Between the Queen and the Princess


credit

Every Woman May Not be Queen to Her Husband, But She is Always a Princess to Her Father, pasti pernah donk dengar kalimat ini?  Tiba-tiba saja jadi pengen nulis tentang untaian kalimat di atas. Tanpa sebab? Ih, ya pasti ada sebabnya lah, Sobs! Postingan yang sebenarnya ga ada tanda-tanda akan ditulis ini, setengahnya bermula di bandara Husen Sastranegara, tadi pagi sih. Saat diriku hendak beranjak meninggalkan bandara, pasca keberangkatan ayah bunda tercinta, yang hendak balik ke Banda Aceh. Nah, saat menuju area parkir, langkahku urung karena alunan panggilan masuk di BBku, membuat aku hentikan langkah sementara waktu. 

Seorang teman karib, nun di Kota Medan, menelphone. Obrolan yang berawal biasa saja, saling sapa, akhirnya berkembang ke arah yang lebih serius dan sendu. Yang membuatku miris, kenapa ya diriku selalu saja menjadi tumpuan teman-teman untuk curhat akan derita batin berumah tangga? Mbok ya sekali-sekali berbagi keharmonisan rumah tangga kek, kayak cerita indah dan harmonisnya rumah tangga Mbak Niken, si bundanya Lahfy itu lho! Kan asyik tuh dengarnya. :)

Namun, kita harus bagaimana lagi jika kehidupan yang kita arungi, ternyata riak dan gelombangnya  lebih dasyat dibanding sahabat atau manusia-manusia lainnya? Harus menyalahkan siapa? Yang pasti, tentu tak mungkin menyalahkan orang lain dunk? Dan sebagai pendengar yang baik, aku hanya bisa diam, memberinya waktu untuk mencurahkan beban batin yang begitu menderu biru. Curhatan yang membuatku miris sebenarnya, dan ingin rasanya menghajar lelaki [si suami sahabatku] itu, hehe. Kok bisa sih Al? Emang kenapa? 

Coba deh, Sobs, siapa yang enggak geram bin geregetan coba, mendengar si suami ini, sering banget membanding-bandingkan istrinya [sahabatku] itu dengan istri sahabatnya yang cantik, yang seksi, yang pinter dandan, yang pinter masak, dan pinter lain-lainnya. Herannya nih, Sobs, masak sih dari sekian 'pinter' yang disebutkan itu, tak dimiliki oleh sang istri? Setauku sih, temanku ini jago masak malah sejak SMP dulu deh, jago dandan? Mungkin kurang, tapi kan bisa dipelajari! Kurang cantik? Iya sih, tapi bukankah kadar kecantikan ini sudah terukur bahkan di saat mereka memutuskan untuk pacaran hingga jadi menikah dulu? Bukankah 'kurang cantik' ini sudah terdeteksi sejak dulu? Dan bukannya muncul saat ini? So why gitu lho! Kenapa baru dipermasalahkan sekarang? 

Yang bikin makin esmosi adalah, si temanku ini, telah berusaha memperbaiki diri, belajar berdandan agar bisa tampil menarik di mata sang suami. Mencoba untuk menyambutnya dengan pakaian yang bersih, dan menarik [walo mungkin tidaklah tampil 'seksi] saat sang suami pulang kerja, menyediakan penganan dan kopi kesukaan sang suami kala telah duduk santai. Eh teteup aja, masih suka dibanding-bandingkan dengan istri orang lain, jika sedikiiiiit saja si istri berbuat kesalahan atau hal yang tidak mengenakkan. Gerem kan jadinya? Ih, mau rasanya kita kemplang tuh kepala suaminya, haha. #Untung bukan kekasih hatiku yang seperti itu. Bisa habis dia, haha.

Posisiku masih lebih banyak mendengarkan, bingung harus menyarankan apa lagi, karena sahabatku sendiri, sebenarnya telah berupaya untuk meminimalisir persengketaan, berupaya berbuat sebaik mungkin, sebisa mungkin agar tidak sampai menimbulkan friksi yang berujung pada kata-kata kasar sang suami. Tak banyak tambahan saran/tips yang bisa aku berikan, hanya saja, satu pesanku, bahwa si temanku itu, harus lebih jeli menakar mood sang suami saat pulang dari kantor. Sebagai istri yang telah belasan tahun mendampingi suaminya, tentu dia hapal donk gimana temperamental dan karakter suaminya. Jadi bisa menakar harus 'memilih' cara 'penyambutan' yang bagaimana saat sang suami ini sampai di rumah sepulang kerja. Karena hal ini juga sangat berpengaruhkan? Dan Alhamdulillahnya, langkah ini, masih kurang menjadi prioritas dalam list of attitude priorities-nya si temanku ini. Sehingga masukan ini, mendapat remark dan semoga saja bisa menjadi salah satu upaya minimalisasi timbulnya perseteruan itu. 

Namun satu hal, yang ingin aku sorot dari percakapan kami, bukanlah isue yang dibawakan oleh sahabatku tadi, melainkan sebuah paragraf penutup yang membuat hatiku tercenung. Sebuah pelajaran kehidupan baru saja dia torehkan, yang menurutku sangat layak untuk di remark dan menjadi pembelajaran bagi kita semua.

"Emang yaaa, kalo dipikir-pikir, suamiku tuh jarang banget bisa melihat kelebihan-kelebihanku, selalu kuraaaaaaangnya aja yang keliatan di matanya. Ga kayak ayahku, beliau selalu saja mampu melihat kelebihan-kelebihanku, dibalik kesalahan-kesalahan yang aku lakukan, selalu saja ada nilai tambah yang bisa digunakan untuk perbaiki kesalahan itu. Emang beda antara ayah dan suami. Aku kangen ayahku, Al!" Dan suara di seberang menjadi begitu sendu, ku tahu persis, temanku ini sedang mengenang kebersamaan dengan sang ayah yang kini telah almarhum. 

Sebuah rasa sendu ikut tertular di sanubariku, tadi pagi, kubaru saja melepas keberangkatan ayahanda dan bunda tercinta. Tapi kini, aku sudah rindu banget! Ijinkan hamba untuk dapat berbakti terlebih dahulu pada kedua bidadari itu ya, Allah, sebelum Engkau panggil mereka kembali ke haribaan-Mu. Aamiin.

Teringat aku akan sebuah quote indah tentang kasih sayang ayah pada anak perempuannya, dan inilah dia, quote favoriteku. Sebuah quote indah yang kuharap dapat menjadi pelipur lara setiap hati yang sedang dirundung duka lara. Semoga juga berkenan di hati Sobats semua yaaaa. 

Every Woman May Not be Queen to Her Husband, But She is Always a Princess to Her Father
Setiap wanita, bisa saja tidak menjadi primadona/ratu bagi suaminya, 

namun dia akan selalu menjadi sang putri [kesayangan] ayahandanya. 

Sebuah catatan pembelajaran kehidupan,
Al, Bandung, 4 Juni 2013 

50 comments

  1. Also every man mustn't be a king for his wife, enough be a friend who always be there in any condition. For his parents, he enough be a good server. <--- RIP English! :-D

    moga ayahanda ampe 7an dg selamat! Aamiin... :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin...
      Trims, Sak! Btw, quote bgs juga itu lho! :)

      Delete
  2. Memang sulit kalau kita dihadapkan pada curhatan seorang teman. Kuatir salah menanggapi bukannya makin menjadi baik, malah jadi salah. Kadang seseorang bercerita pd kita hanya ingin didengarkan. Kemampuan kita mendengarkan kadang juga sering gagal kita lakukan. Kita sering terpancing untuk membantu memberikan solusi atas masalah tsb. Padahal belum tentu itu yg dibutuhkan oleh teman kita.

    Eh, btw itu ada namaku disebut dengan cara indah banget. Hahaha. Makasih mbak Al. Semoga itu menjadi doa buat keluargaku.

    Qoutenya yahud deh. Coba kalau bisa jadi queen dan princess barengan ya, mbak. Kan indah bener hidup. Qiqiqi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, Mbak. Setiap org butuh seseorg utk 'mendengarkan' beban batinnya. Dan di situlah fungsi sahabat. Menjadi pendengar yg baik, yg terkadang cukup dg hanya mendengarkan saja,.tanpa hrs memberikan aneka solusi. :)
      Ho oh, aku suka banget deh dg quote ini. :)

      Delete
  3. Ih, benar banget always princess to her father:)
    Jadi ingat sama almarhum Bapak, selalu jadi orang pertama yang mengucapkan ulang tahun untukku, bahkan sampai aku menikah, dan nyaris lupa saat ulang tahun, beliaulah yang mengingatkan:)
    Aaah miss him so badly.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, :).
      Ayah memang bener2 seorang lelaki terbaik ya, Mak Indah? :)

      Delete
  4. aku juga sering jadi tempat curhatan teman, dan memang sering mengalami dilema, ingin memberikan solusi. tapi kadang-kadang teman atau sahabat curhat itu hanya ingin didengarkan bukan dinasehati atau diberi solusi.

    jadi kangen bapakku, mbak :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, terkadang mrk hanya butuh didengarkan ya.karena beban batin itu memang harus dicurahkan.: )

      Kujuga kangen ayahku, Mbak :)

      Delete
  5. Maaf, Mak. AKu cuma bisa baca satu paragraf. Langsung inget abahku di Medan. Nangiiisss. :((((

    ReplyDelete
  6. kangen bapak saya mak..pingin pulang kampung -_-

    ReplyDelete
  7. Every Woman May Not be Queen to Her Husband, But Always a Princess to Her Father

    Bener bangetttttt Mlipir mau nangis duyuuu

    ReplyDelete
  8. sedih bacanya cutkak. menusuk ke dalam sanubari. semoga rumah tangga teman cutkak segera harmonis kembali.

    ah,liza jadi ingat almarhum papa. mungkin karena seorang anak perempuan ibarat princes bagi ayahnya sang anak cenderung menyukai laki-laki yang Seperti ayahnya ya kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Begitulah kehidupan. Ada-ada saja, karena manusia ga pernah puas akan apa yang sudah diperolehnya. Semoga saja kita bisa menjadi orang2 yang selalu mensyukuri anugerah ya cut adek. :)

      Yup, biasanya, ayah yang baik tuh emang begitu, anak perempuannya, walau buruk sekalipun, tetap adalah the princess of him. :)

      Delete
  9. dimana-mana ayah itu seperti seorang malaikat penyejuk hati....

    aduh aku jadi takut kalau nanti aq punya suami yang kayak gitu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener. :). Ya semoga saja suami Cheila nanti tidak sampai bersikap seperti itu yaaa. Aamiin. :)

      Delete
  10. everything simple quote.. yang paling tajem dan menyentuh diending cerita kamu mak... TERHARU...numpang copas ah kata2nya heheh..

    ReplyDelete
  11. aku suka gregetan ama laki2 kek gt mak.. ga tau diri banget. Merasa istrinya kurang terus dgn alasan yg dibuat2. Kalaupun istrinya cantik jelita, pinter segalanya, pasti teteeep aja dicari2 salahnya. Aku jg punya crita mak, dr seorang istri yg teraniaya. Pdhl sang istri sudah punya sgalanya, brain, beauty, behaviour ada semua. Tp suaminya msh bisa berpaling ke wanita lain, yg justru lbh rendah derajatnya.
    Jadi kekurangan fisik ga bs jd alesan buat suami utk menyakiti istrinya. Emangnya dia itu siapa? Arjuna? Kek dia yg paling ganteng aja.
    eh.. mlh jd ngomel2.. hahaha
    Smoga temannya mak Al ga sampe separah itu ya.. dan smoga bs segera harmonis kembali

    ReplyDelete
  12. greget juga kalau suamin kayak gitu, smoga matanya cepat termuka dengan kelebihan istrinya yah..quotenya keren cutkak,,tapi memang benar seperti isi quote itu

    ReplyDelete
  13. hihihi, dulu aku juga sering dicurhatin.
    tapi sekarang kalo denger orang curhat ya cuma sebagai pendengar aja tanpa ngasih komen apa2, karena menurut saya, saya baru denger cerita 1pihak aja, belum ke duanya, jadi ya ga bisa komen apa2.
    kalo aku sih begitu mbak
    salam kenal mbak.

    ReplyDelete
  14. aduuh, kok jd mlh ngegosip sih mba, yg namanya kehidupan berumah tangga ya seperti itulah, bohong kalo ada yg bilang,"kehidupan rmh tanggaku baik2 saja"
    "aku sih jarang berantem sama suami/istri"

    setidaknya, keributan dlm rmh tangga itu pasti ada, dan beruntung bagi yang bs menjadikannya sebagai bumbu penyedap rasa, dan salah satu memang musti ada yg mengalah. tp kalo baca kasus diatas, rasanya tuh cowok udh keterlaluan.

    ReplyDelete
  15. Mba Al, curhat dong ....hehee, tunggu teleponku ya, hahaaa...

    Enggak ngerti kudu mau komentar begimana,

    Suamiku dan Bapakku hampir sama, bicara seperlunya, dan enggak neko-neko mereka, Inza Allah. Aku suka dipelukan suamiku, dengan bapakku, aku suka jika diberi support yang membangun. Keduanya sama, mereka leaderku, dulu bapakku menjadi nahkoda dan aku jadi ABKnya, sekarang suamiku nahkodanya dan aku mendampingi nahkoda yang membasuh peluhnya, kala lelah dan pemberi senyum kala gundah...ahihiii, kok malah jadi panjang komentarnya.

    Salam
    Astin

    ReplyDelete
  16. Suami si sahabat itu perlu disiram air comberan mukanya, Mbak Al..Ah jadi ikutan emosi deh..Kalau istri dirasa kurang, ya situ dong, kepala rumah tangga yang harus mendidiknya. Kalau kurang kinclong, situ kasih duit untuk perawatan gak? Duh, pengen ngegaplok deh..

    ReplyDelete
  17. Semoga ada jalan terbaik deh buat teman sampean cutkak. Moga si suami sadar jika dia juga banyak kurang dan istri dia lah yang mau nrimo kekurangan dia dan menutupinya. Aamiin

    ReplyDelete
  18. rasanya pengen bantuin mbak kemplang tuh suamix temannya mbak... hehe
    apa coba alasan si suami membanding-bandingkan istrinya kalau melihat kelebihan istrinya saja dia tidak mau... *esmosi tingkat dewa*
    langsung jadi ingat bapak baca quotex mbak... huhuhu^_^

    ReplyDelete
  19. setiap mampir pasti dpt peljaran berharga. makasi mba untuk ceritanya, tapi setidaknya temannya sudah berusaha untuk menyenangkan hati suaminya, meski tidak ada penghargaan atas usahanya tsb. Tapi yakin suatu hari akan ada penyesalan dari sang suami.Amiin....
    akikah mau curhat jg dong... ;)

    ReplyDelete
  20. Kisah Rumah Tangga itu memang bewarna dan aku juga akan kesal kalau dibanding2kan dengan wanita lain #syukurnya tidak terjadi.

    Semoga ayahanda dan ibunda sehat dan selalu dalam lindungNya ya kak Al.

    ReplyDelete
  21. huaaa, mbak Al...aku juga bakal sewot jika suami kebanyakan cerewetnya. Hehehee...Alhamdulillah, so far dan semoga selalu selamanya dia welcome just the way I'm, like I accept him just the way he is.

    #Dan..aku juga kangen sama Pak'e dan Mbok'e. Dan kebetulan, hr ini...sehabis kerja OTW mudik ke LA *PAMER*

    ReplyDelete
  22. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  23. Mbak.. Saya jd pengen nangis mbacanya :)

    Mbak Al, sering dijadikan tempat curhat, mgkn memang mbak Al adalah orang yang bisa memberikan solusi dan bisa dipercaya :)

    jika bahagia, tentu semua ingin membagi kebahagiaan mbak.. utk blogger.. saya contohnya, saya bahagia sekarang.. dan kebahagiaan itu saya tuliskan di posting2 saya di blog akhir2 ini.. plus GA yang tempo hari sy adakan.. itu adalah wujud kebahagiaan saya mbak.... insya Allah, kebahagiaan sudah saya dapatkan sekarang.. alhamdulillah..

    semoga ke depan kebahagiaan itu terus menyertai kami.. do'a yang sama untuk mbak Al dan keluarga.. :)

    makasih ya.. Mbak Al sudah menemani di saat2 sulit yg tempo hari sy alami :)

    jadi ingat papa saya (opa Vania) yang menggantikan posisi ayahnya.. menemani suka dan duka Vania.. setiap hari.. :)

    alhamdulillah..

    semoga ayah mbak Al sehat selalu..

    dan semoga (lagi2), malaikat mengaminkan utk kami juga..

    Amin ya Allah :)

    ReplyDelete
  24. Kalau kita sebagai curhatan teman, nanti bila diri kita mau curhat kemana ya Mba ? he,,,x9


    Salam wisata

    ReplyDelete
  25. :'( :'( :'(

    inget papaaah....

    makasih ya mbak, tulisannya mengingatkanku....

    ReplyDelete
  26. ayah...............huhuhuhu jadi ingat ayah cut kak tulisan mu ini
    memang cut kak, di mata ortu kita selalu menjadi kesayangan

    ReplyDelete
  27. nyesekk,,,Al fatihah buat almarhum ayah...

    ReplyDelete
  28. Mba Aaaal, jadi pengen peluk sahabatnya Mba Al. Semoga saat ini keadaanya sudah membaik ya Mba. Semoga suaminya mendapat hidayah. Geregetan juga sih sama laki2 kayak gitu. Dulu kan dia yang milih sendiri istrinya, kok sekarang dibanding2in. Ugh!

    ReplyDelete
  29. Mba Al terimakasih quote nya yang indah... Jadi ikut terharu dan rindu pada almarhum ayah....

    ReplyDelete
  30. duhh ikutan sendu bacanya mba Al.. iya setuju banget, jadi inget alm bokap deh, huhuhu..

    ReplyDelete
  31. Baca ini bikin berkaca-kaca Mbak Al. Memang sosok ayah tuh nggak akan terganti yah :"")

    ReplyDelete
  32. walah mba al, aku jadi sedih baca ini, keinget masi suka ga terima kalo dibilangin orangtua. ngerasa selalu bener sendiri jadi anak :(

    ReplyDelete
  33. Sedih banget kalau suami seperti itu, mba Al :(

    ReplyDelete
  34. Tinggal bandingin aja itu laki dg laki orang, impas kan. Nice sharing, mba. Punya laki yg baik itu rejeki tak terhingga juga ya :)

    ReplyDelete
  35. Semoga ayahku pun begitu, masih menganggap aku princess yang terbaik di hidupnya
    terimakasih untuk sharingnya mba Al

    ReplyDelete
  36. Keinget foto Mba Al dengan ayah di grup tadi, wajahnya mirip ayah ya ternyata :)
    Your father such a lucky man who have a lovely daughter like you ^^

    ReplyDelete
  37. Aku baca malah ikut gregetan sama suami teman Mbak Al itu, benar-benar lelaki yang nggak bersyukur.

    ReplyDelete
  38. paling gak suka klo dbanding2in gitu. tiap orang itu unik. jadi gak bisa dpukul rata. mbaknya hebat bisa menahan diri untuk tidak memperkeruh suasana keluarga sahabat dengan komentar2 yang mungkin saja bisa menjadi salah tempat. klo saya mungkin akan lain ceritanya. wong baca ini aja sudah esmosi. :D :D

    ReplyDelete
  39. Setuju banget sama quotenya, Mbak.
    Anak perempuan itu akan selalu jadi Princess bagi ayahnya, walaupun dia sudah menemukan prince-nya.

    Sayang, kadang King suka khilaf juga. ga ngebandingin sih. Tapi suka nyindie dikit: "Wanita itu baiknya begini-begitu, bla-bla-bla. Kok kamu nggak?"

    Ya, Allah. Mbok yo diliat lagi sih. Udah ada usahanya kali si wanita juga. Kadang suka fokus ke produk jadi, tp kurang menghargai proses.

    Maunya langsung ke Z, ga peduli sudah tertatih melewati a,b,c,... Demi sampe Z.
    Gerem denger kisahnya temen mba itu. Semoga diberi kesabaran selalu. Aamiin.

    ReplyDelete
  40. I don't know the feeling of being a princess. Dari kecil udah yatim. Alhamdulillah ibu saya mencurahkan banyak kasih sayang.

    ReplyDelete
  41. emang yang sedarah lebih bisa mengerti kita luar dalam dan bisa menghargai sekecil apapun tindakan kita mbak.

    ReplyDelete