1 Maret 2013




credit
Pernah merasakan jatuh bangun dalam kehidupan? Atau malah bukan hanya jatuh bangun, tapi terjerembab, terbanting dan terombang ambing dalam gelombang kehidupan?

Aku yakin semua dari kita pernah mengalaminya. Karena kita ga akan pernah tau apa itu bahagia, sebelum kita mengenal dan merasakan bagaimana rasanya duka lara. Kita tak akan pernah tau bagaimana rasanya kita berkecukupan, sebelum merasakan ketiadaan. Tak akan pernah paham akan kesuksesan jika pembandingnya [kegagalan] tak pernah menghampiri kehidupan. Tak kenal kata menyesal, sebelum menyadari bahwa jalur yang ditempuh adalah telah salah arah.  

Jatuh bangun dalam kehidupan, adalah hal yang sangat biasa. Lumrah, normal. Semua orang pernah mengalaminya. Hanya saja, cara orang dalam menyikapinya itulah yang membawa perbedaan. Yang membawa akibat yang bervariasi. 

Suatu ketika, di saat sedang terpuruk banget oleh  keadaan finansial yang mulai gonjang ganjing, seorang sahabat dekat, dalam sebuah obrolan berkata begini sobs.

"Al, my question is, berapa kali kamu pernah memanjatkan puji syukurmu kepada Allah SECARA KHUSUS, saat kamu diberi kesempatan bertahun-tahun menerima gaji puluhan juta perbulan?"

Sebuah pertanyaan yang sungguh menyentak batin tentu saja, dan langsung menyeret alam fikirku untuk merenung. Iya ya? Tak ada ritual khusus yang aku lakukan saat anugerah itu mengalir lancar. Paling yang aku lakukan adalah membagikan rezeki itu kepada ayah ibu, si adik bungsu, bersedekah ke fakir miskin dan mesjid [itupun tidak setiap waktu], menambah aset, dan jalan-jalan.

Sementara untuk sang Pemberi Rezeki berlimpah itu? There is nothing special I have performed. Bahkan untuk melakukan kewajibanku [Berhaji] pun tidak aku lakukan. Umroh  saja, yang hanya butuh kurang dari sebulan gajiku saat itu, tidak terfikirkan. Ya Allah. Benar. Tak ada persembahan khusus untukmu atas segala anugerah yang telah Engkau limpahkan itu.

Aku hanya mampu menggeleng. "Nothing. Ga ada sama sekali. Ga ada yang special." Jawabku sedih, lirih. Bagai tertampar.

"Sama Al, aku juga dulunya begitu. Jangan sedih, ada kawan kok. Hehe." Si teman malah tertawa, dan menyambung.

"My second question is, apakah disaat Allah mengujimu, memberimu cobaan seperti ini, lalu kamu akan tersungkur dan membiarkan dirimu terbenam? Padahal ini adalah ujian. Ingat lho, orang yang ingin naik kelas, harus lulus ujian. Orang yang ingin berhasil, harus berusaha untuk melewati rintangan."

Lagi-lagi aku tepekur. Sungguh benar apa yang diucapkan si sahabatku ini.

Iya, aku yakin, banyak dari kita yang langsung terpuruk, bahkan menyalahkan atau mengeluh pada Tuhan begitu menghadapi sebuah kemalangan atau keadaan yang tidak sesuai harapan. Dan mulai bertanya;

  • Tuhan, kenapa aku sampai gagal, padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga? 
  • Tuhan, mengapa penyakit ini menimpaku, apa salahku? 
  • Tuhan... mengapa Engkau coba aku sekejam ini? Padahal aku selalu berbuat baik? 
  • Tuhan, mengapa Engkau tidak adil? Engkau beri dia kesuksesan dan keberuntungan, padahal dia sama sekali tidak berbuat baik? 
  • Mengapa justru aku, yang begitu taat padaMu, malah Engkau buat melarat seperti ini?
  • Mengapa engkau beri aku pasangan yang tidak baik padahal aku adalah orang yang baik? 
  • Dan berbagai keluhan lainnya, yang mungkin membuat sepasang malaikat pencatat di sisi kiri kanan kita, jadi saling melirik satu sama lain sambil mencibir kita. 

Aku yakin, banyak dari kita yang terkadang, tanpa sadar mulai mengeluh, merasa tak adil dan tak siap saat menghadapi kenyataan yang tak sesuai harapan. Dan tanpa sadar pula, langsung mengeluh dan menyalahkan yang diatas. Padahal, itu adalah sebuah ujian, untuk melihat dan melatih kita agar tegar dan lebih kokoh dalam menghadapi roda kehidupan ini.

Bahwa segala sesuatunya memang telah digariskan. Bahwa untuk mencapai anak tangga ke tujuh, kita harus menaiki tangga 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 terlebih dahulu... kecuali kita memang pemain akrobat yang sanggup sekali lompat dan hap! langsung di tangga ketujuh. Tapi si pemain akrobat sekalipun, bukankah dia juga berlatih terlebih dahulu sebelum melakukannya?

Jadi... bukan bermaksud menggurui lho sobs... Sikapilah 'jatuh bangun' dalam kehidupan ini dengan sikap yang positif. Karena dengan sikap positif inilah, kita akan mampu berfikir jernih, menentukan langkah ke depan, agar bisa bangkit dari 'jatuh/terjerembab atau bahkan terbanting' sekalipun.

Bayangkan, jika cara mensikapi kita adalah negatif, maka pesimistis, iri dengki, dan berbagai sikap buruk lainnya akan langsung menjadi pendamping setia. Dan bisa dipastikan, kita akan menjadi sosok yang merugi.

So? Yuk bangkit yuk sobs! The show must go on, pelajari:

  1. Situasi [problem analysis], 
  2. Tentukan langkah [strategic planning], 
  3. Lakukan [Implementation], 
  4. Awasi pelaksanaan dengan disiplin agar tercapai tujuan [Monitoring Evaluation] dan 
  5. Bersyukurlah jika telah sampai ke tujuan [Goal].


Postingan menjelang makan siang, ga enak aja rasanya
jika belum menelurkan postingan sebelum mematikan si cantik Macsy
Semoga bermanfaat ...
Al, Bandung, 28 February 2013



credit
Hari ini rasanya waktu cepat banget bergeser. Apa karena baru ganti baterai jam ya? Baru duduk di depan lappie jam 10 tadi, eh kok iya sekarang udah jam 2 siang. Hadeuh...

Dan gara-gara banyak kerjaan yang disambi, yang talking on the phone lah, yang prospek calon downline lah, yang obrolin soal penerbitan buku lah, akhirnya sebuah fiksi yang idenya muncul tadi ketika lihat bunga kamboja ini di Google, terpaksa nulisnya nyicil deh... .

Satu paragraf tercipta, ditinggal dulu, ngobrol lagi di BBM, terus cek email, eh ada lowongan kerja yang menarik, apply dulu deh, terus lanjutin fiksinya... satu paragraf lagi, ada telp masuk, ngobrol lagi... terus ada pesan di YM masuk, nanya-nanya tentang tempat wisata di Aceh... jelasin dulu.... terus lanjut ke fiksi yang terlantar.

Dua paragraf nambah, eh ada lagi chat masuk.... halah... akhirnya campur-campur semua deh ada disini. Hingga akhirnya sobs... terciptalah fiksi ini... tapi siap-siap tissue ya sobs jika ingin lanjut untuk membaca fiksi ini.... masih berminat? yuk lanjut disini yuk..

Al, Bandung, 27 Feb 2013
credit
Hm... penasaran deh pastinya dengan judul postingan kali ini kan sobs? Tapi aku yakin, membaca judul di atas, pasti udah menemukan clue dari topik yang akan dijadikan bahan tulisan kali ini kan ya? Bahwa ini pasti berkaitan dengan seorang lelaki tampan yang berasal dari dunia maya. Ya kan sobs? Pasti sobats mikirnya gitu deh.

Daaan.... bener sih... ga salah! Hehe...
Ini adalah sebuah fiksi yang sebenarnya ditulis kemarin sore, saat menunggu seorang teman, di kantor untuk jalan dan makan bareng di suatu tempat. Eh baru mulai satu paragraf, si yang ditunggu udah dateng, dan kita langsung jalan dweh... daaan, ketunda deh bikin fiksinya.

Nah, siang ini, sambil lunch, aku lanjutin deh fiksinya. Kasian kan si pangeran, udah jauh-jauh datang dari negeri maya kok malah dianggurin. So.... inilah si pangeran tampan itu sobs, keren banget lho, sayangnya dia itu seorang scammer, tapi akhirnya bertekuk lutut pada seorang wanita yang gagal di scammin! Haha... Penasaran? yuk langsung klik disini untuk lanjuuut yuk....

Al, Bandung, 26 Feb 2013
Sejak tinggal di Bandung, yang imagenya adalah syurga belanja, dimana Factory Outlet bertaburan, Mall berhamparan, dan Pasar Baru yang begitu menjanjikan aneka pakaian, tas dan berbagai kebutuhan lainnya dengan harga yang relatif terjangkau, maka semakin banyak aja teman maupun kerabat dari Aceh dan Medan, yang BBM atau telefon, minta dicarikan baju anak, dengan pesan khusus pula. Baju anak yang cantik/keren dengan harga yang murah! Halah. Memang sih, sekali belanja itu ga cukup satu dua baju aja, tapi biasanya dalam jumlah yang lebih dari dua. Dengan pesan special seperti ini "Beli beberapa aja Al, kan lumayan tuh kalo belinya di satu toko kan bisa dapat diskon kan, bisa dapat harga grosir gituh?" Teteup, mindsetnya emak-emak! Pengennya harga miring/alias grosiran.

Mengapa harus grosiran? Ya karena itu tadi.... berbelanja lebih dari satu, mungkin dengan warna yang berbeda, atau harga yang sama tapi berlainan mode, bisa membuat kita berhemat lho. Karena, penjual akan memberlakukan harga grosir. Dan, kota dimana aku kini berdomisili ini, memang menyediakan berbagai model baju anak-anak yang selalu saja bikin kita gemes. Cantik, keren dan gemesin! Harganya pun bisa dikatakan masih mampulah untuk dijangkau jika dibandingkan dengan harga untuk baju anak yang ada di daerah tempat asalku.

Tak hanya berhemat lho sobs, dengan belanja grosiran, baju-baju ini juga bisa dijual lagi untuk memperoleh keuntungan kan? #Otak dagang mode on deh! Hehe

Sayangnya, para sahabat dan kerabat sama sekali tidak memperhitungkan bagaimana macetnya kota Bandung ini kini, terutama disaat wiken. Huft. Gimana mau main ke toko-toko yang jual baju anak kalo jalanan macet seperti ini? Tapi ga enak juga rasanya mengecewakan kerabat tersayang dan teman-teman terkasih yang  begitu berharap memperoleh baju anak yang cantik dan keren.


sumber gambar dari sini

Untungnya saat ini semakin banyak aja toko online yang tersedia di internet. Termasuk toko-toko yang menjual pakaian anak secara grosiran. Sehingga, aku bisa memenuhi keinginan para sahabat dan kerabat dengan bermodalkan koneksi internet, laptop atau gadget dan jari jemari. Bisa duduk santai hanya dari rumah dan bebas dari kemacetan, sementara target yang diinginkan pun terpenuhi. Yup, saat ini banyak juga lho toko grosir baju anak yang menjual dagangannya secara online. Pelayanannya gimana? Banyakan dari toko-toko ini sudah mengoptimalkan sistem pelayanannya kok, baik dari segi packaging, pengiriman maupun keramahan pelayanannya.

Namun bagi sahabat yang masih ingin berbelanja secara offline di grosir baju anak-anak tersebut, juga dipersilahkan lho. Toko-toko itu biasanya juga availabel untuk dikunjungi dan berbelanja secara langsung. Malah bisa tawar menawar secara langsung atau malah ngotot-ngototan dengan penjualnya untuk mendapatkan grosiran terbaik. Haha.


Ehem.... judulnya kayak gimanaaa gitu ya? Hihi

Merantau, adalah sebuah keinginan yang sudah lama sekali tersimpan di angan. Mungkin sejak kuliah sih, sejak memiliki banyak sekali teman-teman sekampus yang berasal dari luar daerah. Yang harus hidup ngekost dengan segala 'cerita anak kost'nya. Anehnya, cerita suka duka anak kost ini justru semakin menguatkan keinginanku untuk suatu hari nanti bisa merasakan sendiri, gimanaaa sih sebenarnya rasanya jadi anak kost itu.

Untuk bisa ngekost, ga mungkin donk aku pamit pada orang tua dan menyewa kamar kost. Wong jarak antara rumah dan kampusku itu dekat banget. Cuma butuh 5 menit perjalanan doank gitu lho. Masak mau ngekost. Haha. Jadinya, terpaksa deh memendam angan-angan ini, hingga waktu tak terhingga. Entah sampai kapan bisa mewujudkannya.

Hingga kemudian, di tahun 1995, setamat kuliah, akhirnya kesempatan ini sampai juga, tapi judulnya ga sama persis. Bukan menjadi anak kost, tapi menjadi orang perantauan. Menikah dan bekerja di Medan, membuka jalan bagiku untuk dapat merasakan suka duka hidup merantau. Tinggal jauh dari orang tua. [Memang sih, Medan - Banda Aceh itu ga jauh-jauh amat sih, tapi butuh waktu 9 - 10 jam perjalanan juga by darat lho]. Jadilah aku memulai bagian kehidupan dengan judul merantau.

Merantau di kota Medan, membuatku betah. Kayaknya lebih banyak sukanya deh daripada dukanya. Mungkin karena dalam perantauan ini, aku ditemani oleh suami dan anakku ya sobs? Jadi kesannya ya indah aja, walau terkadang himpitan masalah finansial, tak munafik harus diakui sebagai salah satu warna yang sering menggelapkan cerahnya kehidupan.

Sembilan tahun hidup di perantauan pertama [Medan], membuat hidup ku berwarna warni dengan rasa yang nano-nano. Merah, hijau, kuning, biru bahkan kelabu, datang silih berganti, malah terkadang juga secara bersamaan. Asam, asin, manis, pedas dan pahit juga suka datang silih berganti atau malah sering juga berkolaborasi. Semuanya aku jalani dengan satu usaha, yaitu berusaha menikmatinya dengan sikap yang bijak. Yah, namanya merantau, tentu tak senikmat kala kita berada di kampung halaman, bener ga sobs?

Penghujung tahun 2004, adalah suatu masa yang memberikan perubahan maha besar dalam kehidupanku. Tsunami melanda dan membuat Aceh porak-poranda [26 Desember 2005], dan memanggil jiwaku untuk kembali ke tanah kelahiran. Ayah ibu dan adik bungsuku, membuatku tak mampu menunda hingga esok harinya untuk segera berangkat pulang kampung. Mencari dan memastikan mereka bertiga selamat dari hantaman gelombang petaka itu. Dan mulailah aku menjejakkan kakiku kembali dari tanah perantauan, ke kampung halaman, yang telah aku tinggalkan selama sembilan tahun, tanpa sekalipun aku berkesempatan untuk menjenguknya.

Kehidupan di tanah bencana, dimana rumah kami tak lagi dapat ditempati, membuat kami seperti hidup dalam 'perantauan' juga. Kami tinggal di pengungsian untuk beberapa lama. Dan aku sendiri mulai bergabung dengan sebuah organisasi international bidang kesehatan [International Medical NGO] untuk membantu saudara-saudaraku yang tertimpa bencana.

Agak aneh memang, kita memang berada di tanah kelahiran, tapi rasanya sungguh seperti merantau, karena segalanya telah berubah drastis. Rumah, lingkungan dan alam sekitar telah berubah. Membuat kami benar-benar merasa seperti tak lagi berada di kampung halaman sendiri. Terkadang aku suka berfikir. Kata adalah Doa. Betapa sering dulu aku berangan-angan untuk bisa merasakan hidup ngekost dan merantau. Dan Allah memang tak langsung menjabahnya, tapi kemudian, kala waktunya tiba, harapan itu menjadi kenyataan, bahkan disaat angan itu telah dilupa oleh alam fikirku.

Bekerja di NGO, membuat aku dan staff lainnya, harus traveling ke daerah-daerah terpencil dimana program kami diimplementasikan. Dan aku mulai merasakan pahit getir juga suka duka dari kegiatan 'merantau' ini. Berada di pulau terpencil, dalam keadaan tubuh yang fit, biasanya memberikan semangat dan gairah tersendiri. Kita bersemangat dan ceria menjalaninya. Namun kala tubuh kita sedang kurang sehat, namun tugas/pekerjaan tetap harus dijalankan, itu baru merupakan hal yang menyedihkan. Itu juga yang beberapa kali aku alami.

Mengalami sakit di kampung orang. Duuuh, sedih banget, aku pernah mengalaminya. Dan ini bukan di sebuah kampung atau desa lho sobs. Malah di kota besar, Jakarta gitu lho. Kala itu, aku ditugaskan untuk mengurus workshop nasional yang akan diselenggarakan di salah satu hotel ternama di ibukota ini. Eh kok malah demam. Demam tinggi dan batuk pula. Alhasil, aku harus bedrest, dan sama-sekali ga bisa beraktifitas. Udah itu, sendirian pula, karena kolega-kolega lainnya harus menjalankan tugas mereka, mempersiapkan dan mengawal jalannya workshop. Duuuh, rasanya gimanaaa gitu sobs! Pahit Gan!

Delapan tahun di tanah kelahiran, paska tsunami [2005 - 2012], membuat aktifitasku lebih banyak di 'rantau'. Rantau yang aku maksud disini adalah, keberadaanku lebih banyak di daerah-daerah dimana program kami diimplementasikan. Mengunjungi dan memonitor proyek. Mulai dari pulau terpencil seperti Nias dan Simeulu, hingga ke kabupaten-kabupaten yang telah maju pesat. Semuanya menambah kekayaan pengalamanku dalam hal melalang buana 'merantau'. Rasanya gimanaa gitu sobs.

Hingga kemudian, perantauaan yang sebenarnya pun aku jalani. Maksudnya?
Ya, kini aku benar-benar kembali merantau. Mengakhiri tugas di Aceh pada Maret 2012, lalu aku mulai mengembangkan sayap kecilku. Merantau ke Bekasi, seorang diri, untuk sebuah project pribadi.Rasanya gimana Al? Hm... rasanya gimana yaaa? Menyenangkan sih, tapi sediiiih juga, karena jauh dari Intan. Meninggalkannya di Banda Aceh sana, walau bersama ayah ibuku, tetap membuat hatiku sering diliput lara. Kangen!

Dan kini aku merentangkan sayap kecil ini dan terbang ke Bandung. Memulai hidup di rantau yang baru. Untuk apa dan apa yang membawamu ke Bandung Al? Hehe... pasti pada ga percaya kan jika aku bilang untuk main-main or having fun? Hahaha.
Ga usah tanya untuk apa deh sobs, yang jelas adalah untuk sesuatu yang bermanfaat bagiku dan keluargaku tentunya. .. :)

Nah, sebuah kisah pahit hidup di perantauan inilah yang ingin aku share pada sobats semua, bahwa, betapapun enaknya hidup di perantauan, apalagi seorang diri, kita akan terjerembab dan merasakan sebuah kerinduan yang mengharu biru, mana kala..... PENYAKIT menghampiri!

Aku masih sehat sehat saja ketika itu, bangun pagi dengan ceria, mandi dan bersiap-siap untuk ke kantor. Aktifitas harian pun berjalan lancar hingga malam harinya. Ada rasa pahit yang mulai menggelitik di ujung lidah, beranjak ke tengah dan menguasai seluruh saraf perasa di lidahku. Tak hanya itu, suhu tubuh mulai meninggi dan mengemudikan Gliv pun terasa tak lagi nyaman. Aku hapal gejala ini. Ini mau demam. Dan demam ini bisa jadi karena tubuhku yang terasa begitu lelah, terforsir mengurus dan menjaga Intan sewaktu opname di rumah sakit kemarin. Intan kena Demam Berdarah dan membuat kami terperangkap di sebuah rumah sakit untuk beberapa hari.

Tak heran, jika setelah semua usai, Intan sembuh dan kembali ke Aceh, kini emaknya yang disambangi oleh sang demam. Semoga saja ini bukan Demam Berdarah. Dan aku bukanlah orang yang suka mengkonsumsi obat-obatan kimiawi. Maka demam ini hanya aku tangani dengan beristirahat yang cukup, minum madu dan sari kurma. Biasanya sih berhasil. Tapi tidak kali ini. Malamnya suhu tubuh malah makin tinggi. Akhirnya aku menyerah, memasukkan sebutir paracethamol tablet ke mulutku, dan berdoa agar Allah menyembuhkan aku melalui tablet ini.

Paginya suhu tubuhku mulai normal, hanya rasa pahit di lidah yang masih tersisa. Plus rasa lemas yang teramat sangat. Sarapan pagi hanya nasi hangat plus ati ampela yang aku minta tolong belikan pada si mbanya ibu kost. Dan Masyaallah, tak lama setelah sarapan, aku justru memuntahkan semuanya. Tak mau kompromi, muntahan itu dimuntahkan perutku mengotori lantai kamar, hingga ke kamar mandi saat aku melarikan tubuhku kesana. Aku sampai menangis, takut ambruk seorang diri. There is no one at home, bahkan si mba juga sudah keluar untuk ke pasar.

Aku bener-bener takut, takut meninggal tanpa seorang pun mengetahuinya. Hehe... Aku menangis, untuk meredakan rasa takut yang begitu menghantuiku. Barulah setelah itu, aku coba untuk menetralkan racun [aku menduga diriku keracunan makanan], dengan meminum satu botol susu bear brand, dan minum air putih yang banyak. Eh baru setengah botol, aku sudah muntah lagi dan harus lari ke kamar mandi lagi.

Aku benar-benar takut. Takut mati. :D Apalagi ketika tak ada lagi isi perut yang keluar, sementara masih muntah-muntah juga. Aku bahkan jadi takut untuk minum atau memasukkan makanan baru ke tubuhku. Aku hanya diam untuk beberapa saat, no action. Takut muntah lagi. Barulah ketika merasa agak legaan aku masuk dan lying on the bed. Mencoba mengoleskan minyak kayu putih di dada dan punggung serta leher. Memberanikan diri untuk minum bear brand juga air putih. Lalu tiduran. Saat itu aku benar-benar merasakan kesedihan luar biasa. Sedihnya hidup di rantau, sendirian... ga ada yang ngerawat kala sakit begini... hiks...hiks... Dan mungkin karena lelah menangis, aku tertidur pulas. Dan setelah bangun, merasakan kondisiku jauh lebih baik. Alhamdulillah....

Hidup di rantau memang penuh warna dan rasa. Nano nano deh pokoknya..... :)

Artikel ini diikutsertakan dalam Give away Gendu-gendu Rasa Perantau




Lon Galak Bahasa Aceh = Aku cinta bahasa Aceh

Membudayakan bahasa Aceh adalah suatu keharusan di dalam keluargaku. Ketetapan ini sudah berlaku sejak aku dan adik-adikku masih kecil, dan peraturan ini semakin digalakkan kala kami pindah ke Kota Sigli lalu ke Banda Aceh. Yang namanya kota, tentu berbagai suku bangsa berbaur disini. Ada suku Jawa, Padang, Batak, dan dari wilayah Nusantara lainnya.

Yang dikuatirkan oleh ayah ibuku dengan kepindahan kami ke sini adalah, hilangnya kemampuan berbahasa Aceh di dalam diri anak-anaknya. Karena anak-anak kan paling cepat tuh menyerap bahasa yang ada di sekitarnya. Semua orang di lingkungan baruku memang berbahasa Indonesia, bahkan ada juga yang berbahasa Jawa, karena kebanyakan dari mereka adalah bersuku Jawa. :)

Salah satu cara yang dilakukan ayah ibuku saat itu adalah mengubah strategi. Jika ketika di kampung dulu, ayah dan ibuku menyelipkan bahasa Indonesia di dalam percakapan kami, untuk melatih kemampuan kami berbahasa nasional, maka di Sigli, ayah dan ibu melarang kami berbahasa Indonesia di dalam rumah. Komunikasi diantara kami, harus berbahasa Aceh. Setiap saat, kecuali ada tamu yang sedang berkunjung dan si tamu tidak mengerti bahasa Aceh. Maka kami berbahasa Indonesia.

Ayah dan ibuku selalu mengingatkan,
geutanyoe awak Aceh, harus jeut ta meututo dalam bahasa Aceh. Nye ken buet tanyoe, soe lom nyang peulestari bahasa daerah tanyoe? Hana mungken lee awak Jawa ato awak Batak keun? Awak nyan ken gabuek cit peulestari bahasa awak nyan keudroe jih? 

artinya:

kita ini orang Aceh, harus bisa dan mahir berbahasa Aceh. Karena kalo bukan kita, orang Aceh, siapa lagi yang akan melestarikan bahasa daerah kita? Ga mungkin orang Jawa atau orang Batak kan? Mereka juga sibuk melestarikan bahasa daerah mereka masing-masing, ya kan? 

Kami hanya nyengir mendengar kalimat akhir itu. Tapi manggut-manggut membenarkan. Ya iyalah, masak orang Jawa atau Batak yang harus melestarikan bahasa Aceh? Terus siapa dunk yang akan melestarikan bahasa Jawa? Orang Minang? Hahaaha...

Dan bertahun kemudian, Bahasa Aceh tetap lestari di dalam diri kami, anak-anak ayah dan ibuku. Aku dan adik-adikku memang selalu berkomunikasi dalam bahasa daerah, baik itu lisan maupun tulisan. Tapi sesuai dengan perkembangan jaman dan wilayah domisili... juga pergaulan, akhirnya percakapan kami tak lagi murni berbahasa Aceh. Sering sekali dalam email, aku tanpa sadar berbicara dalam dua bahasa, Aceh dan Inggris dalam satu kalimat. Begitu juga dengan adikku. Kami berinteraksi di Ym, email, telephone maupun tatap muka. Tergantung situasi dan keberadaan kami.

Sering aku mendapati kalimat-kalimat seperti ini di dalam email adikku, font merah untuk bahasa Aceh.

Kak, Lon baro kirim email keu bapak, tulong kak make sure that he received it and I am looking forward for balasan gobnyan beh. 

artinya:

Kak, saya baru saja kirim email ke Bapak, tolong kakak pastikan beliau telah menerimanya dan saya menunggu balasannya ya kak.

atau

Kak, peu haba disinan? Hope everything is running well dan meuah, lon agak gabuek bacut lawet nyoe, jadi hana sempat komunikasi ngen kak untuk beberapa uroe nyang kalheuh.

artinya:

Kak, apa kabar disana? Semoga semuanya berjalan baik dan maaf banget, saya agak sibuk akhir-akhir ini, jadinya ga sempat komunikasi deh beberapa hari lalu.

Menggunakan bahasa Aceh di daerah lain, dengan sesama suku, misalnya di Jakarta, atau dikota lain di luar Aceh, bagiku juga sangat menyenangkan lho. Misalnya ketika berbelanja di Pasar Baru, Bandung, aku dan temanku Icut, bisa berdiskusi tentang kualitas barang, dan harga yang pantas untuk ditawar, dengan menggunakan bahasa Aceh, yang tentunya tidak dimengerti oleh si penjual. Rasanya ada kepuasan tersendiri gitu dweh. Hahaha...

Terhadap Intan, kala masih di Medan, aku tidak memaksanya untuk paham bahasa Aceh. Mau gimana coba. Aku sendiri ga punya sparing partner untuk berbahasa Aceh di lingkungan sekitarku kala itu. Ayahnya Intan juga bukan orang Aceh, melainkan Jawa Deli, so.. how can I practice my Acehnese language? Haha...

Barulah, ketika pindah ke Aceh, Intan tanpa dipaksa, mulai beradaptasi, dan menyerap sendiri perbendaharaan bahasa Aceh, dan mulai mengerti sedikit demi sedikit. Pindah dan tinggal bersama ayah ibu serta adikku, saat ini di Banda Aceh, tentu sangat membantunya dalam melatih penggunaan dan penguasaan bahasa Uminya ini. :)

Bagiku, mempelajari berbagai bahasa itu adalah hal yang sangat menarik. Dan sebelum menambah pemahaman akan bahasa lain, alangkah baiknya jika kita bisa menguasai bahasa daerah kita terlebih dahulu. Ya ga sobs?


"Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway"


Al, Bandung, 21 Februari 2013

Akhirnya.... setelah muter-muter di kompleks perumahan Dosen UNPAD I, dan tak berhasil menemukan domisili Alaika Abdullah, akhirnya buku Rahasia Menjadi Kaya Arti karya Pakdhe Cholik ini pun kembali kepada pengirimnya. Balik ke Pakdhe di Surabaya sana. Kok bisa begitu? Masak kurir ga bisa menemukan alamat kamu Al? Emang kamu tinggalnya dipelosok mana sih? 

Hehe, bukan salahku lho sobs, tapi Pakdhe tuh yang salah tulis nomor rumahku, jadinya penerima dengan nama Alaika Abdullah tidak ditemukan deh, dan terpaksa tuh paket balik lagi ke Pakdhenya.
Barulah kemarin sore, setelah beberapa hari kemudian, si paket terbang kembali, dan berhasil menemukan domisiliku. 

And..... here it is! 

Chicken Soup of for Soul ala Pakdhe Cholik ini pun kini sudah berada di tanganku. Duh, rasanya senang banget sobs, apalagi membaca namaku tercantum di dalam buku ini, dan tulisanku berupa endorsement untuk buku ini terpampang nyata di halaman vii - viii nya. Hehe... senang donk. :)

Well, kenapa aku suka sekali menyebut buku ini sebagai Chicken Soup for the Soul [ala Pakdhe Cholik]? Penasaran kenapa? Karena, menurutku, buku ini mengandung banyak sekali sharing berharga yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, baik itu berdasarkan pengalaman penulis [Pakdhe] sendiri dalam menjalani kehidupan ini, ataupun berdasarkan renungan-renungan berharga yang dicermatinya terhadap prilaku lingkungan dan alam sekitar. Yang unik dari buku ini adalah, gaya penulisannya yang lugas, dengan bahasa sederhana yang tak butuh waktu lama untuk mencernanya. Plus guyonan segar ala Pakdhe, yang membuat pembaca tak henti tersenyum sejak awal membaca halaman demi halamannya. Tapi.... ada saatnya, kita harus mengelus dada, terenyuh dan terharu kala kita diajak untuk menatap cermin kehidupan yang juga penuh pembelajaran lainnya, serta manggut-manggut membenarkannya. So... tak berlebihan jika endorsement ku untuk bukunya Pakdhe berbunyi begini nih sobs.


Buku ini memang sangat menarik dan penuh manfaat. Ga percaya? Coba deh order dan mulai membacanya, I believe that you will AGREED with me. :)

Dan untuk Pakdhe, makasih atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi salah satu endoser di buku perdana Pakdhe ini lho! Sukses ya Dhe, keep writing, ditunggu buku-buku selanjutnya. Eh iya, makasih juga untuk hadiah buku ini. Hatur nuhun Pakdhe!

Al, Bandung, 21 Februari 2012.






Penulis : Dann Julian
Penerbit : Pustaka Sinar Harapan


Berbicara tentang penyimpangan seksual, hubungan sesama jenis [gay, lesbian, biseks dan berbagai prilaku seksual nyeleneh lainnya] memang tiada akan ada endingnya. Topik satu ini telah berkembang ratusan tahun dan mungkin tak akan berhenti hingga roda kehidupan ini berhenti berayun.

Fenomena yang satu ini, tak dapat dipungkiri, terus menjamur bak cendawan di musim hujan, tumbuh sporadis di kalangan tertentu tanpa mampu ditutupi, atau malah merambat dan bertumbuh secara terselubung karena keadaan yang mengharuskannya di kamuflase.

Novel yang ditulis oleh seorang wartawan kawakan ini, mengulas tentang kehidupan pasangan gay kaum jetset Jakarta, berdasarkan hasil investigasi mendalam bermodalkan pengalamannya yang malang melintang di dunia jurnalistik, dan dikemas dalam bentuk fiksi yang sangat menarik dan unpredictable!

Kisah bermula dari rasa kecewa dan sakit hati yang dirasakan oleh seorang gay [Michael], perancang mode terkenal, akibat dikhianati oleh kekasih gay-nya bernama Sandro. Michael sebenarnya adalah seorang pria baik hati, yang telah mengangkat Sandro menjadi anak asuhnya, meng-upgrade pengetahuannya hingga mampu menjadi seorang yang handal dalam merancang busana, mengurus pagelaran-pagelaran busana, dan menjadi mitra kerja Michael yang bisa diandalkan. Selain daripada itu, Sandro adalah kekasih hati yang senantiasa mampu mendamaikan dan membahagiakan hati Michael. Namun, balasan dari Sandro sungguh tak sebanding dengan apa yang telah diberikannya dengan tulus selama ini.

Tanpa belas kasih, Sandro berpaling darinya, bahkan tak hanya itu, lelaki muda itu, mentah-mentah mencuri ide-ide designnya, mengembangkannya dan menyempurnakannya sedemikian rupa, dan mengadakan pagelaran tunggal yang se-level dengan pagelaran-pagelaran yang selama ini digelarnya. Sandro benar-benar telah menikamnya dari belakang. Michael sungguh kecolongan!

Beruntung, kehadiran seorang laki-laki muda lainnya bernama Benny, akhirnya mampu melipur duka lara Michael. Selain cerdas dan paham akan tugasnya sebagai asistennya Michael, lelaki kampung ini [yang tadinya adalah lelaki tulen], juga dengan cepat dapat diupgrade mengikuti alur kehidupan modern dan gemerlap kota Jakarta, hingga akhirnya menjadi tangan kanan serta kekasih hati Michael, menggantikan Sandro yang telah pergi. Bersama Benny, Michael menemukan kembali kebahagiaannya. Dan Benny, lambat laun, bersama meningkatnya kesejahteraan hidupnya oleh tercukupinya materi, kian menikmati kehidupan seksualnya yang telah berubah haluan.

Menjadi homo atau gay, tentu bukan hal yang dapat dibanggakan, bahkan banyak yang berusaha keras untuk mengkamuflasekannya sedapat mungkin. Tak banyak dari mereka yang siap untuk menyatakan diri mereka mengidap kelainan ini secara terbuka di depan publik, khususnya di negeri ini. Begitu juga dengan Benny. Akal sehatnya, masih tak mampu kompromi untuk terang-terangan menunjukkan di depan umum bahwa dirinya kini adalah seorang gay. Karenanya, setengah mati dia berusaha mengkamuflasenya, yaitu dengan tetap melanjutkan hubungan asmaranya dengan Dinar [adik dari sahabat karibnya Jay]. Untuk lebih kuat menutupi fakta itu, Benny melamar Dinar pada Jay dan mereka pun melangsungkan pernikahan. Michael, walau cemburu, tetap merelakan kekasihnya 'menikah' dengan Dinar, karena cinta terselubung mereka masih harus diselubungi.

Kisah menjadi kian menarik kala Dinar terpuruk di malam pertama, juga malam-malam berikutnya karena ternyata Benny tak mampu menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Hingga akhirnya di malam yang kesekian kalinya terpaksa berterus terang pada sang istri, bahwa dirinya tak lagi menjadi lelaki tulen. Bahwa kejantanannya tak lagi mampu berdiri di hadapan seorang wanita, melainkan akan aktif jika berhadapan dengan sesama jenisnya [laki-laki]. Shock, pingsan! Itulah reaksi awal Dinar, namun rasa cintanya yang begitu besar terhadap Benny mampu melahirkan pengertian yang luar biasa di dalam diri Dinar akan keadaan suaminya. Diteguknya keadaan itu dengan sabar, sementara Benny merasa begitu lega setelah menghamparkan keadaan itu di hadapan istrinya. Plong! Dan bebas untuk melanjutkan hubungan asmaranya dengan Michael.

Terpuruk dalam kesepian dan dahaga yang tak terpuaskan, Dinar yang manusiawi, yang wanita normal dan istri yang merindukan belaian suami seutuhnya, hanya mampu berpasrah diri. Mencoba menerima keadaan dengan kelapangan dada dan kebesaran jiwa. Berusaha berpuas diri dengan kepuasan foreplay yang diberikan oleh Benny tanpa mampu melanjutkannya ke tahap berikutnya yang lebih utama. Hingga kemudian, Maya, si tetangga sebelah, yang tak jauh pautan usia darinya, menjadi teman karibnya, dan menjadi tempat curhatan beban pikirannya. Maya yang begitu baik hati, penuh perhatian dan sangat care akan dirinya, ternyata menyimpan hasrat tersendiri terhadapnya. Dan... petualangan hidup Dinar, yang tadinya begitu lugu pun dimulai. Maya yang adalah seorang biseks, mengubahnya menjadi seorang lesbian! Bahkan kemudian mulai menularkan aneka keanehan prilaku seksual pada Dinar.

Dinar yang lugu pun berubah liar. Tak terhentikan. Ide untuk saling bertukar suami pun mereka rancang dan laksanakan. Sayangnya Maya tak berhasil membuat Benny [suami Dinar] yang homo bertekuk lutut. Benny tak tertarik pada wanita, sementara Dinar berhasil membuat Anton [suami Maya] klepek-klepek dan berhasil membawanya ke langit biru, menikmati kejantanan pria itu seutuhnya, hingga Dinar tak rela menyudahinya hingga disitu saja. Hubungan terselubung itu pun berlanjut di belakang Maya. Hingga suatu hari, hubungan terlarang ini pun terungkap dan terjadilah perkelahian yang berakhir pada saling tikam menikam menggunakan pisau antara Maya dan Dinar. Dan keduanya berakhir di rumah sakit.

Perseteruan ini, mau tak mau membuat Jay, kakaknya Dinar, yang adalah seorang wartawan tabloid Mode turun tangan dan mengusut asal usul pertikaian. Dan terbongkarlah belang yang tadinya diselubung. Jay terhenyak mengetahui bahwa adik iparnya, Benny adalah seorang gay, dan menyesal seumur hidupnya karena telah menyerahkan adiknya untuk diperistri oleh seorang homo.

Dan Anton terkejut bukan alang kepalang mengetahui istrinya, Maya adalah seorang biseks! Dinar mundur dari kehidupan Benny dan Anton mundur dari kehidupan Maya. Dan kisah ini tentu belum berakhir disini. Karena di sisi lain kisah ini bertutur tentang Jay, yang berpacarkan seorang wanita cantik bernama Arti. Arti adalah seorang finalis Putri Melati Putih, yang menjadi duta dari sebuah perusahaan kosmetika ternama. Jay merasa begitu beruntung mendapatkan Arti, yang begitu santun, smart, seksi dan juga teguh dalam memegang prinsip.

No sex before marriage, adalah prinsip yang dipegang teguh oleh wanita itu, yang membuat Jay semakin menghormatinya. Rasa cinta diantara keduanya pun tumbuh kian subur seiring dengan berjalannya waktu. Hingga suatu ketika, Arti memaksa Jay untuk ikut menemaninya ke Bali, untuk event shooting video klip sebuah lagu, dimana Arti terpilih sebagai model video clip tersebut.

Jay pun menurut, dan mereka memanfaatkan sebuah malam yang romantis, di pulau yang juga romantis itu, untuk memadu kasih. Di malam yang syahdu itu, Arti sengaja membiarkan atau lebih tepatnya memancing Jay, untuk mendobrak prinsip yang selama ini begitu teguh dipegangnya. Jay yang masih terkendali, mengingatkan kembali akan prinsip yang arti pegang selama ini, bahwa mereka sepakat untuk tidak berhubungan seks sebelum menikah. Namun Arti malah semakin memancingnya untuk memetik sesuatu yang belum pantas diraihnya.

Dan namanya lelaki, menghadapi wanita yang begitu seksi dan lihai dalam merayu dan beraksi, siapa yang sanggup menahan diri? Jay pun larut dalam cumbuan erotis yang saling bersambut, hingga kemudian, sebuah jawaban dari Arti untuk pertanyaannya yang menanyakan apa Arti tidak akan menyesal..., membuatnya tertegun dan tak mengerti.

"Tidak Jay, ini demi cintaku padamu. Setelah ini, terserah kamu, Jay... mau meninggalkan aku setelah tau siapa aku sebenarnya,... terserah, aku pasrah..., aku sangat cinta sama kamu, sangat cinta...."

"Apa maksud kamu?" Jay semakin tidak mengerti. Arti terdiam sejenak, suasana hening, lalu

"Aku seorang laki-laki Jay, aku seorang waria, waria sejak balita Jay. Sampai kini aku belum operasi kelamin. Hanya orang tuaku dan bulek-paklek ku yang tau, maafkan aku Jay..." kata Arti pelan dan ada rasa takut.

Dan... berakhirkah kisah cinta mereka? No! Jay mencintai Arti setulus hatinya. Tak peduli Arti adalah seorang waria, yang otomatis tak memiliki [maaf] vagina. Pelayanan Arti melalui jalan lain telah cukup membuatnya bahagia dan terpuaskan. Hubungan mereka pun berlanjut, hingga kemudian, lambat laun, Jay merasakan keanehan pada desir hatinya. Perlahan, dia mulai menyukai dan menikmati melihat tubuh-tubuh pria yang gagah. Tak yakin akan perasaan itu, juga was-was akan hal itu, Jay menguji dirinya dengan mencoba mendatangi rumah pijat dan meminta dirinya dipijat oleh gadis-gadis ayu yang gemulai. Namun aneh, tak ada hasrat seksual yang muncul kala dirinya disentuh oleh tangan wanita.
Dicobanya lagi dan lagi keesokan harinya, reaksinya tetap sama.

Untuk meyakinkan diri, kali ini dia mengubah strategi, dicobanya untuk dipijat plus-plus oleh laki-laki muda. Dan desiran penuh hasrat seksual tak tertahankan muncul di dalam dirinya. Gawat! Dan dia pun mulai tak mampu menghalaunya. Apalagi kala kemudian dia bertemu lagi dengan Benny [mantan adik iparnya], di suatu pesta kalangan gay. Hubungan baik dan salah arah pun terjalin diantara keduanya.... Tak terhindarkan, Jay pun berubah menjadi seorang gay, menyelingkuhi Arti [sang waria cantik] dan tergelincir dalam komunitas homoseksual kelas atas. Ibarat terkena karma, kini dia terjerumus ke dalam hal yang dulu dia benci, yang dulu dia hujat dan hakimi.

Kisah ini masih berlanjut dengan segala intrik yang menarik dan tak terduga.
Penasaran akan kisah lengkapnya?? Silahkan baca di Novel 'Gaya Gay'. Bisa didapatkan di toko-toko buku gramedia, atau hubungi langsung penulisnya, mas Dann Julian di fesbuknya.


Membaca novel ini, sungguh membuka mata kita tentang kenyataan-kenyataan yang ada di sekiling kita. Untuk membuat kita tak langsung menghujat apalagi menghakimi seseorang, karena sesungguhnya, tak ada satu manusia pun yang ingin hidup dalam arah dan keadaan yang salah. Semua ingin hidup normal. Namun apa mau dikata jika kemudian satu dan lain hal mengubahnya? 
Semoga kita dilindungi dari hal-hal yang demikian ya sobs! 

Al, Bandung, 20 Februari 2013

credit
Raut wajah wanita cantik itu terlihat garang. Air mukanya memendam dendam dan angkara murka. Tegas dia meminta kepada tuan qadhi untuk mem-fasakh [memutuskan] ikatan perkawinannya dengan tuanku Abdul Madjid, yang telah menyerah kepada kompeni Belanda. Sirna sudah rasa cinta yang menumpuk di dada, lenyap sudah rasa hormat terhadap sang suami yang selama ini begitu dia sanjung dan puja. Yang telah bersama-sama berjuang mempertahankan tanah tumpah darah dari jajahan kompeni Belanda. Berang dan kecewa rasa hatinya tak terkira, menyaksikan sang suami takluk dan bertekuk lutut pada penjajah kafe [kafir] Ulanda [sebutan untuk Belanda dalam bahasa Aceh]. Usai sudah perkawinannya, dan secara psikologis, kini dirinya hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan bebas untuk menentukan langkah kehidupannya. Tak harus tunduk apalagi patuh pada seorang pengkhianat negeri.

Satu pesan ayahandanya yang begitu melekat di hatinya adalah, bahwa seorang muslim WAJIB berjuang mempertahankan negeri dan agamanya dari tindasan penjajah, hingga ke tetes darah penghabisan. JANGAN PERNAH MENYERAH, JANGAN PERNAH TAKUT. Dan itulah yang akan diteruskannya, walau tak lagi ada teman setia [sang suami] yang menjadi mitra. Perang ini harus dilanjutkan, Islam harus ditegakkan dan kemerdekaan negeri ini harus tetap dipertahankan. Maka bersama ketiga putranya, dibantu seorang kepercayaan [tangan kanannya] bernama Pang Mahmud, wanita perkasa itu melanjutkan perjuangan.

Pocut Meurah Intan, begitu wanita ini dikenal, memang bukan wanita biasa. Darah biru yang mengalir kental di dalam tubuhnya adalah titisan sang ayah, Teuku Meurah Intan,  seorang hulubalang negeri Biheue [suatu daerah yang terletak antara Sigli dan Padang Tiji], yang telah menanamkan nilai-nilai agamis dan kecintaan terhadap tanah air pada putri jelitanya, Pocut Meurah Intan, yang lahir pada tahun 1873, di desa Lam Padang, mukim VI, Laweung, Pidie.

Patahnya semangat dan takluknya sang mantan suami pada Belanda, adalah pemicu meningkatnya kebencian dirinya terhadap kafe Ulanda. Apalagi saat itu situasi  perang Aceh, memang sedang memasuki masa-masa sulit, masa-masa kritis yang terkadang mampu melemahkan jiwa. Terlebih dengan mangkatnya Sultan Alaidin Mahmud Syah dalam perang 'kuman' dan digantikan oleh Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah yang masih berusia 10 tahun, sehingga pemerintahan harian terpaksa didelegasikan kepada tuanku Hasyim Banta Muda.

Peperangan  semakin dasyat, kekuatan Belanda semakin berlipat akibat didatangkannya tambahan pasukan Belanda dari Betawi [Jakarta]. Ibukota pemerintahan Aceh terpaksa ditarik ke Indrapuri, yang selanjutnya pindah ke Keumala Dalam. Keadaan semakin memanas dan para pejuang Aceh terpaksa melakukan berbagai manuver, mengubah perang frontal menjadi perang gerilya raksasa di seluruh Aceh, baik di daerah pesisir, pedalaman dan terutama di basis-basis pegunungan. Pertempuran terjadi hampir setiap saat, dan menimbulkan kerugian yang tidak terhitung jumlahnya, baik dalam segi materi maupun jiwa, dari kedua belah pihak.

Bersama para pengikutnya, didukung penuh oleh tiga putra tercinta yang gagah berani, yaitu tuanku Budiman, tuanku Muhammad dan tuanku Nurdin, serta Pang Mahmud sang tangan kanan, Pocut memimpin perjuangan untuk daerah Laweung dan Batee [Kabupaten Pidie sekarang]. Dalam bukunya berjudul Aceh, Zentgraaff menulis, bahwa wanita-wanita Aceh sangat gagah berani. Dikisahkan tentang suatu kejadian ketika pasukan Belanda mengepung sebuah kampung di Pidie, seorang suami tertembak dan rubuh dalam dekapan istrinya. Menyadari bahwa sang suami dalam dekapannya telah tak bernyawa, si wanita lalu mengambil rencong suaminya dan menyerbu brigade dan menyerang mereka, namun seorang marsose berhasil memukul tangannya hingga puntung. Bukannya menyerah, si wanita dengan tangan kirinya malah memungut rencong yang berlumuran darah itu dan kembali menyerang hingga dia sendiri tewas tertembus peluru marsose.

Kisah lain tentang keberanian para srikandi Aceh ini juga dituangkan Zengraaff dalam bukunya sebagai berikut;
sepasukan Belanda telah mengetahui bahwa ada sekelompok pejuang yang bersembunyi di sebuah rumah di Tangse. Lalu pasukan Belanda hendak menggerebek namun seorang wanita, istri si pemilik rumah dengan gagah berani menghadang marsose yang sedang menaiki tangga. Dengan lantang dia berseru, melarang para marsose memasuki rumahnya. Tentu saja marsose marah dan membentaknya, namun dengan lebih keras, dia balas membentak para kafe Ulanda, melarang mereka menginjakkan kaki dirumahnya. Tentu saja sikap ini semakin membuat para marsose naik pitam, dan memukul kaki wanita ini dengan popor senjatanya, hingga si wanita terjatuh. Barulah dia bergeser dan para marsose menyerbu ke dalam rumah. Adu mulut dalam tenggang waktu beberapa menit tadi tentu memberi kesempatan bagi para pejuang yang bersembunyi di dalam rumah untuk lari menyelamatkan diri, alhasil, para marsose pulang dengan tangan kosong.

Kisah lain yang tak kalah heroik adalah ketika Geldorp dan tiga pasukannya menyergap tempat persembunyian para pejuang yang terdiri dari 4 orang laki-laki beserta istri-istri mereka. Pertempuran yang tak berimbang itu menyebabkan para lelaki mati syahid dan menyisakan para wanita. Yang mengejutkan adalah, tindakan para wanita yang hendak mereka sandera itu sungguh diluar dugaan. Dengan sigap mereka mengambil senjata-senjata milik suami mereka dan mulai mengadakan perlawanan, menyerang pasukan marsose dengan membabi buta hingga ke empatnya mati syahid, menyusul sang suami.

Keberanian dan semangat baja nan pantang menyerah dalam diri Pocut dan pasukannya, mau tak mau membuat pasukan Belanda semakin kesulitan dalam menaklukkan daerah ini. Semakin digencet semakin liat. Pocut dan pasukannya semakin gencar melakukan aksinya, beberapa peperangan tak terhindarkan pun terjadi di Biheu, Laweung, Lam panah dan Lam Teuba. Belanda semakin gusar dan marah, hingga semakin gencar melakukan serangan-serangan untuk menghentikan aksi yang dipimpin Pocut. Belanda mulai mencatat bahwa Pocut tak dapat diremehkan. Wanita ini sungguh bernyali besar, cerdas dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Wanita ini sungguh berbahaya dan harus diantisipasi dengan cermat, atau malah segera dibasmi sepak terjangnya.

Maka berbagai upaya pun dilakukan oleh pasukan Belanda untuk menghentikan sepak terjang Pocut dan pasukannya, hingga suatu hari, tepatnya pada awal November 1902, ketika pasukan Belanda yang dipimpin oleh Mayjen T. J Veltman sedang melakukan patroli di daerah basis gerilya, yaitu di daerah Laweung, Biheu, mereka menemukan seorang wanita yang dari tatapannya terlihat jelas memendam kebencian terhadap mereka. Pemeriksaan terhadap wanita ini pun dilakukan. Namun kala anggota pasukan mendekatinya, dan hendak memeriksanya, wanita ini diluar dugaan mencabut rencong yang terselip dibalik pakaiannya dan dengan segala upaya, menyerang mereka sembari berteriak penuh amarah.

"Kalo begitu, biarlah aku mati syahid!" Dan pertempuran 1 lawan 18 orang anggota Marsose itu pun pecah.

Pocut masih berdiri tangguh kala serdadu serdadu itu menebas senjata. Wanita itu masih berdiri kokoh seraya menghunus rencong kala pedang marsose menebas dan meninggalkan dua luka di kepalanya, serta dua luka di bahunya. Ia baru terjatuh ketika pedang tajam itu menghunus ke otot tumitnya hingga putus. Terjatuh, rubuh, di atas tanah yang masih basah oleh sisa hujan. Dengan dada yang berlubang, luka membujur di sekujur tubuh dan banyak kehilangan darah, bahkan salah satu urat di keningnya terputus! Terbaring di atas tanah berlumur lumpur dan darah, hingga salah seorang anggota marsose yang tak tega menyaksikan penderitaan Pocut, memohon ijin kepada Veltman agar diijinkan mengakhiri penderitaan Pocut dengan menembakkan peluru ke tubuhnya agar tewas.

Tentu saja Veltman tak menyetujui, dan memerintahkan pasukannya untuk berlalu, dan membiarkan Pocut terbaring untuk ditemukan oleh warga desa dan diberikan pertolongan. Di lubuk hatinya, Veltman dan pasukannya menyimpan rasa hormat dan takjub akan keberanian para wanita Aceh yang begitu heroik dan gagah berani. Suatu hal yang sangat jarang mereka saksikan di dunia ini, yang mungkin tidak akan ada pada wanita bangsa mereka sendiri.

Pocut ditemukan dan dirawat oleh para penduduk, dan walau masih dalam masa kritisnya, tetap bertekad untuk lanjutkan perjuangan. Tak hanya itu, Pocut juga telah menyusun rencana untuk menghabisi si pengkhianat negeri, musuh dalam selimut, yaitu penduduk desa yang telah menjadi mata-mata Belanda.

Sementara itu, Veltman yang kemudian mengetahui bahwa wanita yang bentrok dengan pasukannya itu adalah seorang pemimpin gerilya, berusaha mencari tau keberadaannya, dan hatinya sungguh terenyuh kala menyaksikan Pocut terbaring lemah, tak berdaya dengan kain kusam yang membalut luka-luka di tubuhnya. Yang lebih membuatnya terenyuh adalah, penduduk desa menggunakan kotoran sapi sebagai antibiotik alami demi menyembuhkan luka-luka Pocut. Sungguh mengiris hati, apalagi melihat wanita pemberani itu menggigil dan mengerang penuh kesakitan.

Terketuk hatinya, pemimpin pasukan Belanda yang fasih berbahasa Aceh ini berupaya keras membujuk Pocut agar bersedia diobati oleh dokter Belanda. Pocut menolak keras, tak sudi tubuhnya disentuh/diobati oleh tangan-tangan para kafe Ulanda. Namun akhirnya berkat bujukan Veltman, Pocut menyerah dan bersedia untuk diobati. Proses penyembuhan memakan waktu yang lama dan akhirnya walau pun sembuh, Pocut mengalami cacat fisik [pincang] pada kakinya.

Mendengar keberanian Pocut melawan pasukan Veltman seorang diri hanya dengan sebilah rencong, Komandan militer Scheuer memutuskan untuk mengunjungi dan bertemu Pocut, yang tentu saja didampingi oleh Veltman, yang juga bertindak sebagai penerjemah. Komandan Scheuer menaruh hormat kepada Pocut, tanpa dibuat-buat, murni dari lubuk hatinya. Setulus hati dia meminta Veltman untuk menyampaikan kepada Pocut, bahwa dirinya sangat kagum pada Pocut. Sikapnya ini memancing rasa apresiasi dari Pocut, membuat wanita itu mengangguk dan tersenyum padanya. Namun itu tak berarti bahwa Pocut akan menghentikan peperangan dalam rangka mempertahankan negerinya... Perang akan berlanjut dan para kafe Ulanda harus angkat kaki dari tanah rencong ini!

Perjuangan memang terus berlanjut, bumi Aceh terus bergolak karena para gerilyawan terus beraksi. Pocut masih belum sembuh total dan tetap dalam pengawasan Belanda. Perjuangan dilanjutkan oleh ketiga putranya serta Pang Mahmud yang setia. Sayangnya, pada bulan Februari 1900, Tuanku Muhammad Batee tertangkap, dan karena dianggap sangat berbahaya bagi keamanan penjajahan Belanda, maka pada tanggal 19 April 1900 beliau diasingkan ke Tondano, Sulawesi Utara dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 25 pasar 47 R.R. Sementara dua putra Pocut yang lainnya diasingkan ke tanah Jawa.

Ketika sembuh dari sakitnya, Pocut masih melanjutkan perjuangan bahkan masih mampu memimpin pasukan, walau akhirnya berhasil ditangkap dan dijadikan tahanan Belanda, dan bersama putranya tuanku Budiman dimasukkan ke penjara Belanda, Kutaraja. Dalam waktu yang sama, tuanku Nurdin tetap melanjutkan perjuangan dan memimpin para pejuang di kawasan Laweung dan Kalee. Pada tanggal 18 Februari 1905, Belanda berhasil menangkap tuanku Nurdin di tempat persembunyiannya di Desa Lhok Kaju. Sebelumnya Belanda terlebih dahulu menangkap istri dari tuanku Nurdin sebagai taktik untuk membuat tuanku Nurdin menyerah, namun ternyata taktik ini tidak membawa hasil.

Kemudian, pada 6 Mei 1905, Pocut beserta kedua putranya yaitu tuanku Nurdin dan tuanku Budiman serta seorang saudaranya, tuanku Ibrahim diasingkan ke tanah Jawa, tepatnya di Blora, Jawa Tengah, berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 Mei 1905, No. 24. . Dan sejak itu, perjuangan Pocut dan putra-putranya tak lagi menemukan kesempatan untuk berlanjut. Ketiganya hidup dalam pengasingan, dan kemudian Pocut Meurah Intan menghembuskan napas terakhirnya pada 19 September 1937, di pengasingan. Jauh dari tanah rencong, tanah tumpah darahnya tercinta.

Makamnya terletak di desa Temurejo, Blora, Jawa Tengah, dan pernah ada rencana dari Pemerintah Aceh untuk memindahkan makam Pocut ke tanah kelahirannya, namun amanah Pocut yang disampaikan pada salah seorang sahabatnya di Blora, yaitu RM Ngabehi Dono Muhammad, bahwa Pocut lebih senang bersemayam di Blora membuat rencana ini tak jadi dilanjutkan.

Walau…..


Tak banyak yang mengenalmu, tak ada lagu khusus untukmu, tak ada pujian indah acapkali diberikan padamu,namun…

perjuanganmu, keberanianmu, semangatmu dan keteguhanmu
adalah inspirasi bagiku

tak hanya itu, tak hanya aku.
bahkan musuhmu, si kaphe Ulanda
yang begitu membencimu, yang mencarimu, juga sangat mengagumimu!

Teurimong Geunaseh wahai Pocut
I do proud of you! Thank You!!

Referensi:

http://iloveaceh.blog.com/?p=251
http://id.wikipedia.org/wiki/Pocut_Meurah_Intan


Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com
  • Lelaki itu, Ayahku
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • It's Me!
  • Jawaban Untuk Sahabat

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes