Tumben nih Alaika posting dengan judul hanya berisi 5 huruf? C I N T A. Benar, hanya 5 huruf saja. Tapi aku yakin sobats semua pasti cukup paham atau setidaknya mendapat gambaran jelas atau sekilas tentang apa sih sebenarnya arti dibalik benda abstract 5 huruf itu? Ya toh? Lalu kita juga mengenal beberapa kategori cinta, seperti cinta monyet, cinta pertama, cinta sejati, dan lain sebagainya. (ayo monggo ditambahin yo).
Cinta menurutku adalah sebuah benda abstrak unik, yang mampu membuat seseorang berada dalam suatu situasi bahagia, sedih, terluka, atau malah sengsara. Tergantung situasi dan perjalanan kisah kasih yang dialami per individu itu sendiri.
Aku sendiri termasuk orang yang tidak terlalu beruntung sih dalam hal cinta. Cinta pertama ga begitu jelas tuh kapan jatuhnya (kayak buah aja jatuh dari pohon…), dan benerkah itu yang disebut cinta pertama? Hehe. Bahkan saat teman2 SMA udah pada punya pacar, aku malah ga punya tuh, ada sih beberapa temen yang naksir tapi mungkin karena ga cocok akhirnya ga punya pacar, malah jadi teman main doank. Lalu saat kuliah, cinta sejati (sepertinya sih) hinggap (kayak lalat aja deh hinggap). Pacaranlah aku dengan seorang kakak kelas, Sungguh sebuah cinta yang penuh perjuangan karena orang tuaku sangat tidak setuju.
Cinta ini berjalan indah namun tertatih. Kami berusaha untuk mempertahankan cinta kami karena merasa sudah saling seiya sekata, dan dengan satu tekad, ingin menunjukkan pada ayah bundaku bahwa dia adalah calon yang sangat cocok dan pantas untuk aku. Putri satu-satunya ayah-bundaku.
Namun apa hendak dikata sobats, ternyata cinta yang penuh perjuangan itu harus karam karena nahkoda tak hendak meneruskan pelayaran. Kehendak sang bunda jadi alasan utamanya untuk melempar sauh dan menghentikan perjalanan. Kecewa? Pasti. Terluka? Yup. Lalu berhentikah kehidupan aku karenanya? TIDAK.
Justru aku bersyukur dengan kenyataan itu, karena terbukti nahkodaku bukan seorang laki2 yang tangguh. Tak sedikitpun aku percaya bahwa alasan utamanya adalah karena titah sang ibunda. Kupercaya bahwa kapalku karam karena nahkoda ingin berpindah haluan.
Lalu? Apa langkahku selanjutnya? Hari pertama dan kedua, kupecahkan tangis didalam bantal dan guling(agar isak tangis itu teredam adanya). Hari ketiga kupaksa hatiku menghadapi kenyataan. Mensugesti diri bahwa cinta ini tak guna ditangisi. Tak hendak kurusak hati ini menangisi seorang laki-laki cemen. Kulatih diri menghadapi kenyataan dan melanjutkan kehidupan. Susah? Sangat susah, apalagi kami satu kampus dan sering kuliah bersamaan. Huft. Susah banget sobs saat2 itu. Sulit meredam kepiluan hati ini, sulit menghalau air mata yang begitu sering ingin meruak.
Tapi keyakinan yang kuat bahwa ‘the show must go on’, berkat bantuan Allah, berhasil juga kuhadapi semua prahara dan melanjutkan kehidupan.
Cinta keduaku adalah ayahnya Intan. Terjatuh (buah kali??) dengan tidak sengaja. Mengalir dari sebuah persahabatan. Menjelma karena kebersamaan dan rasa kasihan (semoga dia tidak membaca ini, hihi). Terulang kembali sebuah cinta backstreet, dan kembali diriku menjadi pembangkang (sangat tidak layak untuk ditiru nih sobs!).
Demi cinta, kembali kutentang ayah dan umi. (Ampun Mi… ampun Yah…, ga akan ngulangi lagi…. ☹)..
Memilihnya membuatku harus kehilangan nama Abdullah dibelakang “Alaika”. Dan tak berhak lagi terdaftar di dalam keanggotaan keluarga. Pedih. Dikucilkan bahkan oleh ketiga adik-2ku. Itulah konsekuensi dari sebuah pilihan. Cintaku sungguh buta. Kupertahankan cinta ini bertahun-tahun sambil terus berdoa, agar Allah berkenan membuka pintu hati ayah bunda.
Sembilan tahun kami arungi rumah tangga dalam suka dan duka. Penuh onak berduri yang mungkin disebabkan karena tak adanya restu kedua orang tuaku. Hiks..hiks…
Ketabahan dan doaku yang tiada henti, akhirnya dijawab Allah melalui sebuah tsunami, musibah dasyat yang menghantam daerah tumpah darahku, tempat dimana ayah bunda dan seorang adikku berdomisili. Kuberanikan diri untuk pulang, mencari dan bersujud di kedua kaki mereka.
Alhamdulilah, hadiah tahun baru terindah untukku adalah pelukan hangat ibunda saat kami berhasil menemukannya di sebuah tempat pengungsian, tepat pada tanggal 1 Desember 2005. Juga dekapan penuh kasih dari ayahanda yang serta merta memelukku erat begitu kami tiba di hadapan mereka. Alhamdulillah. Anugerah terindah yang tak akan pernah kutukar dengan apapun jua.
Fikirku, lengkap sudah cintaku. Cinta sejati kami, cinta backstreetku yang telah kuperjuangkan selama 9 tahun, kini berhasil merengkuh restu ayah bundaku.
Namun sobats, cobaan itu belum berakhir. Cinta yang kuperjuangkan dengan susah payah itu harus kuakhiri, karena sang suami kembali membuat ulah yang sungguh tak mampu lagi aku tolerir. Sebuah SWOT analisis yang aku buat secara detil, dan mengkajinya berulang-ulang, membawaku pada satu keputusan. Tak ada lagi peluang baginya untuk tetap menjadi nahkoda bahtera kami. Aku akan mengambil alih kemudi. Melanjutkan pelayaran kehidupan bersama Intan, buah hatiku. Kuturunkan dia di sebuah pelabuhan sambil berpesan agar dia mencoba mencari tumpangan, melanjutkan perjalanan ke tujuannya yang baru. Kudoakan dia kehidupan baru yang penuh berkah, walau dia berontak tak hendak turun dan berkeras untuk tetap berlayar bersamaku dan Intan. Tekadku bulat untuk berpisah kapal. Prinsip kehidupan telah tak sama lagi, dan begitu sulit untuk aku imbangi. Aku hanya anak kampung yang tak mampu menerima modernnya kehidupan, glamournya pergaulan, dan beraneka alasan ketidakcocokan lainnya.
Sobats… tak satupun dari kita yang dapat membaca takdir dengan tepat. Bahkan oleh seorang peramal sekaliber almarhumah mama Lorenz sekalipun. Hehe…
Berakhirnya cinta kedua, taklah menyurutkan langkahku untuk menikmati indahnya kehidupan. Apalagi kudapati berbagai berkah Ilahi justru setelah berpisah darinya. Restu ayah dan bunda adalah kunci utama. Itu yang sangat kuyakini. Kehidupanku berlanjut dengan indahnya, walau untuk beberapa saat cinta tak menghampiri. Kubawa Intan bersamaku dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang, tanpa sedikitpun mencoba menjauhkannya dari sang ayah.
Cinta ketiga Allah kirimkan untuk mencerahkan kehidupanku. Berkenalan di sebuah pulau eksotik bernama Nias, membuat hubungan kasih aku dan dia akhirnya terajut indah Perlahan dan sangat hati-hati karena aku tak ingin lagi terjerembab untuk ketiga kalinya. Tak ingin kusayat hatiku lagi. Ingin kulindungi benda kecil yang terletak di dekat jantungku ini, agar tak terluka dan terkoyak lagi.
Umurnya yang jauh diatasku, mungkin juga menjadi salah satu faktor yang membuatnya selalu bisa membuatku nyaman dan terayomi. Juga perhatian dan kasih sayang serta keberhasilannya (pada akhirnya) meraih hati dan restu Intan, juga menjadi factor utama bagiku untuk semakin terbuka menerimanya. Dialah cinta ketigaku. Yang kini menjadi kekasih hati belahan jiwa. Suami yang kuhormati, cintai dan sayangi.
Sayangnya, hubungan cinta kami harus berlangsung jarak jauh. LDR (Long Dinstance Relationship). Aku dan Intan di Banda Aceh sementara sang kekasih hati tinggal jauh di Kuala Lumpur. Sungguh berat. Tapi bukan diriku namanya jika tidak berusaha menikmati setiap momen kehidupan. Kulatih dan sugesti diri, bahwa segala sesuatu pasti punya sisi baik, sisi indah. Disamping tentunya sisi buruk. Tinggal bagaimana cara kita meningkatkan sisi baik/indah dan meminimalisir sisi buruknya.
Tiga tahun kini usia perkawinanku dengannya. Diusiaku yang ke 41 tahun ini, sudah tiga cinta yang menghampiri. Dua lelaki telah menjadi suamiku. Itulah kehidupan. Sungguh aku berharap dan berdoa, agar Allah berkenan menjadikan lelaki terakhir ini tetap sebagai suamiku. Tak ingin ku berganti lagi, karena niat awalku, jika boleh, pernikahan bagiku cukuplah sekali saja.
LDR memang berat, itu juga yang banyak kudengar dan kubaca. Banyak kendala dan problema yang kita hadapi dalam menjalankan LDR ini. Rentan sekali oleh angin dan kecamuk badai perselingkuhan. Untuk itu komitmen kedua belah pihak untuk tetap menjaga biduk rumah tangga adalah hal utama.
Tak banyak resep yang aku punya sih sebenarnya, apalagi mengingat biduk rumah tanggaku yang pertama terpaksa aku karamkan? ditambah pernikahan kedua (mudah2an akan jadi yang terakhir ya) masih sangat singkat, tiga tahun, rasanya belum pantas untuk menurunkan resep2 jitu pemupuk cinta. Tapi sobats, tak ada salahnya jika langkah-langkah yang kami lakukan ini aku persembahkan untuk menambah racikan/resep cinta yang telah sobats racik sebelumnya. Mudah-mudahan ini dapat memperkaya koleksi resep yang telah ada. Tinggal sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saja nantinya yaa….
Inilah resep cinta jarak jauh kami yang memang berat banget di ongkos;
1. Saling percaya → ini pondasi paling utama. Harus BISA.
Sulit karena terkadang kusering digoda setan iseng (emang setan ada yang ga iseng?), menghasut alam fikirku untuk suuzon. Untuk mencurigai suami nun jauh disana bhw blio macam2. Padahal blio sedang kerja keras mengumpulkan ringgit demi peningkatan taraf kehidupan.
2. Saling berkomunikasi Didukung oleh teknologi canggih, Alhamdulilah kini komunikasi tak lagi harus melalui telephone yang jelas2 memakan biaya mahal untuk menelphone keluar negeri.
Aneka media electronic yang tersedia membuat kami begitu gampang saling menghubungi. Video call di skype atau Ym adalah media utama kami untuk saling melepas rindu, bisa saling bersitatap dan melepas kangen, atau update informasi, berdiskusi bahkan jadi media Intan bikin PR matematika dengan papanya.
BBM juga salah satu media paling ampuh dalam mendukung kami untuk saling berhubungan sehingga jarak yang begitu jauh tak lagi begitu terasa. Jauh dimata tak berarti jauh pula di hati.
3. Atur jadwal pertemuan dengan mengalokasi budget khusus untuk hal ini.
Cinta Jarak Jauh (CJJ) memang butuh pengorbanan, terutama dalam hal biaya. Itu adalah konsekuensi. Mau tak mau budget untuk ini harus dipikirkan dan dialokasikan.
Pertemuan kami normalnya sebulan sekali, tapi tak menutup kemungkinan untuk bertemu dua minggu sekali jika diriku atau suami sedang banyak tugas keluar kota. Tugas luar kota identic dengan adanya pemasukan tambahan (iya donk, kan dapat uang perjalanan dinas tuh, dan Alhamdulillah di tempatku bekerja hitungannya dalam rate dolar dan cukup lumayan). Jadi bisa donk untuk terbang ke Kuala Lumpur menjenguk sang kekasih atau sebaliknya. Tapi biasanya sih, aku dan Intan memilih untuk main ke KL daripada mengundang suami pulang ke tanah air. Habis, main2 disana lebih asyik, sekalian membelajarkan Intan tentang disiplin dan keteraturan kehidupan bermasyarakat. Terutama dalam hal kebersihan lingkungan, budaya antri dan hal lainnya.
4. Saling Pengertian dan meningkatkan berfikir positif.
Ini penting untuk membantu diri kita sendiri dari rasa kecewa dan sakit hati. Terkadang, sms yang tak segera berbalas, sudah menimbulkan rasa curiga dalam diri, ‘lagi ngapain nih masku? Kok ga dibalas? Kok ga dijawab? Bla…bala….
Pikiran2 yang merasuki diri ini justru akan bikin kita stress sendirikan ya? Ujung2nya jadi marah, jadi bad mood yang jelas akan merugikan diri sendiri.
Jadi, berusahalah untuk tetap berfikir positif dan percaya bahwa suamiku kita adalah masih orang yang kita kenal, yang mengasihi dan mencintai kita sepenuh hatinya. Anggaplah bahwa dia sedang meeting, misalnya, atau sedang dijalan, tidak mendengar nada masuk, jika sms tidak berbalas, atau tidak menjawab telephone dengan segera.
5. Saling memberi perhatian.
Terkadang, sejalan dengan bertambahnya usia perkawinan, banyak orang yang beranggapan bahwa memberikan perhatian2 kecil pada pasangannya, missal sebuah sms seperti ini; ‘mas/dik, jangan lupa makan siang lho’, atau ‘mas/dik, udah minum obat?’ atau ‘mas/dik, gimana pekerjaan hari ini?’, dan berbagai sms senada lainnya, sudah tidak penting lagi, bahkan dianggap lebay.
Padahal perhatian2 kecil seperti ini adalah bumbu penyedap yang teramat sangat dibutuhkan dalam menstimulasi agar hubungan kita dan pasangan tetap mesra dan harmonis.
6. Saling Mengucapkan Terima Kasih.
Terkadang, karena pasangan adalah ‘milik’ kita sendiri, ucapan sederhana tapi penuh makna ini sering terlupakan. Merasa, sebuah bantuan apalagi jika hanya sebuah bantuan kecil, tak perlu berterima kasih, karena itu adalah kewajiban si pasangan. Padahal membiasakan diri untuk selalu berterima kasih atas perbuatan baik/bantuan sekecil apapun, akan menciptakan rasa hormat dan apresiasi serta umpan balik bagi diri kita sendiri lho. Coba deh. Ucapan terima kasih ini otomatis akan membuat pasangan tambah sayang kepada kita, dan makin senang membantu kita.
7. Saling mengingatkan
Biasakan untuk memberi appresiasi atas perbuatan baik yang dilakukan pasangan (sekecil apapun) dan juga beranikan diri untuk mengingatkan pasangang jika pasangan kita melakukan kesalahan. Siapa lagi yang akan mengintrospeksi pasangan kita jika bukan kita sendiri. Jangan biarkan justru orang lain yang melakukannya karena jika itu yang terjadi, kita akan kehilangan kepercayaan dari pasangan.
Teorinya begini, jika teguran atau introspeksi justru didapat pasangan dari orang lain, dia akan merasa bahwa org itu malah lebih perhatian dan sayang padanya dibandingkan anda, pasangannya. Anda tidak peduli, makanya tidak mengingatkannya.
Jadi? Saling mengingatkan adalah suatu hal yang juga harus masuk dalam resep mempertahankan cinta kasih.
8. Hm… apalagi ya? Capek ah…. Ayo monggo ditambahin donk…
“Tulisan ini saya ikutsertakan di acara 5th Anniversary Giveaway: Ce.I.eN.Te.Ayang diselenggarakan oleh Zoothera“
Dan teruntuk sahabat mayaku mba Zoothera, doa tulusku semoga di usia perkawinan ke 5 ini dan juga seterusnya, ikatan pernikahan mba dan suami semakin erat dan kuat adanya, tahan terhadap terpaan badai kehidupan (yang sudah pasti menjadi bumbu2 dalam kehidupan berumah tangga), senantiasa diselimuti keharmonisan dan kebahagiaan. Semoga langgeng hingga ke akhir hayat ya mbaaa..... Amin Ya Rabbal Alamin....
Salam hangat dari Banda Aceh... :-)
Cinta menurutku adalah sebuah benda abstrak unik, yang mampu membuat seseorang berada dalam suatu situasi bahagia, sedih, terluka, atau malah sengsara. Tergantung situasi dan perjalanan kisah kasih yang dialami per individu itu sendiri.
Aku sendiri termasuk orang yang tidak terlalu beruntung sih dalam hal cinta. Cinta pertama ga begitu jelas tuh kapan jatuhnya (kayak buah aja jatuh dari pohon…), dan benerkah itu yang disebut cinta pertama? Hehe. Bahkan saat teman2 SMA udah pada punya pacar, aku malah ga punya tuh, ada sih beberapa temen yang naksir tapi mungkin karena ga cocok akhirnya ga punya pacar, malah jadi teman main doank. Lalu saat kuliah, cinta sejati (sepertinya sih) hinggap (kayak lalat aja deh hinggap). Pacaranlah aku dengan seorang kakak kelas, Sungguh sebuah cinta yang penuh perjuangan karena orang tuaku sangat tidak setuju.
Cinta ini berjalan indah namun tertatih. Kami berusaha untuk mempertahankan cinta kami karena merasa sudah saling seiya sekata, dan dengan satu tekad, ingin menunjukkan pada ayah bundaku bahwa dia adalah calon yang sangat cocok dan pantas untuk aku. Putri satu-satunya ayah-bundaku.
Namun apa hendak dikata sobats, ternyata cinta yang penuh perjuangan itu harus karam karena nahkoda tak hendak meneruskan pelayaran. Kehendak sang bunda jadi alasan utamanya untuk melempar sauh dan menghentikan perjalanan. Kecewa? Pasti. Terluka? Yup. Lalu berhentikah kehidupan aku karenanya? TIDAK.
Justru aku bersyukur dengan kenyataan itu, karena terbukti nahkodaku bukan seorang laki2 yang tangguh. Tak sedikitpun aku percaya bahwa alasan utamanya adalah karena titah sang ibunda. Kupercaya bahwa kapalku karam karena nahkoda ingin berpindah haluan.
Lalu? Apa langkahku selanjutnya? Hari pertama dan kedua, kupecahkan tangis didalam bantal dan guling(agar isak tangis itu teredam adanya). Hari ketiga kupaksa hatiku menghadapi kenyataan. Mensugesti diri bahwa cinta ini tak guna ditangisi. Tak hendak kurusak hati ini menangisi seorang laki-laki cemen. Kulatih diri menghadapi kenyataan dan melanjutkan kehidupan. Susah? Sangat susah, apalagi kami satu kampus dan sering kuliah bersamaan. Huft. Susah banget sobs saat2 itu. Sulit meredam kepiluan hati ini, sulit menghalau air mata yang begitu sering ingin meruak.
Tapi keyakinan yang kuat bahwa ‘the show must go on’, berkat bantuan Allah, berhasil juga kuhadapi semua prahara dan melanjutkan kehidupan.
Cinta keduaku adalah ayahnya Intan. Terjatuh (buah kali??) dengan tidak sengaja. Mengalir dari sebuah persahabatan. Menjelma karena kebersamaan dan rasa kasihan (semoga dia tidak membaca ini, hihi). Terulang kembali sebuah cinta backstreet, dan kembali diriku menjadi pembangkang (sangat tidak layak untuk ditiru nih sobs!).
Demi cinta, kembali kutentang ayah dan umi. (Ampun Mi… ampun Yah…, ga akan ngulangi lagi…. ☹)..
Memilihnya membuatku harus kehilangan nama Abdullah dibelakang “Alaika”. Dan tak berhak lagi terdaftar di dalam keanggotaan keluarga. Pedih. Dikucilkan bahkan oleh ketiga adik-2ku. Itulah konsekuensi dari sebuah pilihan. Cintaku sungguh buta. Kupertahankan cinta ini bertahun-tahun sambil terus berdoa, agar Allah berkenan membuka pintu hati ayah bunda.
Sembilan tahun kami arungi rumah tangga dalam suka dan duka. Penuh onak berduri yang mungkin disebabkan karena tak adanya restu kedua orang tuaku. Hiks..hiks…
Ketabahan dan doaku yang tiada henti, akhirnya dijawab Allah melalui sebuah tsunami, musibah dasyat yang menghantam daerah tumpah darahku, tempat dimana ayah bunda dan seorang adikku berdomisili. Kuberanikan diri untuk pulang, mencari dan bersujud di kedua kaki mereka.
Alhamdulilah, hadiah tahun baru terindah untukku adalah pelukan hangat ibunda saat kami berhasil menemukannya di sebuah tempat pengungsian, tepat pada tanggal 1 Desember 2005. Juga dekapan penuh kasih dari ayahanda yang serta merta memelukku erat begitu kami tiba di hadapan mereka. Alhamdulillah. Anugerah terindah yang tak akan pernah kutukar dengan apapun jua.
Fikirku, lengkap sudah cintaku. Cinta sejati kami, cinta backstreetku yang telah kuperjuangkan selama 9 tahun, kini berhasil merengkuh restu ayah bundaku.
Namun sobats, cobaan itu belum berakhir. Cinta yang kuperjuangkan dengan susah payah itu harus kuakhiri, karena sang suami kembali membuat ulah yang sungguh tak mampu lagi aku tolerir. Sebuah SWOT analisis yang aku buat secara detil, dan mengkajinya berulang-ulang, membawaku pada satu keputusan. Tak ada lagi peluang baginya untuk tetap menjadi nahkoda bahtera kami. Aku akan mengambil alih kemudi. Melanjutkan pelayaran kehidupan bersama Intan, buah hatiku. Kuturunkan dia di sebuah pelabuhan sambil berpesan agar dia mencoba mencari tumpangan, melanjutkan perjalanan ke tujuannya yang baru. Kudoakan dia kehidupan baru yang penuh berkah, walau dia berontak tak hendak turun dan berkeras untuk tetap berlayar bersamaku dan Intan. Tekadku bulat untuk berpisah kapal. Prinsip kehidupan telah tak sama lagi, dan begitu sulit untuk aku imbangi. Aku hanya anak kampung yang tak mampu menerima modernnya kehidupan, glamournya pergaulan, dan beraneka alasan ketidakcocokan lainnya.
Sobats… tak satupun dari kita yang dapat membaca takdir dengan tepat. Bahkan oleh seorang peramal sekaliber almarhumah mama Lorenz sekalipun. Hehe…
Berakhirnya cinta kedua, taklah menyurutkan langkahku untuk menikmati indahnya kehidupan. Apalagi kudapati berbagai berkah Ilahi justru setelah berpisah darinya. Restu ayah dan bunda adalah kunci utama. Itu yang sangat kuyakini. Kehidupanku berlanjut dengan indahnya, walau untuk beberapa saat cinta tak menghampiri. Kubawa Intan bersamaku dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang, tanpa sedikitpun mencoba menjauhkannya dari sang ayah.
Cinta ketiga Allah kirimkan untuk mencerahkan kehidupanku. Berkenalan di sebuah pulau eksotik bernama Nias, membuat hubungan kasih aku dan dia akhirnya terajut indah Perlahan dan sangat hati-hati karena aku tak ingin lagi terjerembab untuk ketiga kalinya. Tak ingin kusayat hatiku lagi. Ingin kulindungi benda kecil yang terletak di dekat jantungku ini, agar tak terluka dan terkoyak lagi.
Umurnya yang jauh diatasku, mungkin juga menjadi salah satu faktor yang membuatnya selalu bisa membuatku nyaman dan terayomi. Juga perhatian dan kasih sayang serta keberhasilannya (pada akhirnya) meraih hati dan restu Intan, juga menjadi factor utama bagiku untuk semakin terbuka menerimanya. Dialah cinta ketigaku. Yang kini menjadi kekasih hati belahan jiwa. Suami yang kuhormati, cintai dan sayangi.
Sayangnya, hubungan cinta kami harus berlangsung jarak jauh. LDR (Long Dinstance Relationship). Aku dan Intan di Banda Aceh sementara sang kekasih hati tinggal jauh di Kuala Lumpur. Sungguh berat. Tapi bukan diriku namanya jika tidak berusaha menikmati setiap momen kehidupan. Kulatih dan sugesti diri, bahwa segala sesuatu pasti punya sisi baik, sisi indah. Disamping tentunya sisi buruk. Tinggal bagaimana cara kita meningkatkan sisi baik/indah dan meminimalisir sisi buruknya.
Tiga tahun kini usia perkawinanku dengannya. Diusiaku yang ke 41 tahun ini, sudah tiga cinta yang menghampiri. Dua lelaki telah menjadi suamiku. Itulah kehidupan. Sungguh aku berharap dan berdoa, agar Allah berkenan menjadikan lelaki terakhir ini tetap sebagai suamiku. Tak ingin ku berganti lagi, karena niat awalku, jika boleh, pernikahan bagiku cukuplah sekali saja.
LDR memang berat, itu juga yang banyak kudengar dan kubaca. Banyak kendala dan problema yang kita hadapi dalam menjalankan LDR ini. Rentan sekali oleh angin dan kecamuk badai perselingkuhan. Untuk itu komitmen kedua belah pihak untuk tetap menjaga biduk rumah tangga adalah hal utama.
Tak banyak resep yang aku punya sih sebenarnya, apalagi mengingat biduk rumah tanggaku yang pertama terpaksa aku karamkan? ditambah pernikahan kedua (mudah2an akan jadi yang terakhir ya) masih sangat singkat, tiga tahun, rasanya belum pantas untuk menurunkan resep2 jitu pemupuk cinta. Tapi sobats, tak ada salahnya jika langkah-langkah yang kami lakukan ini aku persembahkan untuk menambah racikan/resep cinta yang telah sobats racik sebelumnya. Mudah-mudahan ini dapat memperkaya koleksi resep yang telah ada. Tinggal sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saja nantinya yaa….
Inilah resep cinta jarak jauh kami yang memang berat banget di ongkos;
1. Saling percaya → ini pondasi paling utama. Harus BISA.
Sulit karena terkadang kusering digoda setan iseng (emang setan ada yang ga iseng?), menghasut alam fikirku untuk suuzon. Untuk mencurigai suami nun jauh disana bhw blio macam2. Padahal blio sedang kerja keras mengumpulkan ringgit demi peningkatan taraf kehidupan.
2. Saling berkomunikasi Didukung oleh teknologi canggih, Alhamdulilah kini komunikasi tak lagi harus melalui telephone yang jelas2 memakan biaya mahal untuk menelphone keluar negeri.
Aneka media electronic yang tersedia membuat kami begitu gampang saling menghubungi. Video call di skype atau Ym adalah media utama kami untuk saling melepas rindu, bisa saling bersitatap dan melepas kangen, atau update informasi, berdiskusi bahkan jadi media Intan bikin PR matematika dengan papanya.
BBM juga salah satu media paling ampuh dalam mendukung kami untuk saling berhubungan sehingga jarak yang begitu jauh tak lagi begitu terasa. Jauh dimata tak berarti jauh pula di hati.
3. Atur jadwal pertemuan dengan mengalokasi budget khusus untuk hal ini.
Cinta Jarak Jauh (CJJ) memang butuh pengorbanan, terutama dalam hal biaya. Itu adalah konsekuensi. Mau tak mau budget untuk ini harus dipikirkan dan dialokasikan.
Pertemuan kami normalnya sebulan sekali, tapi tak menutup kemungkinan untuk bertemu dua minggu sekali jika diriku atau suami sedang banyak tugas keluar kota. Tugas luar kota identic dengan adanya pemasukan tambahan (iya donk, kan dapat uang perjalanan dinas tuh, dan Alhamdulillah di tempatku bekerja hitungannya dalam rate dolar dan cukup lumayan). Jadi bisa donk untuk terbang ke Kuala Lumpur menjenguk sang kekasih atau sebaliknya. Tapi biasanya sih, aku dan Intan memilih untuk main ke KL daripada mengundang suami pulang ke tanah air. Habis, main2 disana lebih asyik, sekalian membelajarkan Intan tentang disiplin dan keteraturan kehidupan bermasyarakat. Terutama dalam hal kebersihan lingkungan, budaya antri dan hal lainnya.
4. Saling Pengertian dan meningkatkan berfikir positif.
Ini penting untuk membantu diri kita sendiri dari rasa kecewa dan sakit hati. Terkadang, sms yang tak segera berbalas, sudah menimbulkan rasa curiga dalam diri, ‘lagi ngapain nih masku? Kok ga dibalas? Kok ga dijawab? Bla…bala….
Pikiran2 yang merasuki diri ini justru akan bikin kita stress sendirikan ya? Ujung2nya jadi marah, jadi bad mood yang jelas akan merugikan diri sendiri.
Jadi, berusahalah untuk tetap berfikir positif dan percaya bahwa suamiku kita adalah masih orang yang kita kenal, yang mengasihi dan mencintai kita sepenuh hatinya. Anggaplah bahwa dia sedang meeting, misalnya, atau sedang dijalan, tidak mendengar nada masuk, jika sms tidak berbalas, atau tidak menjawab telephone dengan segera.
5. Saling memberi perhatian.
Terkadang, sejalan dengan bertambahnya usia perkawinan, banyak orang yang beranggapan bahwa memberikan perhatian2 kecil pada pasangannya, missal sebuah sms seperti ini; ‘mas/dik, jangan lupa makan siang lho’, atau ‘mas/dik, udah minum obat?’ atau ‘mas/dik, gimana pekerjaan hari ini?’, dan berbagai sms senada lainnya, sudah tidak penting lagi, bahkan dianggap lebay.
Padahal perhatian2 kecil seperti ini adalah bumbu penyedap yang teramat sangat dibutuhkan dalam menstimulasi agar hubungan kita dan pasangan tetap mesra dan harmonis.
6. Saling Mengucapkan Terima Kasih.
Terkadang, karena pasangan adalah ‘milik’ kita sendiri, ucapan sederhana tapi penuh makna ini sering terlupakan. Merasa, sebuah bantuan apalagi jika hanya sebuah bantuan kecil, tak perlu berterima kasih, karena itu adalah kewajiban si pasangan. Padahal membiasakan diri untuk selalu berterima kasih atas perbuatan baik/bantuan sekecil apapun, akan menciptakan rasa hormat dan apresiasi serta umpan balik bagi diri kita sendiri lho. Coba deh. Ucapan terima kasih ini otomatis akan membuat pasangan tambah sayang kepada kita, dan makin senang membantu kita.
7. Saling mengingatkan
Biasakan untuk memberi appresiasi atas perbuatan baik yang dilakukan pasangan (sekecil apapun) dan juga beranikan diri untuk mengingatkan pasangang jika pasangan kita melakukan kesalahan. Siapa lagi yang akan mengintrospeksi pasangan kita jika bukan kita sendiri. Jangan biarkan justru orang lain yang melakukannya karena jika itu yang terjadi, kita akan kehilangan kepercayaan dari pasangan.
Teorinya begini, jika teguran atau introspeksi justru didapat pasangan dari orang lain, dia akan merasa bahwa org itu malah lebih perhatian dan sayang padanya dibandingkan anda, pasangannya. Anda tidak peduli, makanya tidak mengingatkannya.
Jadi? Saling mengingatkan adalah suatu hal yang juga harus masuk dalam resep mempertahankan cinta kasih.
8. Hm… apalagi ya? Capek ah…. Ayo monggo ditambahin donk…
“Tulisan ini saya ikutsertakan di acara 5th Anniversary Giveaway: Ce.I.eN.Te.Ayang diselenggarakan oleh Zoothera“
Dan teruntuk sahabat mayaku mba Zoothera, doa tulusku semoga di usia perkawinan ke 5 ini dan juga seterusnya, ikatan pernikahan mba dan suami semakin erat dan kuat adanya, tahan terhadap terpaan badai kehidupan (yang sudah pasti menjadi bumbu2 dalam kehidupan berumah tangga), senantiasa diselimuti keharmonisan dan kebahagiaan. Semoga langgeng hingga ke akhir hayat ya mbaaa..... Amin Ya Rabbal Alamin....
Salam hangat dari Banda Aceh... :-)