My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Dua hari ini dikejar kesibukan yang membuatku ga sempat untuk melanjutkan postingan tentang catatan perjalanan kami ke Dieng. Ditambah ada tamu dari Aceh, yang sedang main dan menginap di kosan... jelas membuatku ikutan keasyikan jalan bahkan nonton bareng the "Breaking Dawn 2" yang sedang top-topnya. Makin keasyikan deh akunya, dan terpaksa menunda update tentang lanjutan kisah perjalanan wisata bareng Rie, Una dan Idah kemarin itu.

Ga papa kan sobs? Ntar pasti dilanjut lagi deh, dan taukah sobats, akan ada banyak informasi seputar wisata ke Dieng di lanjutan postingannya itu nanti lho. Beneran, tapi sabar dulu ya sobs. Lagi asyik reunian sama mantan kolega yang juga adalah sohib waktu di kantor lama kemarin nih.

Sore ini, malah kami merencanakan untuk jalan merambah kota Bandung lagi deh ini, sayangnya hujan sepertinya kebelet banget untuk menghambat langkah kami. Dikiranya kami takut akan rinai dan rintiknya tuh... Tidaklah yau... Kan baru hujan air... jadi jalan-jalan mah lanjuuuut... hehe

Ok sobs, tulisan ini hanya sekedar say hello untuk sobats tercinta, yang mungkin saat berkunjung kesini, masih mendapati tulisan yang sama dan belum ada updatenya. Jadi inilah sekilas info dan waktu yang tepat untuk menyapa sobats semua, sebelum diriku beranjak lagi, meninggalkan Macsy dan sudut maya tercinta ini...

Oya sobs...
tentang "Breaking Dawn", udah pada nonton belum? Hayoo atuh ditonton. Seruuu abis. Aku suka banget!
image grabbed from here
image grabbed from here
Makin cinta deh sama Carlisle! Wishing to have a man like him! Vampire! Hahaha... kabur sebelum dipelototi suami tercinta. Tapi mas, I love his character a lots! hehe.

Well sobs, have a nice afternoon and nite yaaa...

Saleum,
Al, Bandung, 23 November 2012

Postingan sebelumnya bisa dibaca disini

Siapapun pasti sepakat bahwa mendaki gunung atau hanya sebuah bukit bukanlah hal yang mudah. Itu juga yang aku dan teman-teman alami saat kami harus membujuk kaki-kaki kami menaiki jalanan terjal menuju puncak bukit Sikunir. Namun dari awal, aku telah mensugestikan alam fikirku bahwa bukit Sikunir, yang terletak di desa Sembungan dan diklaim sebagai desa tertinggi di pulau Jawa,  dengan ketinggian sekitar 2400 mdpl itu, tidaklah akan setinggi mendaki gunung Sibayak, Brastagi, yang pernah aku taklukkan dulu.

Namun sobs, sugesti tinggallah sugesti, sungguh tak berdaya diri ini. haha. Baru sepuluh menitan melangkah, di tengah udara dingin yang menyergap tubuh dan desahan napas yang mengepulkan asap putih/kabut, helaan napas ini kok semakin memburu. Ngos-ngosan. Dada terasa sesak. Duh, sudah demikian menurunkah staminaku di usia 40an ini? Ih, ga banget deh Al! Malu-maluin! Kucoba mengatur napas seteratur mungkin, malu donk sama Rie, Una dan Idah. Masak baru sebentar mendaki napasku sudah seperti ini?

Eits, tunggu dulu. Nampaknya aku tidak sendiri lho sobs. Rie dan Idah juga mengalami hal serupa. [Asyik, ada temen! Haha...] Kuperhatikan mereka yang juga ngos-ngosan, dengan tenggorokan terasa mengering. Padahal udara sekitar jelas dingin banget! Tak salah lagi, ini pasti karena kami tak pernah berolah raga! [bukan kurang, tapi ga pernah, bukan begitu Rie? hehe].


Salutnya, si kriwil Una, dengan bobotnya yang lumayan kok malah bisa melaju kencang dan gesit. Meninggalkan kami [aku, Rie dan Idah] jauh di belakang. Biarinlah, aku maklum, si kriwil tentu tak ingin melepaskan sang mentari beranjak pergi sebelum dia mengabadikan proses pembagian cahaya pagi oleh sang matahari ke segala penjuru bukit. Sunrise! Bukankah itu yang sedang kami kejar?

Menyadari itu, kulangkahkan kaki agak lebih cepat. Kurasa Ririe juga berfikir serupa, hingga langkah kami selalu bersisian. Berbaur dengan orang-orang lainnya, yang datang dari berbagai tempat, dengan aneka latar belakang untuk tujuan yang sama. Menyaksikan indahnya sunrise di punggung bukit Sikunir yang telah begitu tersohor itu. Maafkan kami ya Dah karena terpaksa meninggalkanmu bersama orang-orang lainnya. :D

Maka, tak pedulikan lelah yang hendak menghambat langkah, kami pun terapkan keep moving mode on, untuk tetap berjalan. Mencoba ngobrol dan bercanda dengan orang-orang sekitar kami hingga tak terasa cahaya indah itu terpampang di depan mata. Masyaallah..... Indahnya....  [walau kami tak sempat melihat keindahan yang jauh lebih indah, yang Una sempat saksikan karena dia lebih dahulu tiba di puncak bukit ini].


Bagiku, menyaksikan pemandangan seindah ini, sudah lebih dari cukup untuk serta merta menghapus lelah akibat pendakian tadi. Sungguh indah kreasimu ya Rabbi. Beruntung aku dan teman-teman diberikan kesempatan dan kekuatan untuk mencapai puncak bukit ini. Alhamdulillah. Dan selanjutnya sobs... Mungkin biarkan foto-foto dibawah ini mewakili riangnya hati berada di puncak bukit, yang terletak di sebuah desa tertinggi di pulau Jawa. Yes. Bukit Sikunir, di desa Sembungan, Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Taraaaaa.....





dan giliran narsis dewe-an

duh, rasanya seneeeeeng banget punya kesempatan berdiri di atas batu seperti ini deh sobs. Nah arah ke belakang itu adalah jurang. Sereeeem sih kalo noleh ke belakang, dan aku kan fobia ketinggian, makanya ga mau lihat ke belakang deh.... 

Mencoba menampung cahaya... hehe
Well sobs, masih banyak sih foto-foto lainnya, tapi harus tau diri donk aku, masak mau dipamerin semua, ntar ada yang iri lho! #lirik seseorang yang terbelenggu di belantara Kalimantan sonoh. Hihi...

Setelah menikmati indahnya pemandangan dan bersantai melepas lelah, eh iya, di atas bukit ini, ada penjual minuman lho. Ada milo, kopi, teh dan mie instant. Aku sih memilih teh manis panas seperti ini nih sobs.

Hehe.... narsis lagi deh nih si Al!
Setelah puas menikmati minuman dan beraksi di depan kamera, kami berempat pun memutuskan untuk mengakhiri petualangan di bukit Sikunir. Tanpa beban pastinya. Kan pekerjaan menurun tidak sesulit mendaki, iya toh sobs?

Etapi, sebelum itu, ada sebuah 'object' yang begitu menarik minat salah satu anggota tim [siapa hayooo? hihi] untuk berfoto bersama. Emang sih, 'object' yang satu ini ga bisa dibilang jelek. Bisa dibilang rabun lho mataku kalo aku bilang mereka jelek, terutama si yang satu itu tuh....  Penasaran 'object' apakah itu? 
Yuuuk.....

Well sobs, catatan perjalanan ini rasanya udah panjang banget deh, mudah-mudahan sobats semua ga bosan mengikuti kisah pendakian ini ya... Satu hal yang perlu diingat, bahwa jika ingin mendaki, siapkan stamina yang prima. Dan jangan terlalu memaksakan diri bagi yang merasa udah ga kuat lagi. Ntar bisa pingsan seperti ibu-ibu itu lho! Idah sempat melihat seorang ibu yang jatuh pingsan karena kelelahan mendaki. Mungkin si ibu juga mengidap penyakit jantung sih. Harusnya daerah seperti ini menyediakan posko kesehatan sih, jadi bisa mengantisipasi jika ada hal-hal seperti ini.

Seperti biasa, kita tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk menuruni bukit. Cepat dan gampang, apalagi dengan hati yang puas dan dijalani sambil ngobrol santai. Sampai deh ke area parkir yang juga menyajikan pemandangan indah seperti ini nih.


Udah ah... asyik upload foto aja nih jadinya. Nantikan kisah petualangan berikutnya ke Candi Arjuna dan daerah wisata lainnya di dataran tinggi Dieng ya sobs! Dijamin seru lho!

Saleum,
Al, Bandung, 21 November 2012








Postingan sebelumnya ada disini

Kamis, 15 November 2012, sore menjelang malam.

Hari ini, perjalanan yang memakan waktu sekitar 12 jam pun di akhiri dengan berhentinya si badan besar berlogo Sinar Jaya di terminal Mendolo. Perjalanan yang menurut temanku sih termasuk lama [dari jam 6 pagi dari kota Bandung dan sampai di jam 6 malam]. Tak heran, karena sepanjang jalan,  berbagai karnaval menyambut tahun baru Hijriah membuat jalanan semakin ramai. Deretan anak-anak dan para guru, berbaris membuat jalanan semakin berwarna. Asyik juga sih, namun ya itu tadi, efeknya adalah molornya jam ketibaan [halah, kayak bahasa negeri jiran aja deh] kami ke meeting point. Untungnya Ririe belum sampai. Jadi aku dan Una bisa menunggu sambil makan, sejak pagi kami berdua hanya makan cemilan yang kami bawa dari rumah.

Namun ternyata sobs, terminal yang satu ini tak seperti harapan dan jauh dari bayangan. Suasana sepinya saat kami menjejakkan kaki di atasnya, langsung memadamkan angan untuk bersantai ria sambil mencicipi aneka makanan [yang biasanya] tersedia di warung-warung terminal. Celingak celinguk aku dan Una mencari warung yang masih buka, namun tak satu pun yang sesuai harapan. Ada sih beberapa kios yang masih buka, tapi mereka hanya menjual minuman botol, aneka oleh-oleh atau penganan berkemasan. Bukan makanan pengisi perut [baca: nasi dan lauk pauk atau mie dan sejenisnya]. Ya sudahlah....

Mencari toilet adalah tujuan selanjutnya. Setelah melepas hajat, kami pun ber-sms dengan Ririe yang ternyata masih jauh. Maka berkelana lah kami menjelajah terminal, mencari warung/kios yang mungkin menyediakan mie instant. Dan Alhamdulillah, ada sebuah warung yang ditunggui oleh pemiliknya yang ramah. Si ibu segera menyiapkan pesanan yang kami minta. Dua gelas teh manis hangat dan sepiring mie instant rebus. Una masih memilih melihat dulu tampilan mie rebus pesananku, baru nanti akan bereaksi selanjutnya. :)

Terus terang, seumur-umur, aku baru kali ini mendapati sebuah terminal yang sepi seperti ini. Bagai tak ada tanda kehidupan. Di sudut sana, terlihat beberapa tukang ojek yang sedang duduk-duduk. Mie rebus yang terhidang, terkesan nikmat, dan tentu segera kulahap donk. Enak, lumayanlah, walau sebenarnya aku sedang diet mie instant. Apa boleh buat, dalam situasi no other option, pantangan bolehlah dilanggar. :)

Una ternyata juga berminat akan mie nya, tapi minta yang versi gorengnya. Dan terus terang juga menggelitik saraf lapar di dalam perutku menatap mie gorengnya itu. Oya, sambil menikmati mie kami, Una dan mas Stumon sempat chat. Makasih ya mas, telah menemani kami dalam masa penantian [Ririe]. Sayang banget dirimu ga ikut serta ya mas! #Jangan melotot iri gitu donk ah!

Selesai makan, saatnya warung di tutup dan kami dipersilahkan [atau diusir ya? hehe] untuk duduk menanti di luar warung saja.


Ini terminal apa apa ya? Sepinya ini lho!
Dan mulailah kami dikerubuti oleh para tukang ojek begitu kami duduk-duduk di bangku panjang ini.  Sedikit memaksa agar kami menggunakan jasa mereka saja untuk diantar ke tempat tujuan. Namun bujukan itu terhenti dengan sendirinya saat kami katakan bahwa kami sedang menanti jemputan dari Barjarnegara.Oya, Idah Ceris yang tinggal di Banjarnegara, juga memutuskan untuk bergabung dalam perjalanan ini. Asyikkk! dan kami jadinya ngerental mobil tetangganya Idah. Makasih ya Dah... Jadi lah kami menanti Idah dan Ririe, di terminal yang sepi ini.

Sambil menanti, aku ingatkan Una untuk cek kembali penginapan Gunung Mas yang telah di booked Una kemarin. Olala, ternyata, karena kami belum sampai di mereka hingga sore hari, mereka telah lepaskan kamar yang telah kami pesan itu pada orang lainnya. Gile bener. Mau marah tapi ga ada gunanya. Menggunakan Laxy, kamipun browsing penginapan-penginapan lainnya. Semua penginapan yang ada di jalan utama telah penuh dan sungguh membuat kami kecewa. Masak ga jadi nginap di Dieng? Kan besok mau berburu sunrise?

Hingga akhirnya, seseorang dari penginapan yang kami dapati dari internet, menjanjikan akan mencoba cari penginapan/homestay yang agak jauh dari jalan utama. Tak apa, yang penting dapat! itu yang ada di pikiran kami saat itu, dan sungguh berharap si 'seseorang' itu dapat membantu. Hingga beberapa belas menit kemudian, si orang tersebut berhasil mendapatkan sebuah kamar di homestay bernama Mawar Putih. Review penginapan bisa di baca di postingannya Idah Ceris yang ini. Mungkin untuk pembelajaran juga bagi teman-teman yang akan ke Dieng, pastikan penginapan yang telah di book tidak dilepas ke orang lain, yaitu dengan menghubungi kembali si pemilik penginapan, menginformasikannya bahwa kita tetap akan menginap disana, hanya akan terlambat tiba karena sesuatu hal. Kesalahan kami adalah, bahwa kami tidak mengabarinya lagi setelah booking kemarin. :D

Dua jam berlalu, aku dan Una sudah lelah juga mandah sana mandah sini di terminal itu, hingga akhirnya Ririe telefon, menanyakan posisi kami. Dia telah sampai namun tidak melihat keberadaan kami. Bergegas kami menyamperinya, yang ternyata berada di pintu gerbang masuk terminal. Mobil travel yang ditumpanginya menurunkannya di pintu gerbang itu, sementara kami menunggu di warung dekat pintu gerbang keluar.

Berjalanlah aku dan Una ke pintu gerbang masuk, dan gembira rasanya mendapati si nona cantik ini telah berdiri disana. Peluk-peluk pun terjadi. Gembira rasanya berhasil mengubah pendiriannya. hehe.
Kemarin memang Ririe memutuskan untuk tidak jadi ikutan dalam misi ini, karena pekerjaan kantor yang seabrek sudah menantinya di Senin ini.... namun berkat rayuan dan negosiasi [yang kata Ririe maut banget], aku akhirnya berhasil mengubah keputusannya, dan membuatnya hadir disini. Walau untuk itu, Ririe harus menempuh perjalanan yang teramat panjang [mungkin nanti bisa dibaca di postingan Ririe tentang hal ini].

Tiga anggota pasukan telah hadir, tinggal menunggu anggota terakhir yang sebenarnya berjarak paling dekat dari daerah tujuan. Yup, nungguin Idah lah kami sambil bercengkerama di pinggiran taman, dekat pintu gerbang. Beberapa kali sang satpam terminal menawarkan gardunya untuk kami tempati, katanya lebih hangat dan ada kursinya. Namun kami dengan sopan menolaknya. Bukan apa-apa, rasanya lebih enak duduk di tempat terbuka, jadi nanti Idah akan gampang menemukan kami.

Akhirnya yang dinantipun tiba. Idah dan Xenia serta sopirnya. Aha. Saatnya melanjutkan perjalanan donk! Tapi Una masih minta diantarkan ke atm terlebih dahulu, dan kami memutuskan untuk belanja beberapa makanan cemilan saja daripada berhenti di warung yang juga susah didapati karena waktu yang telah larut. Ha? Jam delapan sudah larut? Kayaknya sih begitu sobs, soalnya ga ada lagi warung yang keliatan buka sih. Lagian mengingat jarak tempuh ke Dieng akan memakan waktu kurang lebih satu jam, maka kami putuskan untuk tidak makan malam dengan menu makanan utama deh.

Satu jam kemudian, kami pun tiba di Dieng, udara dinginnya sungguh mendamaikan. Dingin sih, tapi tidak terlalu. Tadinya aku membayangkan suatu suhu yang bikin menggigil. Tapi ternyata ga sampai segitunya sih. Haha....
udah ditunggu oleh si pemilik penginapan dan kami langsung diajak ke homestaynya. Pemiliknya memang sangat baik dan ramah. Sesuai dengan berita-berita yang ada di internet, bahwa masyarakat Dieng itu sangat ramah dan welcome terhadap para pelancong.

Kami mendapati sebuah kamar dengan dua bed. Ada sih beberapa kamar lainnya di kiri dan kanan kamar kami. Tapi kami memilih sekamar ber4 saja, biar selain lebih akrab, juga dingin-dingin begini kan enaknya rame-rame.
Jadilah kami berdua-duaan di satu bed. Aku dan Ririe sementara Una dan Idah. Pemilik homestay sudah memberitau jika ingin melihat sunrise, maka kami sudah harus meninggalkan homestay paling lambat jam 4 pagi. Dan kami sungguh tidak ingin kehilangan moment ini, maka alarm masing-masing pun di setel. Aku sendiri menyetel alarm di angka 3 pagi, karena paling tidak aku akan butuh waktu 1/2 jam untuk berkemas.

Eh Ririe malah menyetel lebih cepat lagi. 1/2 Jam lebih cepat. Dan jadilah aku sudah terbangun jam 1/2 tiga. Yang lainnya aku lihat masih tidur pulas. Aku sendiri udah ga bisa tidur, oleh suara alarm HPnya Ririe yang setiap beberapa menit sekali terus berbunyi. Yo wes, aku bangun lebih dulu, siap-siap, baru kemudian menggebrak mereka untuk segera bangun. hehe.

Agak sedikit panik saat kami sudah ready, sementara si mas supir tidak bisa dihubungi. HPnya off. Oh my God! Namun kita harus tenang donk... segera kita coba keluar rumah dan mencari mobil, mungkin parkir dimana gitu. Eh ternyata yang dicari tak jauh-jauh kok perginya. Si mas supir tidur lelap di dalam mobil yang diparkir di samping homestay. Dengan berat hati, terpaksa kita bangunkan si masnya. Dan meluncurlah Xenia hitam itu membawa kami hingga ke kaki bukit Sikunir, dimana sang sunrise akan menyapa dunia.

Perjalanan ke bukit sikunir ini memakan waktu sekitar 45 menit kurang lebih. Banyak sekali mobil dan motor yang telah parkir di sana. Ternyata keputusan kami untuk tidak menggunakan jasa si bapak pemilik homestay sebagai pemandu pendakian adalah tepat. Bisa menghemat biaya! Kita tidak memerlukan pemandu, karena memang rame sekali orang-orang dengan tujuan yang sama menuju pendakian.

Kami pun mengikuti arus [orang-orang yang mendaki] dengan penuh semangat. Tua muda, besar kecil tak terkecuali, semua dengan satu tujuan. Pendakian yang tadinya aku pikir akan berat, terasa ringan karena kebersamaan.



Well sobs, episode pendakian dan ada apa di atas bukit sikunir ini akan dilanjutkan pada postingan berikutnya yaaaa......

Saleum,
Al, Bandung, 19 November 2012

Aha! Pasti ingatan kita akan langsung tertuju pada sebuah kota metropolitan Jakarta/Betawi begitu membaca dua kata pertama pada judul postingan di atas kan sobs? Hihi

Yes, udah lama banget nih makanan nengkreng rapi di list of makanan impian ku sobs! Habis makanan yang satu ini begitu tersohor sih! Dan seumur-umur, aku belum pernah melihatnya secara langsung, apalagi memakannya.

Obrolan di BB Group tentang si KT ini juga pernah 'marak' dan kian membesarkan keinginanku untuk menyantapnya. Tapi kapan dan dimana? Harus di Jakarta dunk! Sayangnya, dulu, beberapa bulan di Bekasi, aku tak pernah melihat si KT ini. :(
Ntar kapan2 ke Jakarta, mau ngajak Una ah nyari si KT dan melahapnya.

Tapi Olala! Mata ini begitu takjub saat memasuki sebuah mart tak jauh dari tempat kostku sobs!
Seorang anak muda duduk manis di salah satu bagian penjual kue-kue, menjajakan Kerak Telor! Oh my God! Hampir ga percaya deh aku. Tapi beneran, ini dia! Aku sampe menunda tujuan awal (berbelanja di mart) dan membelokkan langkah ke si tukang KT. Semakin dekat semakin jelas and YES. It is! Ga pake lama sobs, langsung order. Satu doank sih, kan aku sendirian.

Sambil ngobrol dengan si penjual, aku minta ijin foto-foto untuk dishare ke Intan. Sebuah Kerak Telor dibandrol 12.500 perak. Mahal apa murah tuh sobs?

Terus gimana rasanya Al? Hihi. Not so bad lah. Cukuplah untuk makan malamku.

Alhamdulillah kesampaian juga akhirnya ingin ini. Haha.

Well sobs, postingan ringan ini ditulis dengan label 'sekedar coretan', sebagai entry terbaru mengingat sudah beberapa hari ini ga sempat update.

Ingin sih bikin postingan yang lebih berisi, namun apa daya sobs, panggilan hati untuk bertualang mengisi long week end ini begitu menggoda jiwa! Hihi.

Ya, bertualang dengan ketiga karib dari negeri maya adalah sebuah angan yang sudah lama dirancang. Awalnya sih ingin kemping bareng (Alaika, Una, Ririe dan mas Stumon), di sekitaran Sukabumi gituh. Tapi ternyata sobs, si mas monyet eh mas Stumon malah masih keasyikan di belantara Kalimantan sono.

Akhirnya, setelah tarik ulur tarik ulur, jadilah kami tetap berangkat, minus mas Stumon dan berubah tujuan. Emang sih ada yang ngiri! #lirik mas Stumon.

Sepagi ini (jam 1/2 6 pagi tadi), aku dan Una sudah berada di terminal bus Cicaheum. Dan kini kami berdua sudah di dalam bus Sinar Jaya yang melaju membelah jalan raya menuju Wonosobo.

Dari arah Timur, Ririe memulai perjalanannya tadi malam. Itu pun sempat ketinggalan bus jurusan Banyuwangi - Yogya. Terpaksa Ririe ubah jalur. Naik bus Banyuwangi-Surabaya, dan pagi ini lanjut Surabaya-Yogya, dan Yogya-Wonosobo.

Yup, meeting pointnya adalah Wonosobo, can't wait to see you Rie! :)

Kami bertiga berencana untuk lanjut ke Dieng besok paginya sobs! Ingin lihat sunrise dan berbagai keelokan alam goresan Ilahi Rabbi, yang kabarnya emang cantik banget.

Doakan semoga semuanya lancar ya sobs..

Postingan ini dirilis dari atas bus Sinar Jaya, Bandung-Wonosobo, yang masih melaju perlahan karena lalu lintas kota Bandung yang mulai rame.

Well sobs, masih ngantuk euy dan ingin nyusul Una yang udah duluan ke alam mimpi nih. Selamat ber-long week end ya sobs! Have a great holiday!

Saleum,
Al, Bandung, 15 Nov 2012

Powered by Alaika's OnyxBerry®

gambar di-crop dari sini

Tak dapat dipungkiri bahwa guru adalah orang tua kedua setelah ayah dan bunda. Maka adalah sudah seharusnya jika guru menjadi panutan bagi anak-anak didiknya. Guru adalah juga ujung tombak utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dan melalui tangannya pula lah terbentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas dan siap memajukan bangsa dan negeri ini. Tidak salah jika kita mengatakan bahwa bangsa yang maju adalah bermula dari pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang berkualitas adalah bersumber dari pembelajaran yang berkualitas, dan pembelajaran yang berkualitas adalah berasal dari guru/pengajar yang berkualitas pula.

Pertanyaannya kemudian adalah, sudah cukup berkualitaskah para guru yang ada di negeri ini? Sudah siapkah para pahlawan tanpa tanda jasa ini mengemban tugas luhur mereka? Yaitu meningkatkan kapasitas anak didik sehingga tangguh dalam memajukan negeri ini sesuai dengan bidang dan minat mereka masing-masing nantinya?

Sebagai ujung tombak pendidikan anak bangsa, setiap guru, sejatinya memang harus memiliki kapasitas dan kualitas spesifik [sesuai dengan bidangnya]. Namun sayang, hingga detik ini, keberadaan sang pahlawan yang satu ini, dalam jumlah yang begitu besar, tidaklah ditunjang oleh pendistribusian yang merata ke setiap daerah/sekolah, sehingga terjadi kesenjangan dimana suatu wilayah kelebihan guru sementara di wilayah lainnya malah kekurangan guru. Selain itu, kualitas para guru sendiri masih banyak yang harus ditingkatkan agar sesuai dengan kapasitas yang diharapkan sehingga akan mampu menghasilkan generasi muda yang cerdas, berkualitas dan bertanggung jawab.

Lalu timbul lagi pertanyaan lainnya, apakah tugas memajukan sebuah bangsa itu hanya digantungkan bebannya pada para guru? Tentu tidak sobs. Urusan memajukan negeri ini adalah tanggung jawab kita bersama selaku penghuni negeri ini. Ya Pemerintahnya, ya sektor swastanya, ya masyarakatnya, semua tentu harus bahu membahu dalam memajukan bangsa dan negara ini. Namun kembali lagi ke paradigma ini sobs, bahwa untuk memajukan sebuah negeri, adalah bermula dari mutu pendidikan anak negerinya yang bagus, mutu yang bagus diperoleh dari sumber pembelajaran yang berkualitas toh? Dan sumber pembelajaran yang berkualitas adalah berasal dari para pengajar yang berkualitas pula!

See? Siklusnya berulang kembali. Jadi memang sudah saatnya lah negeri ini menitikberatkan pada penyediaan tenaga para guru yang berkualitas. Sudah saatnya lah negeri ini meningkatkan kualitas mengajar para guru, yang secara kuantitas tersedia dalam jumlah yang lebih dari cukup, namun tidak terdistribusi secara adil dan merata serta masih belum memadai kualitasnya.

Selain upaya meningkatkan kapasitas [capacity up grading] para guru, upaya pembenahan kurikulum adalah merupakan mata rantai lain yang harus diperhatikan. Ya, sudah bukan sekedar gossip lagi sih jika kita katakan bahwa kurikulum pembelajaran di Indonesia terasa begitu 'berat'. Begitu membebani para murid sehingga membuat otak mereka seolah dijejali aneka ragam bekal yang sebenarnya bisa dimasukkan secara bertahap. Coba lihat saja anak-anak SD sebagai contohnya. Dengan tubuh sekecil itu, punggung mereka harus mampu dan setia menyangga back pack atau shoulder bag/tas selempang yang di dalamnya berisi buku-buku dalam jumlah yang amit-amit. Berat banget. Masih SD saja, jumlah mata pelajarannya udah sebegitu banyaknya, ya ampun, sanggup ga ya mereka menangkap semuanya? Pembenahan kurikulum agar menjadi lebih efektif, terserap sempurna dan bermanfaat dalam meningkatkan mutu/pengetahuan si anak, adalah suatu KEHARUSAN yang tidak dapat ditawar lagi.

Menyadari sepenuhnya bahwa pendidikan adalah alat paling efektif yang tersedia untuk memajukan masyarakat dan perekonomian, maka secara bahu membahu, kini negeri [pemerintah] mulai menggandeng sektor swasta serta partisipasi masyarakat untuk bekerjasama memperbaiki kuantitias sarana-prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas para guru, dan juga membenahi kurikulum.

Sebuah gerakan pendidikan yang dibentuk berdasarkan kerjasama Kemitraan Pemerintah dan Swasta pun dideklarasikan, dengan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan kapasitas dan sumber daya dalam rangka memperbaiki pendidikan di Indonesia, memperbaiki sekolah demi sekolah sehingga terwujudnya Indonesia yang maju dan berkualitas. Gerakan ini dinamakan Gerakan Indonesia Berkibar, yang merupakan sebuah gerakan pendidikan yang akan diselenggarakan secara kontinyu dalam rangka menyokong program pemerintah. Bertujuan untuk perbaikan kualitas mengajar dan belajar melalui pelatihan dan pendampingan lanjutan kepada para pendidik. Sehingga nantinya diharapkan bangsa ini akan memiliki para pahlawan tanpa tanda jasa [baca : GURU] yang benar-benar berkualitas dan tangguh dalam menghantar anak didiknya menjadi generasi penerus bangsa yang berkuallitas prima.

gambar diambil dari sini
Gerakan ini diharapkan akan dapat menjadi tolok ukur bagi kualitas pendidikan yang dibutuhkan negeri ini untuk bersaing di pasar global.

Memang, tak dapat dibantah lagi, kemajuan bangsa ini berada sepenuhnya pada generasi penerus, yang kapasitas daya pikir dan kemampuannya bergantung pada pendidikan yang diserapnya. Oleh karena itu, sekali lagi, para pahlawan tanpa tanda jasa ini, diharapkan sumbangsihnya dalam mendidik dan membekali para generasi muda ini agar mampu tampil prima, penuh tanggung jawab dan berkualitas dalam membangun dan memajukan bangsa dan negara tercinta ini.

Ayo, pantang mundur guruku, pahlawanku!

Postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Gerakan Indonesia Berkibar




Pasti akan miris dan prihatin hati kita setiap membaca atau mendengar kabar bahwa ada wanita yang tega diperkosa. Apalagi jika wanita itu adalah wanita sebangsa dan setanah air dengan kita, yang sedang mencari nafkah di negeri orang sana. Perasaan itu juga yang menggelayuti nuraniku membaca pemberitaan yang dipapar di halaman depan yahoo news saat saat aku baru saja membuka halaman mesin mencari yang satu ini.

Tak pelak, membaca bahwa korban adalah wanita asal Indonesia, yang diperkosa oleh tiga orang Polisi Diraja Malaysia, di kantor Polisi pula, sungguh membuat mata ini terpaku dan membawa jemariku untuk klik langsung menuju halaman pemberitaan selengkapnya.

gambar diambil dari sini 
Berita yang dirilis oleh Liputan6.com ini mengabarkan bahwa seorang TKW asal Indonesia berinisial S, diperkosa oleh tiga orang Polisi Diraja Malaysia. Kasus ini bermula ketika korban yang berusia 25 tahun hendak pulang ke rumah pada Jumat pukul 06.30 waktu setempat. Bersama rekannya, korban menaiki sebuah taksi, dan rekan korban turun terlebih dahulu sementara korban dan sopir taksi melanjutkan perjalanan pulang. Di pertengahan jalan, beberapa petugas menyetop taksi untuk pemeriksaan rutin pada kelengkapan surat-surat kendaraan dan SIM si sopir taksi. Melihat ada penumpang warga asing yang duduk di kursi belakang, maka petugas meminta kelengkapan surat-suratnya pula.

Tak mampu menunjukkan paspor asli [S hanya mengantongi copy paspor], petugas menggelandang sopir taksi dan S ke kantor kepolisian Bukit Mertajam, Penang. Dalam pemeriksaan disana, polisi lantas melepas sopir taksi namun tetap menahan korban walau korban telah berusaha minta dilepaskan, bahkan sempat menanyakan berapa jumlah uang yang dimiliki korban jika ingin dilepas.

Korban menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki uang, tak berapa lama kemudian, ketiga polisi tersebut memaksa ‘dilayani’ oleh korban dan mengancam agar peristiwa itu tidak dilaporkan kepada yang berwajib. Karena takut dan tak kuasa melawan perkosaan itu, korban hanya bisa pasrah, dan kemudian diantar ke tempat tinggalnya. Sebuah peringatan agar korban tidak melaporkan hal ini pada yang berwajib kembali diulang oleh petugas polisi biadab itu.

Namun korban tidak menggubris, melainkan langsung melaporkannya ke pejabat Malaysian Chinese Association Bukit Mertajam, Lau Chiek Tuan yang meneruskan laporan ke pihak yang lebih berwenang untuk proses hukum selanjutnya. Sopir taksi yang ditumpangi korban juga sudah siap untuk menjadi saksi. Konsulat RI di Malaysia sudah mengantongi info lengkap soal pelaku, yaitu Nik Sin Mat Lazin (33) yang berkhidmat dalam kepolisian Malaysia selama 13 tahun, Syahiran Ramli (21) dengan masa pengabdian di polisi Malaysia 2 tahun 1 bulan, kemudian Remy Anak Dana (25) yang melalui masa tugasnya di kepolisian Malaysia untuk 1 tahun 2 bulan.

Emang ya, biadab bener nih polisi-polisi. Harusnya polisi itu bertugas mengayomi masyarakat dan juga warga asing yang ada di negaranya, demi menjaga martabat dan kehormatan negerinya. Ini kok malah memperkosa orang, di kantor polisi pula. Bener-bener tak hanya mencoreng arang di keningnya sendiri, tapi juga di kening ayah ibu, dan negaranya sendiri nih petugas bermoral mesum!

Tak heran jika kemudian, negeri jiran ini pun langsung mengambil tindakan tegas, menggeret ketiga pelaku ke dalam tahanan dan dijerat dengan pasal 376 tentang perkosaan dan siap untuk proses hukum selanjutnya. Apalagi menghadapi protes keras dari Indonesia bahwa kita tidak bisa menerima pelecehan yang terus menerus terulang seperti ini. Harus ada tindakan tegas.

Memang kejadian/plecehan seperti ini bukan untuk pertama kalinya terjadi, ada yang berani melaporkan dan ada pula yang hanya mampu mengurut dada, mengingat dirinya tak berdaya dan berada jauh di negeri orang. Sungguh miris memang nasib anak negeri yang sedang mencoba peruntungannya di negeri orang. ☹

Terhadap kasus-kasus yang dilaporkan, memang pemerintah RI tidak tinggal diam, berusaha keras untuk turun tangan membantu rakyatnya yang tertimpa kemalangan itu. Walau banyak kasus-kasus itu akhirnya hanya membeku di dalam peti. Namun kali ini, pemerintah telah bertindak lebih tanggap dan cekatan. Diantaranya adalah dengan memberikan perlindungan pada korban via Konsulat Jenderal RI yang ada di Malaysia, sambil terus memantau kelanjutan proses hukum yang sedang dilaksanakan untuk memastikan bahwa para tersangka biadab tak bermoral itu akan diganjar hukuman yang seberat-beratnya. Semoga aja kasus ini bisa diproses sampai tuntas dan tidak membeku di dalam peti lagi ya pak….

Miris rasanya membayangkan nasib mereka, coba kalian lihat wahai negeri jiran, warga kalian bebas blas mengais rezeki di negeri kami, tak pernah kami halangi, tapi mengapa kalian perlakukan warga kami sekeji itu? Bukankah kita bersaudara, bertetangga dan serumpun?

Sumber informasi:

http://id.berita.yahoo.com/polisi-pemerkosa-tki-harus-dihukum-berat-153824347.html
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/11/078441077/Perkosa-TKI-Tiga-Polisi-Malaysia-Ditahan

http://www.tempo.co/read/news/2012/11/11/173441074/Pelecehan-Seksual-TKI-Malaysia-Apa-Kata-Kemenlu

Siang baru saja menjelang ketika aku mulai menggelar lapak menyiapkan peralatan perang kerja di atas tempat tidur. Lho, kok di atas tempat tidur Al? Ya iyalah sobs, tempat paling nyaman dan empuk untuk duduk bekerja  di dalam kamar kostku ini ya tempat tidur sobs. Tinggal di sulap aja dikit [meletakkan meja lipat di atasnya], jadi deh tempat untuk menggelar laptop. Duduk manis sambil berselonjor itu nyaman banget, dengan punggung bersandar ke sandaran kepala tempat tidur. Hm... ready deh kayaknya untuk memulai lanjutkan beberapa Kerangka Acuan Kerja [TOR] yang diminta oleh si bos.

Namun tak lengkap rasanya memulai pekerjaan jika tidak connected to the internet kan sobs? Maka connect lah daku merambah dunia maya. Indah dan sejuk banget. Dua messager utama [YM dan Skype] pun diaktifkan. Check and recheck email ga perlu lagi karena the email lebih duluan diketahui kedatangannya via si Ory.

Ok, berkas TOR dibuka, dan ready to continue. Ketak ketik ketak ketik menuangkan ide. Tidak mudah bagiku merampungkan ke sembilan TOR yang diminta si bos. Karena si bos tidak membekaliku pengetahuan apapun, hanya memberi sembilan ide untuk judul proposal TORnya, selebihnya aku diminta mencari bahan sendiri. Dia yakin aku pasti akan menemukan ide-ide bagus untuk TOR nya. Duh! Teganya...teganya kamu Bos! #singing. Aku anggap sedang bikin postingan aja deh biar hati ini happy. :)

Sedang khusyuk dalam lamunan berkas yang sedang dikerjakan, eh sebuah pesan via YM hadir mengagetkan dan membuyarkan konsentrasi. Dari seorang teman baik yang adalah juga kolega di salah satu NGO dimana aku pernah bergabung dulu.

"Hi Al, pakabar? Masih berminat ke Afgan?"

Tak menunggu pertanyaan diulang donk, langsung aku sambar dan memberikan jawaban.

"So pasti donk. Ada peluangkah? Btw, gimana situasi keamanan disana?"

Pict grabbed from here
Dan percakapan selanjutnya pun menjadi sangat menarik minatku. Siapa yang ga semangat coba, mendengar ada peluang untuk go internasional. Menjadi staff international, dengan gaji yang WOW banget. Kolegaku ini sudah berada di Afganistan sejak Maret 2011 yang lalu, bekerja di bawah bendera salah satu badan UN [United Nation/Lembaga PBB] dengan gaji Rp. 115 juta perbulan! gile bener!
Angka yang fantastis ini tentu disesuaikan dengan nilai mara bahaya yang ada di tempat bertugas sih sobs. Dan UN memang tidak tanggung-tanggung dalam memberi kompensasi.

Frizt, sahabatku itu bercerita bahwa setiap tiga bulan sekali, mereka diterbangkan keluar dari wilayah kerja, untuk refreshing dari situasi yang bener-bener bikin stress itu. Dia juga bercerita, bahwa tak lama setelah dia sampai dan bertugas di Afganistan itu, seorang teman sekamarnya tertembak saat berkunjung ke sebuah wilayah disana. Duh! Keder juga hatiku. Uangnya emang banyak, tapi resikonya itu lho!

Tapi aku sungguh masih berminat terhadap informasi lowongan kerja yang sedang dibuka itu. Aku rasa, sudah saatnya aku go international deh. Apa salahnya dicoba. Ntar malam aku bikin lamarannya deh, besok pagi submit. Tapi mending aku telphone suamiku dulu ah, pasti dia masih di ruang tunggu nih jam segini. Pesawatnya untuk kembali ke Kuala Lumpur kan masih setengah jam lagi, itu juga kalo ga delay.

Dan sobs.... Jawabannya sungguh membuatku ciut. Dia ga rela aku pergi ke Afganistan sana. Walau jelas bekerja disana akan memberi nilai yang cukup tinggi di CV [Curriculum Vitae] ku nanti, tapi dia minta maaf karena ga bisa ijinkan aku pergi. Dia ga mau istrinya tertembak peluru, atau diculik oleh para teroris disana. Dia ga mau Intan kehilangan uminya. Dia ga mau jadi duda!

Satu kalimatnya yang bikin aku terenyuh adalah, "memang mas ga sanggup ngasih kamu seratus juta sebulan, tapi mas cinta dan sayang banget sama kamu. Mas ga larang kamu tetap involve di humanitarian worker, tapi yang aman donk daerahnya say....".

Ya sudah deh, CASE CLOSED. IMPIAN DIALIHKAN. Bener juga, aku bukan wanita yang hidup sendiri. Ada orang-orang tercinta yang harus dipertimbangkan. Baiklah sayangku. Kami akan ikut mas aja deh tahun depan. :)

Well sobs, itulah sebuah kesempatan yang menghampiriku siang ini, langkah apa yang akan sobats ambil jika mendapatkan informasi peluang kerja menarik tapi juga dengan resiko setinggi itu.

Selamat berhari Minggu sobs!

Saleum,
Al, Bandung, 11 November 2012.

Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah berkontribusi luar biasa bagi kehidupan kita. Dia menjadi jembatan ajaib yang mampu meretas jarak dan waktu. Mendekatkan yang jauh walau sering juga menjauhkan yang dekat :) dan membuatnya selalu terhubung.

Hidup terpisah jauh dari orang-orang tercinta, terutama putri semata wayang yang nun jauh di ujung Pulau Sumatera, awalnya memang terasa berat. Namun seiring dengan berjalannya sang waktu, ditambah lagi dengan dukungan teknologi yang sedemikian canggih, perbedaan jarak ribuan kilo itu pun menjadi tidak lagi menjadi masalah.

Setiap waktu, aku dan Intan bisa saling terkoneksi. Seperti tadi malam. Putri tersayang itu membutuhkan Uminya untuk komunikasi dongeng berbahasa Inggris yang menjadi tugas pekerjaan rumah. Sang guru meminta para murid untuk mengembangkan imajinasi tentang kisah gadis kecil dan bunga ajaib. Tentu penulisan dan pengembangan imajinasi harus dalam bahasa Inggris. Ya iyalah, namanya juga pelajaran bahasa Inggris. 

Maka, walau dalam keadaan lelah karena 'pertempuran' selama dua hari ini, alokasi waktu untuk mendengarkan dan membantu putri tercinta, is a MUST. HARUS atuh. Intan bukanlah anak yang hobby menulis, beda jauh dari ibunya. Baginya menulis dan membaca adalah opsi terakhir jika tak ada lagi kegiatan menarik yang bisa dia lakukan. [sebenarnya aku cukup prihatin dengan keadaan ini. :(]. Tidak hobby membaca, duh, gimana mau upgrade pengetahuan, sementara membaca itu adalah jendela dunia, adalah jembatan ilmu pengetahuan. Tapi ya sudahlah, berkali-kali kucoba menarik minat bacanya, membelikannya fiksi-fiksi remaja, majalah remaja atau sejenisnya, tetap tak juga menarik minatnya.

Malah Intan lebih tertarik pada mengutak atik foto di photoshop, picasa atau media lainnya. Hingga akhirnya, kemarin pagi, PR yang sudah deadline mau ga mau harus diselesaikan. Dan jangan harap Umi akan membantu seratus persen. Dia harus berusaha menyelesaikan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya. Itu garis tegas yang kami berdua ngeh banget. Tugasku mencari uang, dan Intan bersekolah. Menyelesaikan tugas sekolah.

Maka, malamnya, Intan BBM minta ditelefon. Dongengnya telah selesai, in DRAFT, dan butuh input-input dari Umi. Maka mulailah diskusi jarak jauh kami lakukan. Intan membaca kalimat demi kalimat yang telah dia susun, berdasarkan imajinasinya tentang si gadis kecil dan bunga ajaib. Terus terang, aku kagum dengan ide Intan dalam menautkan cerita bagaimana si gadis menemukan bunga ajaib itu, dan menggunakannya untuk apa. Hadiah terindah bagi sang ibu di hari ultahnya adalah berfungsinya kembali penglihatannya yang tuna netra jauh sebelum si gadis kecil dilahirkan, BERKAT si bunga ajaib. The miracle flower.

Secara garis besar, bahasa Inggrisnya sudah cukup memadai, hanya aku mengganti beberapa kalimat agar kesan puitisnya muncul. Intan kebanyakan menggunakan kalimat sehari-hari, yang sebenarnya akan lebih apik jika diganti dengan penggunaan idiom dan beberapa kalimat sastrawi.

Tak terasa, diskusi yang dimulai jam 10 malam, berakhir di jam dua dini hari. Tentu dengan putus sambung putus sambung, karena Intan perlu mengetik dan mengedit dongeng nya di laptop. Dari telefon pindah ke BBM, atau ke YM dan email. Sedih juga rasanya membayangkan dia sendirian disana, di tengah malam buta masih melek dan ketak ketik, dengan hands free terpasang di telinga untuk komunikasi, sementara seisi rumah disana sudah tidur lelap. [Bersusah-susah dahulu ya nak, bersenang-senang kemudian] :)

Akhirnya, tepat jam 2.13 menit dini hari, Intan menuntaskan pekerjaan rumahnya. Dongeng selesai dan masuk ke gmailku untuk review terakhir. Tak lebih dari lima menit, aku menyetujui semua yang telah tertulis di halaman word yang dikirim Intan. She felt so happy and a message came into my BBM.

"You are the best mom, always! Thanks God to have you being my mom and best friend of mine! Good rest ya Umiku sayang, nice dream. Muaaach. Bismika Allahumma Ahya Waamut. Amin..."

Ada kesejukan tiada tara membaca untaian kalimatnya. Kubalas dengan penuh kasih dan wishing her a good rest and nice dream as well. Alhamdulillah ya Allah telah memberiku kesempatan menjadi ibu bagi putri cantik penuh santun ini. Lindungi kami dan berkahilah kami dalam setiap langkah kehidupan ini. Amin.


And thanks to the technology in supporting us keep connected. Bravo Technology!

Postingan ini dibuat sebagai refreshing dari kesibukan bertarung di 'kancah perang'. Met sore dear friends, yuk sambut malam Jumat dengan hati khidmat yuk.... :)

Saleum,
Al, Bandung, 8 November 2012

Tadi malam, seorang tamu tak dikenal dari dunia maya, mengetuk pintu. Sayangnya, walau malam belum begitu larut, diriku telah terbuai lelap di alam mimpi. Mungkin kelelahan akibat akitifitas yang begitu menyita fikiran dan waktu di kantor, adalah penyebab mata ini tak mampu lagi diajak kompromi. Sehingga si tamu hanya bisa menitipkan sebuah pesan melalui connecting door yang memang aku pasang agar setiap tamu yang datang bisa menitipkan pesan, dan aku bisa langsung tahu tanpa harus mampir ke istana mayaku.

Pagi ini, amplop biru kedip kedip merah notifikasi gmail itu menyita perhatian. Siapa ini ya? Belum pernah kenal deh kayaknya. Tapi namanya sih begitu akrab di telinga. Hanya saja aku ga yakin jika dia, adalah Agung si mantan kolega di kantor lama. Agung yang itu kan ga ngeblog...
Penasaran, aku buka amplop biru emailnya dan membaca untaian baris yang berjejer rapi. Ditulis penuh santun tertuju padaku menuntut sebuah jawaban.

Ternyata komentar untuk postingan yang ini sobs, memang sejak memenangkan sebuah Galaxy Tab, artikel ini telah menarik banyak sekali pengunjung, dengan komentar yang cukup beragam.
Begini isi emailnya;


Assalammualaikum wr.wb
Saya sangat jelas, setuju dan senang membaca tulisan ini , namun ada pertanyaan selanjutnya yang muncul, mohon saya dibantu penjelasannya. 

Setelah periode manusia purba habis/terputus [karena punah atau gimana gitu], kemudian muncul nabi Adam. Nah pertanyaannya;
Bagaimana proses kemunculan nabi Adam? Yang di kitab suci diterangkan diturunkan dari surga. Apakah dijatuhkan dari langit? Sampai disini saya masih berusaha mencari tafsir yang masuk akal saya. [bukan berarti saya merendahkan kitab suci saya]. Prosesnya itu lho....

Atas jawabannya, saya ucapkan terima kasih. Sekali lagi saya tandaskan bahwa Al-Quran adalah BENAR 1000%.

Wassalam.....

Sejenak aku terpana, mencoba mencerna arah pertanyaan sang sahabat baru. Kucoba berfikir positif, bahwa pertanyaan ini sama sekali tak bermaksud bercanda walau mungkin dia hanya ingin main-main, setiap orang berhak memiliki berbagai pertanyaan aneh dan nyeleneh di dalam benaknya. Kutinggalkan sejenak email itu, bersiap untuk ke kantor karena hari ini pekerjaan yang seabrek telah menanti untuk dibereskan dengan segera.

Bukan, bukan bermaksud mengabaikan apalagi menganggap pertanyaan ini sebagai angin lalu kok sobs. Aku selalu menghargai setiap pesan atau komentar yang ditinggalkan para sahabat di kotak komenku, walau mungkin sering didapati, banyak juga yang belum berbalas. Itu juga bukan karena disengaja, namun adalah karena waktu yang begitu cepat berlari, sehingga aku harus siap sedia menjejeri langkah agar tidak ketinggalan. Namun untuk komen yang mengandung pertanyaan dan menuntut jawaban, aku senantiasa berusaha untuk memberi jawaban. Eits, bukan berarti komen sobats yang belum berbalas berarti ga penting lho, aku sangat menghargainya dan ingin bisa membalas satu persatu, tapi kembali ke persoalan sang waktu yang kian cepat berputar... akhirnya niat hati itu tertunda dan baru kemudian, sekian lama kemudian teringat untuk dibalaskan. Maafkan daku ya sobs....

Well, back to topic...
Siang ini, jenuh akibat kancah perang yang kian memanas [9 TOR dan laporan menanti untuk dikerjakan, sementara bahan dan data belum disetor, mana masih harus browsing-2 pula di dunia indah bernama maya], maka kularikan diri sejenak untuk ngadem di istana mayaku. My Virtual Corner. Dan berfikir untuk menjawab pertanyaan Agung. Sayangnya sahabat baru ini tidak meninggalkan alamat untuk disambangi kembali...

Inilah jawabanku;

Di dunia ini, kita memang menemukan banyak sekali misteri. Mengapa jadi misteri? Karena [bagi sebagian orang] banyak hal yang terkadang tidak logis atau sulit diterima akal sehat. Contohnya, peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW....  Eits... jangan protes apalagi berfikir negatif dulu donk sobs. Let me continue...
Peristiwa ini, banyak orang non muslim yang tidak mempercayainya, bahkan cenderung meremehkan.  Seorang kolega senior saya, bule non muslim, pernah berdebat kusir dengan saya gara-gara hal ini. Pemikirannya yang selalu berdasar logika, sama sekali tidak mempercayai ini, dan saya tidak mau berantem karenanya, hanya saya katakan bahwa akal sehat dan keyakinan saya percaya penuh bahwa Nabi Muhammad, Rasullullah, benar [dengan kehendak Allah] telah melakukan Isra' Mi'raj. Dan itu tidak sulit bagi Allah, cukup dengan kalimat Kun Fa Yakun, maka jadilah ia.

Saya sengaja mengambil contoh di atas, untuk menunjukkan betapa gampang bagi Allah, Sang Pencipta, melaksanakan atau mewujudkan apa pun yang dikehendakiNya.

Di dalam ulasan saya tentang Nabi Adam , tertulis bahwa Nabi Adam memang diciptakan Allah untuk menjadi kalifah di bumi, tapi memang atas skenerioNya pula, menempatkan keduanya [Adam dan Hawa] terlebih dahulu di syurga, sebelum diturunkan ke bumi. Allah dengan apik juga telah menyiapkan skenerio, mengajarkan Nabi Adam dan Hawa tentang reward dan punishment. Bahwa kepatuhan akan berbuah manis serta pembangkangan akan berbuah pahit. Begitu keduanya memakan si buah khuldi, maka sanksinya adalah terusir dari Syurga. Ok, kita tidak membahas tentang itu sih, karena pertanyaannya adalah tentang proses turunnya nabi Adam dan Hawa ke bumi...

Berbekal keyakinan bahwa Allah itu adalah Maha Kuasa dan Maha berkehendak, mengapa kita harus bersusah payah memikirkan dan mencari dalil atau informasi akurat tentang hal ini? tentang apakah Nabi Adam dijatuhkan dari langit? [idih... kayaknya mas Agung terobsesi oleh lagunya Coboy Junior deh, Bidadari yang jatuh dari Surga? hehe]

Allah itu Maha Penyayang, yang kalo pun memberikan sanksi bagi hambaNya, sesuai dengan kemampuan si hamba dalam menerima beban itu. Saya yakin Allah tidak menjatuhkan Adam dari langit... bisa sakit bahkan luluh lantak donk tulang belulangnya mas? hihi. Jatuh dari pohon aja kita bisa patah tulang kan? Apalagi dari langit lho! haha. Menurut saya nih, cukup dengan Kun Fa Yakun, maka Adam dan Hawa pun kemudian telah berada di bumi. Yang satunya diturunkan di Sri Lanka, di puncak bukit Sri Pada dan Hawa di Arabia. Empat puluh hari kemudian baru keduanya bertemu di Jabal Rahmah. [informasi dari mbah Wikipedia]

Well mas Agung dan sobats yang memiliki pertanyaan serupa, itulah jawaban yang bisa saya berikan, dan ini versi dan keyakinan saya lho... semoga berkenan dan silahkan berkomentar jika ada tambahan atau koreksi...  I am welcome for discussion as well as improvement.

Saleum,

Al, Bandung, 7 November 2012

Mau balik ke pekerjaan dulu nih.... :)


Tsunami tak hanya menyisakan alam seisi yang porak poranda. Namun juga menjadikan anak-anak berubah status. Menjadi yatim, piatu, atau malah keduanya [yatim piatu] secara sekaligus, serentak pula. Itulah kisah nyata yang terjadi di bumi Aceh akibat terjangan gelombang tsunami, 26 Desember 2004. Kira-kira hampir delapan tahun yang lalu.

Menjadi yatim, atau piatu atau malah keduanya, jelas bukan pilihan, apalagi harapan. Status ini hadir tanpa diminta karena memang sudah begitulah suratan takdir. Siapa pun tentu sepakat bahwa umur, adalah sesuatu yang mutlak ketetapan Ilahi Rabbi, tanpa seorang pun mampu menegosiasikannya untuk menambah perpanjangan waktu. 

Menyaksikan para bocah yang menjadi yatim, piatu bahkan yatim piatu dalam sekejap mata, bukanlah hal yang lazim terjadi. Namun itu yang terhidang di depan mata kala aku kembali ke tanah kelahiran dan bergabung dengan sebuah LSM International yang sedang membantu Aceh pada masa tanggap darurat itu. Pilu, perih, sedih dan iba campur aduk di relung hati, menyaksikan kenyataan pahit yang harus di hadapi para bocah itu.

Adalah tidak mudah bersahabat dengan kenyataan ini. Orang dewasa saja, serasa tak putus airmatanya akibat deraan musibah itu, konon lagi anak kecil, yang biasanya hidup dalam naungan kasih sayang dan perlindungan ayah bunda, eh tiba-tiba, tak hanya kehilangan tempat tinggal, namun malah kehilangan ayahanda, bunda atau malah secara tragis, hilang kedua-nya.

Tragis dan memilukan. Itulah yang kami hadapi. Berhadapan dengan anak-anak yang kehilangan pegangan hidup, membuat kami sangat terpanggil untuk turut serta mengulurkan tangan-tangan kecil kami, dalam rangka membantu sesama, ingin berbuat sebesar mungkin untuk cerahkan hari-hari mereka. Walaupun, jelas... itu bukan hal mudah. Masing-masing kami hanya punya dua tangan, satu kepala untuk berfikir dan dana yang tentu ada batasnya.

Karenanya, disamping melaksanakan program utama ketika itu, kami pun mencoba untuk menggunakan momentum emas dalam rangka menceriakan wajah para yatim. Walau pada pelaksanaannya, cakupan partisipan tak lagi terbatas pada para yatim, namun juga untuk para piatu, yatim piatu, bahkan kami juga mengundang anak-anak korban tsunami yang masih lengkap kedua orang tuanya, yang berasal dari enam desa di wilayah kerja kami kala itu.

Mengapa? Karena anak-anak non yatim juga menderita trauma karena tsunami. Jadi tak ada salahnya untuk ikut serta dalam program tiga hari yang kami gelar itu. Selain untuk sama-sama membangkitkan kembali semangat hidup dan mencerahkan jiwa mereka, juga agar anak-anak yang masih lengkap kedua orang tua nya ini, lebih ngeh dan mampu bersikap lebih baik, santun dan menghargai anugerah terindah [masih memiliki orang tua] yang Allah hibahkan pada mereka.

Maka, mulailah kami menyiapkan segala sesuatu untuk event penting itu. Menggunakan momen suci bulan Ramadhan, kami pun menggusung sebuah paket bernama Pesantren Kilat. Sebuah paket yang sudah tak asing lagi di telinga ya sobs? Yang menjamur ibarat cendawan di musim hujan, :). Tapi bagi kami, ini adalah momentum indah penuh berkah. Ini adalah kesempatan emas yang harus dimanfaatkan dan dioptimalkan sedapat mungkin.

Maka sebuah proposal pun disusun sedemikian rupa, yang langsung disetujui oleh pak Bos. Walau tak mengerti sepenuhnya [pak Bos adalah asli Amerika, dan tentu belum pernah melihat langsung bagaimana event yang satu ini], namun mendengar uraianku, beliau langsung oke dan sangat mendukung ide ini. Alhamdulillah. Setiap niat baik memang akan selalu mendapatkan kemudahan. Ada pula sebuah organisasi dari Australia [Youth of the Street] yang menyumbangkan lebih dari 150 pelbed [tempat tidur lipat ala tentara] serta bantal udara. Klop banget deh.

dokumentasi original hilang sobs, jadi gambar pinjem dari sini

senasib dengan pelbed, jadi pinjem dari sini aja gambarnya yaaa

Untuk pengisian dan pemberian materi Islami sesuai dengan konsep Pesantren Kilatnya, kami menyewa tenaga professional, karena kami ingin agar target yang mau dicapai dari acara ini dapat diraih dengan sempurna. Agar manfaat dari acara ini benar-benar memberi dampak positif bagi anak-anak/partisipan.

Hari H pun tiba. Anak-anak terlihat begitu suka cita. Terlihat dari wajah-wajah ceria mereka, saat  beberapa mini bus datang menjemput mereka dari desa masing-masing. Tempat pelaksanaan acara adalah di sebuah gedung Sekolah Menengah Umum di dalam kota Banda Aceh. Sengaja kami memilih tempat di dalam kota, agar anak-anak bisa sekalian refreshing/main ke kota, dan keluar sejenak dari camp pengungsi di desa mereka. Alhamdulillah, Kepala SMU ini begitu baik hati, mengijinkan kami menggunakan gedungnya tanpa harus membayar biaya sewa. Lagi-lagi Alhamdulillah. Allah mempermudah jalan. :)

Acara dimulai tepat jam satu siang, yang dimulai dengan shalat zuhur berjamaah di aula gedung SMU nya, diimami oleh fasilitator senior dari tiga fasilitator yang kami hire. Selesai shalat berjamaah, kemudian anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Sengaja kami mencampur baurkan mereka, sehingga tidak lagi hanya berinteraksi dengan teman-teman sesama satu desa, melainkan berbaur dengan anak-anak lainnya dari desa yang berbeda.

Setelah pembagian kelompok, masih bertempat di aula, setiap anak diminta untuk saling mengenal anggota kelompoknya. Baru kemudian, setiap anak di dalam kelompok, diminta untuk memperkenalkan teman di sebelahnya. Jadi mereka tidak memperkenalkan diri sendiri, melainkan memperkenalkan temannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat si anak. Juga memancing keseriusan si anak dalam hal mengingat dan berfikir. Dan yang paling penting adalah melatih si anak untuk berani bicara [santun] di depan umum.

Efek dari perkenalan ini adalah terjalinnya keakraban diantara anak-anak tersebut. Jika awalnya tidak saling mengenal [kecuali yang berasal dari desa yang sama], kini terlihat telah mampu berinteraksi dengan 'orang/anak asing'. Juga terlihat masing-masing anak mampu memperlihatkan rasa simpatik dan respek terhadap anak-anak lainnya, terutama terhadap si anak yang telah yatim, atau piatu, atau bahkan yatim piatu. Sementara si yatim sendiri [juga yang piatu atau yatim piatu], terlihat [sejenak] telah mampu tersenyum ceria. Bahkan tertawa tergelak kala sang fasilitator [yang memang kocak] sedang memberi pencerahan-pencerahan disertai guyonan segar menggelitik perut.

Mereka bekerja dengan sangat professional dan penuh humor, sehingga terkesan jauh dari garing. Guyonan segar bernuansa Islami, dengan piawai mereka ramu apik sehingga dapat diserap sempurna oleh anak- -anak yang rata-rata berusia antara 8-12 tahun itu. Acara berbuka puasa pun berlangsung dengan khidmat, penuh keakraban dan disiplin. Tidak ada yang namanya rebutan makanan, semua berlangsung tertib. Sungguh mengharukan dan juga membanggakan.

Shalat magrib berjamaah, diselingi dengan pencerahan dari kakak fasilitator yang berbicara dengan penuh humor, membuat senyuman dan gelak tawa membahana di ruang aula. Anak-anak juga terlihat tertib saat menjalankan shalat tarawih. Mendengarkan kisah para nabi, juga berbagai kisah penuh manfaat akan pentingnya ketaatan anak dan baktinya pada orang tua.

Ruangan terlihat hening, senyap, setiap kakak fasilitator berbicara tentang pentingnya sikap bakti anak terhadap orang tua. Banyak wajah sendu terlihat nyata, kala topik ini menjadi pembahasan. Tentu saja, karena sebagian besar partisipan yang hadir adalah para bocah yang telah kehilangan orang tuanya. Namun sang fasilitator, begitu piawai menghibur hati para yatim, atau piatu dan yatim piatu, dengan segera menyelipkan cara bakti pengganti. Yaitu rajin mengirimkan doa bagi orang tua yang telah mendahului sang anak. Bukankah bantuan paling dahsyat bagi orang tua di alam sana, adalah doa tulus dari anaknya yang soleh/solehah? Dengan telaten para fasilitator membimbing para bocah, mengirimkan doa bagi orang tuanya yang telah tiada itu. Sehingga wajah-wajah sendu tadi pun lambat laun berubah kembali cerah, karena tetap bisa menunjukkan baktinya, walau sang pegangan hidup telah mendahului.

Setiap kelompok mendapatkan kakak ketua [yang adalah para panitia], sebagai pemimpin dan juga teman bagi anak-anak saat tidur di ruangan yang telah dibagi. Sayang sekali dokumentasi berupa foto dan laporan original kegiatan ini hilang sobs, salah hapus saat aku merapikan folder ku dua tahun lalu. Hiks..hiks... 
Padahal aku ingin sekali menunjukkan ruangan tempat anak-anak ini tidur, dimana pelbed nya berbaris rapi lengkap dengan bantal udaranya yang berwarna biru. Indah, rapi dan menyejukkan hati. Tapi udah hilang.... hiks..hiks... 

Acara puncak yang cukup mendirikan bulu roma dan sukses menuai air mata adalah pada hari ketiga/penutupan. Dimana anak-anak yang sedang terlelap dibuai mimpi, dibangunkan oleh panitia di tengah malam buta. Sekitar jam 2 dini hari. Mereka dibangunkan untuk melaksanakan shalat tahajjud, dan berdoa. Bisa sobats bayangkan kan? Bagaimana para bocah yang masih dengan rasa kantuk luar biasa, harus bangun dan berjalan ke belakang untuk berwudhu, lalu bertahajjud di aula.

Bukan hanya itu sobs... sedang asyik dan kusyuk berdoa, tiba-tiba lampu padam [sengaja dipadamkan]. Suasana langsung sepi, hening. Anak-anak merapat. Takut akan kegelapan [namanya juga gedung sekolahan, jadi kesannya sedikit angker deh dalam pekatnya malam]. Tak ada yang bersuara untuk beberapa menit. Benar-benar hening. Lalu sebuah narasi dibacakan, dengan intonasi yang begitu berwibawa, menyejukkan tapi juga ... sungguh mendirikan bulu roma. 

Begitu piawainya para fasilitator ini meramu kata, merangkai bait puisi, dan membacanya silih berganti, antara narasi, puisi, narasi, hingga hening malam itu, berubah menjadi isak tangis dari para bocah, yang merindu akan ayah bunda, dan keinginan untuk terus berbakti. Menyadari bahwa tak ada penghalang untuk tetap berbakti, meskipun sang ayah maupun bunda telah tak lagi di sisi.

Isak tangis makin menjadi saat narasi ditutup dengan bait bait puisi akan kepasrahan manusia pada Tuhannya. Dilanjut dengan ajakan untuk saling bermaafan seiring menyala kembali lampu yang tadi sengaja dipadamkan panitia. Seorang putri yang tak lain adalah Intan, berlari menubruk dan memelukku erat. 'Intan sayang Umi! Maafkan Intan kalo banyak salah ya mi...'. Sungguh membuatku terharu.

Cahaya yang benderang, membuat wajah-wajah para bocah kembali terlihat nyata, bersimbah air mata. Semuanya patuh, berdiri, bergerak membentuk lingkaran obat nyamuk. Termasuk panitia dan fasilitator, semua berada dalam satu lingkaran. Mulai bersalaman sesuai putaran. Hingga semuanya kebagian bersalaman, berpelukan sambil berurai airmata. Wajah-wajah itu kemudian menjadi sangat sumringah kala kami mengumumkan bahwa PELBED dan BANTAL udara nya menjadi souvenir bagi mereka. BOLEH DIBAWA PULANG.

Sungguh sebuah acara yang begitu mengesankan dan melekat di ingatan, terutama di ingatanku sobs, juga Intan [putriku yang sengaja aku ajak serta]. Semoga juga berkesan dan bermanfaat bagi para peserta dan menjadi bekal bagi mereka dalam pengembangan akhlak di hari-hari mendatang. Amin Ya Rabbal Alamin.


Apa kabar ya anak-anak ini sekarang? 

Artikel ini diikutsertakan pada Giveaway: Cinta untuk Anak Yatim 
dan sama sekali tidak bermaksud ria lho sobs. 
Hanya sebagai catatan bagiku dan siapa tau bisa menginspirasi. :)

pict grabbed from here

Kutahu luka itu begitu parah. Relung hati itu begitu teriris! Bagaimana mungkin kamu bisa berbuat segila ini pada mereka? Lupakah kamu? Airsusunya yang telah memberi kekebalan tubuh bagimu… kasih sayangnya yang telah membesarkanmu. Lupakah kamu? Jerih payahnya yang telah menghantarkanmu hingga seberhasil ini?

Wake up bro! Wake UP !!!! This is NOT YOU. Aku yakin itu bukan dirimu saat engkau bertingkah separah itu. Aku percaya adalah bukan nuranimu yang menyuruhmu untuk menurunkan tanganmu. Adalah bukan akal sehatmu yang telah memerintahkan lidahmu berkata setajam sembilu.

Don't you know? Mata tua itu, tak henti basah.
Don't you know? Hati tua itu tak henti menangis.
Don't you aware? Alam fikir mereka tak henti menyimpan tanya
Mengapa putra tersayang berubah sedrastis ini?

Wake UP bro! I believe this is NOT YOU! .Usir iblis itu dari nuranimu!
Bangunlah sayang… kami menantimu disini.
Tak henti berharap agar Ilahi pulihkan jiwamu…

Tahukah kamu? Dua keping hati tua itu kini berlumur darah…
Perih, terluka. Akhiri siksa mereka, karena bukan itu yang harus kamu lakukan
Bukan bro, bukan itu...…
Tapi balaslah kasih sayang dan keringat juang mereka dengan sikap baikmu yang dulu...

Kemana anak soleh yang telah mereka didik dan besarkan selama ini?
Kemana anak baik penuh kasih itu?
Where is my superb lil bro?
Wake up bro, this is NOT YOU!

Sepucuk rindu untukmu,
Al, Bandung, 1 June 2012
Mencintai berarti rela mengurus sendiri. Dan melakukannya juga bukan karena terpaksa melainkan karena dorongan hati. Cieeeeh..... awal kalimatnya naga-naganya mau mengarah kemana ini yaaaa? hihi...

Yes, sudah dua tahun ini [sejak memiliki Gliv], aku rela-relain mengurus segala hal yang berurusan dengan kebutuhannya by my self alias oleh diriku sendiri. Ga mau lagi pake tenaga orang lain, selain mahal ongkosnya, juga ribet, suka diakal-akalin. Maka, dua hari yang lalu, Selasa, 30 Oktober 2012, pagi-pagi setelah dropped Intan di sekolahnya, aku pun segera mengarahkan Gliv ke suatu tempat. Tapi sebelumnya aku singgah lagi di rumah, menjemput ayahanda, yang ingin nemenin putri tercinta biar ga sendirian disana. [Mungkin ayah takut ntar anaknya digodain orang kali ye? hihi #perasaan cantik nih kamu Al! Hih].

Suasana masih sepi kala kami memasuki gerbang gedung bercat dominan biru laut  itu. Lengang, dan aku suka sih. Mudah-mudahan urusan bisa cepat kelar nih kalo lengang begini. Kuparkir dengan manis dan rapi si cantik abu-abuku. [Kamu tunggu disini ya Gliv, ga boleh masuk walau urusan ini murni adalah untuk kebutuhan kamu!].


Sesuai petunjuk ayahanda, yang kemudian mengambil tempat duduk seraya mulai baca koran, aku pun menuju tempat pengambilan formulir. Eits... ya formulir untuk bayar pajaknya Gliv lah sobs, masak formulir untuk test masuk polisi! :D

Sesuai spanduk yang terpasang di salah satu dinding ruangan, 'Kami memang belum sempurna, tapi kami selalu berusaha',  aku melihat banyak kemajuan yang telah terjadi dalam tubuh dan personil 'Samsat' ini. Petugasnya dengan ramah menyapa, menawarkan bantuan, dan kemudian meminta surat-surat yang diperlukan [copy nya], memeriksanya sebentar lalu menyerahkan formulir.


"Bu, BPKB nya disimpan aja ya, jangan sampai hilang. Ibu isi dulu formulirnya terus nanti dibawa ke loket dua."

Aku mengangguk, mengambil formulir dan berkasnya seraya berterima kasih. Lalu menuju meja yang memang disediakan bagi orang-orang yang perlu untuk mengisi formulirnya. Tak pakai lama, formulir pun terisi dan aku menuju ke loket dua, tempat dimana jumlah pajak yang harus dibayarkan ditetapkan.

Aku diminta menunggu di loket tiga [kasir]. Sengaja memilih berdiri sambil jeprat jepret via BB, eh ga sampai 3 menit, namaku dipanggil.

"Dua juta dua ratus lima puluh delapan ribu rupiah bu." Si petugas menyebutkan nominal yang harus aku bayarkan setelah terlebih dahulu menyapaku ramah. [lagi, ternyata petugas-petugasnya sudah aware untuk selalu bersikap ramah menyambut klien nya. :)].

Selembar tanda bukti pembayaran pajak pun aku terima setelah aku menyerahkan uang sejumlah yang disebutkan tadi, lalu aku diminta untuk beralih ke loket empat. Tempat dimana tanda bukti tadi kita tukarkan dengan lembaran lunas pajak yang baru. Tapi di loket empat ini yang agak lama sih sobs, makanya si petugas menyarankan agar besok saja kembali untuk mengambilnya, jika memang aku ada keperluan lain dan tidak ingin menunggu. Saran yang boleh digunakan juga sih sobs, mengingat aku juga ada keperluan untuk membeli oleh-oleh untuk beberapa teman di Bandung.

Jadi, segeralah aku dan ayahanda beranjak dari kantor Samsat, dan besok ayah aja deh yang akan kembali kesini untuk ambil pajaknya Gliv. Kan besok subuh aku sudah harus terbang ke Bandung. Lalu kami pun jalan-jalan ke Lampisang, tempat dimana banyak dijual aneka oleh-oleh khas Aceh... lalu main sebentar mengitari pantai berdua ayahanda. Sungguh sebuah momen indah yang sulit dilupakan sobs. Kapan lagi coba mau jalan berduaan dengan ayahanda. Inginnya juga ajak Umi tadinya, tapi Umi sedang malas keluar rumah. Ga mood ke kantor polisi katanya. Hehe...

Well sobs. itulah sekilas kisah tak berarti ini, namun yang ingin aku share adalah bahwa mengurus perpanjangan STNK atau pun bayar pajak kendaraan itu sama sekali ga ribet lho. Terkadang kan bagi yang selalu menggunakan jasa orang lain, kesannya urusan ini kok iya panjang dan njelimet gitu... padahal setelah dijalani tuh, simple, cepat dan murah alias ga ada punglinya lho! 

Kita cukup datang sendiri ke kantor Samsat [boleh kok ditemani pacar, suami, orang tua, tetangga, tapi jangan rame2 ya... ingat sign board yang dipasang di pintu masuk ini nih! ]

Tuh kan, ga boleh rame-rame! :D

Dan syarat-syarat yang harus dilengkapi sebelum menghadap petugas di loket 1 [pengambilan formulir adalah]:

1. Buku BPKB (Bukti Kepemilikian Kendaraan Bermotor)
2. STNK asli
3. Lembaran Pajak kendaraan [itu lho, kertas yang ada dibalik STNK ituh..] asli
4. Copy KTP 2 lembar
5. Copy STNK 2 lembar
6. Copy lembaran pajak 2 lembar
7. Copy BPKB juga 2 eks.

Enaknya sih meng-copy nya di dekat kantor Samsat aja, karena biasanya tuh tukang foto copy nya udah ngerti tata letak menyusun berkasnya sesuai dengan kebutuhan untuk submit ke Samsatnya, jadi kita ga repot2 menyusunnya lagi sobs.

Well, hari telah sore, postingan ringan ini pun telah selesai, so aku pamit dulu ya sobs, mau bw dulu ah ngunjungi sobats semua.... have a great Thursday yaaa...

Saleum,
Al, Bandung, 1 November 2012
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • Lelaki itu, Ayahku
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com
  • It's Me!
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Jawaban Untuk Sahabat

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes