Melanjutkan postingan 'Iran, si negeri Syiah Sejati', maka sesuai janji, yuk kita masuk ke salah satu tempat yang sangat dihormati dan di'suci'kan oleh Masyarakat muslim Iran, terutama kaum mayoritas, Syiah. Terletak di tengah kota suci Qom yang berjuluk sebagai kota sejuta ulama, kira-kira berjarak 135 km dari Tehran, ibukota Iran.
Namanya adalah Hazrat Fatima Masyumah Shrine. Sulit mengingatnya memang. Terdengar tidak begitu familiar di telinga kita ya, Sobs?
Shrine dapat diartikan sebagai tempat suci, tempat keramat, kuil/pura dan makam suci. Sementara Hazrat adalah sebutan/gelar penghormatan yang disematkan sebelum nama orang yang dihormati tersebut.
Jadi, Hazrat Fatima Masyumah Shrine menurutku adalah bangunan suci tempat Yang Mulia Fatimah Masyumah dimakamkan. Hazrat Fatima Masyumah adalah adik perempuan dari Imam ke delapan kaum Syiah Iran, yaitu Imam Reza [Imam Ali ibn Al-Ridha] yang dimakamkan di kota Mashhad, Iran.
Hazrat Fatima Masyumah Shrine merupakan sebuah bangunan besar nan megah dengan arsitektur yang khas, indah menakjubkan, yang menghampar di atas tanah seluas 38,000 m2. Tak hanya merupakan tempat dimakamkannya Hazrat Fatima Masyumah, namun di dalam kompleks bangunan suci ini juga terdapat mesjid, dan ruangan-ruangan yang dipakai sebagai tempat kegiatan pendidikan keagamaan.
Kota Qom sendiri adalah ibukota provinsi Qom, yang terletak di kawasan sahara tengah Iran. Berjarak sekitar 135 km dari Tehran, ibukota Iran. Populasi penduduk kota ini berjumlah sekitar 44,850 jiwa [sensus tahun 1997], di mana 16,91% tinggal di kota dan 82,8% nya tinggal di daerah pedesaan yang kering dan gersang.
Memasuki kota Qom, kita memang langsung disapa oleh aura khas negeri muslim. Wanita-wanita berjubah [chador] hitam terlihat lalu lalang di jalan raya, tempat kami memarkir minibus tumpangan kami.
Berbeda jauh dengan situasi di Tehran, di mana para wanitanya terlihat begitu modis dan lebih 'terbuka', maka di kota suci ini, wanita-wanitanya terlihat 'tertutup' rapat dan bahkan bagai membungkus diri dengan kain hitam berjuluk chador itu.
Si mas guide, telah memberitau sejak di dalam minibus tadi, bahwa di pintu masuk ke Fatima Masyumah Shrine nanti, aku dan adik ipar akan dikenakan keharusan [halah bahasanya!] menggunakan chador. Kutanyakan bagaimana cara memakainya, lalu si mas guide tampan mengatakan bahwa dia akan mengajarkannya kepada kami nanti. Asyik!
Hadeuh...hadeuh, Al! Ganjen ih! Hihi, habis, mas guidenya tampan sih! :P [tongue out].
Dan benar saja, sesampai di pintu masuk, kami sudah harus 'melapor' ke si mbak penjaga, yang terlihat ramah. Mempersilahkan kami memilih masing-masing selembar chador untuk membungkus tubuh kami.
Sungguh, aku begitu terpana menatap chador yang tak ubah seperti sprei ukuran single bed [4 kaki] itu, dan berfikir, ini gimana make-nya? Hihi. Kutatap adik iparku yang juga kebingungan. Si mbak petugas tertawa geli saat melihat si mas guide memakaikan kain itu ke tubuhku, lalu meminta adik iparku menirunya.
Dan...? Dan walau ga bisa persis seperti wanita-wanita kota Qom, yang bisa dengan begitu rapi mengenakannya, setidaknya, tampilan kami sudah mirip-mirip [dikitlah yaaa] dengan wanita-wanita Iran itu. Cantiklah [menurut versi sendiri], haha.
Kami pun melangkah memasuki bangunan suci tersebut setelah memastikan kepada si mbak petugas bahwa no camera with us, kecuali my cute Onyx-berry yang duduk manis di dalam kantong jeans ku. Kami melangkah dengan rasa excited gimanaaa giccu. Terpana, terkagum oleh pemandangan indah yang sudah menyambut kami. Sungguh, indahnya bangunan ini mencengangkan. Lihat deh, Sobs.
![]() |
Perhatikan deh wanita yang pegang kemoceng hijau ini, dia adalah petugas bangunan suci ini lho. |
Decak kagum tiada henti mengiringi ayunan langkah kami memasuki bagian dalam dari bangunan suci berjuluk Fatima Masyumah Shrine ini. Sayangnya, begitu memasuki area bagian dalam dari bangunan ini, kami tak lagi leluasa menjeprat jepret kamera hape kami, karena berpuluh pasang mata terhunjam ke arah kami dengan tatapan aneh, bagai tatapan orang yang menatap alien dari planet Mars!
Hadeuh, did we look so 'adorable? Haha. begitu berbeda dan anehkah tampilan kami sehingga harus ditatap seaneh itu, hiks.
Tiba saatnya kami harus membagi kunjungan kami berdasarkan gender [halah halah, bahasanya, Al]. Si mas guide mengarahkan agar kami memasuki ruangan yang khusus untuk para wanita, sementara ayah, adik, dan si mas guide sendiri akan masuk ke ruangan yang khusus untuk laki-laki. Mau ngapain? Ya untuk melihat-lihat ruangan dan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut donk.
Kami sepakati untuk bertemu kembali di titik ini sekitar tiga puluh menit ke depan. Lalu kami pun mulai menjelajah. Aku dan adik ipar mulai memasuki ruangan khusus wanita, yang disambut langsung oleh tatapan aneh dari para wanita [tua muda] ber-chador hitam.
Sebagian mereka sedang mengaji, sebagian lagi duduk bertumpuk sedang membaca dalam diam lengkap dengan tasbih di tangan masing-masingnya, ada sebagian lagi yang hanya duduk-duduk berdiskusi dengan teman-teman lainnya.
Ruangan ini sebenarnya luas, tapi padat oleh wanita-wanita yang sedang beraktivitas di ruangan ini. Petugas di bangunan suci ini gampang menandainya, yaitu mereka memegang kemoceng berwarna hijau! Ha? Kemoceng? Hi hi, iyaaaa, beneran lho.
Semakin ke dalam, ruangan ini semakin indah dan kemilau. Sayangnya ga bisa lagi memotret dengan leluasa. Ada satu bagian dari ruangan ini yang begitu padat oleh pengunjung, Sobs. Aku curiga bahwa inilah dia makam Hazrat Fatima Masyumah.
Ternyata bener, Sobs.
Padat sekali oleh para wanita yang mendekati dindingnya, menjulurkan tangan mengelus dan menciumnya. Kami perhatikan kekusyukan orang-orang itu, mencoba mendekatkan wajah mereka untuk mencium bagian dinding itu. Hm, mungkin seperti orang yang berlomba mencium Hajar Aswad kali ya? Entahlah, aku sendiri memutuskan untuk menjauhi bagian yang padat itu. Ga asyik soalnya, penuh banget.
Kami pun melangkah ke bagian lain yang lebih luas, mencoba untuk duduk dan berbaur dengan wanita-wanita berchador yang sedang duduk-duduk juga. Mereka menatap kami yang langsung ku-hadiahi sebuah senyum manis. Kuyakin akan the power of smile, dan benar saja, senyum tulusku mencairkan suasana, tatapan aneh ke arah kami itu, berbuah senyuman manis yang langsung diikuti tatapan mata ramah. Alhamdulillah.
Tiga puluh menit kemudian, sesuai janji, kami pun bergabung kembali dengan ayah, adik dan si mas guide. Ayahku berkeinginan untuk shalat zuhur di bagian mesjid dari bangunan ini, sehingga jadilah kami memperpanjang waktu kunjungan di shrine ini.
Kami pun memasuki ruangan shalat/mesjid, yang terlihat tidaklah semegah design ruangan-ruangan yang kami saksikan tadi. Karena sedang bulan Ramadhan, maka bagian depan tempat sembahyang [bagian podium] mesjid ini dipenuhi oleh banyak sekali bunga mawar merah. Sehingga terlihat cantik dan semarak.
Iran adalah sebuah negeri yang romantis lho! Banyak sekali penjual bunga [khususnya mawar] yang berjualan di jalan-jalan mau pun tempat umum lainnya. :)
![]() |
Sayangnya, mawarnya jauh di depan sana, jadi ga keliatan deh di foto. :) |
Selama bulan Ramadhan, memang digelar tadarusan di mesjid ini, juga dipenuhi oleh orang-orang yang melakukan shalat wajib berjamaah. Itu pula yang ditunggu oleh ayahku, yang ingin sekali melaksanakan shalat berjamaah di mesjid ini, bergabung bersama saudara-saudara seiman lainnya, walau berbeda mazhab [kami sunni dan mereka syiah]. Bukan apa-apa sih, ayah ingin melihat dan mengalami langsung praktek syiah di sini bagaimana, jadi ga hanya mendengar 'alkisah' dari orang-orang lain. :)
Dan Alhamdulillah, tak lama kami menanti, kumandang azan pun mulai diperdengarkan. Ini pula yang dinanti ayahandaku, ingin mendengar langsung kumandang azan kaum Syiah. Benarkah memiliki perbedaan dengan kumandang azan yang lazim kita dengarkan [kaum sunni]? Dan ternyata memang berbeda lho, Sobs, berbeda sedikit. Bisa lihat di postingan ini deh tentang hal itu.
Oya, menjelang dilaksanakan shalat zuhur, para wanita dipersilahkan untuk menuju bagian wanita, berupa sebuah ruangan yang disekat khusus untuk wanita. Dan kami pun menuju ruangan ini, bergabung dengan para wanita yang sudah terlebih dahulu memasuki ruangan ini.
Ingat akan the power of smile, aku pun segera menghadiahi para wanita yang menatap kami itu dengan senyuman manis dan hangat, yang langsung disambut oleh balasan senyum hangat nan menular ke wanita-wanita lainnya. Keakraban terjalin dan mulailah kami kebingungan. Haha. Kenapa?
Karena mereka berbahasa Farsi sementara aku berbahasa Inggris dan adik iparku berbahasa Rusia. Lengkaplah sudah. Haha. Tak apa, yang penting sesama muslim kita adalah saudara! Hihi.
Shalat zuhur pun dilaksanakan dengan khidmat, dan benar saja, setelah salam untuk shalat zuhur, dilanjutkan dengan shalat sunnah sesudah zuhur, lalu berdoa, baru kemudian sang imam memimpin shalat ashar.
Setelah itu, kami pun bergabung kembali dengan ayah, adik dan si mas guide, duduk-duduk sebentar lagi di bagian di mana kami tadi berkumpul, menyaksikan orang-orang yang hilir mudik berkunjung ke dalam ruangan-ruangan indah itu. lalu kami pun berlalu. Meninggalkan kota suci Qom dan Hazrat Fatimah Masyumah Shrine dengan hati berseri, karena di dalam BB mungilku, telah terdokumentasi sejumlah foto ciamik, yang cukup untuk mengantarku membuat reportase ini. :)
Setelah puas duduk-duduk di ruangan yang teduh ini, akhirnya kami pun memutuskan untuk undur diri, melanjutkan perjalanan kembali ke Tehran. Tentu saja dengan memutuskan untuk singgah di Ayatullah Khomeini Shrine pada perjalanan pulang nanti. Kan letaknya memang di jalan kembali ke kota Tehran. Jadi rugi banget kan kalo tidak menyempatkan untuk singgah terlebih dahulu di makam sekaligus mesjidnya sang legendaris peruntuh dinasti Shah Iran ini. Yup, sang ayatullah Khomeini.
Bagaimana pula kah bentuk makamnya tokoh legendaris yang satu ini? Bisa langsung baca di Yuk, Main ke Makam Ayatullah Khomeini ya, Sobs!
Sepenggal catatan dan kenangan perjalanan ke Iran,
Al, Bandung, 6 September 2013
Related Post;
IRAN
Turkey