Bumi semakin tua! Lingkungan semakin terkontaminasi! Pasti sering donk kita mendengar istilah ini? Dan memang bukan istilah yang mengada-ada sih ya? Karena kehidupan modern kita kini telah diselimuti oleh yang namanya polusi. Lingkungan yang telah tercemar. 😒
Tak pelak memang, kehidupan yang kian praktis dan cenderung instant ini, membuat produksi sampah, baik organik maupun anorganik meningkat tajam. Jika dulu kita masih suka menggunakan sapu tangan untuk lap, kini tissue telah sukses merebut hati dan menjadi primadona yang selalu ada di setiap rumah, mobil, tas, bahkan kantong baju.
Jika dulu orang-orang masih membungkus makanan dengan daun pisang atau daun jati, which is akan menjadi sampah organik, kini era penggunaan plastik semakin mengemuka. Padahal kita tahu sendiri bahwa sampah kresek alias plastik adalah sampah paling perkasa yang akan butuh waktu teramat lama untuk mampudilumat diurai oleh tanah. Selain itu, sampah ini juga paling sering nyangkut di dalam perut hewan (unggas liar maupun hewan laut) karena mereka mengira ini adalah makanan yang serta merta mereka konsumsi.
Baca juga: tulisan senada di Kompasiana yang terpilih sebagai juara pertama
Fakta menyedihkan, yang merupakan hasil dari sebuah survey pada tahun 2015 lalu, menunjukkan bahwa 1kg sampah plastik ditemukan di dalam 3 kg ikan. Dan estimasinya adalah, pada tahun 2025 nanti, akan ditemukan 1 kg sampah plastik di dalam 1 kg ikan. Waaah! Fakta menyedihkan ini disampaikan oleh Bapak Herry Vaza, Sekretaris Balitbang PUPR yang mewakili KaBalitbang, pada acara yang digelar di Car Free Day, bertempat di Eduplex Coworking Space, Dago - Bandung, Minggu, 17 November 2017 yang lalu. Sungguh memprihatinkan ya? 😧 Gawat, euy!
Teknologi Balitbang PUPR - Penggunaan Sampah Plastik sebagai bahan aditif pembuatan aspal
Untungnya, nih, Sobs! Para peneliti di Balitbang PUPR telah berhasil menemukan metode jitu dalam mengubah resiko negatif sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat!
Oya? Emang digimana-in, Al?
Yup! Sebuah temuan baru nan jitu telah mulai dieksekusi malah, Sobs! Mereka menggunakan sampah plastik itu sebagai bahan campuran dalam membuat aspal! Keren ya? Jadi tuh, sekitar 2,5 sampai 5 ton sampah plastik akan dibutuhkan sebagai bahan aditif pembuatan aspal, yang nantinya akan mampu mengaspal jalanan sepanjang 1 km dengan lebar 7 m. Wow banget, dunk! Dengan begini, sampah plastik akan terminimalisir dengan baik kan?
Teknologi ini telah diterapkan untuk pertama kalinya pada hari Sabtu (29 Juli 2017) di Bali. Mereka mengaspal plastik jalanan sepanjang 700 m, berlokasi di Universitas Udayana, Bali.
Keberhasilan terapan ini, kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan sampah plastik untuk aspal pada jalan nasional di Jakarta, Bekasi dan Surabaya sekitar pertengahan Agustus 2017 yang lalu. Dan untuk memastikan kelancaran suplai sampah plastik ini, maka Assosiasi Daur Ulang Plastik (ADUPI) telah menggandeng 16 kota besar tanah air untuk mengumpulkan dan memilah sampah.
Car Free Day - Eduplex Coworking Space - Dago - Bandung
Acara keren bertajuk Sosisalisasi Publikasi Produk Litbang Terpadu digelar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR pada hari Minggu, 19 November 2017, di Eduplex Coworking Space - Dago - Bandung. Tepatnya di jalan H. Ir. Juanda No. 84.
Penyelenggara memang sengaja membidik momen Car Free Day agar selain para undangan yang hadir, maka masyarakat luas pun mendapatkan kesempatan untuk mengikuti acara ini dan turut teredukasi.
Acara pagi itu dimulai dengan Jalan santai yang dimulai dari kantor Pusair (Pekerjaan Umum Sumber Daya Air), dilanjut dengan pembukaan oleh Kabalitbang PUPR, yang kemudian berlanjut secara paralael dengan kegiatan zumba yang diikuti dengan antusias oleh masyarakat yang membanjiri arena car free day, dilanjut dengan diskusi ringan seputar Banjir, Sampah dan Limbah Plastik.
Sajian akustik, games, pembagian hadiah dan doorprize pun tak ketinggalan dalam menyemarakkan agenda seru ini.
Selain itu, informasi tentang Produk Litbang Terpadu pun digelar di dalam pigura-pigura berukuran lebar untuk diketahui oleh khalayak ramai. Photoboothdan aksi pungut sampah juga turut serta memeriahkan kegiatan pagi minggu ini.
Ngobrol Santai Bersama Para Narasumber
Selain agenda yang digelar di luar gedung Eduplex, maka bagi para blogger undangan, diberikan kesempatan untuk ngobrol santai informally dengan para narasumber. Ada 4 narasumber yang siap berbagi informasi tentang produk-produk dari Balitbang PUPR yaitu Ibu Nur Fizili Kifli dari Puslitbang Sumber Daya Air, Ibu Lya Meilany Setyawati dari Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Ibu Natalia Tanan dari Puslitbang Jalan dan Jembatan dan Bapak Arief Sabaruddin dari Puslitbang Puskim.
Ke 21 blogger yang hadir kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok dan diberi kesempatan untuk ngobrol santai dengan narasumber yang telah ditentukan.
Kelompokku, berkesempatan untuk ngobrol santai dengan Bapak Arief Sabaruddin. Beliau adalah Kepala Puslitbang Puskim. Obrolan santai tapi seru tentang RISHA, dan juga selanjutnya berkesempatan ngobrol asyik dengan Ibu Natalia Tanan tentang Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH).
RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat)
Ha? RISHA? Apa itu RISHA? Artis kah? 😄
Eits, bukan atuh lah! RISHA sesuai dengan singkatannya adalah Rumah Instan Sederhana Sehat, merupakan inovasi karya Balitbang PUPR, sebagai solusi jitu dalam mengisi gap/kesenjangan/back log antara meningkatnya kebutuhan akan perumahan bagi masyarakat dan masih kecilnya tingkat pemenuhan suplai perumahan itu sendiri oleh pemerintah maupun stakeholder lainnya.
Sungguh, aku kagum banget dengan teknologi ini, deh!
Jika rumah konvensional bakalan butuh waktu lama dan biaya besar dalam pembangunannya, maka RISHA adalah rumah pabrikan dengan sistem knock down/bongkar pasang, yang hanya membutuhkan waktu 1 x 24 jam dalam merangkainya! IYA. 24 jam selesai! Keren ya?
Lalu kualitas dan ketahanannya gimana, Al? Layak huni kah?
TENTU SAJA, Sobs!
Teknologi RISHA telah lulus ujian dan sangat layak untuk dipergunakan. Pembangunan jauh lebih cepat (1 x 24 jam), lebih murah (hemat anggaran hingga 40%), lebih ramah lingkungan, lebih tahan gempa, movable (knock-down), lebih ringan dan dapat dimodifikasi sebagai bangunan kantor, puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
Terbuat dari panel-panel beton yang terbagi atas panel struktur, panel dinding dan panel kusen. Berat dari strukturnya sendiri sangat ringan, tak lebih dari 50 kg. Panel-panel ini tinggal dirangkai bak permainan Lego. Tiap panel disatukan dengan mur dan baut tanpa perlu semen lagi. Sedangkan atapnya menggunakan aluminium. Wow banget, ya, Sobs?
Semudah itu kah cara merangkainya sehingga sebuah RISHA diklaim mampu dibangun dalam waktu 24 jam, cukup dengan menggunakan 3 tenaga kerja saja?
YUP! Pastinya, Sobs! Semudah itu, dan secepat itu. Sehingga teknologi terapan besutan Balitbang PUPR ini telah menjadi alternatif dalam mensuplai perumahan bagi masyarakat masa kini, di kehidupan modern maupun untuk konsumsi pedesaan., bahkan juga untuk daerah-daerah yang tertimpa bencana seperti tsunami di Aceh, Gempa Pidie, dan lainnya.
Aplikasinya sudah di mana saja?
RISHA ini telah banyak banget diaplikasikan (baca: dibangun) di berbagai daerah. Sejak ditemukan pada tahun 2004 yang lalu, perumahan maupun gedung yang telah menggunakan teknologi ini bisa ditemukan di Aceh paska tsunami, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, NTT dan NTB.
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
Obrolan selanjutnya setelah kekaguman kami pada RISHA adalah obrolan santai bersama Ibu Natalia Tanan, Peneliti dari Puslitbang Divisi Jalan dan Jembatan.
Beliau memaparkan tentang Kota Hijau, yang tentu saja menjadi idaman setiap orang. Siapa coba yang tak ingin bertempat tinggal di kota yang hijau, sejuk dan bersih? Siapa coba yang tak hepi jika tempat tinggalnya memiliki green area di mana bisa dipakai beraktivitas dengan nyaman? Konsep kota hijau adalah kota yang telah memiliki atribut green planning and design; green open space; green waste; green transportation; green water; green energy; green building dan green community?
Ibu Natalia menjelaskan tentang Program Pengembangan Kota Hijau, yaitu program pengembangan kota secara komprehensif menggunakan pendekatan pembangunan secara berkelanjutan. Program ini merupakan prakarsa mulia dan bentuk tanggung jawab yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat (Kementerian PUPR) bersama Pemerintah Kota/Kabupaten guna mewujudkan ruang perkotaan yang lebih sejuk berkualitas melalui perencanaan yang baik dan pencerminan dari terwujudnya 8 atribut kota hijau sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007.
Kehadiran konsep ini diharapkan bisa menjawab problem dan polemik yang sering terjadi di wilayah perkotaan secara nyata seperti kekeringan, banjir, dan minimnya ruang terbuka hijau (RTH. Selain itu juga akan menjawab problema perubahan iklim yang tidak menentu termasuk pemanasan global (global warming).
Salah satu atribut yang sedang digalakkan untuk dicapai saat ini untuk Kota Bandung sendiri dan juga beberapa kota lainnya adalah Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana tercantum di dalam infografis berikut ini.
Hm, betapa asyiknya jika kita bisa memiliki kota tempat tinggal yang seperti ini, ya, Sobs? Pasti hidup akan terasa lebih fresh, tenang dan pastinya bikin hepi. Bisa jalan kaki dengan nyaman dan tenang, kayak di luar negeri sono. 😊
Hayuk atuh, kita dukung pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau secara bersinergi dengan semua stakeholder. Karena program Green City ini hanya akan terwujud dengan dukungan kita semua. Ya Pemerintah, ya sektor swasta, ya kita selaku masyarakat mau pun pihak terkait lainnya.
Beberapa Produk Balitbang PUPR lainnya
Lalu, apakah produk inovasi dari Balitbang PUPR hanya itu saja, Al?
Ya enggak lah, Sobs! Mereka punya banyak produk lainnya, lho! Diantaranya (yang dipublikasikan pada acara ini) adalah sebagai berikut:
Gimana, Sobs? Keren banget ya? Masih penasaran dengan temuan-temuan baru dari Balitbang PUPR, monggo simak terus update informasinya di website mereka ya! https://litbang.pu.go.id/litbang/.
Tak pelak memang, kehidupan yang kian praktis dan cenderung instant ini, membuat produksi sampah, baik organik maupun anorganik meningkat tajam. Jika dulu kita masih suka menggunakan sapu tangan untuk lap, kini tissue telah sukses merebut hati dan menjadi primadona yang selalu ada di setiap rumah, mobil, tas, bahkan kantong baju.
Jika dulu orang-orang masih membungkus makanan dengan daun pisang atau daun jati, which is akan menjadi sampah organik, kini era penggunaan plastik semakin mengemuka. Padahal kita tahu sendiri bahwa sampah kresek alias plastik adalah sampah paling perkasa yang akan butuh waktu teramat lama untuk mampu
Baca juga: tulisan senada di Kompasiana yang terpilih sebagai juara pertama
Fakta menyedihkan, yang merupakan hasil dari sebuah survey pada tahun 2015 lalu, menunjukkan bahwa 1kg sampah plastik ditemukan di dalam 3 kg ikan. Dan estimasinya adalah, pada tahun 2025 nanti, akan ditemukan 1 kg sampah plastik di dalam 1 kg ikan. Waaah! Fakta menyedihkan ini disampaikan oleh Bapak Herry Vaza, Sekretaris Balitbang PUPR yang mewakili KaBalitbang, pada acara yang digelar di Car Free Day, bertempat di Eduplex Coworking Space, Dago - Bandung, Minggu, 17 November 2017 yang lalu. Sungguh memprihatinkan ya? 😧 Gawat, euy!
Teknologi Balitbang PUPR - Penggunaan Sampah Plastik sebagai bahan aditif pembuatan aspal
Untungnya, nih, Sobs! Para peneliti di Balitbang PUPR telah berhasil menemukan metode jitu dalam mengubah resiko negatif sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat!
Oya? Emang digimana-in, Al?
Yup! Sebuah temuan baru nan jitu telah mulai dieksekusi malah, Sobs! Mereka menggunakan sampah plastik itu sebagai bahan campuran dalam membuat aspal! Keren ya? Jadi tuh, sekitar 2,5 sampai 5 ton sampah plastik akan dibutuhkan sebagai bahan aditif pembuatan aspal, yang nantinya akan mampu mengaspal jalanan sepanjang 1 km dengan lebar 7 m. Wow banget, dunk! Dengan begini, sampah plastik akan terminimalisir dengan baik kan?
Teknologi ini telah diterapkan untuk pertama kalinya pada hari Sabtu (29 Juli 2017) di Bali. Mereka mengaspal plastik jalanan sepanjang 700 m, berlokasi di Universitas Udayana, Bali.
Keberhasilan terapan ini, kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan sampah plastik untuk aspal pada jalan nasional di Jakarta, Bekasi dan Surabaya sekitar pertengahan Agustus 2017 yang lalu. Dan untuk memastikan kelancaran suplai sampah plastik ini, maka Assosiasi Daur Ulang Plastik (ADUPI) telah menggandeng 16 kota besar tanah air untuk mengumpulkan dan memilah sampah.
Car Free Day - Eduplex Coworking Space - Dago - Bandung
Acara keren bertajuk Sosisalisasi Publikasi Produk Litbang Terpadu digelar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR pada hari Minggu, 19 November 2017, di Eduplex Coworking Space - Dago - Bandung. Tepatnya di jalan H. Ir. Juanda No. 84.
Penyelenggara memang sengaja membidik momen Car Free Day agar selain para undangan yang hadir, maka masyarakat luas pun mendapatkan kesempatan untuk mengikuti acara ini dan turut teredukasi.
Masyarakat yang antusias mengikuti zumba bareng, sebelum memasuki acara sosialisasi produk Balitbang. |
Sajian akustik, games, pembagian hadiah dan doorprize pun tak ketinggalan dalam menyemarakkan agenda seru ini.
Selain itu, informasi tentang Produk Litbang Terpadu pun digelar di dalam pigura-pigura berukuran lebar untuk diketahui oleh khalayak ramai. Photoboothdan aksi pungut sampah juga turut serta memeriahkan kegiatan pagi minggu ini.
Ngobrol Santai Bersama Para Narasumber
Selain agenda yang digelar di luar gedung Eduplex, maka bagi para blogger undangan, diberikan kesempatan untuk ngobrol santai informally dengan para narasumber. Ada 4 narasumber yang siap berbagi informasi tentang produk-produk dari Balitbang PUPR yaitu Ibu Nur Fizili Kifli dari Puslitbang Sumber Daya Air, Ibu Lya Meilany Setyawati dari Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Ibu Natalia Tanan dari Puslitbang Jalan dan Jembatan dan Bapak Arief Sabaruddin dari Puslitbang Puskim.
Ke 21 blogger yang hadir kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok dan diberi kesempatan untuk ngobrol santai dengan narasumber yang telah ditentukan.
Kelompokku, berkesempatan untuk ngobrol santai dengan Bapak Arief Sabaruddin. Beliau adalah Kepala Puslitbang Puskim. Obrolan santai tapi seru tentang RISHA, dan juga selanjutnya berkesempatan ngobrol asyik dengan Ibu Natalia Tanan tentang Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH).
RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat)
Ha? RISHA? Apa itu RISHA? Artis kah? 😄
Eits, bukan atuh lah! RISHA sesuai dengan singkatannya adalah Rumah Instan Sederhana Sehat, merupakan inovasi karya Balitbang PUPR, sebagai solusi jitu dalam mengisi gap/kesenjangan/back log antara meningkatnya kebutuhan akan perumahan bagi masyarakat dan masih kecilnya tingkat pemenuhan suplai perumahan itu sendiri oleh pemerintah maupun stakeholder lainnya.
RISHA Rumah Instan Sederhana dan Sehat |
Jika rumah konvensional bakalan butuh waktu lama dan biaya besar dalam pembangunannya, maka RISHA adalah rumah pabrikan dengan sistem knock down/bongkar pasang, yang hanya membutuhkan waktu 1 x 24 jam dalam merangkainya! IYA. 24 jam selesai! Keren ya?
Lalu kualitas dan ketahanannya gimana, Al? Layak huni kah?
TENTU SAJA, Sobs!
Teknologi RISHA telah lulus ujian dan sangat layak untuk dipergunakan. Pembangunan jauh lebih cepat (1 x 24 jam), lebih murah (hemat anggaran hingga 40%), lebih ramah lingkungan, lebih tahan gempa, movable (knock-down), lebih ringan dan dapat dimodifikasi sebagai bangunan kantor, puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
Terbuat dari panel-panel beton yang terbagi atas panel struktur, panel dinding dan panel kusen. Berat dari strukturnya sendiri sangat ringan, tak lebih dari 50 kg. Panel-panel ini tinggal dirangkai bak permainan Lego. Tiap panel disatukan dengan mur dan baut tanpa perlu semen lagi. Sedangkan atapnya menggunakan aluminium. Wow banget, ya, Sobs?
Semudah itu kah cara merangkainya sehingga sebuah RISHA diklaim mampu dibangun dalam waktu 24 jam, cukup dengan menggunakan 3 tenaga kerja saja?
YUP! Pastinya, Sobs! Semudah itu, dan secepat itu. Sehingga teknologi terapan besutan Balitbang PUPR ini telah menjadi alternatif dalam mensuplai perumahan bagi masyarakat masa kini, di kehidupan modern maupun untuk konsumsi pedesaan., bahkan juga untuk daerah-daerah yang tertimpa bencana seperti tsunami di Aceh, Gempa Pidie, dan lainnya.
Aplikasinya sudah di mana saja?
RISHA ini telah banyak banget diaplikasikan (baca: dibangun) di berbagai daerah. Sejak ditemukan pada tahun 2004 yang lalu, perumahan maupun gedung yang telah menggunakan teknologi ini bisa ditemukan di Aceh paska tsunami, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, NTT dan NTB.
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
Obrolan selanjutnya setelah kekaguman kami pada RISHA adalah obrolan santai bersama Ibu Natalia Tanan, Peneliti dari Puslitbang Divisi Jalan dan Jembatan.
Beliau memaparkan tentang Kota Hijau, yang tentu saja menjadi idaman setiap orang. Siapa coba yang tak ingin bertempat tinggal di kota yang hijau, sejuk dan bersih? Siapa coba yang tak hepi jika tempat tinggalnya memiliki green area di mana bisa dipakai beraktivitas dengan nyaman? Konsep kota hijau adalah kota yang telah memiliki atribut green planning and design; green open space; green waste; green transportation; green water; green energy; green building dan green community?
Ibu Natalia menjelaskan tentang Program Pengembangan Kota Hijau, yaitu program pengembangan kota secara komprehensif menggunakan pendekatan pembangunan secara berkelanjutan. Program ini merupakan prakarsa mulia dan bentuk tanggung jawab yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat (Kementerian PUPR) bersama Pemerintah Kota/Kabupaten guna mewujudkan ruang perkotaan yang lebih sejuk berkualitas melalui perencanaan yang baik dan pencerminan dari terwujudnya 8 atribut kota hijau sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007.
Kehadiran konsep ini diharapkan bisa menjawab problem dan polemik yang sering terjadi di wilayah perkotaan secara nyata seperti kekeringan, banjir, dan minimnya ruang terbuka hijau (RTH. Selain itu juga akan menjawab problema perubahan iklim yang tidak menentu termasuk pemanasan global (global warming).
Salah satu atribut yang sedang digalakkan untuk dicapai saat ini untuk Kota Bandung sendiri dan juga beberapa kota lainnya adalah Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana tercantum di dalam infografis berikut ini.
Hm, betapa asyiknya jika kita bisa memiliki kota tempat tinggal yang seperti ini, ya, Sobs? Pasti hidup akan terasa lebih fresh, tenang dan pastinya bikin hepi. Bisa jalan kaki dengan nyaman dan tenang, kayak di luar negeri sono. 😊
Hayuk atuh, kita dukung pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau secara bersinergi dengan semua stakeholder. Karena program Green City ini hanya akan terwujud dengan dukungan kita semua. Ya Pemerintah, ya sektor swasta, ya kita selaku masyarakat mau pun pihak terkait lainnya.
Beberapa Produk Balitbang PUPR lainnya
Lalu, apakah produk inovasi dari Balitbang PUPR hanya itu saja, Al?
Ya enggak lah, Sobs! Mereka punya banyak produk lainnya, lho! Diantaranya (yang dipublikasikan pada acara ini) adalah sebagai berikut:
Teknologi penampungan air hujan untuk air wudhu Akuifer Buatan Daur Ulang Air Hujan (ABDULLAH) |
Bangunan Penyedia Air Baku Mandiri Bangunan Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) |
Tanaman Penyerap Limbah Rumah Tangga Ecotech Garden |
Manfaat dari Campuran Beraspal yang Menggunakan Limbah Plastik. |
Gimana, Sobs? Keren banget ya? Masih penasaran dengan temuan-temuan baru dari Balitbang PUPR, monggo simak terus update informasinya di website mereka ya! https://litbang.pu.go.id/litbang/.
Catatan edukasi kece,
Al, Bandung, 6 Desember 2017