My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Ini adalah girang yang tidak dibuat-buat, ini bukan exciting yang direkayasa, this is the real feeling I always feel in welcoming the Friday afternoon. Dan aku yakin banget bahwa rata-rata sobats maya semuanya juga merasakan hal yang sama dunk ya? Hehe. Siapa sih yang ga senang dengan datangnya dua hari bernama Sabtu dan Minggu itu?

Sabtu pagiku kali ini sedikit berbeda dari Sabtu-Sabtu sebelumnya dimana aku bisa sedikit bersantai ria di tempat tidur tanpa harus buru-buru bersiap ke kantor. Pagi ini, karena sudah berencana untuk sepagi mungkin ke kantor Satlantas guna membayar pajak Kendaraan Bermotorku, maka aku berinisiatif untuk mengantar Intan dulu ke skul, baru setelah itu langsung ke rumah ayahku menjemput beliau untuk menemaniku ke Satlantas ofis. (What?? Setua ini masih ditemani ayahanda? Hehe. *blushingdotcom*.)

Biasanya sih untuk urusan pajak kendaraan, aku suka minta tolong teman yang Pak Polis untuk bantuin urusan ini, tapi kemarin malam saat aku ke rumah ortu untuk mengambil BPKB dan surat penting lainnya (hehe, masih nyimpan surat-2 berharga di rumah ortu bo’, ya namanya nge kost, kurang aman aja rasanya nyimpan sesuatu yang berharga di kamar kost-an), ayahku menyarankan agar ngurus sendiri aja, gampang kok, dan beliau menawarkan diri untuk menemani.
Jadilah pagi ini jam 8 teng aku sudah parkir di halaman rumah ortu dan duduk santai menunggu sang ayahanda, ditemani secangkir teh manis panas dan sepiring nasi goreng. Hm…. Nikmatnya hidup di hari Sabtu…

Sebuah notification alert di smartphoneku menyapa. Tanpa curiga dan syak wasangka (halah) kubuka notifikasi itu. Tadaaaa…… Allert itu aku set setahun yang lalu deh kayaknya, untuk mengingatkanku akan sebuah kewajiban. Alamak… ‘Halo Alaika, saatnya anda merogoh kocek untuk asuransi Intan. Ga banyak kok, hanya IDR. 6 juta rupiah’.
Glek!! Enak aja aku saat itu menuliskan kalimat itu. Ga banyak??? 6 juta ga banyak? Emang pake selembar kertas yang diatasnya ditulisin angka 6.000.000?? Huuuh, sok teung deh aku. Sungguh terlalu!
Kuambil post it dari meja tulis ayahku dan menuliskan notifikasi itu diatasnya. Hanya sebaris, asuransi Intan, Rp. 6.000.000.

Baiklah, gajian nanti, saat sms senyum itu masuk (tanggal 24 November 2011), akan aku transfer deh pembayaran preminya ke rekening Mandiri - Sequish Life. Satu baris tagihan telah tertera. Plus pagi ini, aku akan mengeluarkan sejumlah dana (tertulis sih IDR. 2.115.000, aku alokasikan aja 2.500.000 dulu, kan pasti akan ada biaya admnya…) untuk pajak Grand Livinaku tersayang.
Kutambahkan dibaris kedua, sehingga kini tercantum dua baris tagihan, kini total sementara menjadi IDR. 8.500.000. Hiks..hiks..
 Dan aku yakin, sebentar lagi juga akan ada notification alert lainnya, karena seingatku aku menset beberapa notifikasi secara bersamaan untuk bulan November. Dan benar saja…..Ting..ting. Muncul lagi notifikasi bertuliskan ‘Oops, jangan senang dulu, saatnya anda mengalokasikan dana untuk asuransi Prudentialmu lho, ga banyak kok, IDR. 2 juta untuk 3 bulan ke depan’.

Menyesal aku menulis kata ‘ga banyak’ itu! Sekarang ini rasanya banyaaaaak banget nominal segitu..
Total sementara, antrian di listku menjadi : IDR. 10.500.000, yang sudah pasti harus dikeluarkan di akhir November ini. Biaya ini tidak termasuk dana yang sudah keluar sejak 1 – 18 November ini yang aku sendiri malas mencatatnya. Biasanya sih aku rajin mencatat expenditure bulananku, tapi melihat pengeluaran besar-besaran kemarin menyambut idul Adha, aku jadi malas melanjutkan catatanku. Merem aja deh, dan bertekad bulan depan akan jauh lebih hemat.

Kebayang, 10.500.000 akan terpotong dari gajiku bulan ini untuk list yang sudah tercantum di post it. Padahal aku masih menggantung angan untuk membawa pulang si Mac book Air yang super tipis itu dari Mac shop nanti ketika si sms senyum itu masuk. Huft, sepertinya harus ditunda deh kayaknya. Kuyakin misua juga ga akan setuju aku beli si Mac sekarang-sekarang ini, apalagi laptop kantor yang aku pakai ini juga masih sangat bagus performa nya. Well…well…Baiklah…baiklah.

Ayahandaku selesai dan ternyata Umiku juga ga mau ketinggalan, mau ikutan sekalian pulangnya nanti singgah ke apotik beli obat. Okelah, dengan senang hati, mari bergabung dengan ananda….
 Maka berangkatlah kami, langsung ke Kantor Satlantas, eh ga denk, singgah dulu ke atm karena aku jarang banget nyimpan uang cash di dompet di atas nominal 500 ribu. Aku kan butuh 2,5 juta untuk pajak mobilku plus kurang lebih 1 jutaan lagi untuk shopping daganganku nanti. Duh, bagiku nilai ini terasa banget deh, kok Livina lebih mahal pajaknya daripada Avanzanya ayahku ya? Tapi ya mau gimana lagi…., resiko. *Ngelap peluh yang tiba-tiba mengucur*.

Sesampai di Satlantas ofis, kami singgah di fotocopy centernya, dan segera ke loket pengambilan formulir begitu STNK, TNKB serta KTPku selesai difotocopy. Ini adalah pertama kalinya aku mengurus sendiri hal-hal seperti ini, dan ternyata sobs…. Mudah banget lho. Petugasnya juga sangat kooperatif. Ga pakai lama (mungkin karena hari Sabtu, jadi ga ngantri?).
 Prosedurnya gampang dan singkat banget. Isi formulir yang diserahkan oleh petugasnya, terus balikin, di cek, Oke, terus bergeser ke kasir, tunggu konfirmasi jumlah yang harus dibayarkan, kasih uangnya, diberikan surat/receipt tanda lunas lalu tanya info kapan bisa ambil TNKBnya. DONE.

Ternyata oh ternyata, ya ampun, gampang banget! Ga seribet yang aku bayangkan. Dan ngurus sendiri ternyata aku bisa irit banyak. Pajak mobilku yang lama kena uang ‘jasa pengurusan’ 150 ribu diluar total yang harus dibayarkan plus administration fee. Nah hari ini, ngurus sendiri dan cepat lagi prosesnya, aku hanya kena 2.258.000 (sudah termasuk administration fee) dari yang tertulis di TNKBnya 2.115.000 rupiah.
Alhamdulillah. Aku akan rekomendasikan ke teman-teman kantorku agar urus sendiri aja deh hal-hal seperti ini. Ternyata tidak semua urusan akan panjang kok di Kantor Polisi, hehe.

Antrian lain di list to do ku adalah ke skulnya Intan untuk mengambil rapor tengah semesternya. Tapi sebelum itu kami bertiga singgah dulu di sebuah café tempat biasa aku dan teman-teman kantor nongkrong. Namanya mini Solong. Di Banda Aceh, warung kopi Solong (mereka punya beberapa cabang) itu sangat-sangat terkenal lho. Terkenal dengan produk kopi Ulee Karengnya yang sudah punya nama kesohor, bahkan sering menjadi oleh-oleh khas dari Aceh.

Bener saja seperti dugaanku, bahwa akan ketemu beberapa kolega yang sedang nongkrong di Mini Solong ini, dan mereka senyum-senyum melihat aku mampir bersama ayah ibuku. Hehe…. Masak bawa ayah bunda ngafe?? Hihi… Biarin lah, suka-suka aku donk!!
Ayahandaku pesan teh manis, juga aku dan Umi. Ikutan. Terus juga pesan lontong sayur dan pecel.
Setengah jam nongkrong dicafe, lalu kami cabut menuju ke sekolah Intan, yang berlokasi di kompleks kampus Universitas Syiah Kuala. Intan bersekolah di SMU - Laboratory School, milik Universitas Syiah Kuala, sebuah sekolah swasta yang telah menerapkan system moving class dan bertaraf international.

Tadi sewaktu di café, Intan BBM meminta maaf karena rapor UTS nya mencapai nilai ‘just satisfactory’. Icon menangisnya memenuhi baris di BBMku, karena kali ini dia tercampak dengan apik di peringkat 20. Aku mengerti kegundahannya, biasanya anandaku ini selalu masuk 3 besar di kelasnya, sejak SD sampai SMP kemarin. Eh begitu masuk Labschool kok sampai tercampak seperti ini. Kubesarkan hatinya, bahwa itu hal yang biasa, wajar jika dia belum terbiasa dengan system belajar yang begitu intens di sekolah barunya ini. Waktu belajar dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore tentu membuat siswa penat, hingga kesempatan belajar di malam hari menjadi kurang optimal.
Anyway, kuselipkan notifikasi ke benak Intan, bahwa dia masih punya waktu untuk mengejar ketinggalan ini, mengingat ini baru mid semester. So she still have chance to optimize her learning session.

 Aku sempat ngobrol panjang dengan wali kelas Intan dan menanyakan progress belajar Intan di sekolah. Menanyakan apa yang kira-kira dapat aku bantu dan minta beliau juga agar menginfokan atau feel free to contact me in case she need to discuss more about Intan and her study. Deal.

 Aku dan Intan kemudian bergabung dengan ayah-ibu yang menunggu di mobil sambil baca koran, lalu kami melanjutkan perjalanan. Ga kemana-mana lagi kok, mengantar ayah bunda ke rumah mereka, lunch sebentar (walau sebenarnya masih kenyang oleh lontong sayur yang mengisi perut). Terus aku dan Intan melanjutkan another think to do yang tertera di list ku.
 Apakah itu?? Shopping some stuff and accessories untuk dikirim ke teman di Mojokerto, untuk dijual disana. Bermula dari ajakan teman ini untuk berbisnis asesories etnik, aku dan dia akhirnya mencoba memulai bisnis ini. Tapi aku rencana ingin mulai dari yang simple-simple saja dulu lah, such as dompet etnik Aceh, tas kerrawang aceh, tempat HP, bros dan sejenisnya.








Tak terasa waktu tiga jam berlalu dalam perburuan barang2 etnik itu, benar-benar telah terjadi korupsi waktu olehku dan Intan hari ini sehingga my last agenda today terpaksa harus digeser ke besok pagi atau siang. Yup, acara sesi pemanjaan diri di Marta Tilaar terpaksa ditunda. Apaboleh buat.

Hari telah sore, tubuhpun telah terasa lelah, aku dan Intan memutuskan untuk pulang segera, tapi masiiiih aja sempat stop by di sebuah toko boneka yang begitu menggoda. Akhirnya sebuah boneka Lumba-lumba jumbo berwarna ungu ikutan pulang ke kamar kost ku yang ukurannya tak seberapa ini. Jadilah kini 4 ekor lumba2 telah menjadi penghuni istana indah (menurutku lho..) ini. Plus dua popeye ukuran jumbo juga ikut memadatkan kamar ini.



Well sobat maya tercinta, udah ga sabar deh ingin segera memeluk si lumba ungu baruku, so sampai disini dulu updatingku malam ini ya, have a great Sat nite!!..

Saleum,

Alaika

Kisah ini terungkap kembali (hampir aja ilang dari ingatan sih) pada saat kebersamaan kami kemarin itu. Terbukanya kembali pintu hati ibunda untuk menerima Fadjri adikku, otomatis membangkitkan kenangan-kenangan manis maupun konyol tentangnya. Nuansa bahagia yang mengaliri hati kami saat itu, membuat kenangan konyol ini sekonyong-konyong (cieee…. Kayak nulis apa gituuu …) muncul ke permukaan.

Ya… kenangan masa kanak-kanak yang pada saat kuungkap membuat Fadjri (sang korban) bangkit dan menarik gemas rambutku. Kala itu aku masih duduk di kelas tiga SD deh kayaknya, dan Fajri masih berumur dua tahun. Aku sedang getol-getolnya membaca majalah bobo saat itu, ketika ibuku memintaku menjaga Fadjri yang tertidur nyenyak di ayunan. Ibuku kayaknya waktu itu akan memasak deh.

Tugas menjaga adik yang sedang tidur tentu aku kerjakan dengan senang hati donk. Enteng itu mah. Hobby membacaku pasti tidak akan terganggu dunk.

Maka membacalah aku dengan asyiknya, sampai suatu saat Fajri terjaga dan mulai menangis…. Oek..oek… Kudekati ayunannya, dan aku bersimpuh seraya tangan yang satu mulai mengayun (ayunan per saat itu masih digantungkan di tali yang dicantolkan ke cantolan/pengait besar di plafon rumah, tidak seperti ayunan modern sekarang in pastinya), sementara tangan yang satu tetap memegang majalah, membaca. Cieee. Gayaku saat itu pasti intelek banget walau yang dibaca hanya si “Juwita dan Si Sirik”. . Hehe.

Sejenak Fadjri diam, tapi kemudian mulai oek-oek lagi. Kukeraskan usaha mengayunku.. diam sejenak. Aku pun tenang. Lanjut membaca. Serius banget. Eh Fadjri kok malah nangis lagi. Kujengukkan mukaku ke dalam ayunan, kedua mata nya sudah terbuka pertanda cukup sudah tidurnya. Minta digendong nih kayaknya. Tapi akukan belum selesai membaca?

Kucoba mengayunnya lagi, sambil meninabobokan kembali. Diam sejenak. Gembira hatiku. Tapi mulai lagi deh, the lesson learnt I get is; setiap ayunan yang lebih kuat, tangisannya akan terhenti. Begitu rupanya, adikku ingin diayun lebih tinggi. Okay. 'Everything I do, I do it for you deh De’, as well as to read lah. Hehe. Maka saat Fadjri mulai menangis lagi, kuat ayun pun aku tambah, tanpa mengalihkan pandanganku dari majalah tercinta.

Hingga….. tak disangka tak dinyana…. Tangisan Fadjri terhenti seketika, hanya beberapa saat, disambung dengan tangisan yang menggema ke seantero rumah. Kualihkan pandang dari majalah bobo ke sumber bunyi gedebug yang mengiringi tangisan Fadjri.

Masyaallah, adikku itu beserta ayunannya telah menyatu dengan lantai. Ya ampuun. Gugup ku bangkit, mencoba meraih dirinya, namun belum sempat aku bertindak, ibundaku telah hadir dengan ledakan amarahnya. Disambarnya Fadjri dari ayunan yang tergeletak di lantai, dibelainya penuh kasih. Fadjri masih menangis keras.

Masih sempat ibuku memelototiku sembari merampas majalah yang masih tergenggam erat di tangan kiriku. Dirobek sempurna oleh ibuku tercinta. Ku tak berkutik. Tak melawan. Pasrah. Airmata adalah teman setia. Mengalir sempurna menganak sungai di pipiku (halah… gaya bahasa apa ini ya, lupa euy!). Hatiku tercabik, bukan akibat cabikan ibuku terhadap si “Juwita dan si Sirik” kesayangan, tapi karena sedih telah menjatuhkan adik tercinta ke lantai.

Ibuku bukan tipe ibu cerewet yang akan merepet panjang lebar, yang justru membuatku semakin bersalah. Beliau tidak memarahiku panjang lebar, malah sibuk memperhatikan dan mendiamkan Fadjri. Diriku dibiarkan menanggung beban rasa bersalah ini seorang diri. Kuhanya dapat menangis disudut kamar, mencuri pandang dan berdoa agar adikku tak apa-apa.

Jika dulu aku sudah pandai bahasa Inggris, I will say this words; Dear… I do sorry for this. Really don’t mean to put you in danger. I do love you my lovely brother. Be okay for me, please.’

Sungguh ku tak Sengaja.


Fadjri dan yang lainnya tergelak saat kisah itu kuulang kembali, dan ibuku ikut tertawa. Bahagia melihat senyumnya kembali menghiasi bibir indahnya. I love you Umi.
Malam ini terasa sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya. Ada rasa hampa yang menghuni dada ini dan aku yakin Intan juga merasakan hal yang sama. Kamarku istanaku ini, terasa begitu hening. Bahkan kelihatannya Intan malas menyalakan televisi seperti biasanya.

Putri tercinta itu malah menghabiskan waktunya dengan melihat-lihat koleksi foto-2 kami saat lebaran di Singapore kemarin. Ada sesuatu yang terasa hilang di kamar ini. Yaa… aku yakin Intan juga sedang merasakan kehilangan sang papa yang bertolak kembali ke Kuala Lumpur tadi siang. Hm…. Kapan ya bisa ngumpul lagi, selamanya, ga usah terpisah jauh seperti ini? Walau airasia telah sangat membantu menerbangkanku setiap bulannya menjenguk misua di KL sana, tapi rasanya tetap saja pertemuan yang hanya sebulan sekali (di week end itu) terasa masih kurang donk.  Mas…. Kangen! Hiks..hiks..

Well, rasa hampa ini juga ga boleh dibiarkan berlama-lama mengisi rongga hati, so yuk ikuti kisah mengharu biru lainnya disini yuuuk,

Hm… judul kali ini terkesan serius ya? Hehe… ide ini bermula dari obrolan santai dengan misua tadi malam. Sedang asyik-2nya bahas tentang perkembangan teknologi, eh tiba-tiba doi bicara serius sambil mengambil sebuah majalah favoritnya, “Gatra”.

“Vi, kamu harus baca artikel ini lho!” katanya sambil mencari-cari artikel yang dimaksud.

Penasaran hatiku mulai menebak-nebak. “Pasti sesuatu yang lucu ya mas?” tebakku.

“Nope, serius kok, bagus banget jika kita komit untuk menerapkannya.”

Makin penasaran deh akunya. Daaan akhirnya, terpampanglah sebuah artikel yang dimaksud. Mulailah aku membaca dengan serius.
Memang selama ini sedikit terjadi perbedaan prinsip dalam hal pemenuhan keuangan untuk Intan. Menurut misua, aku terlalu memanjakan Intan dalam hal materi, dan itu jelas tidak baik bagi perkembangan Intan ke depannya. Anak harus dilatih sejak dini agar kelak mandiri dan terlatih dalam mengelola keuangannya sendiri. Apalagi mengingat yang namanya ajal tiada satu manusiapun yang tau. Jika saja kita tidak mempersiapkan si anak sedini mungkin, malah memanjakannya dengan menuruti segala keinginannya, maka jika saja kita yang dipanggil duluan oleh sang Kuasa, maka dapat dipastikan si anak yang kita tinggalkan akan terpuruk seorang diri, kebingungan dan kehilangan arah.

Bener sih, bener banget malah. Aku seluruhnya setuju tentang prinsip ini. Dan dalam banyak hal aku berusaha menerapkannya dalam pengasuhan Intan. Tapi terkadang, banyak juga hal yang membuatku akhirnya menuruti saja keinginan Intan, lebih dikarenakan sebagai kompensasi atas ketidakberadaanku di sisinya dalam beberapa selang waktu. Misalnya saat aku begitu sering ditugaskan keluar daerah, sehingga Intanku terpaksa hanya tinggal dengan si mba. Anaknya sendiri sih tidak protes, malah enjoy-enjoy saja. Tapi rasa bersalah akan ketidakberadaanku di sisinya, membuat hatiku ingin menebusnya dalam bentuk pemberian materi yang mungkin belum pada saatnya.

Beberapa contoh misalnya:

Saat bertugas selama 5 hari di luar kota (ke Nias), akhirnya sepulang dari sana, aku mempergunakan sebagian dari uang perjalanan dinasku untuk menghadiahkannya sebuah BB Onyx yang pada masa itu masih bernilai tinggi, sekitar 5 juta. Sama persis dengan yang aku punyai dan bahkan belinya juga sekaligus.

Dan terpaksa aku harus sembunyi dari misua, ga berani bilang bahwa aku baru saja membelikan Intan sebuah benda mahal yang pada saat itu (kelas 2 SMP) belum saatnya dimiliki Intan. Jika pun Intan benar-benar ingin punya BB, mungkin type Gemini saja cukuplah. Karena selain harganya yang mahal (sampe 5 juta), juga Intan masih belum mampu menjaga barang-barang yang bernilai tinggi.
Terbukti, seminggu kemudian, Onyx yang baru kubelikan dari hasil perjalanan dinas itu, hilang dengan sempurna, di sekolah.  Aku hanya gigit jari. Dan sama sekali tak mampu bercerita pada misua.

Harusnya aku belajar dari kejadian itu, dan komit pada janjiku untuk lebih selektif dalam mengabulkan keinginan Intan. Eh, janji tinggal janji, sebulan kemudian, kulewatkan lagi 5 juta rupiah untuk sebuah BB pengganti, bagi Intan. Juga dengan sembunyi-sembunyi dari misua. Takut dibilang tidak bijaksana. Hati kecilku sih jelas-jelas bilang bahwa tindakanku itu tidak bijak. Sangat tidak bijak.
Tapi gimana ya sobs, rasanya aku ingin banget memenuhi segala kebutuhan (kayaknya ini bukan kebutuhan deh, tapi keinginan) Intan.

Berusaha keras sih sebenarnya sudah, untuk mencoba belajar ketat dan disiplin dalam hal ini, agar dapat membekali Intan in how to manage her financial matter in the next days. Tapi ujung-ujungnya terkalahkan oleh rasa sayangku yang (mungkin) berlebiihan?

Back to the topic, ternyata artikel yang diperlihatkan oleh misua tadi benar-benar mengena bagiku deh sobs. Artikel ini ditulis oleh Aidil Akbar Madjid, seorang independent Financial Planner dan Ketua Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia, dimuat di salah satu halaman majalah Gatra edisi 10-16 November 2011.
Berikut cuplikan artikelnya:

Judul: Mengajarkan Anak Tentang Uang

Pengetahuan dalam mengelola keuangan adalah salah satu pengetahuan penting wajib dimiliki oleh para orang tua, mengingat pengetahuan ini tidak diajarkan secara khusus di sekolah-sekolah ataupun pendidikan formal lainnya. Sementara di era kemajuan teknologi canggih masa kini, banyak sekali informasi dan produk yang menyasar ke para kaum muda (anak-anak kita), yang membuat mereka sulit untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

Terkait dengan masalah umur atau ajal, setiap orang tua adalah wajib mengajarkan anaknya bagaimana mangelola keuangan mereka dengan bijak, sehingga jika saja orang tua yang mendahului mereka, maka si anak sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang pengelolaan keuangan mereka nantinya.
Keterbatasan waktu dengan sang anak karena kita sibuk bekerja mencari uang kerapkali menjadi alasan utama bagi orangtua untuk membiasakan memberikan uang dalam jumlah besar kepada anaknya. Uang tadi dianggapnya bisa menjadi pengganti waktu orangtua kepada anak-anak mereka. Akibatnya, banyak dari anak-anak yang cenderung menjadi manja dan memboroskan uang jajan karena mengetahui bahwa berapa pun uang jajan yang mereka minta pasti akan mereka dapatkan.

Beberapa hal utama yang dapat dilakukan untuk mengajarkan anak-anak tentang uang adalah sebagai berikut;
Pertama adalah komitmen bahwa mengajarkan tentang uang haruslah dilakukan dengan cara bersamaan oleh kedua orang tua. Percuma apabila ibu menerapkan disiplin ketat dalam mengatur dan memberikan uang, tetapi si anak bisa mendapatkannya dengan mudah dari ayahnya.

Kedua adalah memberi contoh. Sebagai orangtua, kita memberikan pelajaran tentang cara menilai uang kepada anak-anak kita dengan cara memberikan contoh yang baik. Anak-anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Sehingga, jika seorang ibu misalnya, berbelanja sepatu baru di sebuah mal dengan lima warna yang berbeda, maka sudah dapat dibayangkan bagaimana bentuk dari financial management skill yang akan tercipta pada diri si anak nantinya.

Ketiga adalah masalah komunikasi. Selalu camkan dalam ingatan kita bahwa uang dan barang tidak dapat menggantikan waktu serta komunikasi kita dengan anak kita. Selalu ingat untuk tidak memanjakan anak-anak dengan uang dan barang karena kesibukan bekerja.

Tetapi mengatakan TIDAK pada anak ketika anak meminta dibelikan sesuatu juga bukan hal yang baik untuk dilakukan. Ajarkan anak untuk membuat target dan perencanaan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Ajarkan juga kepada anak arti saling berbagi dan member kepada orang lain. Harapannya, mereka bisa menghargai nilai suatu barang. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan baju milik mereka yang sudah tidak terpakai karena kekecilan untuk disumbangkan kepada yayasan yatim piatu atau korban bencana. Ajak serta anak ketika menyumbangkan barang tersebut. Anak akan mendapatkan pelajaran penting bahwa sekecil apapun barang atau selama apapun barang yang telah dibeli dengan uang akan tetap berharga bagi orang lain.

Pelajaran mengenai tata kelola keuangan dan nilai suatu uang bukanlah suatu proses instan. Diperlukan komitmen dan contoh nyata yang dilakukan oleh orangtua. Bersabarlah, suatu hari nanti anak akan merasakan kegunaan dari apa yang telah kita ajarkan sejak kecil mengenai keuangan.

Hm…. Very good article as my hubby said. Makanya tulisan ini kini terekam dengan baik dalam postingan ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi diri saya sendiri. Amin.


Setelah mendapatkan tugas menceritakan kisah paling mengesankan yang menghias memories masa-masa sekolah dasarku , tiga hari yang lalu aku kembali mendapatkan tugas dari seorang sahabat blogger, Jeung Una, untuk mengungkapkan kembali (emang kasus diungkap, hehe)kenangan terindah ato yang paling berkesan yang aku alami saat-saat diriku menimba(cieee… menimba, emang air sumur kali ya ditimba? Hehe) ilmu di bangku Sekolah Menengah Pertama alias SMP.

Baiklah, agar Jeng Una tidak marah karena tugas darinya terendap sampai tiga harian, juga karena sedang menjadi upik abu, maka kucoba untuk mengerjakan tugas ini secepat dan sesingkat mungkin deh ya….
Jugaaaa… karena sebenarnya aku ga punya begitu banyak kisah menarik yang pantas melekat diingatanku saat ini. Bahkan boleh dibilang justru aku lebih terkesan dengan kisah-kisah yang aku alami di masa SD dan SMA kali ya?

Whatever, mengingat upik abu harus segera bekerja kembali, maka let me completed my task lah yao:

Sejak SD sampai SMP aku tuh paling sering jadi murid baru deh, seingatku, kelas 5 SD aku harus pindah karena ikut ayah bunda yang pindah ke Kota Sigli, Aceh province. Terus kelas 1 SMP di kota Sigli, aku harus pindah lagi mengikuti ayah bunda yang dipindah tugaskan ke Banda Aceh, ibu kota the Aceh Province.

Memoriku tak mampu mencatat peristiwa indah apapun semasa kelas 1 SMP di Kota Sigli ini… atau sebenarnya bukan karena memori yang ga mampu sih sobs, tapi adalah karena memang tidak ada hal yang berkesan yang memenuhi criteria untuk dicatat oleh memori ini. (Halah, panjang bener kalimatnya, bilang aja, ga ada kesan menarik di kelas 1. Titik.).

Well, back to the topic, yang paling aku ingat saat-saat menjadi anak baru di kelas II-7 SMP Negeri 2 Banda Aceh ini adalah bahwa aku langsung ditaksir oleh seorang cowok (adik kelas bok’ ) pada jam istirahat pertama di hari pertama masuk sekolah itu. Anak itu (aku lupa namanya) langsung dengan pe-de nya masuk ke kelas kami, dan ‘halo anak baru, boleh kenalan donk… saya Eddy’ (nah, aku jadi ingat namanya kan ya?), pede banget dia mengulurkan tangannya yang kusambut sedikit grogi.
Heran deh, pada masa itu kok bersalaman dengan cowok bikin grogi ya? Hehe. 

Perkenalan itu dilanjutkan dengan kunjungan-kunjungan Eddy di setiap jam istirahat ke kelasku. Aku terus terang jengah donk, ditaksir oleh adik kelas. Jaman itu kan malu kalo yang naksir tuh adik kelas. Maunya kan kakak kelas gituu…
Tapi sebenarnya Eddy ini juga tampangnya ganteng lho, sebenarnya aku suka juga… hehe, tapi gengsi donk, masak adik kelas??

Eddy jelas-jelas menunjukkan rasa sukanya padaku, tapi aku ga enak aja rasanya disirikin oleh adik kelas (para cewek-cewek yang naksir si ganteng Eddy)… Jadi atas nasehat tanteku (aku paling akrab dengan tanteku, adiknya Umi, yang pada masa itu masih single dan tinggal bersama kami), aku menjaga jarak aja dengan Eddy. Ga boleh kasar, tapi juga jangan diberi hati.


Anak SMP itu belum boleh pacaran. Itu yang aku camkan. Jadilah aku dan Eddy hanya berteman saja. Walau ada satu kisah sewaktu acara bicycling sekolahan, aku dan Eddy menjadi begitu akrab. Saat lelah, Eddy meminjamkan tangannya (bergenggaman tangan maksudnya) menarikku sehingga aku tak perlu mengayuh sepedaku. Kok rasanya pada saat bersentuhan tangan seperti ini aja rasanya bikin deg-degan ya? Dan malamnya sampai kebawa mimpi. Hahahah.. gile beneeer….

Kisah lainnya yang aku ingat adalah saat aku benar-benar berantem secara fisik dengan seorang teman sekelas (anak cowok). Gara-garanya kalo ga salah adalah karena si teman itu mengejek seorang teman wanita (sekelas) yang badannya gendut, dan berwajah kurang menarik. Aku ga suka temanku diperlakukan seperti itu, dimulai dengan perang mulut, akhirnya jadi tendang-tendangan. Dia yang mulai menendang duluan, telak ke dadaku yang kala itu baru dalam pertumbuhan payudara. Sakit banget rasanya. Dan dengan penuh amarah udah pasti donk aku balas dengan refleks. Walau bukan pemain karate tapi aku tuh gemar banget nonton film kungfu. Jadilah sebuah tendangan (kata teman2 sih keren banget) melesat telak ke selangkangannya. Membuat dia meringis kesakitan, disambut sorakan meriah teman2 wanitaku.

“Mentang-mentang jago karate! Awas kamu ya!!” ancamnya dan berlalu. Aku hanya melongo, ga nyangka aku berhasil mendaratkan tendangan telak ke ‘burungnya’. Hehe.

Jadilah sejak itu aku dikira memiliki ilmu bela diri, padahal Umiku melarang keras aku mengikuti adik2ku (ketiga adikku laki2 semua euy!) latihan taekwando.

Hm… apalagi ya? Kayaknya yang paling berkesan hanya itu deh, yang lainnya biasa2 aja, makanya ga banyak tersave di memoryku….

Dan berhubung upik abu harus siap-siap untuk pulang, so tugas kali ini aku finalkan sampai disini dulu yaaa…., seperti biasa, tugas seperti ini juga tentu harus diestafetkan ke rekan blogger lainnya dunk… Hm.. siapa ya?
Baiklah, sepertinya kali ini aku ingin menghibahkan tugas ini ke:

1. Kak Ega, lagi
2. Asep
3. mba Mulyani

Mohon kiranya dikerjakan jika sempat aja deh ya... jangan merasa terbebani, ok? thanks before sobats mayaku...



Pagi ini, iseng aku menyambar HP yang tergeletak nyaman di atas meja sebelum sempat ke kamar mandi. Dan ini bukanlah kebiasaanku, karena promised myself that I won’t touch this smart phone before I am ready preparing breakfast dan siap2 kerja. Karena tau sendiri kan sobats, betapa terikatnya kita (mungkin ga semua ya? Tapi kalo aku sih iya banget), kalo udah megang BB, pasti ga lepas-lepas lagi untuk waktu yang lama. Dasar BB addicted. Adaaa aja yang dicek.

Nah, pagi ini, mungkin panggilan hati kali ya? Kedap-kedip cahaya merah di sudut kanan Onyxku, benar-benar memanggil. Kusambar deh si Onyx dan langsung buka notifikasi di BBM nya dan olala….
Ada request to add contact dari….. Abxxxah Puteh, ayahandaku….
What?? Benerkah ini ayahandaku? Udah pake BB rupanya ayah tercinta ini. Banyak sih bapak-bapak lain yang juga pake BB. Bukan hal yang aneh sebenarnya. Tapi untuk seorang Bapak seperti ayahandaku, yang kurang suka belajar menaklukkan kepintaran sebuah smart phone, aku ga nyangka ajaaa….., hehehe. Walau sebenarnya wajar aja sih beliau akhirnya memutuskan untuk ber BB ria, mengingat beliau juga sangat aktif menyumbangkan artikel2 (penulis produktif) untuk Info Ikatan Haji Indonesia. Tapi ber BB? Alamak… hehe. (Peace Yah…. hehe)

Segera ku accept the request dan sedikit pesan klarifikasi di BBM, menanyakan bener ga ini ayahandaku? Dan candaan pagi hariku yang menggodanya… “cieee…BB baru nih ye?”
Tapi ga ada jawaban. Tak lama telp masuk bordering di layar Onyxku, Umi memanggil.


Percakapan akrab pagi hari dimulai, dan juga menginfokan bahwa benar itu BB ayah, hibah dari Edo, adikku yang berganti ke BB versi terbaru lainnya.

Ho..ho, Umiku juga sudah mulai canggih…. Udah bisa baca BBM…. Hehe. Soalnya Umi tuh paling males belajar menaklukkan BB. Terbiasa dengan kenyamanan Sony Ericsonnya, Umi malas menoleh ke jenis handphone lainnya. Tapi kok hari ini lebih canggih… hehe. Senang deh melihat kemajuan ini.

Whatever, welcome to BB family club ya Yah… jadi kita bisa makin deket deh, bisa BBM-an dunk. Dan…. Konsekuensinya adalah, aku harus lebih selektif update status di BB, ya iyalah…. Kan langsung terupdate sampe ke layar BB babe gue juga tuh….. Huft.

Btw, jadi kangen deh dengan masa-masa ini:



Yup... bener banget sobs, tuh foto diriku dan sang ayah di sebuah masa... hehe. Kangen eh duduk2 lagi di tangga ini, tapi apa masih bisa ya?

Nah kalo yang ini... adalah foto ayahandaku di masa kini.....


Love you Ayah... keep in touch yach....

Well sobats, sebenarnya sih ingin posting sesuatu yang lebih berarti sih, tapi mengingat diriku yang terus-terusan jadi upik abu, jadi ga sempat untuk mikir bikin postingan yang lebih serius deh.... so... postingan kali ini just a quick update tentang kejadian pagi hari tadi aja deh yaaa.....

Have a great day to you all..... (for me as well donk ah!)

Halo sobats semua....
Million of thanks untuk kunjungan dan dukungan semangat yang sobats berikan atas postingan saya sebelumnya, dan mohon maaf belum sempat membalasnya karena Sabtu-Minggu kemarin bener-bener melarikan diri dari dunia maya, juga dari tempat tinggal saya. Kebetulan misua sedang disini dan ngajak week end di sebuah desa yang Alhamdulillah mampu mengusir kejenuhan dan kepenatan yang menghimpit dada ini.
Daaan... hari ini saya siap menjadi Upik Abu lagi sejak tadi pagi hingga nanti sore. Awalnya sih udah hampir lupa cara tersenyum sobs, tapi setelah dicoba-coba, akhirnya jadi ingin narsis deh, memamerkan senyuman yang saya harapkan bisa ikut mencerahkan hati para sobats semua.



Walau still hate Monday, yuk sambut Senin-Jumat ini dengan senyum yuuuk....

Daaan... ntar begitu ada waktu luang, saya akan berkunjung ke rumah maya para sobats yaaa.... Cu soon...

(*Duh lama banget Jumat Soree!!).. hehe.


Adalah hal biasa bagiku, jika tiba-tiba menjadi curahan tempat teman2 mengadukan kisah kehidupannya, sharing in case diriku pernah mengalaminya atau mungkin tau secuil solusi untuknya.

Adalah biasa juga bagiku mendengar curhatan teman-teman yang panjang lebar dan akhirnya aku tak mampu memberikan solusi apapun bagi penyelesaian persoalan mereka.

Adalah biasa juga bagiku jika tiba-tiba pekerjaan kantor, at the last minute, diserahkan kepadaku untuk aku coba (baca: harus bisa) bereskan. Hiks..hiks..
Adalah biasa bagiku menjadi upik abu dikantor ini!

Tulisan tersingkat tanpa ikutan di giveaway manapun, yang saya postingkan bukan sebagai lambang putus asa, hanya sekedar meluapkan gejolak (sesak napas yang tiba-tiba menghimpit dada) akibat menahan amarah tanpa kuasa kuledakkan.

*(Ngelirik acara di salah satu TV swasta negeri tercinta “Bosan jadi Pegawai”).
Semoga saatnya segera tiba. Amin. 

If you were mine...
Aku akan berhenti mencari,
If you were mine...
 kuhentikan pekerjaan ini dengan segera
If you were mine...
cukup sudah kuteteskan peluh ini
If you were mine...
I will fly around the world and enjoying life as I like.
Unfortunately, just a small part of you are mine, 
means I still have to try hard to get you, more and more.
(ngelirik angka di tabungan yang masih belum seberapa… huft, when will you be fully mine?).

Tulisan ini diikutsertakan pada Blogger Contest 'If You were Mine' a novel by Clara Canceriana.

http://duniakura2.blogspot.com/2011/11/blogger-contest-if-you-were-mine.html







Yuhuu...,
Semoga pada sehat yaaaa. Dan as you already see on the title of this article, postingan kali ini adalah khusus dan hanya untuk seorang pecinta bulan dan science! Yes, he is.... Mas al Kahfi! 

Yuk, langsung kita start, yak!

Jika sebuah pertanyaan diajukan ke saya tentang al kahfi, ingatan saya akan langsung teringat pada salah satu surat dalam al Quran bernama surah al Kahfi. Tapi jika kemudian pertanyaan diubah seperti ini? Pernah baca tentang blog man and the moon? Maka ingatan saya akan langsung melintas ke sebuah jejak yang begitu ramah dan baik hati, yang rajin meninggalkan komentarnya di blog para sahabatnya, tanpa diskriminasi.
Pemilik blog inilah yang kemudian saya kenal akrab dengan nama al kahfi, yang juga rajin sekali mengunjungi pojok maya saya ini hampir setiap dia melakukan blog walking. Terlepas dari saya punya postingan baru atau hanya menyapa di shoutmix karena postingan saya masih yang lama, yang telah ditinggalkan jejak sebelumnya olehnya.

Hari ini, to appreciate our new nice and good friendship, saya ingin berpartisipasi mengikuti giveaway yang diselenggarakannya, dengan memulai postingan ini mengenai siapa dirinya, sejauh yang saya tau berdasarkan postingan-postingannya. Sayangnya waktu saya yang sempit tidak memberi saya keleluasaan untuk mengubrak abrik istana man and the moonnya. Jadilah saya mencoba memanfaatkan berbagai informasi yang ada (baca: menikmati postingan peserta giveaway yang telah terlebih dahulu partisipasi, hehehe) untuk menambah wawasan saya tentang si penguasa istana maya ini.

Namanya seperti yang selalu tertulis saat dia meninggalkan jejak, adalah al kahfi. Mengenalnya sekitar dua bulanan lalu, melalui jejak yang dia tinggalkan di salah satu sahabat blogger saya. Tertarik, maka saya kunjungi dia dan saya tinggalkan jejak untuknya. Tak hanya ingin berkenalan dan mempererat silaturrahmi, ternyata saya betah berlama-lama di blognya yang sarat akan ilmu pengetahuan. Ilmu yang sebenarnya luput dari pemikiran manusia-manusia lainnya. Pengamatannya terhadap alam, analisanya yang cermat, membuat tulisan yang dikemasnya secara sederhana menjadi bermuatan ilmu pengetahuan, yang mampu membuat saya (dan saya yakin termasuk anda-anda juga) menjadi mudeng, oh begitu rupanya…. Oh begini rupanya, oh seperti itu…. Dan berbagai tanggapan serupa yang membuka mata para pembacanya.

Tak lama setelah kunjungan perdana saya, mas kahfi membalas kunjungan dan kita jadi saling bersilaturrahmi. Saya perhatikan, sang arsitek single ini ternyata juga sangat rajin bersilaturrahmi ke blogs para sahabatnya yang lain, meninggalkan komentar bijak dan sesuai dengan isi postingan (menandakan bahwa pemilik man and the moon ini, benar-benar menyelesaikan postingan sahabatnya terlebih dahulu sebelum memberikan komentar).

Mungkin mengenalnya dalam waktu yang masih singkat, membuat saya tidak mampu memberikan penilaian terinci terhadap karakter dan kepribadiannya. Namun dari yang saya bisa tangkap, pribadi yang satu ini adalah sosok yang low profile, lembut dan baik hati (sehingga terkadang menjadi kurang tegas, baca kisah ‘kesabaranku tertipu', gampang mellow, serius, cerdas dan selalu mencoba untuk bersikap bijak. (Mudah-mudahan benar ya mas kahfi? Hehe).

Dari postingannya yang se-abrek-abrek, saya tuh palilng suka dan benar-benar membuka mata saya tentang ‘bahkan seekor kecoapun memiliki manfaat tersendiri’. Sungguh postingannya berjudul “Kecoa yang malang” ini benar-benar membuka mata saya. Ulasannya yang begitu simple, dikemas dalam paragraph dan kalimat2 dialog terkesan begitu simple, tapi muatan didalamnya itu, mampu mengubah kebencian saya terhadap makhluk Allah bernama kecoa. Jika dulu saya begitu bencinya melihat binatang yang satu ini, yang langsung ambil baygon atau sejenisnya, membasmi si hewan pembawa kotoran ini, kini saya mulai bisa menerima kehadirannya dengan sikap yang tidak seganas dulu lagi, Walau, teteup…. Ga rela aja si kecoa bermain-main di bagian sudut manapun rumah saya, tapi mungkin kalo ditanya ke si kecoa tentang sikap saya terhadap mereka sekarang ini, pasti akan dijawab, wah, mba Alaika sekarang sih udah jauh lebih baik. Hahaha. So? Kecoa pun patut berterima kasih tuh pada mas kahfi. (Halah!!... hehe).

Postingan-postingan lainnya juga sangat menarik sih, seperti “Pinter mana atara lebah dan semut’, “Terang Bulan ikanpun sepi”, dll, monggo di ubek-ubek aja disini ya sobats

Well….. itulah sedikit ulasan tentang pemilik istana maya ‘man and the moon’ yang saat ini sedang mengadakan event giveaway, dan postingan ini saya tulis untuk mensukseskan eventnya sebagai tanda partisipasi aktif seorang sahabat. (It’s okay kok mas jika ga menang… no worries yaa… :-) ).

Looking forward to read your next articles. Wishing you all the best lah pokoke…

Rasanya saya suka sekali menggunakan kalimat ini; ‘Hari begitu cepatnya berlalu’. Tapi memang bener kok, seperti inilah yang saya rasakan.
Bahwa ga terasa kalo hari ini sudah Jumat lagi. Ya ampuun. Batterai apa yang dipakai sang waktu ya sampai detik demi detik putarannya begitu cepat, berputar bagai gasing si Maulana, anak tetangga sebelah.

Baru kemarin rasanya saya meeting dengan beberapa kolega, baru kemarin rasanya review laporan beberapa konsultan untuk dapat dilakukan pembayaran, baru kemarin rasanya minta waktu satu minggu untuk memfinalkan TOR (Term of Reference) konsultan penyusunan Qanun (di provinsi lain dikenal sebagai PERDA) tentang Persampahan, eh hari ini semua list to do itu sudah saatnya untuk disubmit. Ya ampun. Hidup ini benar-benar dynamic, bergerak terus dan cepat dan bagi saya sih, teteup…Hidup itu Indah. Thanks ya Rabbi. Alhamdulillah atas ...

segala kekuatan dan kesabaran yang masih Engkau hibahkan kepada hamba ya Allah, hingga mampu memandang setiap kendala sebagai tantangan yang harus ditaklukkan. Kemampuan menaklukkan tantangan ini tentu memerlukan seni dan ketrampilan tersendiri, yang nantinya akan menjadi nilai tambah bagi kita dalam improvisasi kehidupan.

Sobats maya, malu juga rasanya pada diri sendiri yang terlanjur komit untuk rilis satu postingan satu hari. Hehe. Ternyata tak mudah mewujudkan itu sobs. Saying is easy but doing is really difficult. Lalu kenapa ga posting? Kehabisan ide untuk posting kah?
Noo….. banyak sekali ide untuk menulis, karena dalam 5 hari ke belakang ini, Allah menurunkan keajaiban bagi saya dan keluarga. Tak sabar saya ingin segera menurunkan (cieee…kayak wartawan wae) tulisan ini sobs, berbagi kebahagiaan ini dengan para sobats semua.

Tapi ya harus bagaimana sobs, tuntutan pekerjaan mengharuskan saya to be professional. Azas prioritas harus dikedepankan. Jadilah postingan tertunda (karena belum sempat nulis, hehe), dan saya terpaksa berjibaku dengan deretan pekerjaan yang rasanya kok adaaaaaa aja.

Senin sampai Jumat ini, rasanya kok seperti ga punya waktu bahkan untuk tertawa lebar. Wajah serasa berkerut karena serius banget dengan berbagai pertemuan dan negosiasi. Bahkan tadi seorang teman berkomentar bahwa wajah saya begitu kusam? Really? Mosok seh? Mungkin karena dia melihat saya via web cam kali ya? Jadi ya mungkin gelap atau gimana gitu pencahayaan. Hehe, teteup aja.. upaya pembenaran diri. Sedikit galau sih dengan komentarnya itu, tapi ga pa2, ntar juga cerah lagi.

Huft, untunglah hari ini sudah Jumat. Yeaaayyy!!! Bisa say break for a while pada urusan kantor. Apalagi mau hari raya Qurban, jadi kantor harus ikhlas berqurban (baca: staff boleh libur Senin-Selasa, ikut surat edaran gubernur Aceh untuk para PNSnya, walau kita bukan PNS sih, tapi UN Indonesia harus toleran donk). Kabar ini disambut gembira oleh kita semua, walau embel2 di dalam surat edaran itu menyatakan bahwa hari libur Senin Selasa ini akan diganti dengan bekerja pada Sabtu 10 Dec 2011 dan juga tanggal 26 Dec 2011 nya. Kita mah oke-oke aja, yang penting Senin Selasanya libur. Horray!!!

Jumat sore ini, rencana semula untuk berkunjung ke rumah ibunda terpaksa ditunda terlebih dahulu, disebabkan oleh sebuah pesan di BM dari Intan (putri saya) yang mengabarkan bahwa ayahnya menelphone, ingin ketemu Intan untuk ngasih uang THR. (Di Aceh, hari raya Idul Qurban juga dirayakan semeriah Idul Fithri dan anak-anak juga mendapat uang THR, selain beli baju baru, lagi.). Intan bilang bahwa ayahnya ingin segera ketemu karena malam ini jam 7 akan berangkat ke Medan via bus. Dan ingin ketemu Intan di terminal. Intan minta kesediaanku untuk mengantarnya.

Saya memang selalu mengingatkan Intan untuk selalu bersikap baik pada ayahnya, walau sang ayah terkadang ingat dan terkadang sama sekali lupa akan anandanya ini. Saya besarkan hatinya saat dia mengeluh, bahwa ayahnya sudah tak sayang lagi padanya. Saya minta dia untuk berfikir positif, bahwa mungkin ayahnya sedang sibuk dengan kehidupannya sendiri, dengan pekerjaannya, sehingga belum sempat untuk memberi kabar atau bahkan memberi nafkah bagi Intan. Saya besarkan hati Intan bahwa ayahnya tidak pernah memberinya uang karena mungkin juga ayah sedang tidak punya… bukan tidak sayang. Jadi yang perlu Intan lakukan adalah berdoa agar ayahandanya selalu dalam lindungan Allah, sehingga sehat dan kuat untuk bekerja, memperoleh nafkah yang tentunya nanti jika sudah punya pasti akan diberikan juga untuk anaknya ini. Bahwa jika ayahnya tenang, bahagia, pasti dia akan ingat dengan anaknya. Saya yakinkan Intan, bahwa seorang ayah, seburuk apapun dia, pasti tetap punya rasa SAYANG pada anaknya.

Saya bukakan matanya bahwa dia jauh lebih beruntung dibanding anak-anak lain yang walaupun punya ayah dan ibu yg lengkap (tidak bercerai), tapi kehidupan mereka morat marit karena kesulitan ekonomi. Atau karena sang ayah dan ibu sibuk sendiri-sendiri, sehingga ga sempat untuk mengurus dan memberi perhatian pada anaknya.
Biasanya Intan memang tercerahkan setiap mendengar wejangan-wejangan saya (halah, wejangan…).. Malam ini, selesai shalat magrib, saya dan Intan pun meluncur ke terminal baru, Banda Aceh. Saat itu sang ayah sudah beberapa kali menelphone menanyakan jadi tidak Intan menemuinya, karena dia sudah dalam bis dan bis siap diberangkatkan.

Dalam perjalanan, saya juga bertekad melunakkan hati untuk bersikap baik padanya nanti. Saya tidak ingin memelihara dendam berlama-lama. Tiga tahun sudah saya berusaha untuk menjauhinya, agar tidak bentrok dan malah berantem karena saya benar-benar bertemperamen tinggi, hehe.
Walau saya berhasil untuk selalu mengingatkan Intan untuk tetap menghormati ayah kandungnya, tapi saya belum mampu untuk memaafkannya. Sulit rasanya melupakan perbuatan2 kasar dan menyakitkan yang telah dilakukannya dahulu, yang akhirnya membuat saya memutuskan ikatan perkawinan kami secara resmi. Dan hingga saya memperoleh penggantinya, dendam itu rasanya sulit sekali terhapuskan.

Malam ini, mungkin juga terpengaruh suasana Idul Qurban yang akan kita jelang, rasanya kok ada yang membisiki hati saya, untuk meng-ikhlaskan dendam ini pergi. Makanya saat Intan tadi bertanya siapa yang akan antar dia ketemu ayahnya, saya tidak minta si mba untuk mengantarnya. Biar saya yang antar kali ini. Intan memang jarang banget ketemu ayahnya, dalam 4 tahun perpisahan ini, mungkin hanya 6 kali ketemu ayahnya? Dan tercatat di memori saya bahwa masih bisa dihitung dengan sebelah tangan frekuensi pemberian uang jajan untuk Intan dari ayahnya, itupun tidak seberapa. Walau kesal saya tetap mencoba berfikir positif, mungkin sang ayah belum ada rezeki.

Walau jelas di dalam perjanjian cerai tertulis bahwa adalah kewajiban sang ayah untuk menafkahi Intan, tapi saya tidak pernah protes dan menuntut untuk hal ini. Saya berdoa agar Allah tetap memberikan saya kesehatan dan kontrak kerja yang bagus, sehingga saya mampu untuk menghidupi dan membesarkan putri tercinta ini. Dan Alhamdulillah, Allah bukan hanya memberi saya pekerjaan yang sangat layak, tapi juga menghadiahi saya seorang suami pengganti dan ayah baru bagi Intan, yang sangat baik dan pengertian. Alhamdulillah ya Allah… (sengaja nambahin kata Allah di belakangnya biar ga mirip kalimatnya Syahrini, hehe).

Well, back to pertemuan tadi di terminal… sungguh mengharukan. Ayahnya Intan sudah berada di bus yang siap berangkat, karena kami sedikit terlambat gara-gara macet. Tumben Banda Aceh macet, mungkin karena orang-orang sibuk mempersiapkan idul Adha kali ya?
Kami samperin bus yang ditumpangi ayah Intan, dan mantan suami saya itupun terlihat sigap melompat dari pintu belakang bis, bergegas cepat menuju putrinya.
Keduanya berpelukan, erat. Terenyuh hati saya. Betapapun, ikatan ayah dan anak tetap tak terputuskan. Saya bisa menangkap kerinduan dari pelukan Firman (ayah Intan) yang begitu erat pada Intan, begitu juga sebaliknya. Saya tidak boleh marah atau cemburu melihat ini. Intan, bagaimanapun adalah anaknya, dia juga berhak untuk memeluk Intan seperti saya memeluk putri kami ini. Saya ikhlaskan hati ini melihat perlakuan itu. Saya singkirkan rasa kesal yang mencoba menghasut sanubari ini. Bahwa Firman tak berhak sok akrab seperti itu, karena adalah saya yang membiayai kehidupan dan kebutuhan Intan selama ini. Saya halau perasaan2 hasutan itu. Saya gali dan pancing niat ikhlas yang sempat muncul dalam perjalanan tadi. Saya perangi sisi negative hati saya, yang bergaung nyaring agar saya tetap mendendam padanya.

Perang yang berkecamuk di hati ini terpaksa berhenti saat Firman melepaskan pelukannya pada Intan, dan mengulurkan tangannya pada saya.

‘Apa kabar dek? Sorry merepotkan ya..’

Saya tersadar, saya sambut uluran tangan itu. Ada rasa sedih yang mengiris hati ini saat menerima uluran tangan itu.

‘Baik, ga pa2 kok, mau lebaran di Medan?’ Alhamdulillah, tulus suara saya.

‘Ga, besok sore lanjut ke Jakarta…’ Jawabnya.

‘Hari raya tempat bu Ega ya Yah?’ tanya Intan.
(Bu Ega adalah mantan pacar ayahnya, yang menurut Intan, sudah mulai tersambung kembali hubungan mereka). Terlihat grogi Firman menjawab,

‘Ga kok nak..’ Intan tidak memperpanjang.

‘Jam berapa berangkat bang?’ tanya saya mencairkan suasana. Ada rasa iba di hati saya melihat keadaannya. Tidak terurus, dengan pancaran mata yang membuat iba. (duh, mungkin itu hanya perasaanku? Atau terpengaruh oleh curhat2 mantan kakak ipar saya, yang sering menelphone untuk curhat tingkah laku adik mereka ini, yang masih saja seperti dulu. Tidak berubah. Entahlah…

Yang jelas, rasa iba ini begitu besar, apalagi kulirik putriku juga berlinang airmatanya. Mungkin pilu hati melihat sang ayah yang sampai kini masih menjomblo (single, entah kalo pacar, mungkin banyak?).
Kakak ipar sering bercerita bahwa Firman semakin parah setelah saya tinggalkan. Pacaran sana sini, janji akan nikahi si A, tapi malah pacaran lagi dengan si B. Pernah beberapa kali punya hubungan serius, dimana para mantan kakak iparku ini sudah dikenalkan dengan sang pacar, dan siap untuk ke pelaminan pada bulan anu…. Tapi ujung-ujungnya, pihak keluarga wanita, menelphone mantan kakak iparku, menanyakan kabar Firman dan kapan akan melamar anak mereka. Huft. Bukan hanya sekali dua hal ini terjadi, sehingga saya hapal benar tujuan si mantan kakak ipar saya setiap menelphone saya. Curhat tentang Firman.

Intan juga mengetahui hal ini, dan prihatin dengan kelakuan sang ayah. Saya hanya bisa menyabarkannya, mari kita berdoa agar ayah cepat sadar, dan memperbaiki kelakuannya.
Lama kami tak mendengar kabar darinya, terutama setelah putus dari bu Ega tadi, putusnya juga karena Oomnya bu Ega, ternyata keberatan Ega menjalin hubungan dengan Firman, karena si Oom sudah tau persis kelakuan Firman dan tidak rela keponakannya, Ega, mengalami nasib serupa dengan saya.
Firman uring-uringan, marah pada si Oom yang tak lain adalah abang iparnya sendiri. Ngambek dan menghilang dari keluarga besarnya. Saya sendiri masih menjalin hubungan erat sih dengan para kakak dan adiknya Firman. Yaaa…namanya saya sudah lama (11 tahun) bergabung dengan keluarga besar mereka, tentu saya akan pertahankan hubungan manis dan baik ini. Silaturrahmi tetap harus dijaga walau saya bukan lagi istri dari adik kandung mereka.

Klakson bus yang mengingatkan agar para penumpang segera naik kembali ke bus, membuat pertemuan ini harus berakhir. Sekali lagi Intan dan Firman berpelukan, setelah beberapa lembar uang seratus ribuan diserahkan Firman ke tangan Intan. Kemudian Firman kembali menyalami saya.

‘Hati2 ya bang, salam untuk kakak-kakak dan adik-adik di Medan.’ Ucap saya.

Saya lihat Intan mengusap matanya. Saya tau pasti, perasaan hatinya yang begitu lembut dan halus, membuat airmata itu tak sabar ingin mengalir keluar.
Kami kembali ke mobil begitu selesai memberikan lambaian terakhir pada Firman saat bus melaju meninggalkan terminal.
Saya rangkul Intan penuh kasih, menuju mobil. Intan berubah pilek (menahan tangis) saat sudah di dalam mobil. Saya tahu, perasaan iba melihat keadaan sang ayah, membuatnya pilu. Saya tarik tissue dari kotak dan menyerahkannya sambil melajukan mobil kami.

‘Sayang…. Umi tahu anak umi sedih, kasihan melihat ayah yang masih sendiri ya?’

Intan hanya mengangguk sambil me-lap air matanya dengan tissue yang saya berikan.

‘Percaya deh sayang, ayah itu baik-baik saja kok. Ayah kan sudah dewasa, sudah bisa mengurus dirinya dengan baik. Yang paling penting adalah, Intan tetap dan terus berdoa agar Allah memberikan kesehatan dan perlindungan bagi ayah, agar ayah tetap sehat, bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, bisa segera dapat jodoh yang baik, dan juga agar Allah memberikan hidayahNya untuk ayah, agar ayah bisa berada di jalan lurus. Oke sayang?’

Anggukan lagi, tapi tangisannya mulai terdengar.

‘Sayang…. Lihat deh status2 ayah di FB nya,' (saya sendiri sih tidak berteman dengan Firman di FB), tapi Intan sering memperlihatkan status ayahnya setiap Firman update status), 'selalu riang kan?'
'Itu artinya ayah baik-baik saja dan happy.' (walau saya sendiri kurang yakin tentang hal ini, tapi saya harus sugestikan Intan untuk berfikir ayahnya is oke-oke saja).
Bisa berabe jika ananda ini terus in sad mood.

Anggukan lagi yang diperlihatkan Intan. Saya genggam erat jemarinya. Memberinya kehangatan agar merasa tenang.

‘Yuk kita sama-sama mendoakan ayah yuk, Bismillahirrahmannirrahim’ (Intan langsung mengikutiku, sama seperti setiap saat saya mengajaknya berdoa).

‘Ya Allah, lindungilah ayah saya dalam perjalanan, semoga ayah saya selamat sampai ke tujuan, lindungi juga setiap langkahnya ya Allah, agar selalu berjalan di jalanMu, beri juga ayah saya rezeki yang halal ya Allah dan kesehatan yang prima, amiin.’ putriku mengikuti dengan khusyuk dan penuh semangat.

Terasa doa ini begitu ikhlas kini. Ya, setulus hati saya mengucapkan doa ini, dan semoga Allah berkenan mengabulkannya. Saya ikhlas menghapus dendam ini, dan tulus berdoa agar Firman segera menemukan jodohnya, yang akan mampu dan sabar menuntunnya di jalan yang benar. Yang jauh lebih baik dari saya (yang terpaksa menyerah setelah gagal berulang kali menuntunnya kembali ke jalan yang baik). Amiin Ya Rabbal Alamin.

secarik kisah dalam lembaran kehidupan

Selesai posting article ini, saya langsung siap-siap mau tidur nih, apalagi AC di kamar udah dingin banget, udah menggigil walau dilapis sweater dan selimut tebal menutupi kaki. (yeee… lebay deh ih, kan bisa dinaikin suhunya). 
Siap-siap sign out dari segala macam messengers yang saya miliki (lebay lagi deh, padahal punya ym, skype dan g-talk doank). 

Oke..oke… kali ini serius deh…, nah selesai sign out dan mau menutup browser tiba-tiba sebuah notifikasi bahwa ada comment masuk untuk postingan terbaru saya, udah pasti donk, saya urung tutup browser, langsung deh baca tuh komen lebih dulu, balas sebentar dan baru menutup peralatan perang ini dengan properly. Eh ga taunya komen dari Asep Surasep, hehe… selain ngomen postingan saya, eh juga ngasih peer. Jam segini ngasih pe-er? Yang bener aje Sep? 


Tapi tertarik juga sih, soalnya seumur2 jadi blogger, saya belum pernah tuh dapat pe-er berantai seperti ini (males bilang estafet ah). Ga jadi nutup browser segera dunk. Jadinya malah ga ngantuk lagi gara-gara melototin tulisannya si Asep. Seru juga nih, walau awalnya ga ngeh permainan macam apa sih ini? Mana mainnya tengah malam lagi, Tengah malam gini kan enaknya ngelingker di bawah selimuuut.. asal jangan terikut semuut ajaa, nanti tergigit peruut…(Halah, apa coba? Ngelantur deh kayaknya nih, maklum udah jam 2.58 dinihari).

Sekilas info;

Saat itu, angka tahun di kalender masih bertuliskan angka 1976, saya memulai sebuah hari yang benar-benar baru bagi saya masa itu.Seorang anak penakut dan cengeng yang kemudian menjelma menjadi seorang pelajar Sekolah Dasar. 

Wah…wah. Berseragam cantik (apa ya waktu itu, bukan putih merah deh … lupa udah lama banget sih), saya diantarkan oleh ibu saya disertai seorang kakak kelas yang adalah teman bermain saya selama ini. 

Si kakak kelas bisa ikut mengantar karena dia masuk siang hari. Saya tentu bahagia donk ditemani oleh dua orang yang begitu akrab dengan saya. Saya yakin bahwa saya pasti ga akan nangis. Kan saya udah sekolah. 

Tapi ya ampun, saat semua wali murid diminta meninggalkan anak-anak mereka di kelas, kok saya ingin menjerit sekuat-kuatnya. Selain cemen dan cengeng, saya juga sangat-sangat manja. Ya ampun. Saya tak mampu menahan tangis deh waktu itu. 

Tak sanggup dicegah oleh bu guru, saya langsung berlari menyusul ibu saya yang sudah berjalan pulang. Saya berlari kencang dan tentu saja berhasil menyusul. Umi mencoba membawa kembali saya ke sekolah, tapi saya menangis menolaknya. Akhirnya kami pulang. Asyiiik… ga jadi sekolah. 

Hari kedua, saya masih berprilaku yang sama, cemen, cengeng, manja. Akhirnya gagal lagi deh bersekolah. Hari ketiga, lebih parah lagi, Umi saya sudah bersedia ikutan ‘belajar’ di kelas selama 2 jam, dan kemudian pamit. Anggukan saya langsung membuat Umi mencium saya bangga. Saya juga senang donk. Dua puluh menit saya coba bertahan, tapi kok saya ingin nangis?? Saya rindu Umiii…. 

Langsung deh tanpa aba-aba saya kabur, berlari ke pintu meninggalkan segala peralatan sekolah di atas meja. Saya berhasil menyusul umi yang berjalan santai pulang ke rumah. Saya menemukan sebuah lidi panjang (sisa dari daun nyiur muda), saya ambil dan bagai kesetanan saya libaskan lidi itu ke betis umi saya (saat itu para ibu belum banyak yang berjilbab, dan masih ber-rok selutut). 

Spontan Umi saya kaget karena nyeri oleh libasan lidi tadi. Berpaling ke belakang dan melihat saya, Umi saya langsung naik pitam. Saya kaget dan takut karena Umi belum pernah marah sampai seperti ini pada saya. Anak satu-satunya saat itu. Hehe. Saya dicubit dan dijewer. Ditarik pulang ke rumah. Saya menangis sejadi-jadinya, lama sampai akhirnya tertidur sendiri. 

Siang hari, saatnya anak-anak pulang sekolah, saya mendengar si Sukri, teman sekelas saya sedang bernyanyi, nyanyiannya seperti ini:

Senin Selasa, Rabu Kamis, Jumat Sabtu MInggu itulah nama hari-hari….

Saya terbengong mendengarnya. Saya belum tahu lagu itu. Hahahhaha, lalu Umi saya keluar dan mengejek saya. 

‘Tuh kan? Ga bisa kamu kan kayak Sukri? Coba kamu sekolah dan ga nakal, pasti kamu jauh lebih pinter darinya!’

Terapi itu ternyata cukup ampuh bagi saya, besoknya, pagi-pagi sekali saya sudah bangun, bersemangat untuk ke sekolah, tapi teteup, minta dianterin dan ditungguin sebentar. Begitu Umi menghilang, sebenarnya saya udah ingin banget lari menyusul, tapi bu Guru yang baru hari itu saya tau namanya, Bu Syarifah, berbisik ke saya, 

‘Kalo kamu pulang, nanti Syukri akan semakin jauh lebih pinter dari kamu lho, ga mau kan?’

Oops, saya langsung mengurungkan niat kabur, stay in the class dan berusaha keras agar bisa mengejar Syukri. Dan di saat kenaikan kelas, Syukri yang ‘pinter’ menghapal nama hari-hari itu, TINGGAL KELAS, hehehe.


Dah ah kebanyakan sekilas infonya, yuk langsung ke Pe-er aja yuk, takut ga kelar nanti.

Guru Favorit : 

Udah pasti Bu Syarifah donk, kan beliau tau persis bagaimana membangkitkan semangat dan keberanian saya. Sayangnay beliau hanya pegang kelas 1 saja. Di kelas dua, gurunya ganti tapi masih tetap saya sukai sih. Rasanya semua guru di SD saya baik dan sabar kok, tapi tetap yang favoritnya jatuh ke Bu Syarifah yang sabar dan sangat keibuan.

Guru Killer

Lha kan tadi saya udah sebutkan tuh di atas bahwa guru-guru saya di SD ga ada yang killer. Baik-baik semua, habis yang diajarin anak SD, anak SD kan ga nakal-nakal amat yaks? 

Teman Bolos

Wah kalo bolos kayaknya jarang deh, soalnya saya rajin banget sekolah walau pada awalnya susahnya minta ampuun. Hm…. Pernah denk…. Waktu itu ada imunisasi cacar (kalo ga salah ya, pokoknya imunisasi lah), begitu diumumkan akan ada imunisasi, ampun deh, saya dan beberapa teman lainnya (Syukri, Erna dan Fatimah?) kabur deh dari sekolah. Waktu itu sekolah kami ga punya pintu pagar dan ga ada satpamnya, jadi anteng aja donk melarikan diri. Hehehe.

Teman Berantem:

Saya kan anak cemen, cengeng dan manja (waktu SD sih), nah ga ada donk teman berantem, karena begitu diajak berantem saya langsung nangis dan ibu guru pasti akan datang untuk cup…cup..cup, ayo siapa yang jahilin Alaika? Hehe.

Jajanan Makanan/Minuman Favorit:

Apa ya? Udah lama banget ih. Era 76-82, kayaknya yang makanan beratnya adalah mie kuning yang diberi kuah pecal yang encer di atasnya, di Aceh kita nyebutnya mie caluek. Nah jajanan ringannya itu Opak yang diberi saos encer di atasnya. Slurp, enak tenan.
Minuman favorit: es rujak serut (rujaknya dikit banget, dibuat sebagai minuman segar), tapi sering dimarahin Umi kalo ketahuan minum ini, karena sering bikin sakit perut sih. 

Jajanan Mainan Favorit:

Nah ini yang unik, saat mulai masuk pramuka, kelas 4 SD, aq mulai mengenal pisau pramuka, yang kecil-kecil itu lho. Nah, di pekarangan belakang rumah kami waktu itu banyak sekali pohon pisang. Nah tuh para pohon pisang jadi sasaran lempar pisau pramuka tadi itu. Itu permainan ketangkasan yang paling berkesan deh buat saya. Tapi waktu msh kelas 1-3 tuh saya masih sering main boneka-bonekaan, yang bonekanya dibuat sendiri dari kain perca.

Sepatu/Tas Favorit:
Ga ingat lagi, udah lama banget, dan juga karena tas dan sepatunya juga bukan merek terkenal deh kayaknya. Hm…. Sepatu kayaknya yang model sepatu para pemain kungfu itu lho. Wkwkwkwkwkkw.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga, dan Alhamdulillah, ngantuk juga akhirnya. Tapi sebelum saya pergi tidur, saya ingin menghibahkan tugas ini juga kepada sobats yang namanya tersebut dibawah ini ya:

Mas Satrio
Kak Ega
Mba Reni
Mba Mulyani/IbuDini
Mas al kahfi

Semoga berkenan yaaaaa, trims.


Dear sobats maya tercinta,

Sepertinya udah pada tidur nih saat saya mem-posting lanjutan kisah sedih di hari Minggu ini? Inginnya sih posting sejak tadi sore sobs, tapi mau gimana coba, pekerjaan di kantor tuh kok kayaknya ga ada habisnya ya? Sampe ga sempat blog walking deh ih! Jadi ga enak nih dengan para sobats yang sudah berkunjung tapi saya belum kunjung balik. Hiks..hiks.

Baiklah, berhubung malam telah sangat larut, yuk kita lanjut langsung ke TKP aja yuk, melihat lanjutan kisah Safira.....
Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Pesan Google agar Aman nge-Job Review dan tetap Terindeks
  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • It's Me!
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Srikandi Blogger di mataku.
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes