Ketika Leo Sakit, Maka Emak pun Kalang Kabut

Sudah beberapa hari ini, anabul kesayangan, yang juga aku dan Intan sepakati sebagai anak lanang umi, terlihat lesu. Ga banyak bergerak seperti biasanya, karena memang anak lanang imut dan menggemaskan ini baru saja mengalami shock. 

Gimana enggak coba, sobs? Leo, anabul kicik British Short Hair kesayangan ini, bisa-bisanya tengah malam buta malah jatuh dari balkon belakang (lantai 2) jatuh ke basement. Kebayang donk betapa paniknya aku dan Intan saat menyadari si bocah bulu ini tak ada lagi di kamar? 

Senyap, Tak Berjawab

Biasanya tuh, Leo, kalo dipanggil pasti akan menjawab dengan meongan manjanya. Namun kali ini, saat aku baru selesai shalat isya (terkadang akutu suka shalat isya di tengah malam, huhu, jangan ditiru, ya, sobs), seperti biasa langsung manggil Leo, agar si bocah ikut aku ke atas untuk tidur.

Biasanya juga, di mana pun Leo berada, baik sedang tidur di bawah sofa, di bawah tangga, atau sedang main, dia akan tetap menjawab. "Meong..." sambil mendekat, menunjukkan dirinya. 

Nah, kali ini beda. No answer at all. Aku panggil donk berulang kali, hingga Intan pun ikutan bangun dari tidurnya. Menyadari tak ada jawaban, kita berdua pun langsung ngeri, sobs. Kebayang, ini Leo pasti sudah jatuh dari balkon belakang. Karena kemana lagi coba? Sementara ruangan kita ini cuma kamar kosan tipe mezzanine, yang lantai bawahnya untuk ruang duduk dan lantai atas untuk ruang tidur. 

Pasti lah Leo main-main di balkon belakang, manjat pagar balkon dan tergelincir. Atau jangan-jangan malah dia saking excitednya main sendiri, melompat terlalu tinggi ke pagar dan terpeleset ke bawah.

Tak membiarkan otakku untuk menganalisa lebih jauh, aku pun langsung bersama Intan turun ke basement. Jatuhnya pasti lah di area parkiran, karena di bawah kamar kami adalah area parkir. Suasana sepi, wong sudah tengah malam kan? 

Pak Yadi, the security guard pun heran, "Ada apa, Bu, cari apa tengah malam gini?" sapanya turut bergabung.

"Ini, Pak, si Leo, kucing kami sepertinya jatuh, deh. Dipanggil-panggil ga nyahut lagi, sepertinya sudah ga ada di kamar. Bapak ga lihat?"

"Wah, enggak tuh, Bu." 

Dan kita pun berpencar, lanjut mencari, memanggil-manggil Leo dengan suara khas. Aku sampai merunduk-runduk di bawah mobil yang letaknya pas di bawah kamarku. Dan... ya ampun, ternyata Leo sedang bertengger di ban depan bagian dalam mobil tersebut, ketakutan karena di dekatnya ada seekor kucing domestik yang mencoba mendekatinya. 

Hayyah, Leo..., kacian deh anak lanang umi ini. Kuraih dia, perlahan karena dia meronta, menolak untuk aku ambil, apalagi si kucing domestik juga meong-meong keras ke arahnya. Akhirnya berhasil juga aku raih Leo, dan membawanya ke dalam pelukan. 

Nak, nak! Udah Umi bilang jangan naik ke pagar, ga mau dengar, tuh bener kan, akhirnya jatuh?

Tapi bukan lah saatnya memarahi Leo yang terlihat ketakutan dan juga trauma. Badannya jadi kotor penuh debu, dan ya Allah, bagian mulutnya terlihat berdarah. Kami segera melarikan Leo kembali ke kamar, dan membersihkannya dengan tissue basah. 

Duh, sediiiih banget melihat kondisi Leo. Ga mungkin membawanya ke klinik hewan di tengah malam begini kan? Begini lah rasanya ketika anak sakit ya, moms? Lama sudah aku tak menimang anak kecil, sih, makanya ketika Leo hadir sebagai hadiah dari Intan sebulan lalu, aku merasa jadi kayak punya anak baik lagi. Apalagi Leo kan umurnya baru 5 bulanan, jadi tingkahnya pun persis anak bayi. Hehe.

Jadinya aku langsung teringat teman-teman moms blogger deh, yang sedang beranak balita atau bocil. Betapa panik dan risaunya jika mengalami hal-hal seperti ini kan? 

Tidur Lelap di Pangkuan Umi

Malam itu, tak banyak yang bisa aku dan Intan lakukan. Hanya membersihkan tubuh Leo dengan tissue basah, dan membersihkan darahnya dengan kapas yang aku basahi air. Ga berani memberikan betadine mengingat Leo kan anabul, juga masih bayi banget kan? Jadi kami ga berani mengambil resiko. 

Untuk menenangkan Leo, aku ninabobokan sambil menggendong dan mengayunya dalam pangkuan hingga dia tertidur. Alhamdulillah, ini bocah memang tak rewel, dan langsung aku tidurkan di sisiku begitu dia terlelap. Ah, Leo, what a good boy!

Visiting the Vet

Yup, takut kenapa-napa, keesokan harinya aku dan Intan langsung membawa Leo ke dokter hewan langganan. Antrian terlihat sedikit panjang, sehingga kami harus duduk sabar menanti giliran. Ada satu ibu setengah baya, pemilik anabul yang sedang antri dan duduk tepat di sebelahku, tertarik untuk ngajakin ngobrol bocilku. 

"Aduhai cantek, sakit apa kau nak-ku?" Sapanya dalam Bahasa Melayu. Ah, pasti orang Melayu Sumatera deh ini, batinku.

"Ini, tante, Leo jatuh dari balkon tadi malam. Kegesitan melompatnya, jadi terpeleset deh, dan terjun bebas." Jawabku mewakili Leo. Dan obrolan pun jadi panjang. Logat Bahasa Melayu si ibu membuatku kangen akan teman-teman Medan-Deli. Ih, udah lama juga aku ga pulang ke Medan. Beneran deh, jadi kangen!

Antrian per antrian, akhirnya sampai juga giliran Leo untuk bertemu dokter hewannya. Dan Alhamdulillah banget, setelah berbagai test yang dilakukan untuk melihat apakah ada cidera yang dialami oleh Leo, akhirnya dokter menyatakan bahwa tubuh Leo aman, ga cidera. Hanya saja pada bagian mulut dan bibirnya, tergores dan bengkak. 

Leo pun diberikan suntikan pereda nyeri, salap untuk dioleskan ke bibir dan mulutnya, dan suntikan vitamin agar selera makannya tidak berkurang. Alhamdulillah. Semoga Leo segera bisa aktif lagi ya, nak! Jangan sakit-sakit donk, sayang. Emak kan jadi kalang kabut kalo Leo mau pun kakak Intan sakit. Huhu.

Al, Jakarta, 20 December 2022


0 comments