Postingan sebelumnya baca disini
Kali ini, setelah terkendala oleh beberapa aktivitas yang menyita waktu, akhirnya berkesempatan lagi untuk menuangkan kisah petualangan kami [Alaika, Ririe Khayan, Una dan Idah] ke Dieng di rumah maya tercinta ini. Dan untuk menghemat space, yuk langsung lanjut ke beberapa object wisata yang kami kunjungi setelah turun dari bukit Sikunir yuk sobs...
Kawah Sikidang
Saking populernya kawah yang satu ini, membuat kami tak hendak berleha-leha [santai-santai] setelah turun dari bukit Sikunir. Apalagi mas sopir mengatakan tidak akan butuh waktu lama untuk mencapai kawah ini. Maka, baiklah, ayo kita kemon!
Sampailah kami di kawah yang dari jauh telah memancarkan pemandangan asap mengepul. Namun rasa lapar yang lebih dominan, membuat kami tak langsung melangkahkan kaki ke dataran putih yang menghampar itu. Tunggu ya kawah... kami isi perut dulu biar ga eneg ntar membaui aroma sulfur mu. :)
Tak kalah dengan bukit Sikunir, lokasi yang satu ini juga dipadati banyak wisatawan. Ada yang langsung menghambur ke kawah, namun ada pula yang mengikuti jejak kami yang santun dan teratur [turun mobil, lihat kiri kanan, makan, baru ke kawah], hehe. Layaknya tempat wisata, maka kawah yang satu ini juga dipenuhi oleh para pedagang, mulai dari pedagang makanan sampai pedagang souvenir, lengkap kap kap!
Oke, selesai makan, kami langsung ke tujuan utama, yaitu menyaksikan kawah yang masih begitu aktif aktifitas vulkanisnya. Tak jauh melangkah, sampai juga kami ke hamparan dataran putih, yang merupakan tumpukan endapan belerang, membuat penampakan dataran yang satu ini menjadi begitu unik. Namun tak dapat dipungkiri bahwa aroma belerang atau sulfurnya itu lho, membuat dada sedikit sesak. Banyak sih yang memakai masker, tapi kami ndak tuh...
Kami melangkah dengan riang, panasnya matahari sedikit menyengat walau kata orang Dieng itu dingin banget. Sampai akhirnya mata ini terpana, bibir terkatub. Oh my God. Masyaallah.... ini dia! aktivitas vulkanis yang begitu mengerikan. Sebuah lubang besar [kawah] yang dikelilingi pagar bambu, menghamparkan sebuah pemandangan mengerikan. Semburan air mendidih berwarna abu-abu pekat yang menyembur-nyembur disertai asap putih mengepul, mengingatkan aku pada cerita masa kanak-kanak dahulu. Kisah Masyitah, si tukang sisir keluarga Firaun, yang hendak direbus hidup-hidup di dalam sebuah belanga besar karena ketahuan menyembah Allah SWT dan menyekutukan Firaun. Aroma belerang semakin nyata dan mendesak pernapasan, namun tak membuat kami ingin segera menghindar.
Pemandangan ini begitu menakjubkan sekaligus mengkuatirkan. Ngeri aja membayangkan jika ada wisatawan yang membawa anak kecil/balita [yang lasak/aktif] kesini, dan tiba-tiba si anak saking gesit dan aktifnya, kebablasan ke dalam kawah, karena pagar yang mengelilinginya hanya berupa bilah-bilah bambu saja. Ih, nauzubillahi min zallik. Jangan sampai ya Allah...
Setelah merasakan pernapasan yang semakin tak nyaman oleh aroma sulfur yang begitu pekat, akhirnya kami menyerah, mengundurkan diri dari wadah yang menampung liquid mendidih menggelegak itu, untuk menyaksikan kreasi Ilahi yang lainnya. Namun beberapa kuda yang disewakan untuk para wisatawan berfoto, di sekitar kawah, menarik perhatianku dan Ririe untuk menjajalnya. Yaaaa... walaupun ga mungkin untuk menunggang dan memacunya, sekedar nampang alias mejeng di atasnya tentu bukan kesempatan yang layak dilewatkan. Maka... inilah aksi dari Alaika Abdullah dan Ririe Khayan yang gagal jadi cowgirls! Haha.
Kali ini, setelah terkendala oleh beberapa aktivitas yang menyita waktu, akhirnya berkesempatan lagi untuk menuangkan kisah petualangan kami [Alaika, Ririe Khayan, Una dan Idah] ke Dieng di rumah maya tercinta ini. Dan untuk menghemat space, yuk langsung lanjut ke beberapa object wisata yang kami kunjungi setelah turun dari bukit Sikunir yuk sobs...
Kawah Sikidang
Saking populernya kawah yang satu ini, membuat kami tak hendak berleha-leha [santai-santai] setelah turun dari bukit Sikunir. Apalagi mas sopir mengatakan tidak akan butuh waktu lama untuk mencapai kawah ini. Maka, baiklah, ayo kita kemon!
Sampailah kami di kawah yang dari jauh telah memancarkan pemandangan asap mengepul. Namun rasa lapar yang lebih dominan, membuat kami tak langsung melangkahkan kaki ke dataran putih yang menghampar itu. Tunggu ya kawah... kami isi perut dulu biar ga eneg ntar membaui aroma sulfur mu. :)
Tak kalah dengan bukit Sikunir, lokasi yang satu ini juga dipadati banyak wisatawan. Ada yang langsung menghambur ke kawah, namun ada pula yang mengikuti jejak kami yang santun dan teratur [turun mobil, lihat kiri kanan, makan, baru ke kawah], hehe. Layaknya tempat wisata, maka kawah yang satu ini juga dipenuhi oleh para pedagang, mulai dari pedagang makanan sampai pedagang souvenir, lengkap kap kap!
Oke, selesai makan, kami langsung ke tujuan utama, yaitu menyaksikan kawah yang masih begitu aktif aktifitas vulkanisnya. Tak jauh melangkah, sampai juga kami ke hamparan dataran putih, yang merupakan tumpukan endapan belerang, membuat penampakan dataran yang satu ini menjadi begitu unik. Namun tak dapat dipungkiri bahwa aroma belerang atau sulfurnya itu lho, membuat dada sedikit sesak. Banyak sih yang memakai masker, tapi kami ndak tuh...
Kami melangkah dengan riang, panasnya matahari sedikit menyengat walau kata orang Dieng itu dingin banget. Sampai akhirnya mata ini terpana, bibir terkatub. Oh my God. Masyaallah.... ini dia! aktivitas vulkanis yang begitu mengerikan. Sebuah lubang besar [kawah] yang dikelilingi pagar bambu, menghamparkan sebuah pemandangan mengerikan. Semburan air mendidih berwarna abu-abu pekat yang menyembur-nyembur disertai asap putih mengepul, mengingatkan aku pada cerita masa kanak-kanak dahulu. Kisah Masyitah, si tukang sisir keluarga Firaun, yang hendak direbus hidup-hidup di dalam sebuah belanga besar karena ketahuan menyembah Allah SWT dan menyekutukan Firaun. Aroma belerang semakin nyata dan mendesak pernapasan, namun tak membuat kami ingin segera menghindar.
Pemandangan ini begitu menakjubkan sekaligus mengkuatirkan. Ngeri aja membayangkan jika ada wisatawan yang membawa anak kecil/balita [yang lasak/aktif] kesini, dan tiba-tiba si anak saking gesit dan aktifnya, kebablasan ke dalam kawah, karena pagar yang mengelilinginya hanya berupa bilah-bilah bambu saja. Ih, nauzubillahi min zallik. Jangan sampai ya Allah...
credit |
Setelah menikmati pemandangan kawah, kami [aku, Ririe, Una dan Idah Cherish] pun melanjutkan wisata ke object wisata berikutnya yaitu Telaga Warna yang kabarnya menyemburatkan beberapa warna dari permukaan airnya. Tentu saja kami sangat penasaran untuk membuktikan kabar itu, apalagi banyak situs di internet yang mempromosikan keindahan pemandangan alam yang satu ini. Jadi makin ga sabar donk untuk segera mengunjungi dan melihatnya secara langsung?
Sobat juga pasti penasarankan untuk mengetahui kebenaran beritanya? Baiklah, let me tell you, bahwa ternyata oh ternyata, Telaga Warna itu kini........ nantikan infonya pada postingan berikutnya, ok sobs? :)
~ BERSAMBUMG ~