Rendang Terbang

picture taken from here
Bicara tentang masakan, terutama rendang, tak dapat dicegah, pikiranku pasti akan melayang ke suatu masa menjelang lebaran. Masa dimana aku masih bersuamikan ayahnya Intan, dan kala itu kami masih tinggal di Medan. Masa dimana memoryku merekam dengan kuat ketika wajan rendang yang separuh matang separuh gosong itu kulayangkan ke halaman belakang rumah kami. J

Ha?? Kok bisa sebegitunya sih Al?
Hehe…. Penasaran kan sobs? Yuk aku ceritakan kisah tak terlupakan ini yuk…

Suatu sore sekitar tiga belas tahun yang lalu….
Aku dan yu Niah, asisten rumah tanggaku sekaligus pengasuh Intan  (yang kala itu masih berumur kurang lebih 1,5 tahun), sedang asyik memasak berbagai penganan sebagai pendamping ketupat lebaran besok, ketika bel pintu berdentang nyaring. Sengaja kami tak beranjak karena ayahnya Intan ada di ruang TV, tentu dia bisa membuka pintu dan melihat siapa yang datang sementara kami melanjutkan masak memasak. Beberapa masakan seperti Opor ayam, taoco udang, sambal kentang dan sambal teri kacang sih udah berstatus ready. Tinggal rendang aja nih yang masih nangkring di atas kompor, menanti sedikit kering dan matang.
Sang tamu ternyata adalah temannya ayah Intan, yang datang bersama istrinya. Termasuk tamu jauh karena mereka baru sampai di Medan dari Tebing Tinggi. Karena istrinya ikut, tentu ga enak donk jika aku tak ikut menemani…. Maka kupercayakanlah urusan mematangkan rendang ini pada yu Niah…. Toh tak lama lagi si rendang ini juga siap untuk dimatikan api kompornya. Means: matang.
Setengah jam setelah menemani para tamu, aku beranjak ke dapur untuk melihat situasi. Kutemukan dapur yang sepi. Tak ada lagi yu Niah disana. Kualihkan pandangan ke atas kompor, dan kutemukan rendang yang masih tergenang oleh bumbu yang masih berbentuk kuah. Lho, kok udah dimatikan apinya sih? Gimana yu Niah ini, kayak ga pernah masak rendang aja…. Masak begini udah dimatikan apinya…? Batinku gemes.
Kupanggil dia dengan suara perlahan walau hatiku sebenarnya geram. Yu Niah ini telah bersamaku sekitar dua tahun… dan sifatnya sebenarnya cukup baik. Rajin, jujur dan baik hati. Namun terkadang suka bikin aku marah dan naik darah jika sifat buruknya itu kumat. Dan feelingku sih berkata bahwa yu Niah sedang kumat sifat buruknya. Yup! Sifat buruknya itu adalah kesukaannya bertandang dan ngerumpi di rumah tetangga. Kebetulan tetangga sebelah punya seorang anak perempuan yang, maaf, juga sudah menjanda, kira-kira seusia yu Niah (35 tahunan), yang begitu akrab dengannya. Pasti yu Niah sedang disana deh!
Benar saja sobs! Kulihat dia sedang duduk dan tertawa renyah dengan si wanita tetangga. Entah ngobrolin apa. Menoleh dia saat kupanggil, namun aneh, ekspressinya seperti kurang senang. Kutepis sensi yang mulai merangkak naik ke kepala… masih dengan senyum, kuminta dia untuk pulang ke rumah, tuntaskan masakan rendangnya sedikit lagi..
Dengan wajah ditekuk, yu Niah ini mengikutiku, langsung ke dapur, kutinggalkan dia disana sementara aku langsung kembali ke ruang tamu, menemani sang tamu. Sempat kusampaikan pada yu Niah bahwa para tamu akan berbuka bersama kita, jadi kuminta dia untuk menyiapkan hidangan nanti. Dia hanya mengangguk.
Setengah jam kemudian, aku kembali ke dapur… dan ya ampun… rendangku berubah warna. Kering kerontang dan sama sekali tak sedap dipandang mata! Kurang asem beneeeer ini si yu Niah!
Menjerit aku memanggilnya, sementara yang dipanggil sama sekali tak menjawab. Pasti sudah di rumah tetangga lagi nih. Kususul kesana dan bener saja sobs! Sedang asyik ngobrol berdua wanita sebelah. Tertawa riang dan sumringah. Namun tawa itu terhenti begitu aku telah berhadapan dengannya. Tak mampu kukontrol suaraku yang meninggi.
“Yu, kok rendangnya sampai hangus begitu sih? Diapain tadi?”
“Lho, kan maunya seperti itu? Kering dan jangan basah kayak tadi!” ketus jawaban asistenku. Darahku melesat ke kepala. Emosi tingkat dewa.
“Tapi bukan seperti itu jadinya yu! Masak sampai hangus begitu… sebenarnya yu ini kenapa sih? Kok seperti orang unjuk rasa?” Lanjutku antara marah dan putus asa. Kaget mendapatkan sikap kurang ajar dari seorang (maaf) pembantu.
Tak menjawab, malah bersungut. Beranjak dia balik ke rumah, yang langsung kuikuti langkahnya setelah terlebih dahulu aku pamit pada si wanita tetangga.
Di rumah, kulihat yu Niah sedang menambahkan air ke dalam rendang yang telah separuh gosong. Dinyalakannya api kompor kembali. Tangannya mulai mengaduk-aduk rendang tadi. Emosi yang mulai menggelegak oleh sikap ketusnya itu, membuat aku hilang kendali. Kuraih wajan itu dengan kedua tanganku.
“Matikan aja apinya yu…!” perintahku seraya mengangkat wajan itu, membawanya ke halaman belakang dari pintu dapur. Kucampakkan wajan beserta daging rendang istimewa itu disana. Mau diapain lagi? Emangnya bisa diubah warna dan rasa gosong itu dengan menambahkan air dan memasaknya lagi?
Sedih banget rasa hatiku…. Di Masa itu…membeli 1,5 kg daging bukanlah hal yang gampang bagiku dan ayah Intan. Eh bisa-bisanya dibuat seperti itu oleh asistenku ini…. Teganya kamu Yu…!
Sedih banget rasa hatiku sobs! Apalagi oleh sikap lanjutan yu Niah, yang ngambek dan langsung lari ke kamarnya. Bersungut-sungut. Menitik airmataku, dan tangisku tumpah kala ayah Intan ke dapur dan mendapati raut wajahku yang pilu.
“Kenapa mi? ada apa kok malah nangis?” tanyanya heran.
“Lho, kok malah kebalik? Harusnya umi donk yang marahi dan bikin nangis pembantu, bukan malah kebalikannya!” komentarnya ikutan marah setelah mendengar ceritaku.
“Ya udah…. Biarin aja dia, ntar kita kasih teguran. Udah ngelunjak tuh si Yu…. Kurang ajar bener!”
Malam itu, setelah berbuka puasa bersama kedua tamu, dan sepeninggal mereka, kupanggil yu Niah, dan kuajak bicara baik-baik. Kutegur sikapnya yang sudah keterlaluan itu…. Dia menangis, minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi…. Apalagi saat aku memberinya pilihan… mau tetap tinggal disini dengan mengubah prilakunya, atau pulang kampung saja, akan aku ongkoskan dengan segera. Asistenku itu langsung menangis, minta maaf berulang-ulang dan bermohon agar bisa tetap tinggal disini. Bahkan yu Niah berniat hendak menggantikan rendang yang telah gosong tadi dengan yang baru…. , yang tentu saja kutolak mentah2…
Kuputuskan untuk tetap membiarkannya ikut bersama kami, dengan syarat dia mengubah sikap buruknya itu… karena bagaimanapun, aku sayang padanya, dan telah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri…
Dan sobs….
Jadilah lebaran kami kala itu, hanya berketupat sayur tanpa rendang. Memang agak kurang lengkap dan ga afdol banget sih… tapi cukup berkesan untuk dikenang.
Kini Yu Niah telah menikah kembali (dulu berstatus sebagai janda), sementara aku berpisah dari ayahnya Intan, dan Alhamdulillah beberapa tahun kemudian, Allah mempertemukan aku dengan papa barunya Intan. J
Kehidupan adalah sebuah misteri.

26 comments

  1. Wadoohh..sayang ya rendangnya gosong tuuh, bener banget ga afdol kalo lebaran ga da nih rendang..
    Apalagi kalo masak rendang tuh harus di aduk2 terus kaan??
    yu,,yu..!! heehhe..

    jadi Kapan CutKak menyusul seperti Yu Niah ?/
    xixiixi Kabuuurr..!!

    ReplyDelete
  2. iya tuh teh... sayang banget rendangku, jadi mubazir... dasar tuh yu Niah... kurang asem. Bukannya ngaduk rendang, malah bertandang dan ngerumpi di tetangga.

    Bener, masak rendang kan harus diaduk2 terus tuh biar ga gosong...

    apa? menyusul yu Niah teh? Harus pisah dulu dengan yang sekarang ini dulu dunk kalo mau married lagi....

    hehe.... #lirik suami yang sedang asyik baca.. kabuuuuur juga ah....

    ReplyDelete
  3. Ulahnya yu Niah emang bikin gemes ya mbak.. Yg namanya masak rendang emang kunci utamanya hrs betah berlama2 di dapur.. Krn prosesnya lama & gak bs di tinggal apalagi di tinggal ngerumpi.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih mbak Al, aku juga ikut2an gemes sama yu niah, untung ketupatnya nggak protes gak ditemenin rendang ya mbak hehee...

      Delete
  4. @ke2nai
    itu dia mba... makanya aku kalo lihat rendang pasti ingatan akan langsung lari ke peristiwa itu lho...
    ke saat aku mengangkat wajan dan melayangkannya ke halaman belakang, haha

    ReplyDelete
  5. wah ada tragedi rendang nih...sedih juga kisahnya nih.... assistentnya berani banget.... oh jadi sekarang sendirian ya sob.... semoga selalu bahagia ya...

    ReplyDelete
  6. @applausr
    tragedi dibalik kenikmatan rendang... hehe.

    sekarang sudah bertiga kok sobs.... aku, Intan dan papa barunya... :)

    trims doanya yaaa...

    ReplyDelete
  7. Yu NIahhh, gimana sih kok rendangnya dikeringakn sampai garing buangettt..hughh, padahal aku kan mau tuh ikutan makan rendangnya..hehehehe

    Eh, kok kita barengan neh Mbak posting GAnya Mbak Eny. Ternyata kita sehati lho..aku posting di serat pelangi Mbak

    ReplyDelete
  8. Hahahahaha ... ada cerita lucu baru dari mbak Al. Jgn marah dulu mbak, I am not laughing at you, I am laughing at what I thought your writing was gonna be ... Baca judulnya, tak pikir itu resep rendang baru lo mbak, ternyata ada kisahnya :)

    ReplyDelete
  9. Membayangkan rendang dan wajannya terbang.... Campur aduk pasti rasanya. Hati udah segosong rendang itu...
    Smg sukses GAnya ya...

    ReplyDelete
  10. Membayangkan rendang dan wajannya terbang.... Campur aduk pasti rasanya. Hati udah segosong rendang itu...
    Smg sukses GAnya ya...

    ReplyDelete
  11. kehidupan adalah sebuah misteri yang jawabnya tak akan bisa ditebak hingga kita tiba pada masa ketika jawabnya terbuka untuk kita ketahui...critanya banyak kesamaan dengan asissten dirumah..lebih banyak negrumpi dengan tetangga daripada menuntaskan pekerjaannya :)

    ReplyDelete
  12. rendang nya terbang sidoarjo dong mbak al :D

    ReplyDelete
  13. rendangnya bagi sini dong, mba Al. hehe. kalo lebaran emang biasanya yang paling dicari ya rendang itu ya :D

    ReplyDelete
  14. hehehehe karena penasaran ingin baca siapa tau dapat resep baru model rendang terbang yang kalo masak pake di lempar-lempar eh ternyata malah rendang gosong :D

    ReplyDelete
  15. haha..ya ampuunn..ikut gemes bacanya. kebayang deh keselnya bisa sampe berhari2 tuh kalo aku, soalnya hari istimewa rusak gara2 rendang gosong nyebelin bgt hehe..Tapi ya untung udah lewat ya :-)...

    ReplyDelete
  16. wadooh.. sayang bgt tuh rendang. Pasti nyesek bgt ya, udah kebayang rendang yg menggiurkan, eh jdnya mlh hitam kerontang.. hehe..
    Ulah asisten emang kadang nguji kesabaran ya mbk..

    ReplyDelete
  17. saya kira rendang terbang itu resep baru,, eh ternyata rendangnya dilempar jadi terbang

    ReplyDelete
  18. awalnya aku mikir nih tempat masak rendang akan dilempar mbak Al hehehe ternyata bukan ya. 1.5kg lumayan banyak ya mbak jadi mubazir

    ReplyDelete
  19. hehhe........
    jadi itulah yang namanya rendang terbang...
    sukses untuk postingannya nih...
    terima kasih

    ReplyDelete
  20. jadi akibat gosong lalu diterbang'in keluar ya hehehe.. berarti terbang itu maksudnya di tendang keluar gkgkgkgkkgkgk!
    kasian tuh rendang jadi piring terbang!

    ReplyDelete
  21. ooh terbang itu maksudnya gitu? :D..

    duuh sayang.. klo saya sih gosong2 dikit tetep dimaem, tp dikerjain sndiri dan nggak makan atu sm pembantu. daging sekilo kan sesuatu bangeeet.
    gutlak mbak :)
    sy jg ikut GA nyam nyamnya dgn pengalaman bikin kerupuk dr sisa nasi

    ReplyDelete
  22. Satu setengah kilo sapi buset deehhh... @.@
    Yu Niahnya kok nyebelin banget sih, keplak aja mbak hihihi~

    ReplyDelete
  23. mb al sabar bgt ngadepin yu niah ya..gk tau deh kl aku pst ngomelnya udah 1 album deh..hehe

    terdaftar mb..trimakasih sdh ikutan :)

    ReplyDelete
  24. Kirain rendang terbang resep baru hihihi

    ReplyDelete
  25. wah nih masakan masakn khas yang gue suka rendang ala terbang dan nikmat

    ReplyDelete