Ini adalah postingan lanjutan dari catatan perjalanan gathering Media dan Bloggers yang diadakan oleh Putera Sampoerna Foundation kemarin. Bagi yang belum membaca artikel sebelumnya, mending luangkan waktu sejenak untuk membaca tayangannya [yaelah, tayangan, bo', hihi] di sini -->
Media & Bloggers Gateaway deh, seru pisan soalnya, euy!
Well, seperti janjiku pada artikel sebelumnya, maka ijinkan aku untuk langsung cuap-cuap
halah tentang acara inti di hari pertama itu.
As I said before, setelah dijamu dengan
welcome drink dan
lunch yang menggugah selera, dan mengambil masa istirahat menikmati tidur siang di kamar yang berbentuk kubah persis rumah orang Mongol itu [yang pada awalnya malah kami kira sebagai water tank yang berjejer dengan warna menarik, hihi] atau bersantai ria nikmati view apik di sekitar resort, maka kami pun diundang untuk berkumpul di sebuah tenda cantik yang telah disulap apik menjadi sebuah ruang seminar yang cozzy.
Acara dibuka oleh duo MC cantik-cakep, Mba Gati Kamka dan Bang Togi Sinaga, dari Global TV. Keduanya tampil serasi dibalut kemeja putih bersih dan celana jeans, menyambut para jurnalis dan bloggers, serta mengundang para narsum untuk hadir dan berbincang santai di
podium hadapan para undangan. Obrolan yang dikemas santai secara 'melantai' ini memang dimaksudkan untuk meraih kebersamaan seraya menyerap informasi yang akan disampaikan oleh para nara sumber. Ah, iya, ada tiga nara sumber yang dihadirkan, yaitu Ibu
Nenny Soemawinata, Managing Director Putera Sampoerna Foundation, Ibu
Ainun Chomsun, Pemerhati Pendidikan dari Akademi Berbagi Indonesia dan Bapak
M. Ikhlasul Amal Ph.D, Peneliti dari Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI. Gimana? Familiar kah Sobats dengan ketiga nara sumber ini? Dan
kue informasi apa saja yang mereka bagikan? :)
Sistem Pendidikan Berbasis STEM
Curious what STEM is? Ga usah tebak-tebakan deh ya, yuk langsung aku jelasin secara gamblang, berdasarkan pemahaman yang aku simpulkan dari penuturan para narasumber. Jadi STEM itu adalah singkatan dari Science, Technology, Engineering dan Math. Ini adalah ke 4 unsur penting yang sebenarnya tidak bisa lepas dari keseharian kehidupan umat manusia, dalam rangka mencapai hidup yang sukses. Begitu juga di dalam bidang pendidikan, baik Science, Technology, Engineering and Math itu adalah 'bumbu dapur' yang saling melengkapi, adalah alat perang yang saling bekerjasama dalam menyiapkan para siswa agar ready to face the world! Jiah, ini mah kalimat saya, hihi. Terkesan begitu menggebu-gebu kah? Tepatnya sih agar siswa ready to face the global competition, terkhusus lagi dalam memasuki zona persaingan bebas, Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah di depan mata [2015] nanti. Siswa yang melek STEM tidak hanya seorang inovator dan pemikir kritis, tetapi juga seseorang yang mampu menghubungkan dirinya dengan sekolah, masyarakat, pekerjaan dan dunia. Mereka adalah kunci dari peningkatan ekonomi bangsa.
Bicara tentang STEM, beneran lho. Ke 4 unsur ini, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena memang selalu hadir di dalam keseharian kita. Misalnya saja nih, setiap hari kita melihat cahaya matahari, flora dan fauna, keragaman hayati, makanan, bahan bakar yang kita gunakan untuk memasak, dan lain sebagainya. Semua itu adalah science bukan? Lalu, berbicara tentang teknologi, tentu saja tidak berbatas kepada komputer, smartphone semata, tetapi juga meluas kepada televisi, radio, alat-alat transportasi dan komunikasi dan lain sebagainya, yang hadir berkat berkembangnya Technology.
Selanjutnya, berkat Ilmu Teknik/Engineering manusia dapat merancang gedung, jalanan, dan infrastruktur lainnya, serta juga menjawab berbagai tantangan dalam bidang transportasi, pemanasan global, mesin ramah lingkungan, dan berbagai hal terkait lainnya. Begitu pun unsur Math/matematika, bahkan kita temui di toko sayuran, bank hingga formulir pajak pada saat kita ingin berinvestasi atau sekedar menghitung anggaran keluarga. Hehe. Setiap bidang ilmu, pasti mengikutsertakan matematika di dalamnya. Gimana? Sudah mulai nangkap akan kehadiran STEM di sekitar kita kan, Sobs?
|
Kika atas : Gati Kamka, Ainun dan Nenny Soemawinata
Foto Bawah paling kanan : M. Ikhlasul Amal |
Kembali melirik bidang pendidikan, berikut adalah sedikit kisah Bu Nenny tentang pengalaman beliau saat mengenyam pendidikan dasar puluhan tahun yang lalu. Beruntungnya, beliau mengenyam pendidikan di luar negeri sonoh, yang sistem pendidikannya memang sudah jauh lebih tertarget, dibandingkan sistem pendidikan kita [terlebih masa-masa puluhan tahun lalu], di mana 'seni' menghapal isi buku pelajaran lebih penting dibanding dari 'seni memahami' isi buku pelajaran itu sendiri. Akibatnya? Begitu pertanyaan sedikit dipelintir, kita langsung kewalahan karena tidak lagi sesuai dengan hapalan yang sudah terpatri di kepala. Aku sendiri, yang kelahiran tahun 1970-an, mengalami sendiri, di mana begitu piawai dalam menghapal [bahkan hingga ke titik koma] suatu topik bahasan. Namun kemudian, akan menjadi gelagapan saat ada guru kreatif, yang memelintir pertanyaannya, sehingga tidak lagi sesuai dengan rantai hapalan.
Kembali ke kisah Bu Nenny, beliau sempat kaget begitu harus kembali ke tanah air, dan melanjutkan sekolahnya untuk beberapa waktu. Jika di luar sana, mereka diajarkan untuk belajar kreatif, belajar untuk berani bertanya dan meng-eksplor keingintahuan yang ada di benak, e di tanah air kok malah disuruh menghapal. Bahkan lazim sekali kita mendapati para guru yang dengan senang hati memberikan buku pegangannya kepada sekretaris kelas, untuk disalin di papan tulis, agar dicatat oleh para siswa. Untuk apa coba? Bukankah bisa difoto copy saja dan minta siswa mempelajarinya, daripada membuang waktu? Hehe. Itu fenomena yang sering banget dialami para siswa masa-masa daku sekolah dulu, sih. Dan sepertinya hingga kini pun, baik siswa mau pun orang tua siswa, masih kewalahan dalam beradaptasi dengan sistem pendidikan yang kurikulumnya begitu sering berubah. Belum lagi yang jumlah mata pelajarannya seabrek-abrek. Ampyuuun deh. Dan sedihnya, dari seabrek-abrek mata pelajaran itu, bukannya menumbuhkan keberanian dan keaktifan siswa untuk bertanya dan meng-eksplorasi, melainkan malah mengembangkan sikap anak yang tak berani unjuk suara saat dimintai pendapat atau diminta untuk tunjuk tangan menjawab pertanyaan.
Pergantian kabinet, khususnya Mendikbud, tak pelak juga 'mengharuskan' [seperti suatu keharusan deh] pergantian kurikulum, sehingga yang bingung adalah para guru, siswa dan orang tua siswa. Seakan sudah menjadi slogan, ganti Menteri ganti Gaya [baca: kebijakan]. Aih, capeknyo. Sementara, menurut info dari McKinsey Global Institute, Indonesia akan menjadi negara terbesar ketujuh di dunia lho pada tahun 2030 nanti. Artinya, Indonesia membutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil. Sementara ini, Indonesia baru bisa menghasilkan 55 jutanya saja. Seiring dengan segera diberlakukannya pasar bebas ASEAN pada 2015, kebutuhan akan para pemuda yang mampu menguasai keterampilan dan keahlian di bidangnya masing-masing tentu semakin mendesak donk?
Kata Badan Pusat Statistik, nih, Sobs, SDM Indonesia masih didominasi oleh pekerja kurang terampil sebanyak 88 juta orang. Di sisi lain pekerja terampil berada di angka 22,1 juta orang dan related expert baru mencapai angka 6,5 juta orang saja. Hiks. Selain itu, negeri tercinta ini juga mengalami kelangkaan insinyur. Kata Kementerian Pekerjaan Umum, nih, Indonesia baru bisa menghasilkan 42.000 dari 175 ribu orang insinyur per tahun [wadoh! Ini ada satu nih, Pak, yang nulis ini juga insinyur lho, hehe]. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja terampil di Indonesia [talent gap]. Sehingga dapat mengakibatkan kondisi di mana berbagai posisi penting di perusahaan-perusahaan diisi oleh pekerja asing. Hiks, sedih yaaa? Hadeuh, jangan dunk. Upayakan agar SDM kita yang terpakai dunk ah!
Sampoerna School System sebagai
Solusi Meningkatkan kualitas SDM Indonesia
Tiada kata lain, kata kunci 'Talent Gap' serta merta 'mencambuk' kita untuk melek bahkan terperangah. Aih, ga rela donk ah jika posisi-posisi kunci di perusahaan-perusahaan tanah air malah diduduki oleh expatriate alias tenaga terampil dari luar negeri? Apalagi jika kaum expat itu adalah mereka-mereka yang berasal dari India dan Thailand. Wuih, ga relaaaaaaa. Masak sih, negeri sebesar Indonesia, yang berpopulasi sekitar 250 juta jiwa ini, di mana sepertiganya berusia di bawah 15 tahun, ga sanggup meningkatkan investasinya pada perkembangan manusianya? Harus bisa donk! SDM yang berpendidikan tinggi dan terlatih sedang sangat-2 dibutuhkan untuk perekonomian kaya inovasi lho!
Jika kita ingin bersaing di arena global, maka kita harus sigap meraih peluang ini dan menunjukkan keberanian kita untuk mereformasi sistem pendidikan yang sekarang, dengan mengubahnya menjadi mesin penggerak ekonomi, pencipta lapangan kerja dan perbaikan karier, yang berujung pada peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia. Dan, Sobats tercinta, langkah inilah yang telah dilirik oleh Putera Sampoerna Foundation [PSF], dengan menghadirkan sebuah sistem pendidikan yang berkualitas yang dapat menjawab permasalahan di atas [talent gap]. PSF telah merancang Sampoerna School System [3S] untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Apa sih 3S itu?
Sampoerna Schools System [3S] adalah sistem atau perjalanan pendidikan pertama di Indonesia yang membekali siswa didik dengan kurikulum internasional, mulai dari tingkat TK hingga Universitas dan bertekad untuk bekali siswa didik dengan metode ajar yang dapat mengasah kemampuan
soft skill serta membangun karakter siswa, memiliki etos kerja, motivasi yang tinggi, kreatif dan inovatif, serta mampu menyesuaikan keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan kerja. Yang paling penting lagi,
Sampoerna School System fokus pada pendidikan berbasis STEM [menggunakan pendekatan antarilmu] sehingga diharapkan, akan 'menelurkan' calon pemimpin masa depan Indonesia yang berkaliber tinggi dan memberikan perubahan positif di komunitas sekitarnya.
Sampoerna School System berkomitmen untuk mencetak siswa-siswi Indonesia yang terbaik dan berprestasi serta siap menghadapi tantangan global dengan mempersiapkan mereka secara akademis, mental, emosional dan memiliki basis teknologi abad 21, seperti yang tercantum di dalam salah satu misi mereka di bawah ini, nih!
|
Diskrinsut dari website Sampoerna Foundation
Creating leaders with vision and integrity. |
Nah, Sobats tercintah, gimana? Itulah sedikit banyak uraian yang berhasil aku rangkum dari seminar 1/2 hari dalam acara inti kemarin ituh. Semoga bermanfaat yaaa, dan bagi Mantemans yang tertarik untuk membekali putera-putera Mantemans pendidikan berbasis STEM, sehingga
ready to face the global competition nantinya, silakan tanya jawab dengan pihak Putera Sampoerna Foundation, deh, ya!
Untuk harga, ibu Nenny berani bilang bahwa ada rupa ada harga, tapi yang pasti, biaya pendidikan di Sampoerna jauh di bawah sekolah-sekolah bertaraf international lainnya yang ada di Indonesia lho! Penasaran dan berminat? Silahkan cekidot langsung aja ke tekape -->
www.sampoernafoundation.org
Serunya STEM Games di PSF Gateaway
Bukan Sampoerna namanya kali, Sobs, jika setengah-setengah dalam menghelat suatu acara! PSF Media-Bloggers Gateaway 2014, memang dirancang sempurna! Fully active, interactive and innovative. Unsur STEM, tak hanya menjadi topik di dalam talkshow seperti yang telah aku ulas di atas, melainkan disisip juga di dalam games yang telah disusun di dalam agenda acara.
Beberapa permainan seru berupa team building, yang dikemas seru sukses bikin participant fully excited. Mixing between Media dan Bloggers yang dicampur di dalam setiap grup [Science, Technology, Engineering dan Math], membuat baik Media person or Blogger semakin kompak. Tiada kesenjangan seperti yang selama ini didesas-desuskan. Kompak aja! :)
Pada games pertama, panitia menyediakan peralatan dari buah jeruk bali, pelepah pisang, tusuk sate [dari bambu] serta sebuah kardus, dan diminta untuk dirancang menjadi sebuah kendaraan dan sebuah senjata. Di sinilah kreativitas dan innovasi setiap grup diuji, sejauh mana skill STEM mereka mampu diberdayakan di dalam mencapai goal [misi yang ditetapkan]. Hehe. Walau terlihat santai, seru dan fun, harus diakui bahwa cara ini sungguh bermanfaat di dalam membentuk team work lho!
Selain games, tentu acara malam hari pertama itu diimbuhi dengan barbeque [jagung bakar, sate] dan nyanyi and get-joget donk. Seru and fun deh, pokoke! Barulah keesokan harinya, di hari kedua, STEM games dilanjutkan. Baik grup Science, Technology, Engineer maupun Math, bermain serius, seru and fun! Kami diminta untuk memenuhi sebuah misi. Yaitu mencari petunjuk berupa clue dan arahan, di mana petunjuk itu ditulis di pada lembaran kertas dan disembunyikan pada tempat-tempat tertentu. Persis seperti permainan mencari jejak [jadi inget kegiatan pramuka deh, ih!]. Sungguh, games ini seru banget, karena setiap menemukan lembaran perintah yang disembunyikan itu, ada rasa excited gimanaaa gitu, dan setiap personil menjadi semakin kompak dengan sesama personil grupnya. Kebersamaan, kekompakan terangkai dengan sendirinya. Apalagi di saat-saat berhasil mengumpulkan semua clue dan 'kupon-2' untuk kemudian ditukarkan dengan benda-benda, yang nantinya akan dirangkai menjadi sebuah alat bagi permainan berikutnya. Wuih, seru banget!
Setelah ke empat grup berhasil menyelesaikan dan mengumpulkan
harta karun kupon, dan kemudian ditukarkan dengan benda-benda yang ternyata adalah sebuah rakit, tiga buah ban dan 4 buah helm serta 1 buah dayung, maka kami pun di minta untuk merakit peralatan tersebut menjadi sebuah perahu. Weis, asyik banget! Dan...? Seruuuuuu!
|
Setiap tim diwajibkan untuk menyeberangkan anggotanya ke seberang dengan menggunakan perahu rakitan ini. Penilaian didasarkan pada teknik merakit perahu, disain rakitan, kecepatan waktu, juga jumlah anggota yang berhasil diseberangkan. |
Gimana, Sobs? Seru khaaaan? Selain seru, tentunya banyak sekali pembelajaran yang kami dapatkan dari gathering keren ini lho!
Jika pada bidang pendidikan, STEM diartikan sebagai Science, Technology, Engineering and Math, maka di dalam games 'team building' ini, maka STEM dapat diartikan sebagai Solid, Teamwork, Efficiency and Meet the goal! Bahwa, untuk mencapai keberhasilan dari sebuah project/usaha, maka diperlukan kekompakan sehingga membuahkan sebuah tim yang kompak, di mana dengan tim yang kompak dan saling bekerjasama ini, akan menciptakan efisiensi kerja, dengan kerja yang efisien ini maka tujuan akan tercapai [meet the goal].
catatan utama, Pendidikan Berbasis STEM,
Sampoerna School System
Al, Bandung, 11 Desember 2014
Sumber:
Talkshow pada acara PSF Media-Bloggers Gateaway 2014 dengan narasumber:
- Ibu Nenny Soemawinata, Managing Director Putera Sampoerna Foundation,
- Ibu Ainun Chomsun, Pemerhati Pendidikan dari Akademi Berbagi Indonesia
- M. Ikhlasul Amal Ph.D, Peneliti dari Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI.
Press release acara PSF Media-Bloggers Gateaway 2014