Kamar Kenangan

Hayo, siapa yang tidak pernah punya kamar kenangan? Kayaknya mostly of us pasti punya deh, ye khaan?

Judul ini pops up begitu saja ketika melihat-lihat hotel room for my honeymoon! Eits, stop! Dilarang kepo, yaa! Haha. 

Bicara tentang kamar kenangan, ga melulu tentang kamar tidur kita di masa kecil, atau di masa kita tumbuh besar atau pun kamar kita saat ini, sih. Namun bisa saja kamar kenangan ini adalah berupa sebuah kamar di mana menempatinya memberi kesan tersendiri bagi kita. Baik itu kesan happy, melo, atau malah mengerikan. Intinya dia membekaskan kenangan yang tak mudah untuk lepas dari ingatan. 

Bagiku sendiri, bicara kamar kenangan, maka yang selalu membekas di hati adalah kamar tidurku saat masih gadis dulu. Di Banda Aceh, di rumah lama yang telah diterpa tsunami. Ah, rumah itu..., bukan hanya kamarku yang menjadi kenangan bagiku, namun setiap inchi bagiannya, kuyakin memiliki cerita tersendiri bagi kami, the member of the family yang menempati rumah itu lebih kurang 30-an tahun. 

Aku sendiri menempati rumah itu kurang lebih 10 tahun, sih, karena selepas wisuda sudah meninggalkan ayah dan ibu demi melanjutkan kehidupan yang aku pilih. 😊

Namun walau hanya 10 tahun, memori yang tercipta di sana dan membekas di jiwa ini jangan ditanya, bestie! Aku bisa menghabiskan berlembar-lembar halaman buku atau word document untuk mengetikkannya jika diminta bercerita. But in this post, tenang saja, aku hanya ingin bercerita khusus tentang kamar kenangan saja, bukan seluruh bagian dari memori yang terekam di jiwa tentang rumah tercinta itu. 

Kamar Kenangan

Terus kenapa sih, Al, kamar tidur masa gadis itu yang justru menjadi kenangan tak terlupakan bagimu? 

Pasti pada nanya gitu kan? 

Hm..., aku juga heran sih, padahal sejalan dengan bertambahnya usia, seiring dengan pengalaman hidup yang semakin bertambah, dan semakin banyak kamar atau ruang yang aku tempati atau inepin (inepin?? haha), harusnya kamar kenangan itu justru berganti dengan kamar-kamar lainnya donk, yang pastinya telah memberi pengalaman dan sensasi tersendiri? 

Nyatanya gaes, justru ketika diminta mengingat akan kamar kenangan, justru alam bawah sadarku sebegitu sinkronnya dengan pikiranku yang langsung berlari ke ingatan akan kamar tidurku di masa gadis itu. Amazing yaa? 

Lalu, apa istimewanya sih kamar itu, Al? 

Nah, ini, gaes! 

Mungkin karena ini adalah kamar di mana aku bertumbuh, dari seorang gadis remaja cilik menjadi perempuan muda, tempat di mana aku menikmati sensasi hati kala menemukan cinta pertama? 

Juga di kamar itu pula aku berkubang dalam genangan air mata lara dan remuknya hati karena cinta pertamaku yang kandas di tengah perjalanan merajut impian masa depan. Itu kali ya? Kamar itu menjadi saksi saat hatiku merekah oleh kuntum bunga cinta pertama yang mekar menebarkan aroma harum semerbak.

Dan kamar itu pula yang menjadi saksi bagaimana untuk pertama kalinya aku membenamkan diri dalam linangan air mata akibat perihnya rasa bernama putus cinta. Ah..., even I can smell and feel it so fresh! 

Tapi yang paling aku ingat sih, kamar ini memang rapi banget! Aku menatanya sedemikian rupa, lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja belajarku, penataan karpet di seluruh lantainya, dan beberapa ornamen cantik yang memang membuat kamar mungilku ngangenin! Bikin betah, bahkan ketika putus cinta. 

Yup, kamar itu adalah istanaku, tempatku menenggelamkan diri dan membenahi kesehatan mental yang sedang tidak seimbang kala itu. Putus cinta memang tak pernah mudah yak, dealingnya butuh faktor pendukung (support system) yang collaborative, termasuk kamar. Karenanya, kini aku yakin banget bahwa hal itu lah penyebab kenapa kamar ini selalu saja menjadi kamar kenangan bagiku.

Kalo kamu, kamar kenangan kalian di mana, gaes? Cerita donk! 

Al, 19 Agustus 2022

0 comments